Pasukan Usamah
Pasukan Usamah (bahasa Arab:جيش أسامة) adalah pasukan terakhir yang terbentuk atas perintah langsung Rasulullah saw untuk menghadapi serangan pasukan imperium Romawi. Pasukan ini dikenal dengan nama pasukan Usamah karena berada dibawah komando Usamah bin Zaid sebagai panglima perang. Disebabkan ketidaktaatan sejumlah sahabat dimasa Nabi Muhammad saw masih hidup, pasukan ini tidak bergerak. Dalam keyakinan Syiah, Nabi Muhammad saw mempunyai maksud dan tujuan lain dalam pembentukan pasukan ini yang telah dipersiapkannya untuk menghadapi berbagai peristiwa yang dimungkinkan terjadi pasca wafatnya.
Latar Belakang
Satu atau dua bulan sebelum adanya perintah pembentukan Pasukan Usamah, terjadi peristiwa Ghadir, dimana pada peristiwa tersebut Nabi Muhammad saw menetapkan Ali bin Abi Thalib as sebagai penggantinya. Penetapan tersebut bagi pihak-pihak yang bertentangan dengan Ahlulbait as menjadi keputusan pahit yang sangat sulit diterima, karena itu sejak itu mereka telah memikirkan langkah-langkah agar penetapan Rasulullah saw tersebut bisa dibatalkan atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.[1] Menurut catatan sejarah, Nabi Muhammad saw sebelum wafatnya, telah menyampaikan kepada sejumlah sahabatnya mengenai kemungkinan usianya tidak lama lagi. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud bahwa Nabi Muhammad saw satu bulan sebelum wafatnya telah mengabarkan berita kewafatannya. Hal ini membuat sejumlah sahabat menyadari Nabi Muhammad saw tidak lama lagi bersama mereka. [2]
Munculnya klaim sejumlah orang yang mengaku sebagai nabi, juga menjadi peristiwa penting dimasa-masa akhir usia Nabi Muhammad saw. [3] Meski dalam keadaan demikian, Nabi Muhammad saw tidak menggerakkan pasukan untuk menghadapi pihak-pihak yang mengaku nabi tersebut, melainkan membentuk pasukan yang diperintahkannya untuk bergerak menuju kawasan Mediterania.
Tujuan
Kemungkinan tujuan utama Nabi Muhammad saw membentuk Pasukan Usamah adalah untuk membalas kekalahan pasukan Islam pada Perang Mutah, yang dalam perang tersebut tiga sahabat dekat Nabi saw meraih syahadah, yaitu Ja'far bin Abi Thalib, Abdullah bin Rawaha dan Zaid bin Haritsah (ayah Usamah). Bisa dikatakan, alasan memilih Usamah sebagai panglima pasukan juga memiliki keterkaitan erat dengan kesyahidan ayahnya pada Perang Mu'tah.
Pada sisi lain, jika melihat hari-hari terakhir Rasulullah saw, bisa dikatakan Nabi Muhammad saw memiliki tujuan lain dari pembentukan pasukan tersebut. Diantaranya, hendak mengosongkan Madinah dari sahabat-sahabat yang rakus kekhilafahan. [4]
Pesan yang hendak disampaikan Nabi Muhammad saw dengan mengangkat Usamah sebagai panglima pasukan yang saat itu usianya masih terbilang muda, adalah bahwa parameter pengangkatan pemimpin tidak didasarkan pada jumlah usia, melainkan dari kelayakan dan kecakapannya. Setelah Rasulullah saw wafat, pihak yang menentang pengangkatan Ali bin Abi Thalib as sebagai khalifah menjadikan usianya yang lebih muda dari sahabat-sahabat senior lainnya sebagai alasan penolakan.
