Imam Muhammad al-Baqir as
Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib as (bahasa Arab: محمد بن علی بن حسین بن علی بن أبي طالب) yang terkenal dengan sebutan Imam Baqir as (57-114 H/733) merupakan imam Syiah yang kelima dan menjadi imam selama 19 tahun. Masa keimamahan Imam Baqir as bertepatan dengan melemahnya pemerintahan Bani Umayah dan perebutan kekuasaan di antara mereka. Imam Baqir as pada periode tersebut telah membuat gerakan pengembangan ilmu yang sangat luas yang mencapai puncaknya pada periode keimamahan putranya Imam Shadiq as.
Muhammad Baqir as | |
---|---|
Deskripsi | Imam Muhammad Baqir as |
Posisi | Imam Kelima Syiah |
Nama | Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib as |
Julukan | Abu Ja'far |
Gelar | Baqir, Syakir, Hadi |
Tanggal Lahir | 1 Rajab, Tahun 57 H/677 |
Tempat Lahir | Madinah |
Tempat Hidup | Madinah |
Tanggal Wafat | 7 Dzulhijjah, Tahun 114 H/733 |
Nama Ayah | Imam Sajjad as |
Nama Ibu | Fathimah |
Masa Hidup | 57 Tahun |
Tempat Dikuburkan | Baqi, Madinah |
Istri-istri | Ummu Farwah, Ummu Hakim |
Anak-anak | Ja'far, Abdullah, Ibrahim, Ubaidillah, Ali, Zainab, Ummu Salamah |
Dikatakan bahwa Imam Baqir as sangat tinggi dalam sisi keilmuan, kezuhudan, keagungan dan keutamaan. Darinya telah banyak periwayatan yang dinukil dalam bidang ilmu agama seperti dalam ilmu fikih, tauhid, hadis dan sunah Nabi saw, ilmu Alquran, sejarah, akhlak dan sastra. Pada masa keimamahannya, telah diambil langkah-langkah penting dalam penyusunan pandangan-pandangan Syiah dalam berbagai bidang pengetahuan, seperti akhlak, fikih, kalam, tafsir, dan sebagainya.
Para ulama Ahlusunah memberi kesaksian atas kemasyhuran ilmu dan agama Imam Baqir as. Ibnu Hajar Haitami berkata, "Abu Ja'far Muhammad Baqir menyingkap khazanah ilmu yang terpendam, hakikat-hakikat hukum dan mutiara-mutiara kebijaksanaan. Ia menghabiskan umurnya dalam ketaatan kepada Allah. Imam Baqir as telah sampai pada kedudukan para arif, dimana bahasa tidak mampu menjelaskan sifat-sifatnya. Ia memiliki banyak kata-kata mutiara dalam hal suluk dan pengetahuan."
Nasab, Julukan dan Gelar
Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib yang terkenal dengan sebutan Imam Baqir as adalah Imam Kelima Syiah, putra Imam Sajjad as. Ibunya bernama Ummu Abdillah adalah putri dari Imam Hasan al-Mujtaba as.[1] Imam Baqir as merupakan orang pertama dari bani Hasyim yang lahir dari ayah dan ibu yang sama-sama berasal dari bani Hasyim. Nasabnya dari kedua orang tua sampai kepada Imam Ali bin Abi Thalib as.[2] Di antara gelar Imam Baqir as yaitu Syakir, Hadi dan Baqir. Baqir merupakan gelarnya paling masyhur yang berarti "pembuka".[3] Ya'qubi menulis bahwa Imam Baqir as digelari dengan Baqir al-Ulum karena menjadi pembuka atau penyingkap khazanah ilmu pengetahuan. Julukannya yang terkenal adalah Abu Ja'far.[4] Dalam sumber-sumber riwayat, ia lebih dikenal dengan julukan Abu Ja'far awal.
Hari Lahir dan Wafat
Imam Baqir as lahir pada hari Jumat, 1 Rajab tahun 57 H/677, di Madinah. Sebagian lagi menyebutkan hari lahirnya pada tanggal 3 Shafar tahun 57 H/677.[5] Ia sempat hadir dalam peristiwa Karbala pada usianya yang masih kanak-kanak.[6]
Penamaan
Bertahun-tahun sebelum kelahiran Imam Baqir as, Nabi Muhammad saw telah menetapkan nama Muhammad dan gelar "Baqir" untuknya. Riwayat dari Jabir dan riwayat-riwayat lainnya menjadi bukti dari pemberian nama ini.[7]
Syahadah
Imam Baqir as wafat pada tanggal 7 Dzulhijjah tahun 114 H/733.[8] Namun terdapat pendapat lain yang berbeda tentang tahun wafat dan kesyahidan Imam Baqir as.
