Pilar Hannanah

tanpa prioritas, kualitas: c
tanpa navbox
Dari wikishia

Pilar Hannanah (bahasa Arab: الاسطوانة الحَنّانة), yang berartikan "pilar yang menangis" adalah nama salah satu pilar Masjid al-Nabi. Pilar ini terletak di tempat pohon kurma, yang mana menurut keterangan dan penjelasan sejarah, ia merintih karena berpisah dengan Nabi Muhammad saw.

Sekarang, pilar ini sudah tidak ada lagi di Masjid al-Nabi dan beberapa orang mengatakan bahwa Ubay bin Ka'ab telah membawa pilar tersebut ke rumahnya dan sebagian riwayat menceritakan bahwa pilar tersebut dipendam di bawah mimbar Nabi saw.

Kejelasan Peristiwa

Syekh Abbas al-Qummi dalam bukunya Muntaha al-Āmāl (buku) ketika menyebutkan mukjizat Nabi Muhammad saw, menukil kejadian peristiwa ini demikian:

Syiah dan Sunni meriwayatkan cerita ini dengan sanad yang banyak bahwa dikarenakan Nabi Besar Islam saw berhijrah ke Madinah dan membangun masjid, di serambi masjid terdapat sebuah pohon kurma yang sudah mengering dan setiap kali Nabi Muhammad saw menyampaikan khotbahnya, beliau bersandar di pohon tersebut, lalu datang seorang pria dan mengatakan: "Ya Rasulullah, izinkan saya untuk membuat sebuah mimbar untukmu dimana sewaktu kamu menyampaikan khotbah, kamu berada di atasnya dan setelah diizinkan diapun membuat sebuah mimbar untuk Rasulullah saw yang memiliki tiga dasar pondasi dan Nabi saw duduk di atas pondasi ketiga, pada awal mula Nabi berdiri di atas mimbar tersebut, pohon tersebut mengerang seperti erangan seekor unta yang berpisah dari anaknya; kemudian Nabi saw turun dari mimbarnya dan memeluk pohon tersebut sehingga pohon itu terdiam. Nabi berkata: "Jika aku tidak memeluknya maka ia akan mengerang hingga hari kiamat". [1]

Pilar ini dikarenakan erangan yang dikeluarkannya dan juga terdapat ungkapan yang dimuat dalam hadis nabawi "حنّ الی"[2] akhirnya menjadi masyhur dengan pilar “Hannanah”. [3]

Kisah ini juga telah diceritakan dalam beberapa sumber lain dengan sedikit perbedaan dalam perinciannya. [4] Sebagian dari para mufasir mengisyaratkan kejadian ini dalam ayat 74 surah Al-Baqarah yang membahas tentang pemberian pahaman pada benda-benda padat. [5]

Pilar Hannanah di Sepanjang Sejarah

Raudhatu Ridwan

Kini tidak ada pilar di dalam Masjid al-Nabi dengan nama ini. Mengenai nasib dan sejarah pilar ini banyak pernyataan yang telah dikatakan.

Sebagian orang mengatakan bahwa Pilar ini telah ditumbangkan dan dihancurkan oleh bani Umayyah sejak terjadi pemugaran masjid. [6]Setelah terjadi pemugaran masjid, apa yang disebut dengan nama Pilar Hannanah dalam referensi historis dan disunnahkan melakukan salat di sampingnya,[7] yang dimaksud adalah tempatnya bukan pilar itu sendiri. Menurut sebuah riwayat, setelah pembongkaran masjid, Ubay bin Ka'ab membawa pilar ini ke rumahnya dan menyimpannya. [8] Dalam sebuah riwayat lain juga dimuat bahwa Nabi saw pernah berkata: "Cabutlah pohon itu dan kuburkanlah di bawah mimbarku". [9]

Peristiwa Ini Sebuah Kemukjizatan

Sebagian sejarawan menyebutkan bahwa rintihan pilar ini termasuk dari mukjizat Nabi Muhammad saw. Syafi’i meyakini bahwa mukjizat ini lebih agung dari mukjizat Nabi Isa as yang dapat menghidupkan orang mati. [10] Qadhi Abdul Jabbar[11], dalam hal ini menyatakan dua pendapatnya, pada suatu tempat dia berkata bahwa sebagian menganggap erangan pilar ini dan bertasbihnya batu kerikil di tangan Nabi serta hal-hal lain yang serupa dengannya diyakini bukan merupakan sebuah mukjizat, sebab tindakan dan perbuatan semacam ini dapat dilakukan oleh orang lain dan bukan hal yang mustahil; namun di tempat lain [12] dia menukil perkara ini secara terpisah dan meyakininya sebagai mukjizat Nabi saw, sementara hadis yang menerangkan hal tersebut dia yakini sebagai hadis yang mutawatir. [13]