Pembentukan Pasukan
Pengangkatan Panglima
Nabi Muhammad saw mengangkat Usamah bin Zaid sebagai komandan pasukan yang dibentuknya. Ayahnya Zaid bin Haritsah adalah budak yang dimerdekakan oleh Rasulullah saw dan diantara sahabat yang pertama masuk Islam, yang dengan itu Zaid dan puteranya Usamah disebut Mawali Nabi saw (budak-budak yang dimerdekakan Nabi). Kuniyah Usamah adalah Abu Yazid dan Abu Kharijah, sebagian pendapat menyebutkan Abu Yazid memiliki kemungkinan berasal dari Abu Zaid yang terdistorsi menjadi Abu Yazid. [5] Oleh karena usia Usamah 19 tahun saat Nabi Muhammad saw wafat, maka hal tersebut menunjukkan ia lahir sekitar 4 tahun setelah Bi'tsah. [6]
Para Penentang
Pasca pengangkatan Usamah bin Zaid sebagai pimpinan pasukan, sebagian pihak menentang keputusan tersebut. [7] Thabari [8] menukil perkataan Ibnu Abbas yang menyebutkan adanya penentangan dari orang-orang munafik. Dalam literatur sejarah dicatat diantara penentang tersebut bernama 'Ayyasy bin Abi Rabi'ah al-Makhdzhumi. [9] Syaikh Mufid menuliskan diantara penentang tersebut juga terdapat nama Abu Bakar dan Umar bin Khattab. [10]
Alasan ditolaknya Usamah, karena usianya yang dianggap masih sangat muda untuk menjadi seorang panglima pasukan, yang saat itu usianya baru 17 [11] atau 18 [12] atau 19 atau setidaknya tidak lebih dari 21 tahun. [13] Mereka berkata kepada Nabi Muhammad saw, "Seorang pemuda yang baru mengenal dunia kemiliteran, engkau angkat menjadi pemimpin kami?" [14]
Waktu Pembentukan
Pasukan Usamah dibentuk Rasulullah saw pada akhir bulan Muharram [15] atau menurut riwayat lain pada akhir bulan Shafar tahun 11 H. Nabi Muhammad saw memerintahkan kaum Muslimin untuk berperang melawan Rum dengan menetapkan Usamah sebagai pemimpin pasukan, sebagaimana ayahnya Zaid yang juga menjadi komandan perang pada tahun 8 H pada Perang Mutah. Usamah kemudian berangkat menuju Jurf di dekat Madinah, dan kaum muslimin pun mengikutinya. [16]
Jumlah Pasukan
Mengenai jumlah total pasukan Usamah terdapat beragam pendapat, ada yang menyebut 700 orang [17], 4000 orang [18] bahkan pendapat lain menyebutkan 12 ribu orang [19]. Sedangkan pasukan Usamah di masa kekhalifahan Abu Bakar disebutkan berjumlah total 3000 orang. [20] Menurut sejarah pasukan Usamah bermaksud menuju Balqa dan Darum di Palestina. [21]
Deklarasi
Mayoritas yang hadir saat Pasukan Usamah resmi dideklarasikan adalah dari kalangan Muhajirin. Ibnu Ishak mengatakan, "Semua Muhajirin generasi awal pergi bersama Pasukan Usamah." [22] Pendapat tersebut dikuatkan oleh Waqidi yang menyatakan, "Tidak ada seorang Muhajirin generasi awalpun yang tinggal kecuali semuanya ikut bersama pasukan."[23] Sebagian pendapat juga menyebutkan, bahwa yang diikutkan dalam pasukan ini adalah orang-orang yang terkemuka dari kalangan Anshar dan Muhajirin. [24]