Mengenai siapa orang yang telah membunuh Imam Baqir as, terdapat beberapa riwayat dan sejarah yang beragam. Sebagian sumber menyebutkan Hisyam bin Abdul Malik sebagai pembunuh Imam Baqir as.[9] Sebagian lainnya menyebutkan Ibrahim bin Walid yang telah meracunnya.[10] Riwayat lain mencatat Zaid bin Hasan sebagai pelaku pembunuhan, karena memiliki dendam lama terhadap Imam Baqir as.[11] Yang jelas, wafat Imam Baqir as terjadi pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik.[12] Hal ini karena Hisyam memerintah dari tahun 105 H/724 – 125 H/743 dan Imam Baqir as wafat pada tahun 118 H/736.
Sekalipun terdapat riwayat yang berbeda-beda, namun tidak menutup kemungkinan semuanya adalah benar, karena bisa jadi pelaku pembunuhan terhadap Imam Baqir as tersebut tidak hanya seorang. Dalam hal ini, setiap riwayat hanya menyebutkan salah satu dari pelaku pembunuhan saja. Dengan memperhatikan adanya kebencian Hisyam terhadap Imam Baqir as dan permusuhan Bani Umayah terhadap keluarga Imam Ali bin Abi Thalib as, tidak diragukan lagi bahwa terdapat dugaan kuat Hisyam yang melakukan pembunuhan terhadap Imam Baqir as secara tidak langsung dengan menyuruh orang lain. Dalam melaksanakan rencana jahatnya tersebut, Hisyam menggunakan kekuatan bawahannya yang dapat dipercaya. Hisyam menunjuk Ibrahim bin Walid yang masih bagian dari Bani Umayah dan memiliki permusuhan dengan Ahlulbait as. Ia memberikan perlengkapan kepada seseorang dari anggota rumah keluarga Imam Ali bin Abi Thalib as yang tidak memiliki hambatan dalam lingkungan kehidupan Imam Baqir as, juga tidak ada seorang pun yang dapat menghalanginya. Sehingga dengan perantaraannya ia berhasil melaksanakan rencana licik Hisyam dan membunuh Imam Baqir as.
Imam Baqir as dikuburkan di Baqi' di samping kuburan ayahnya, Imam Sajjad as, dan kuburan paman dari ayahnya, Imam Hasan al-Mujtaba as.[13]
Istri dan Anak
Sumber riwayat menyebutkan Ummu Farwah sebagai istri Imam Baqir as. Ia adalah ibu dari Imam Shadiq as. Ummu Hakim putri Usaid Tsaqafi juga disebut sebagai istri Imam Baqir as yang kemudian melahirkan dua putra Imam Baqir as. Imam juga memiliki istri lainnya dari hamba sahaya yang melahirkan tiga orang anak.[14] Keturunan Imam Baqir as berjumlah tujuh orang, yaitu lima laki-laki dan dua perempuan. dan mereka itu adalah:
- 1. Ja'far
- 2. Abdullah,Ummu Farwah binti Qasim bin Muhammad adalah ibu bagi kedua putra Imam diatas.
- 3. Ibrahim
- 4. Ubaidillah,Ummu Hakim binti Usaid Tsaqafi adalah ibu dari kedua putra Imam diatas dan dari kedua putranya tidak memiliki keturunan.
- 5. Ali
- 6. Zainab,ibu keduanya adalah seorang wanita sahaya.