Catatan Kaki

  1. Muntahal Āmāl, jld.1, di bawah tema: Mukjizat Nabi saw.
  2. Rujuk: Shan’ani, al-Mushannaf, jld.3, hlm.185-186.
  3. Qutb Rawandi, jld.1, hlm.165.
  4. Rujuk: Shan’ani, al-Mushannaf, jld.3, hlm.185-186; Darimi, Sunan Darimi, jld.1, hlm.16; Bukhari, Shahih, jld.4, hlm.173-174; Abu Naim Isfahani, Dalāil al-Nubuwah, hlm.185-186.
  5. Rujuk: Thabari, Maibudi dan Qurthubi, di bawah ayat.
  6. Rujuk: Qutb Rawandi, jld.1, hlm.166; Ibnu Hajar Asqalani, Fath al-Bari: Syarh Shahih Bukhari, jld.6, hlm.444.
  7. Rujuk: Nuri, Mustadrak al-Wasail wa Mustanbath al-Masail, jld.3, hlm. 426, jld.10, hlm.195.
  8. Rujuk: Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, jld.1, hlm.454.
  9. Muntaha al Āmāl, jld.1, di bawah tema: Mukjizat Nabi saw.
  10. Rujuk: Baihaqi, al-I’tiqād wal Hidāyah ila Sabil al-Rasyād ala Mazhab al-Salaf wa Mazhab al-Hadits, hlm. 271-272.
  11. Qadhi Abdul Jabbar, al-Mughni fi Abwāb at-Tauhid wa al-Adl, jld.15, hlm.204.
  12. Qadhi Abdul Jabbar, al-Mughni fi Abwab al-Tauhid wa al-Adl, jld.15, hlm.216-217.
  13. Juga rujuk: Qadhi ‘Ayadh, al-Syifa bi Ta’rif Huquq al-Musthafa, jld.1, hlm.303.

Daftar Pustaka

  • Abu Naim Isfahani. Dalāil an-Nubuwwah. Hyderabad Dekkan: 1369 H/1950.
  • Arbili, Ali bin Isa Bahauddin. Kasyf al-Ghummah fi Ma'rifah al-Aimmah. Beirut: 1405 H/1985.
  • Baihaqi, Ahmad bin Husain. Al-I'tiqād wa al-Hidāyah ila Sabil ar-Rasyād ala Mazhab as-Salaf wa Ashhāb al-Hadits. Beirut: Cetakan Ahmad Isham Katib, 1401 H/ 1981.
  • Baqillani, Muhammad bin Thayyib. Kitab Tamhid al-Awwal wa Talkhish ad-Dalāil. Beirut: Cetakan Imaduddin Ahmad Haidar, 1414 H/1993.
  • Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih al-Bukhari. Istanbul: Cetakan Muhammad Dzihni Afandi, 1401 H/ 1981. Cetakan Ofset Beirut, tanpa tahun.
  • Bushairi, Muhammad bin Said. Diwān. Mesir: Cetakan Muhammad Sayid Kilani, 1374 H/1955.
  • Darimi, Abdullah bin Abdurrahman. Sunan ad-Dārimi. Cetakan Muhammad Ahmad Dehman. Damaskus: Maktabah al-I'tidal, tanpa tahun.
  • Ghazali, Muhammad bin Muhammad. Ihya Ulum ad-Din. Beirut: 1406 H/1986.
  • Ibnu Bathuthah. Rihlah Ibnu Bathuthah. Beirut: Cetakan Ali Muntashir Kattani, 1395 H/ 1975.
  • Ibnu Hajar Asqalani. Fathu al-Bāri: Syarh Shahih al-Bukhari. Bulaq 1300-1301. Cetakan Ofset Beirut, tanpa tahun.
  • Ibnu Jubair. Rihlah Ibnu Jubair. Beirut: 1986.
  • Maibudi, Ahmad bin Muhammad. Kasyf al-Asrār wa Iddah al-Abrār. Teheran: Cetakan Ali Asghar Hikmat, 1361 HS.
  • Majlisi. Bihār al-Anwār..
  • Maqqari, Ahmad bin Muhamad. Izhār ar-Riyadh fi Akhbār Ayyadh. Kairo: Cetakan Musthafa saqqa, Ibrahim Abyari dan Abdul Hafiz Syalbi, 1361 H/ 1942.
  • Maulawi, Jalaluddin Muhammad bin Muhammad. Matsnawi Ma'nawi. Editor: Reynold Alleyne Nicholson. Teheran: Cetakan Nasrullah Porjawadi, 1363 HS.
  • Maulawi, Jalaluddin Muhammad bin Muhammad.Kulliyāt Syams atau Diwān Kabir. Teheran: Cetakan Badiuzzaman Furuzanfar, 1355 HS.
  • Muthahhar bin Thahir Muqaddasi. Kitab al-Bad'i wa at-Tārikh. Paris: Cetakan Clement Huart, 1899-1919. Cetakan Ofset Teheran, 1962.
  • Nuri, Husain bin Muhammad Taqi. Mustadrak al-Wasāil wa Mustanbath al-Masāil. Qom: 1407-1408 H.
  • Qadhi Abdul Jabbar bin Ahmad. Al-Mughni fi Abwāb at-Tauhid wa al-Adl. Cetakan Mahmud Khudhairi wa Mahmud.
  • Qadhi Ayyadh, ayyadh bin Musa. Asy-Syifa bi Ta'rif Huquq al-Musthafa. Beirut: 1409.
  • Qummi, Syekh Abbas. Muntaha al-ĀmāL.
  • Qurthubi. Al-Jāmi' li Ahkām al-Quran. Beirut: 1405 H/ 1985.
  • Qutub Rawandi, Said bin Hibatullah. Al-Kharāij wa Jarāih. Qom: 1409.
  • Shafiyuddin Hilli, Abdul Aziz bin Saraya. Diwān. Aman: Cetakan Muhammad Haur, 2000.
  • Shan'ani, Abdurrazaq bin Hammam. Al-Mushannif. Beirut:Cetakan Habiburrahman A'zami, 1403 H/ 1983.
  • Thabrisi, Fadhl bin Hasan. I'lām al-Wara bi A'lām al-Huda. Qom: 1417 H.