Literatur sejarah juga menyebutkan secara khusus diantara nama tokoh-tokoh terkemuka dari kalangan sahabat yang ikut dalam Pasukan Usamah, diantaranya Abu Bakar[25], Umar bin Khattab [26] dan Abu Ubaidah bin Jarrah [27].Oleh Ibnu Katsir, Abu Bakar dikecualikan sebagai tokoh sahabat yang ikut dalam pasukan Usamah, dikarenakan adanya periwayatan yang menyebutkan keberadaan Abu Bakar di Madinah dan menggantikan Nabi Muhammad saw sebagai imam salat dikarenakan sakit. [28]
Misi Pasukan
Dua misi utama Pasukan Usamah berdasarkan literatur sejarah adalah untuk mempersiapkan dengan cepat pasukan militer dan melakukan serangan mendadak terhadap Roma. Nabi Muhammad saw memerintahkan agar segera dibentuk pasukan perang, dan berkata kepada Usamah, "Seranglah musuh pada saat fajar, dan bergeraklah mencapai musuh dengan cepat, lebih cepat dari sampainya sebuah berita." [29]
Diriwayatkan pula, bahwa adanya permintaan kepada Nabi Muhammad saw agar penyerangan pasukan Usamah ditunda sampai kesehatan Nabi saw membaik. Permintaan tersebut diantaranya diajukan oleh Ummu Aiman. [30]Namun Nabi Muhammad saw tetap pada keputusannya, dan memerintahkan, "Jalankan perintah, dan berangkatkan pasukan Usamah secepatnya."[31]
Penolakan terhadap Terbentuknya Pasukan Usamah
Meskipun Nabi Muhammad saw telah menegaskan dan memerintahkan agar Pasukan Usamah yang telah dibentuk segera berangkat, namun bukan hanya dimasa Nabi saw masih hidup pasukan tersebut tidak menjalankan tugas namun juga satu bulan pasca wafatnya Nabi Muhammad saw. Syaikh Mufid menukilkan mengenai penentangan dan penolakan Abu Bakar dan Umar atas dibentuknya pasukan Usamah. Syaikh Mufid menulis, "Nabi Muhammad saw memerintahkan kepada Abu Bakar dan Umar untuk bergabung dalam pasukan Usamah, namun keduanya menolak. Alasan penolakannya saat itu belum diketahui. Sampai ketika Aisyah dan Hafsah gigih mengusahakan agar yang menjadi imam jama'ah adalah ayah-ayah mereka, maka alasan penolakan keduanya menjadi jelas." [32]
Kembalinya Usamah
Dalam riwayat Waqidi [33] Usamah pada malam 10 Rabiul Awwal bersama dengan sejumlah sahabat diantaranya Umar bin Khattab kembali ke Madinah dan menghadap kepada Rasulullah saw yang saat itu terbaring sakit di pembaringan. Setelah itu Usamah kembali kepada pasukannya dan mengajak orang-orang untuk berjihad. Namun tidak lama, Usamah kembali lagi ke Madinah disebabkan adanya berita yang dibawa utusan ibunya Ummu Aiman bahwa Nabi Muhammad saw sedang sakit keras. [34] Disaat yang bersamaan, Abu Bakar meninggalkan Madinah menuju Sunh di kediaman istrinya. [35]
Menurut riwayat lainnya, istri Usamah mengutus seseorang untuk menyampaikan kepada Usamah mengenai kondisi kesehatan Nabi Muhammad saw yang semakin kritis. [36] Hal itu membuat Usamah kembali ke Madinah dan menemukan bahwa Nabi Muhammad saw telah wafat. Ia bergabung dalam proses pemandian dan pengafanan jenazah Rasulullah saw. [37]
Pentingnya Pasukan Ini