- 7. Ummu Salamah, ibunya juga adalah seorang wanita sahaya.[15]
Imamah
Nama | Lakab | Kunyah | Hari lahir | Tahun Lahir |
Tempat Lahir |
Tanggal Syahid | Tahun Syahid |
Tempat Sahid |
Imamah | Periode Imamah |
Nama Ibu |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Imam Ali as | Amirul Mukminin | Abul Hasan | 13 Rajab | 30 Tahun Gajah | Mekkah | 21 Ramadhan | 40 H | Najaf | 11-40 | 29 tahun | Fatimah binti Asad |
Imam Hasan as | Mujtaba | Abu Muhammad | 15 Ramadhan | 2 H | Madinah | 28 Shafar | 50 H | Madinah | 40-50 | 10 tahun | Fatimah az-Zahra sa |
Imam Husain as | Sayid al-Syuhada | Abu Abdillah | 3 Sya'ban | 3 H | 10 Muharram | 61 H | Karbala | 50-61 | 10 tahun | ||
Imam Ali Zainal Abidin as | Al-Sajjad | Abu al-Hasan | 5 Sya'ban | 38 H | 12 atau 25 Muharram | 95 H | Madinah | 61-94 | 10 tahun | Syahrbanu | |
Imam Muhammad bin Ali as | Al-Baqir | Abu Ja'far | 1 Rajab | 57 H | 7 Dzulhijjah | 114 H | 94-115 | 19 tahun | Fatimah | ||
Imam Ja'far bin Muhammad as | Al-Shadiq | Abu Abdullah | 17 Rabiul Awwal | 83 H | 28 Syawal | 148 H | 114-148 | 19 tahun | Fatimah | ||
Imam Musa bin Ja'far as | Al-Kazhim | Abu al-Hasan | 7 Shafar | 128 H | 25 Rajab | 183 H | Kazhimain | 148-183 | 35 tahun | Hamidah al-Barbariyah | |
Imam Ali bin Musa as | Al-Ridha | Abu al-Hasan | 11 Dzul-Kadah | 148 H | 17 Shafar | 203 H | Masyhad | 183-203 | 20 tahun | Taktum | |
Muhammad bin Ali As | Al-Jawad | Abu Ja'far | 10 Rajab | 195 H | Akhir Dzulkaidah | 220 H | Kazhimain | 203-220 | 17 tahun | Sabikah | |
Ali bin Muhammad As | Al-Hadi | Abu al-Hasan | 2 Rajab | 212 H | 3 Rajab | 254 H | Samarra | 220-254 | 34 tahun | Samanah Maghribiyah | |
Imam Hasan al-Askari as | Al-Askari | Abu Muhammad | 8 Rabiu-Tsani | 232 H | 8 Rabiul Awwal | 260 H | 254-260 | 6 tahun | Haditsah atau Salil | ||
Muhammad bin Hasan Ajf | Al-Qaim | Abul Qasim | 15 Sya'ban | 255 H | Samarra | Narjis |
Imam Baqir as menjadi imam setelah ayahnya mati syahid. Ia menjadi pemimpin Syiah hingga wafat pada tahun 114 H/733 (atau 117 H/735).
Ma'rifatullah | |
---|---|
Tauhid | Tauhid Dzati • Tauhid Sifat • Tauhid Af'al • Tauhid Ibadah |
Furuk | Tawasul • Syafa'at • Tabarruk • |
Keadilan Ilahi | |
Kebaikan dan keburukan • Bada' • Amrun bainal Amrain • | |
Kenabian | |
Keterjagaan • Penutup Kenabian • Nabi Muhammad Saw • Ilmu Gaib • Mukjizat • Tiada penyimpangan Alquran | |
Imamah | |
Keyakinan-keyakinan | Kemestian Pelantikan Imam • Ismah Para Imam • Wilayah Takwini • Ilmu Gaib Para Imam • Kegaiban Imam Zaman as • Ghaibah Sughra • Ghaibah Kubra • Penantian Imam Mahdi • Kemunculan Imam Mahdi as • Raj'ah |
Para Imam | |
Ma'ad | |
Alam Barzah • Ma'ad Jasmani • Kebangkitan • Shirath • Tathayur al-Kutub • Mizan • Akhirat | |
Permasalahan Terkemuka | |
Ahlulbait • Empat Belas Manusia Suci • Taqiyyah • Marja' Taklid |
Dalil Keimamahan
Jabir bin Abdillah al-Anshari meriwayatkan, "Dalam menjawab pertanyaan Jabir tentang para imam setelah Amirul Mukminin, Nabi Muhammad saw berkata, "Hasan dan Husain yang keduanya pemimpin para pemuda ahli surga, kemudian pemimpin para ahli ibadah di zamannya, yaitu Ali bin Husain, kemudian Baqir, yaitu Muhammad bin Ali, dimana engkau akan melihatnya wahai Jabir …."[16]
Imam Sajjad as juga sering memperhatikan putranya, Imam Baqir as, secara seksama. Ketika seorang anaknya bertanya mengenai rahasia tentang perhatian khusus Imam Sajjad as kepada Imam Baqir as, Imam Sajjad as menjawab, "Hal ini karena keimamahan akan berlanjut pada keturunannya hingga pada hari Al-Qaim melakukan revolusi dan memenuhi dunia dengan keadilan. Oleh karena itu, Baqir adalah Imam dan ayah dari para Imam."[17]
Syekh al-Mufid menulis, "Imam Baqir as memiliki keunggulan di antara saudaranya dalam sisi keilmuan, kezuhudan, dan kemuliaan. Kedudukan dan kebesarannya lebih tinggi. Setiap orang memuji kebesarannya. Ia dihormati oleh masyarakat umum dan orang-orang khusus. Darinya terpancar ilmu-ilmu agama, sunah nabawi, ilmu Alquran, sejarah, akhlak dan sastra. Semua itu tidak nampak pada seorang pun dari keturunan Imam Hasan as dan Imam Husain as. Para sahabat Nabi saw yang tersisa, para pembesar dari tabi'in dan ulama fikih kaum muslimin meriwayatkan darinya. Keutamaan dan kebesarannya sedemikian rupa hingga menjadi perumpamaan di kalangan ulama. Mengenai sifat-sifatnya, para ulama menulis buku dan membacakan syair-syair tentangnya."[18]
Para Penguasa Pada Masa Imam Baqir as
Masa keimamahan Imam Baqir as berbarengan dengan lima penguasa Bani Umayah: Walid bin Abdul Malik (86 H/705-96 H/715), Sulaiman bin Abdul Malik (96 H/715-99 H/718), Umar bin Abdul Aziz (99 H/718-101 H/720), Yazid bin Abdul Malik (101 H/720-105 H/724), Hisyam bin Abdul Malik (105 H/724-125 H/743).
