Zainab binti Nabi Muhammad saw

Prioritas: c, Kualitas: a
Dari wikishia
(Dialihkan dari Zainab binti Nabi Saw)
Zainab binti Nabi Muhammad saw
Info pribadi
Nama lengkapZainab Binti Nabi Muhammad saw
Garis keturunanQuraisy
Kerabat termasyhurNabi saw (ayah) • Khadijah sa (ibu) • Abu al-'Ash bin Rabi' (suami)
Muhajir/AnsharMuhajir
Tempat TinggalMekahMadinah
Wafat/Syahadah8 H
Penyebab Wafat /SyahadahSakit karena mengalami keguguran ketika hamil
Tempat dimakamkanBaqi', Madinah
Informasi Keagamaan
Hijrah keMadinah
Terkenal sebagaiPutri Nabi saw
Peran utamaSahabat

Zainab binti Nabi Muhammad saw (bahasa Arab: زينب بنت محمد صلى الله عليه و آله) (w. 8 H/629) adalah putri sulung Nabi Muhammad saw dan Khadijah sa. Suaminya bernama Abu al-'Ash bin Rabi'. Zainab meninggal pada 8 H dan dikebumikan di Baqi'.

Sebagian peneliti Syiah seperti Sayid Murtadha al-Amili memandang Zainab bukan anak Rasulullah saw dan Khadijah sa, tetapi ia anak angkat Nabi saw. Pendapat ini tidak sesuai dengan pendapat mayoritas ahli sejarah dan penulis sejarah.

Nasab dan Biografi

Zainab putri tertua Rasulullah saw dan Khadijah binti Khuwailid sa.[1]. Ia lahir pada saat Nabi saw berusia 30 tahun ditahun 30 Tahun Gajah.[2] Ia menikah dengan Abu al-'Ash bin Rabi'.[3] Pernikahan ini berlangsung sebelum Bi'tsah.

Ketika 'Atabah bin Abu Lahab dan saudaranya, 'Utaibah mentalak Ruqayyah binti Muhammad saw dan Ummu Kultsum, Quraisy meminta Abu al-'Ash untuk menceraikan Zainab, tapi ia menolaknya.[4]

Menurut sebagain peneliti Syiah seperti Sayid Murtadha al-Amili, Zainab, Ruqayyah dan Ummu Kultsum bukan anak-anak Rasulullah saw dan Khadijah.[5] Namun, mayoritas penulis sejarah muktabar di antaranya Thabari menegaskan bahwa dia putri tertua Nabi saw.[6]

Suami

Abu al- 'Ash bin Rabi' bin Abdul Uzza bin Abdu Syams (W. 12 Dzulhijjah) adalah keponakan (anak Halah) Khadijah sa.[7] yang menjadi tawanan kaum muslimin pada Perang Badar dan sekitar 6 H masuk Islam.

Tertawannya Abu al-'Ash

Abu al-'Ash pada Perang Badar hadir di barisan pasukan musyrikin dan menjadi tawanan kaum muslimin.[8] Di saat warga Mekah menuntut fidyah untuk pembebasan para tawanan, Zainab mengirimkan kalungnya yang didapatkan dari Khadijah sa saat ia menikah demi pembebasan Abu al-'Ash. Karena Nabi saw melihat kalung itu, hatinya tersentak dan setelah mengambil persetujuan dari kaum muslimin ia membebaskan Abu al-'Ash dan juga mengembalikan lagi harta Zainab serta ia mengambil janji dari Abu al-'Ash supaya melepaskan Zainab.[9] Sekembalinya Abu al-'Ash ke Mekah, Zainab bersama sahabat-sahabat Nabi dipulangkan ke Madinah.[10] Pakar sejarah mengatakan, sebelumnya, di saat Nabi saw berhijrah ke Madinah, beliau mengutus orang-orang ke Mekah supaya membawa anak-anak mereka ke Madinah, tetapi Zainab ditahan oleh suaminya dan tidak bisa datang.[11]

Islamnya Abu al-'Ash

Pada 6 H, sepulangnya Abu al-'Ash dari perjalanan dagangnya ke Syam, para tentara Nabi saw menyerang rombongannya. Sebagian mereka melarikan diri dan Abu al-'Ash termasuk didalamnya. Kaum muslimin menyita harta-harta mereka. Kemudian ia datang ke Madinah di malam hari dan berlindung kepada mantan istrinya, Zainab. Hari berikutnya Zainab berdiri di antara jamaah salat dan berkata, "Ketahuilah bahwa aku memberikan perlindungan pada Abu al-'Ash". Nabi saw berkata kepada kaum muslimin bahwa aku tidak tahu. Lalu beliau saw berkata pada Zainab, "Hormatilah dia tapi jangan sendirian bertemu dengannya sebab kamu tidak halal baginya". Lalu Rasul mengatakan kepada mereka, jika kalian bersedia bebaskanlah dia dan hartanya. Kaum muslimin membebaskan dia dan harta rombongannya. Abu al-'Ash pergi ke Mekah dan menyerahkan harta masyrakat pada mereka serta menyatakan keislaman dirinya, setelah itu ia kembali ke Madinah.[12]