Pembahasan ini menjadi penting lantaran kehadiran Abu Bakar, Umar dan sahabat-sahabat besar lainnya dalam sebuah laskar atau pasukan di mana Rasulullah saw sangat menekankan agar mereka segera berangkat dan dikomandoi oleh Usamah, hal ini pula yang mendorong berbagai kalangan, di samping membahas masalah ini, menyinggung pula tentang kepribadian Usamah; misalnya Jahidz seorang Mu'tazili, menyebut kepemimpinan Usamah dalam pasukan tersebut sebagai suatu dalil atas keutamaan dan keunggulannya [38] dan secara khusus menekankan sinergi dan kesepahamannya dengan para khalifah setelah Nabi saw. [39] Demikian pula, telah dibahas tentang kebenaran imamah (kepemimpinan) orang yang tidak lebih unggul (mafdhul) walaupun terdapat yang lebih utama (fadhil) dengan kepemimpinan Usamah dan pasukannya. [40]
Akan tetapi, Imamiyah berbicara tentang Abu Bakar dan penolakannya untuk ikut serta dalam pasukan Usamah. [41] Subjek bahasan ini, terlepas dari bab khusus yang telah dikhususkan, bahkan menjadi subjek sebuah risalah (makalah) tersendiri dari salah seorang ulama Imamiyah pada abad ke-11 H yang bernama Muhammad Hasan Syirwani (1098 H/1687) dengan judul "Pasukan Usamah" . [42]
Pengiriman Ulang pada Masa Kekhalifahan Abu Bakar
Ketika Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Ia kembali mengirim Usamah dalam sebuah misi yang sama dengan yang pernah ditugaskan Nabi saw tanpa menghiraukan protes para sahabat-sahabat besar. Ia meminta hal itu kepada Usamah, hanya untuk mengangkat Umar sebagai pembantu Khalifah, dan menurut riwayat ini pula, Ia meyertai keberangkatan Usamah dengan berjalan kaki. [43]
Berdasarkan sebagian referensi, pada mulanya Usamah tidak menyetujui kekhalifahan Abu Bakar dan hal ini nampak jelas dalam suatu surat yang dikirim dari Madinah oleh Abu Bakar ketika sudah menjadi khalifah serta jawaban tegas dan keras Usamah. [44] tetapi, dengan memperhatikan sebagian isi surat tersebut yang diwarnai dengan perdebatan-perdebatan teologis tentang masalah Saqifah serta perilaku-perilaku Usamah lainnya yang searah dengan Khilafah, surat tersebut diperkirakan palsu. Bahkan menurut suatu riwayat, pasca wafatnya Nabi saw, Usamah menunggu perintah dari Abu Bakar. [45]
Agresi ke Syam (Suriah)
Usamah melakukan agresi militer ke arah Balqa di Suriah dan menyerang wilayah Ubni serta berhasil memenangkan berbagai pertempuran dan menurut sebagian riwayat, Ia membunuh pembunuh ayahnya dan setelah 40 atau 60 hari kembali ke Madinah. Kemenangannya sangat menggembirakan masyarakat Madinah yang ketakutan dengan murtadnya kabilah-kabilah Arab. [46]
Catakan Kaki
- ↑ Amini, Abdul Husain, al-Ghadir, jld. 1, hlm. 11.
- ↑ Thabari, Tarikh Thabari, jld. 3, hlm. 191; Maqrizi, Imta'u al-Asma', jld. 14, hlm. 485.
- ↑ Tarikh Thabari, jld. 3, hlm. 146.
- ↑ Mufid, hlm. 167.
- ↑ Silahkan lihat: Bukhari, al-Tarikh, (2)/20; Baladzuri, Ansab (Baghdad), jld. 5, hlm. 77; Ibnu Hibban, hlm. 11; Abu Na'im, Ma'rifah, jld. 2, hlm. 181.
- ↑ Waqidi (1966), jld. 3, hlm. 1125.
- ↑ Baladzuri, jld. 2, hlm. 115; Waqidi, jld. 3, hlm. 1118.
- ↑ Thabari, jld. 3, hlm. 186.
- ↑ Ibnu Atsir, jld. 4, hlm. 21-22.
- ↑ Syaikh Mufid, Irsyad, hlm. 169.
- ↑ Ya'qubi, jld. 1, hlm. 509.
- ↑ Mas'udi, hlm. 241.
- ↑ Baladzuri, jld. 2, hlm. 116.