Dari kelima penguasa Bani Umayah tersebut, Umar bin Abdul Aziz terbilang bertindak menjalankan pemerintahan dengan adil dan bijaksana. Sementara para penguasa lainnya memerintah dengan kesewenang-wenangan dan bertindak zalim terhadap masyarakat, terutama kepada orang-orang Syiah. Di istana mereka sangat nampak kerusakan, kemungkaran, dendam dan pengkastaan manusia.
Kebangkitan Ilmu
Tahun 94 H/713 hingga 114 H/733 merupakan masa munculnya aliran-aliran fikih dan puncak periwayatan mengenai tafsir Alquran. Hal ini disebabkan lemahnya pemerintahan Bani Umayah dan pertengkaran di antara petinggi pemerintahan untuk memperoleh kekuasaaan. Ulama Ahlusunah, seperti Syihab Zuhri, Makhul dan Hisyam bin Urwah, aktif dalam meriwayatkan hadis dan memberi fatwa. Sementara yang lainnya aktif dalam menyebarkan akidah dan pemikirannya masing-masing, seperti Khawarij, Murjiah, Kisaniyah dan Ghaliyan.
Pada masa tersebut, Imam Baqir as membuka sisi kelimuan secara luas yang mencapai puncaknya pada masa putranya, Imam Shadiq as. Ia menjadi rujukan semua pembesar dan ulama Bani Hasyim dalam kelimuan, kezuhudan, keagungan dan keutaman. Riwayat dan hadisnya mengenai ilmu agama, sunah nabawi, ulumul quran, sejarah, akhlak dan sastra sedemikian rupa hingga pada saat itu tidak tersisa lagi pada seorang pun dari keturunan Imam Hasan as dan Imam Husain as.[19]
Meskipun saat itu pemikiran Syiah masih terbatas pada masalah azan, taqiyah, salat mayit dan sebagainya, namun dengan kehadiran Imam Baqir as terdapat langkah penting dalam perkara ini. Di kalangan Syiah muncul sebuah kondisi yang baik. Pada masa inilah Syiah mulai menyusun budayanya sendiri—melingkupi fikih, tafsir dan akhlak.[20]
Imam Baqir as dengan dengan keras menolak argumentasi kelompok Ashhabul Qiyas.[21] Ia pun dengan keras melawan argumentasi seluruh kelompok Islam yang menyimpang. Dengan cara gigih ini, Imam Baqir as berhasil membedakan keyakinan Ahlulbait yang benar dari pemikiran kelompok Islam lainnya pada berbagai bidang. Mengenai kelompok Khawarij, Imam Baqir as berkata, "Kaum Khawarij memahami zaman secara sempit karena kebodohannya. Agama yang lebih sederhana dan lebih luwes adalah milik orang-orang yang mengenalnya (zamannya)."[22] Kemasyhuran ilmu Imam Baqir as tidak hanya di wilayah Hijaz, namun juga tersebar hingga daerah Irak dan Khurasan. Seorang perawi mengatakan "Aku melihat penduduk Khurasan duduk mengelilinginya dan menanyakan berbagai masalah ilmu mereka kepadanya."[23]
Berikut ini peninggalan ilmu Imam Baqir as secara ringkas dalam berbagai bidang:
Tafsir
Imam Baqir as mengkhususkan sebagian waktunya untuk menjelaskan pembahasan tafsir. Ia mebuat majelis-majelis tafsir dan menjawab soal serta subhat-subhat para ulama dan masyarakat umum. Imam Baqir as menulis sebuah kitab tafsir Al-Quran yang disebutkan oleh Muhammad bin Ishaq Nadim dalam kitabnya, Al-Fahrast.[24]
Imam Baqir as menyebutkan bahwa makrifat dan pengetahuuan Alquran hanya terbatas pada Ahlulbait as. Hal ini karena Ahlulbait yang mampu membedakan ayat-ayat muhkamat, mutasyabihat, nasikh dan mansukh. Ilmu semacam ini tidak terdapat pada seorang pun selain Ahlulbait. Oleh karena itu, Imam Baqir as berkata, "Tidak ada satu pun seperti tafsir Alquran yang jauh dari akal masyarakat. Hal ini karena pada satu ayat yang perkataannya bersambung memiliki awal ayat yang berbicara satu masalah, sementara di akhir ayatnya mebicarakan masalah lain. Dan perkataan bersambung ini bisa dikembalikan kepada beberapa bentuk."[25]