Hijrah ke Madinah

Setelah suami Zainab berjanji pada Nabi saw akan membiarkan Zainab pergi ke Madinah, maka pergilah ia ke sana. Thabari menulis, di tengah jalan zainab bertemu dengan dua lelaki dari kaum musyrikin. Mereka mendorong Zainab dan terbentur dengan batu sehingga bayi dalam kandungannya mengalami keguguran dan pendarahan. Akibat peristiwa ini ia terluka dan menderita hingga akhir hayatnya.[13]

Kawin Kembali

Setelah sekian lama, Abu al'Ash kembali ke Madinah. Dan Nabi saw pada Muharram tahun ke-7 H mengirim Zainab ke Abu al-'Ash untuk melangsungkan pernikahan kembali dengannya.[14] Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa Zainab dengan maskawin dan akad baru menikah dengan Abu al-'Ash.[15]

Anak

  • Ali:[16] meninggal masih kanak-kanak.[17]
  • Umamah, Rasulullah saw mencintainya. Umamah pada masa kecilnya menaiki pundak Rasul saat beliau salat dan ketika beliau sujud ia diletakkan ke tanah dan ketika beliau bangun dari sujud ia diangkatnya.[18]

Pasca wafatnya Sayidah Fatimah sa, Imam Ali as atas wasiat Fatimah sa menikah dengan Umamah. Setelah Imam Ali as meneguk cawan syahadah, Umamah atas wasiat Ali as menikah dengan Mughirah bin Nufal.[19]

Wafat

Pusara Putri-putri Nabi saw di sebeleh Pusara para Imam Baqi sebelum dihancurkan

Zainab meninggal pada tahun ke-8 H[20] dan dimandikan oleh Su'dah putri Zum'ah bin Qais, Ummu Salamah dan Ummu Aiman. Nabi saw memberikan bajunya supaya ia dibalut dengannya.[21] Nabi saw sendiri masuk ke kubur Zainab dan berdoa untuknya.[22]

Mengenai sebab wafatnya, Thabari menukilkan bahwa saat Zainab hijrah ke Madinah, Hubar bin Aswad dan lelaki lain dari kaum musyrikin melihatnya di tengah jalan. Hubar mendorongnya hingga berbentur dengan sebongkah batu. Akibatnya, janin dalam rahimnya mengalami keguguran. Semenjak itu ia sakit dan tidak pernah sembuh total hingga meninggal dengan derita ini.[23]

Tempat Pemakaman

Ada bangunan berkubah yang dinisbatkan ke putri-putri Nabi saw; Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Zainab di Baqi di sebelah utara pusara imam-imam Syiah dan sebelah selatan barat kuburan istri-istri Nabi saw dekat kuburan Usman bin Mazh'un. Sumber-sumber historis menukil, berdasarkan wasiat Nabi saw Zainab dimakamkan di Baqi dekat kuburan Usman bin Mazh'un.[24] Dahulu, di kuburan ini terdapat sebuah Dharih terbuat dari kuningan.[25] Bangunan berkubah kecil ini dihancurkan oleh kaum wahabi pada masa Mu'ashir.