- ↑ Ibnu Hisyam, jld. 2, hlm. 650.
- ↑ Tarikh Thabari, jld. 3, hlm. 184.
- ↑ Lih. Waqidi (1966), jld. 3, hlm. 1117; Ibnu Hisyam, jld. 4, hlm. 299300.
- ↑ Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, jld. 6, hlm. 305.
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 28, hlm. 107.
- ↑ Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 10, hlm. 139.
- ↑ Maqrizi, Imta'ul Asma' , jld. 2, hlm. 127.
- ↑ Tarikh Thabari, jld. 3, hlm. 184.
- ↑ Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiah, jld. 2, hlm. 642; Tarikh Thabari, jld. 3, hlm. 184.
- ↑ Waqidi, al-Maghazi, jld. 3, hlm. 1118.
- ↑ Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 2, hlm. 145; Ibnu Sayid al-Nas, 'Uyun al-Atsar, jld. 2, hlm. 350.
- ↑ Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 2, hlm. 146; Ibnu Sa'ad al-Nas, 'Uyun al-Atsar, jld. 2, hlm. 350; Waqidi, al-Maghazi, jld. 3, hlm. 1118.
- ↑ Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 2, hlm. 146; Waqidi, al-Maghazi, jld. 3, hlm. 1118.
- ↑ Ibnu Katsir, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 2, hlm. 146; Waqidi, al-Maghazi, jld. 3, hlm. 1118.
- ↑ Ibnu Katsir, jld. 5, hlm. 195-196.
- ↑ Maqrizi, Imta'u al-Asma', jld. 14, hlm. 519; Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 2, hlm. 146; Waqidi, al-Maghazi, jld. 3, hlm. 1117.
- ↑ Waqidi, al-Maghazi, jld. 3, hlm. 1119.
- ↑ Maqrizi, Imta'u al-Asma', jld. 2, hlm. 125; Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 2, hlm. 191; Waqidi, al-Maghazi, jld. 3, hlm. 1119-1121.
- ↑ Syaikh Mufid, al-Irsyad fi Ma'rifah Hujaj Allah 'ala al-'Ibad, 1413 H, jld. 1, hlm. 183.
- ↑ Waqidi (1966), jld. 3, hlm. 1118 dst.
- ↑ Lih. Baladzuri, Ansab al-asyraf (1959), jld. 1, hlm. 384.
- ↑ Lih. Waqidi (1966), jld. 3, hlm. 1120; Baladzuri, Ansab (1959), jld. 1, hlm. 554.
- ↑ Lih. Ibnu Sa'ad, jld. 4, hlm. 6867.
- ↑ Lih. Ibnu Hisyam, jld. 4, hlm. 312; Baladzuri, Ansab al-Asyraf(1959), jld. 1, hlm. 569, 571; Thabari, jld. 3, hlm. 212.
- ↑ Jahidz, hlm. 147146.
- ↑ Jahidz, 168167.
- ↑ Lih. Nasyi Akbar, hlm. 51.
- ↑ Lih. Abu al-Qasim al-Kufi, jld. 1, hlm. 2625; Sayid Murtadha, jld. 4, hlm. 144 dst.
- ↑ Lih. Agha Buzurg, jld. 5, hlm. 304.
- ↑ Lih. Waqidi (1966), jld. 3, hlm. 1121-1122; Ya'qubi (1379 H), jld. 2, hlm. 127; Thabari, jld. 3, hlm. 223 dinukil dari Saif bin 'Umar.
- ↑ Lih. Sud Abadi, hlm. 142143; Ibnu Thawus, hlm. 95.
- ↑ Al-Zuhri. hlm. 174.
- ↑ Ibnu Sa'ad (Dar Shadr), jld. 1, hlm. 191; Ya'qubi (1379 H), jld. 2, hlm. 127; Thabari, jld. 3, hlm. 227.