Hadis
Secara khusus, Imam Baqir as memberikan perhatian penting terhadap hadis-hadis Nabi Muhammad saw. Jabir bin Yazid Ja'fi meriwayatkan tujuh puluh ribu hadis Nabi Muhammad saw melalui Imam Baqir as. Demikian juga Aban bin Taghlib dan seluruh murid Imam Baqir as meriwayatkan sejumlah besar hadis agung Rasulullah saw ini dari Imam Baqir as.
Tidak cukup dengan menukil dan menyebarkan hadis saja, Imam Baqir as pun menyuruh para sahabatnya untuk memberikan perhatian serius dalam memahami hadis dan mengetahui maknanya. Ia berkata, "Kenalilah derajat para Syiah kami dengan timbangan periwayatan mereka atas hadis-hadis Ahlulbait dan makrifat mereka atas hadis-hadis tersebut. Dan makrifat adalah pengetahuan atas riwayah dan diroyah hadis. Dengan diroyah dan pemahaman riwayah inilah seorang mukmin mencapai derajat iman paling tinggi."[26]
Kalam
Pada masa Imam Baqir as, dengan adanya kesempatan dan berkurangnya tekanan serta kontrol dari para penguasa, muncul kesempatan untuk menampakkan berbagai keyakinan dan pemikiran. Hal ini menyebabkan muncul dan tersebarnya pemikiran-pemikiran menyimpang di masyarakat. Kondisi seperti ini mendorong Imam Baqir as untuk menjelaskan akidah dan keyakinan yang murni dan benar, melawan akidah batil dan menjawab berbagai subhat. Imam Baqir as menjelaskan pemikiran-pemikiran kalamnya untuk menanggapi masalah ini. Diantara pembahasannya yaitu masalah ketidakmampuan akal manusia dalam memahami hakikat Allah swt,[27] keazalian wajibul wujud (Tuhan)[28] dan kewajiban taat terhadap imam maksum as.[29] Warisan Imam Baqir as lainnya adalah masalah fikih[30] dan sejarah.[31]
Diskusi dan Debat
Aktifitas ilmiah Imam Baqir as lainnya berupa diskusi dan debat yang dilakukan dengan berbagai kalangan dalam berbagai tema. Diantara debat dan diskusi yang dilakukannya antara lain:
- Debat dengan Uskup Nasrani
- Diskusi dengan Hasan Bashri
- Debat dengan Hisyam bin Abdul Malik
- Debat dengan Muhamad bin Munkadar
- Debat dengan Nafi' bin Azraq
- Debat dengan Abdullah bin Mua'mmar Laitsi
- Diskusi dengan Qatadah bin Du'amah
Melawan Israiliyat
Diantara para kelompok yang pada masa itu berada di tengah-tengah masyarakat Islam dan memberikan pengaruh yang besar dan dalam pada budaya di masa itu adalah kaum Yahudi. yaitu sejumlah dari ulama Yahudi yang secara lahiriah telah masuk Islam dan sekelompok lain yang masih teguh pada agama aslinya pun tersebar di tengah-tengah masyarakat Islam dan Menjadi rujukan ilmu bagi orang-orang awam yang mudah tertipu. Perjuangan Imam Baqir as dan tindakannya dalam melawan kaum Yahudi dan ilham-ilham buruk mereka dalam budaya Islam, dan mendustakan hadis-hadis palsu dan buatan serta perlakuan buruk kaum Yahudi terhadap para nabi dan perkara-perkara yang menyebabkan ternodainya wajah asli para nabi Allah, dapat dilihat dengan baik. Zurarah meriwayatkan, "Aku duduk di hadapan Imam Baqir as. Dalam posisi menghadap Kakbah, Imam berkata, "Memandang ke arah Kakbah adalah ibadah." Pada saat itu datang seorang bernama 'Ashim bin Umar dan berkata, "Ka'ab al-Ahbar berkata, Setiap pagi Kakbah melakukan sujud kepada Baitul Maqdis.' Imam Baqir as berkata, "Apa pendapatmu tentang perkataan Ka'ab al-Ahbar ini?" Orang tersebut berkata, "Perkataan Ka'b al-Ahbar adalah benar." Imam berkata, "Engkau dan Ka'b al-Ahbar telah berkata dusta." Dalam keadaan marah Imam berkata, "Allah tidak menciptakan bangunan di atas bumi yang lebih dicintai daripada Kakbah."[32]