Catatakan Kaki

  1. Ibnu Atsir, Usd al-Ghābah, jld. 6, hlm. 130
  2. Al-Isti'āb, jld.4, hlm.1839, 1853; Usdu al-Ghābah, jld.6, hlm.130
  3. Usd al-Ghābah, jld.4, hlm.222
  4. Ansāb al-Asyrāf, jld.1, hlm.397
  5. Al-Shahih min Sirah al-Nabi al-A'zham, jld.2, hlm.218
  6. Thabari, jld.11, hlm. 494
  7. Ansābul Asyrāf, jld.1, hlm.397
  8. Waqidi, jld.1, hlm.139; Ibnu Hisyam, jld. 2, hlm.306
  9. Ibnu Hisyam, jld.2, hlm.307, 308; Waqidi, jld.1, hlm.130-131; Baladzuri, jld.1, hlm.397; Usdu al-Ghābah, jld.5, hlm.185
  10. Ibnu Hisyam, jld.2, hlm.307-310; Ansāb al-Asyrāf, jld.1, hlm.397
  11. Affarinesy wa Tarikh, jld.2, hlm.672
  12. Ansāb al-Asyrāf, jld.1, hlm.398-399; Affarinesy wa Tarikh, jld.2, hlm.732
  13. Thabari, jld.11, hlm.494
  14. Waqidi, al-Maghāzi, jld.2, hlm. 553-554; Ibnu Hisyam, jld.2, hlm.312-314; Ibnu Saad, Thabaqāt, jld.8, hlm.33; Usdu al-Ghabah, jld.4, hlm.223
  15. Ibnu Hajar, al-Ishābah, jld.4, hlm.122; Usdu al-Ghābah, jld.4, hlm.222, jld.6, hlm.130; Baladzuri, jld.1, hlm.399-400
  16. Al-Isti'āb, jld.3, hlm.1233
  17. Ansāb al-Asyrāf, jld.1, hlm.400
  18. Al-Isti'āb, jld.4, hlm.1788, Usdul Ghābah, jld.6, hlm.22; al-Bad'u wa al-Tarikh, jld.7, hlm.331
  19. Usdul Ghābah, jld.4, hlm.473, jld.6, hlm.22
  20. Tarikh Khalifah, hlm.44; al-Isti'āb, jld.4, hlm.1853; Usdu al-Ghābah, jld.6, hlm.130; Ansāb al-Asyrāf, jld.1, hlm.400
  21. Ibnu Saad, al-Thabaqāt al-Kubra, terjemah, jld.8, hlm.452
  22. Usdu al-Ghābah, jld.6, hlm.130; Ansāb al-Asyrāf, jld.1, hlm.400
  23. Tahabari, jld.11, hlm.494
  24. Ahmad bin Hanbal, jld.1, hlm.237; Ibnu Abdil Bar, jld.3, hlm.1056; Hakim Naisyaburi, jld.3, hlm.190
  25. Jakfariyan, jld.5, hlm.241

Daftar Pustaka

  • Ibnu Abdil barr. Al-Isti'āb fi Makrifatil Ashhāb. Riset: Ali Muhammad al-Bajawi, cet.I. Beirut: Darul Jabal, 1412 H.
  • Ibnu Hajar al-Asqalani, Ahmad bin Ali. Al-Ishābah fi Tamyiz al-Shahabah. Kairo: 1328 H.
  • Ibnu Saad, Muhammad. Thabaqātul Kubra. Beirut: Dar Shadir.
  • Ibnu Hisyam, Abdul Malik. Al-Sirah al-Nabawiyah. Riset: Mustafa Saqqa dll. Kairo: 1375 H.
  • Waqidi, Muhammad bin Umar. Al-Maghāzi. Riset: Marsidan Junz. London: 1966.
  • Ahmad bin Hanbal. Musnad Ahmad. Beirut: Dar Shadir.
  • Hakim Naisyaburi. Al-Mustadrak ala al-Shahihain. Riset: Marasyli. Beirut: Darul Makrifah, 1406 H.
  • Jakfariyan, Rasul. Lima Puluh Surat Perjalanan Haji Qajari. Tehran: penerbit Ilmu, 1431 H.
  • Ibnu Saad. Thabaqāte Muhammad bin Saad. Terjemahan Mahmud Mahdawi Damghani (bahasa Persia). Teheran: Farhang wa Andisyeh, 1415 H.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya bin Jabir. Kitab Jumal min Ansābi al-Asyrāf. Riset: Suhail Zakkar dan Riyadh Zirikli, cerakan I. Beirut: Darul Fikr, 1417 H.
  • Khalifah bin Khayyath. Tarikh Khalifah bin Khayyath. Riset: Fawwaz, cet.I. Beirut, Darul Kutub al-Ilmiah, 1415 H.
  • Thabari. Tarikhul Umam wal Muluk. Riset: Muhammad Abul Fadhl Ibrahim, cet.II. Beirut: Dar al-Turats, 1387 H.
  • Muthahhar bin Thahir al-Muqaddasi. Al-Bida' wa al-Tarikh. Kairo: Maktabah al-Tsiqafah al-Diniyah.
  • Amili, Sayid Jakfar Murtadha. Al-Shahih min Sirah al-Nabi al-A'zham. Qom: Darul Hadis, 1426 H.
  • Muthahhar bin Thahir Muqaddasi. Affarinesy wa Tarikh. Terjemahan Muhammad Ridha Syafii Kudkani, cet.I. Teheran: Āgah, 1388 H.