Daftar Pustaka
- Agha Buzurgh Tehrani, Muhammad Hasan. Al-Dzari'ah ila Tashanif al-Syiah. Beirut: cet. Ali Naqi Manzawi dan Ahmad Manzawi, 1403 H/1983.
- Ibnu Hibban, Muhammad. Masyahid 'Ulama al-Amshar. Riset:. Falayaz Hamir. Kairo: 1379 H/1959.
- Ibnu Sa'ad, Muhammad. Thabaqat al-Kubra. Beirut: Dar Shadr.
- Ibnu Sa'ad. Thabaqat al-Kubra. Beirut: Dar Beirut li Thaba'ah wa al-Nasyr, 1985.
- Ibnu Hisyam, Abdul Mulk bin Hisyam. Al-Sirah al-Nabawiah. riset: Musthafa al-Saqa dan Ibrahim al-Abyari dan Abd al-Hafidz Syalbi. Beirut: Dar al-Ma'rifah, tanpa tahun.
- Ibnu Thawus, Ali. Al-Yaqin fi Amrah Amir al-Mu'minin. Najaf: 1369 H/1950.
- Ibnu Katsir. Al-Bidayah wa al-Nihayah. Riset: Ahmad Abu Mulham. Beirut: Dar al-Kutub, al-'Ilmiah, 1995.
- Abu al-Qasim al-Kufi, Ali. Al-Istighatsah. Najaf: 1386 H.
- Abu Na'im Isfahani, Ahmad. Ma'rifah al-Shahabah. Riset: Muhammad Radhi bin Haj Utsman. Riyadh: 1408 H/1988.
- Bukhari, Ismail. Al-Tarikh al-Kabir. Haidar Abad Deccan: 1982.
- Baladzuri, Ahmad. Ansab al-Asyraf. Riset: Muhammad Hamidullah. Kairo: 1959. Baghdad: Maktabah al-Mutsannah.
- Baladzuri. Ansab al-Asyraf. Riset: Sahil Zakar dan Riyadh Zirikli. Beirut: Dar al-Fikr, 1996.
- Jahidz, 'Amru. Al-Utsmaniah. Riset: Abdul Salam Muhammad Harun. Kairo: 1374 H/1955.
- Zuhri, Muhammad. Al-Maghazi al-Nabawiah. Riset: Sahil Zakar. Damaskus: 1401 H/1981.
- Sud Abadi. 'Ubaidillah, al-Maqna' fi al-Imamah. Riset: Syakir Syaba'. Qom: 1414 H.
- Sayyid Murtadha, Ali. al-Syafi fi al-Imamah. Riset: Abdu al-Zahra Husaini Khatib. Tehran: 1410 H.
- Syekh Mufid. Irsyad. Penerjemah: Muhammad Baqir Sa'idi Khurasani. Teheran: Islamiah, 1380 S.
- Thabari, Muhammad bin Jarir. Tarikh al-Umum wa al-Muluk. Riset: Muhammad Abu al-Fadhl Ibrahim. Beirut: Dar al-Turats, 1387 H/1967.
- Nasyi Akbar, Abdullah. Masail al-Imamah. Beirut: 1971.
- Waqidi, Muhammad. Al-Maghazi. Riset: Marseden Jhones. London: 1966.
- Waqidi, Muhammad bin 'Umar. Al-Maghazi. Riset: Marseden Jhones. Beirut: Muassasah al-'Ilmi lil Mathbu'ath, 1989.
- Ya'qubi, Ahmad. Al-Tarikh. Beirut: 1379 H.
- Ya'qubi, Ibnu Wadhih. Tarikh Ya'qubi. Penerjemah: Muhammad Ibrahim Ayati. Teheran: 1388 H.
- Qanawat, Abdurrahim. Barresi Du Riwayat az Majara_e Jaisy Usamah (riset dua riwayat mengenai Pasukan Usamah), Majalah Sejarah dan Peradaban Islam, tahun ke-3, no. 6, musim dingin, 1428 H.