Para Sahabat dan Murid
Kondisi zaman pada masa Imam Baqir as dan Imam Shadiq as memberikan peluang bagi keduanya, dimana kondisi ini tidak terdapat pada masa imam-imam lainnya. Kondisi yang menguntungkan tersebut berupa kelemahan dan kepincangan pemerintahan Bani Umayah. Pada masa itu pemberontakan-pemberontkan politik dari dalam tidak memberi ruang gerak kepada para penguasa, sebagaimana para penguasa sebelumnya, untuk menekan Ahlulbait dan mengucilkannya. Kondisi baik ini dimanfaatkan oleh Imam Baqir as dan Imam Shadiq as untuk memuat sebagian besar pemikiran fikih, tafsir dan akhlak dalam kitab-kitab fikih dan hadisnya. Dalam situasi seperti ini, Muhammad bin Muslim mampu meriwayatkan tiga puluh ribu hadis dari Imam Baqir as.[33] Sementara Jabir al-Ju'fi berhasil menghimpun tujuh puluh ribu hadis.[34] Menurut ulama Syiah, terdapat enam orang fukaha yang paling fakih di awal Islam yang merupakan para sahabat Imam Baqir as dan Imam Shadiq as. Mereka adalah Zurarah bin A'yan, Ma'ruf bin Kharbuz Makki, Abu Basir Asadi, Fadhil bin Yasar, Muhammad bin Muslim Thaifi dan Barid bin Muawiyah 'Ajli.[35]
Syekh Thusi menyebutkan dalam kitab Rijal, bahwa para murid Imam Baqir as yang meriwayatkan hadis darinya sebanyak 462 orang laki-laki dan dua perempuan.
Dalam hal ketsiqahan dan kei'tibaran, sebagian para sahabat dan murid Imam Baqir as dipercaya baik oleh kalangan Ahlusunah maupun Syiah Imamiyah. Sebagian lagi tidak dimasukkan dalam kitab-kitab rijal Ahlusunnah karena kecenderungan mereka yang kental terhadap Syiah, dan mereka hanya dipercaya oleh kalangan Syiah. Akan tetapi, tidak boleh dipahami bahwa Imam Baqir as merasa nyaman dan aman dari pembatasan dan pelarangan yang dilakukan oleh para penguasa terhadap Ahlulbait as. Bahkan tidak diragukan lagi bahwa perlakuan penguasa atas kehidupan Imam Baqir as adalah karena taqiyah. Hal ini karena dengan sistem pemerintahan zalim yang berkuasa atas masyarakat, dikesampingkannya taqiyah adalah untuk melakukan aktifitas ilmiah dan menyebarkan pengetahuan dasar agama.
Imam Baqir as Menurut Para Ulama
Ibnu Hajar Haitami menulis, "Abu Ja'far Muhammad Baqir as menyingkap khazanah ilmu yang terpendam, hakikat hukum, hikmah-hikmah dan kebijksanaan yang tidak tertutupi keculi oleh unsur-unsur tanpa bashirat atau buruknya niat. Dengan demikian, ia digelari dengan "Baqirul Ulum" atau pembuka dan penyingkap ilmu, penghimpun ilmu dan penegak panji ilmu. Ia menghabiskan umurnya dalam ketaatan kepada Allah swt dan telah sampai pada kedudukan orang-orang arif, dimana bahasa tidak mampu melukiskan sifat-sifatnya. Ia memiliki banyak perkataan dalam bidang suluk dan pengetahuan.[36]
Abdullah bin 'Atha, seorang ulama besar zaman Imam Baqir as, berkata, "Aku tidak melihat ulama yang rendah di hadapan siapapun, kecuali ulama yang ada di hadapan Abu Ja'far (yakni Imam Baqir as)."[37]
Dzahabi menulis tentang Imam Baqir as, "Ia adalah di antara orang yang terkumpul padanya ilmu, amal, kebesaran, kemuliaan, ketenangan dan terpercaya. Dan ia memiliki kelayakan untuk khilafah."[38]
Didahului oleh: Imam Sajjad as |
Imam ke-5 Syiah Imamiyah 95 H/714-114 H/733 |
Diteruskan oleh: Imam Shadiq as |
Catatan Kaki
- ↑ Al-Mufid, Al-Irsyad, jld. 2, hlm. 155.
- ↑ Ibid, jld. 2, hlm. 158.
- ↑ Ya'qubi, Tarikh Ya'qubi, jld. 2, hlm. 289.
- ↑ Thabari, Dalail al-Aimmah, hlm. 216.
- ↑ Majlisi, Bihar, jld. 46, hlm. 212.
- ↑ Ya'qubi, Tarikh Ya'qubi, jld. 2, hlm. 289.
- ↑ Kifayat al-Atsar, hlm. 144-145.
- ↑ Firaq al-Syi'ah, hlm. 61; I'lam al-Wara' menuliskan bulan Rabiul Awwal sebagai ganti Dzulhijjah. Lihat: hlm. 259.
- ↑ Mishbah Kaf'ami, hlm. 691.
- ↑ Dalail al-Aimmah, hlm. 216; Manaqib Ibnu Syahr Asyub, jld. 4, hlm. 228.
- ↑ Fir'q al-Syi'ah, hlm. 61; I'lam al-Wara' menuliskan bulan Rabiul Awwal sebagai ganti Dzulhijjah. Lihat: hlm. 259.
- ↑ Tarikh Ya'qubi, jld. 2, hlm. 289; Muruj al-Dzahab, jld. 3, hlm. 219.
- ↑ Fir'q al-Syi'ah, hlm. 61; Ushul Kafi, ld. 2, hlm. 372; Irsyad Mufid, jld. 2, hlm. 158; Dalail al-Aimmah, hlm. 216; A'lam al-Wara', hlm. 259; Kasyf al-Ghummah, jld. 2, hlm. 327; Tadzkirah al-Khawash, hlm. 306; Mishbah Kaf'ami, hlm. 691.
- ↑ Mufid, Al-Irsyad, jld. 2, hlm. 524.
- ↑ Mufid, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 524; Aminul Islam Thabarsi, I'lam al-Wara' bi A'lam al-Huda, terjemah Azizullah ‘Atharidi, hlm. 375.
- ↑ Kifayat al-Atsar, hlm. 144-145.
- ↑ Kifayat al-Atsar, hlm. 237.
- ↑ Mufid, Al-Irsyad, jld. 2, hlm. 157.
- ↑ Ibid, hlm. 507.
- ↑ Dhuha al-Islam, jld. 1, hlm. 386; Dirasat wa Buhuts fi al-Tarikh al-Islam, jld. 1, hlm. 56-57 dalam Ja'fariyan, Hayat-e Fikri va Siyasi Imaman-e Syiah, hlm. 295.
- ↑ Syekh Hurr ‘Amili, Wasail al-Syi'ah, jld. 18, hlm. 39.
- ↑ Syeikh Thusi, Al-Tahdzib, jld. 1, hlm. 241 dalam Ja'fariyan, Hayat-e Fikri va Siyasi Imaman-e Syiah, hlm. 299.
- ↑ Kulaini, Ushul Kafi, jld. 6, hlm. 266; Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 26, hlm. 357.
- ↑ Ibnu Nadim, Al-Fahrast, hlm. 59; Syarif al-Qursyi, Baqir, Hayat al-Imam al-Muhammad al-Baqir, jld. 1, hlm. 174.
- ↑ Guruh-e Muallifan, Pishvayan-e Hidayat, hlm. 320.
- ↑ Syarif al-Qursyi, Baqir, Hayat al-Imam al-Muhammad al-Baqir, jld. 1, hlm. 140-141.
- ↑ Kulaini, Ushul Kafi, jld.1, hlm. 82.
- ↑ Ibid, hlm. 88-89.
- ↑ Ibid, hlm. 185.
- ↑ Guruh-e Muallifan, Pishvayan-e Hidayat, hlm. 341-347.
- ↑ Ibid, hlm. 330-334.
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 46, hlm. 345.
- ↑ Ibid, jld. 1, hlm. 83.
- ↑ Ali Muhammad Ali Dakhil, Aimmatuna, jld. 1, hlm. 347.
- ↑ Manaqib, Ibnu Syahr Asyub, jld. 4, hlm. 211.
- ↑ Ibnu Hajar, Al-Shawaiq al-Muhriqah, hlm. 201.
- ↑ Sibth Ibnu al-Jauzi, Tadzkirah al-Khawash, hlm. 337; Ali bin Issa al-Arbili, Kasyf al-Ghummah, jld. 2, hlm. 329.
- ↑ Dzahabi, Siru A'lam al-Nubala', jld. 4, hlm. 402.
Daftar Pustaka
- Al-Kaf'ami, Taqiyuddin Ibrahim bin Ali, Al-Mishbah, Beirut, Muassasah al-A'lam al li al-Mathbu'at, Cetakan Pertama, 1414 H/1994 M.
- Al-Kulaini, Abi Ja'far Muhammad bin Ya'qub, Al-Kafi, Riset oleh Ali Akbar Ghafari, Tehran, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Cetakan Kedua, 1388 H.
- Al-Mufid, Al-Irsyad, Riset oleh Muassasah Aalulbait as li Tahqiq al-Turats, Beirut, Darul Mufid Li al-Thaba'ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi', 1414 H/1993 M.
- 'Amili, Hurr, Wasail al-Syi'ah ila Tahshili Masail al-Syari'ah, Beirut, Dar Ihya al-Turats al-'Arabi, Tanpa Tahun.
- Dakhil, Ali Muhammad Ali, Aimmatuna Sirah al-Aimmah al-Itsna ‘Asyar, Qom, Muassasah Dar al-Kutub al-Islami, Cetakan Ketiga, 1429 H/2008 M.
- Guruh-e Muallifan, Pishvayan-e Hidayat Shekofande-ye Ulum Hazrat-e Imam Baqir as, Penerjemah: Kazhim Hatami Thabari, Qom, Majma Jahani Ahlulbait, Cetakan Pertama, 1385 S.
- Ibnu Atsir, 'Izuddin, Al-Makamil fi al-Tarikh, Beirut, Dar Shadir, 1402 H/1982 M.
- Ibnu Hajar Haitami, Ahmad, Al-Shawa'iq al-Muhriqah, Maktabah al-Qahirah, Tanpa Tahun.
- Ibnu Nadim, Muhammad, Kitab al-Fahrast, Terjemah Muhammad Ridha Tajadud, Teharan, Penerbit Sephar, Cetakan Ketiga, 1366 S.
- Majlisi, Bihar al-Anwar, Beirut, Dar Ihya al-Turats al-'Arabi, 1403 H.
- Qomi Razi, Abil Qasim Ali bin Muhammad, Kifayah al-Atsar fi al-Nash 'ala al-Aimmah Itsna 'Asyar, Qom, Mathbu'ah al-Khiyam, 1401 H.
- Sibth Ibnu Jauzi, Tadzkirah al-Khawash, Tehran, Maktabah Nainawa al-Haditsah, Nashir Khusru.
- Suyuthi, Jalaluddin, Tarikh al-Khulafa', Riset oelh Muhamamd Muhyiddin Abdul Hamid.
- Syahr Asyub, Abi Ja'far Muhammad bin Ali, Manaqib Aali Abi Thalib, Penerbit Dzawil Qurba, Cetakan Pertama, 1421 H/1379 S.
- Syarif al-Qursyi, Baqir, Hayat al-Imam Muhammad al-Baqir, Qom, Dar al-Kutub al-‘Alamiyah, Ismailiyan Najafi, 1397 S.
- Thabari, Muhamamd, bin Jarir, Dalail al-Imamah, Qom, Muassasah al-Bi'tsah, Cetakan Pertama, 1413 H.
- Thabarsi, Abi Manshur Ahmad bin Ali, Al-Ihtijaj, Masyhad, Nasyr al-Musthafa, 1403 H.
- Thabarsi, Aminul Islam, 'Alam al-Wara' bi ‘Alam al-Huda, Terjemah 'Azizullah 'Athardi, Tehran, Toko Buku Islamiyah, Cetakan Kedua, 1377 S.
- Thusi, Abi Ja'far Muhammad bin Jal-Hasan, Ikhtiyar Ma'rift al-Rijal, Ditashhih oleh Hasan al-Musthafawi, Universitas Masyhad, 1348 S.
- Ya'qubi, Ibnu Wadhih, Tarikh Ya'qubi, Terjemah Muhammad Ibrahim, Tehran, Penerbit Ilmi va Farhanggi, 1378 S.