Ummu Salamah (bahasa Arab: أُمّ سَلَمه) yang memiliki nama asli Hindun binti Abu Umayyah bin Mughirah adalah salah seorang istri Nabi Muhammad saw sehingga memiliki laqab Ummul Mukminin.

Ummu Salamah
Istri Nabi saw
Berdasarkan suatu riwayat bahwa Sayidah Ummu Salamah di Makamkan di Baqi'
Berdasarkan suatu riwayat bahwa Sayidah Ummu Salamah di Makamkan di Baqi'
Nama lengkapHindun binti Abu Umayyah bin Mughirah
LakabUmmul Mukminin
Terkenal denganUmmu Salamah
Afiliasi agamaIslam
Tempat tinggalMekahMadinah
Wafat62 H/682
Tempat dimakamkanPemakaman Baqi, Madinah

Ia memeluk Islam di awal-awal tahun Bi'tsah. Ia juga termasuk dalam kelompok pertama yang berhijrah ke Habasyah atas perintah Nabi Muhammad saw bersama sejumlah kaum Muslimin yang dipimpin oleh Ja'far bin Abi Thalib. [1] Ia sudah pernah menikah sebelum menikah dengan Nabi Muhammad saw [2] yang kemudian pada tahun ke-4 Hijriah tidak lama setelah suaminya meninggal dunia, ia dinikahi oleh Rasulullah saw. Mayoritas sejarawan menyebutkan Ummu Salamah wafat setelah peristiwa tragedi Karbala.

Nama dan Nasab

Nama aslinya adalah Hindun. Dikarenakan ia memiliki putra bernama Salamah, maka iapun lebih dikenal dengan nama Ummu Salamah. Nama ayahnya Abu Umayyah bin Mughirah [3] dan nama ibunya Atikah. Sebagian berpendapat Atikah adalah putri dari Abdul Mutthalib. [4]

Namun mayoritas sejarawan menyebutkan ibunya adalah putri dari 'Amir bin Rabi'ah al-Kinani. [5] Mengenai tahun kelahirannya, tidak ada informasi yang jelas mengenai hal tersebut.

Masuk Islam dan Hijrah ke Habasyah

Sebelum menikah dengan Rasulullah saw, ia adalah istri dari Abu Salamah bin Abdul Asad al-Makhzumi. [6] Ia bersama dengan suaminya dan kaum Muslimin lainnya tinggal di Mekah. Sewaktu Nabi Muhammad saw memerintahkan kaum Muslimin untuk berhijrah, ia ikut bersama suaminya ke Habasyah. [7]

Seluruh riwayat yang berkenaan dengan utusan Quraisy di Habasyah yang berdebat dengan Ja'far bin Abi Thalib di hadapan Raja Najasyi dinukil dari Ummu Salamah. Ibnu Hisyam meriwayatkan kisah masuknya kaum Muhajirin ke Habasyah yang disambut hangat oleh raja Habasyah dari periwayatan Ummu Salamah. [8]

Hijrah ke Madinah

Sewaktu Nabi Muhammad saw memerintahkan kaum Muslimin untuk berhijrah ke Madinah, diantara yang pertama melakukannya adalah Abu Salamah. Sewaktu Ummu Salamah bersama dengan putranya Salamah hendak turut bersama suaminya memulai perjalanan ke Madinah, ia dicegah dan dilarang oleh keluarga besarnya Bani Mughirah. Ummu Salamah mengenai keterpisahannya ia dengan suami dan anaknya berkata: "Selama satu tahun, siang dan malam aku menangis dan setiap hari aku berada di tepi jalan, kepada siapapun yang baru tiba dari Madinah aku menanyakan kabar mereka. Karena keluargaku tidak tahan dengan kesedihanku, akhirnya mereka mengizinkanku untuk turut ke Madinah dan akhirnya akupun pergi ke Madinah setelah satu tahun."[9]

Kehidupan di Madinah

Pernikahan dengan Rasullah saw

Istri-istri Nabi saw
 
Khadijah al-Kubra sa (27 sebelum Hijrah/595)
Saudah (sebelum Hijrah/sebelum 622)
Aisyah (1, 2, atau 4 H/622, 623, atau 625)
Hafsah (3 H/624)
Zainab (binti Khuzaimah) (3 H/624)
Ummu Salamah (4 H/625)
Zainab (binti Jahsy) (5 H/626)
Juwairiyah (5 H atau 6 H/626 atau 627)
Ummu Habibah (6 atau 7 H/627 atau 628)
Mariyah (7 H/628)
Shafiyah (7 H/628)
Maimunah (7 H/628)


Ummu Salamah sebelum bersama dengan Rasulullah saw ia adalah istri dari Abu Salamah bin Abdul Asad. Setelah Abu Salamah wafat, ia kemudian menikah dengan Rasulullah saw. Diriwayatkan, selepas masa iddahnya, ia sempat dilamar oleh Abu Bakar dan kemudian oleh Umar, namun Ummu Salamah tidak menerimanya. Namun sewaktu Nabi Muhammad saw melamarnya, iapun menerimanya. [10]

Dinukil oleh Syekh Shaduq dari Imam Shadiq as, bahwa setelah Khadijah, Ummu Salamah adalah istri terbaik Rasulullah saw. [11] Ummu Salamah memiliki keutamaan yang besar dan derajat yang tinggi, yang membuat Aisyah kerap kali cemburu dengannya. [12]

Ikut Serta dalam Peperangan

Ummu Salamah ikut serta dalam sejumlah peperangan dengan musuh Islam seperti perang al-Muraisi', Khaibar, Hudaibiyah, Khandaq, Fathul Makah dan Hunain. Ia menemani Rasulullah saw di saat-saat itu. [13]Ia punya kebiasaan setiap bulan menziarahi makam para syuhada di bukit Uhud dan mengucapkan salam kepada mereka. [14]

Ummu Salamah dan Ahlulbait as

Dalam riwayat disebutkan bahwa Ummu Salamah senantiasa bersama dengan Ahlulbait as. Menurut riwayat, setelah Rasulullah saw wafat, ia termasuk salah seorang pembela dan pendukung Ahlulbait as. Ia membela dan berada dipihak Sayidah Fatimah sa ketika Abu Bakar mengingkari adanya warisan untuk Fatimah sa dan menolak untuk memberikannya. [15]

Menolak Perang Jamal

Pasca terbunuhnya Khalifah Utsman dan terjadinya Perang Jamal yang dipimpin oleh Aisyah yang didukung oleh Thalhah dan Zubair, awalnya Aisyah juga mengajak Ummu Salamah, namun ia menolaknya. [16]

Sewaktu Aisyah menyesali perbuatannya, Imam Ali as mengutus putra Ummu Salamah, yaitu Umar bin Abi Salamah untuk berkhidmat kepada Aisyah. Setelahnya, Amirul Mukminin as mengangkat Umar bin Abi Salamah menjadi gubernur di Bahrain, kemudian menjadi gubernur di Fars. Menurut sejumlah riwayat, ia juga menjadi gubernur Hulwan, Mah dan Masbadzan. [17]

Kecintaan pada Imam Husain as

Kecintaannya kepada Ahlulbait as sampai kesegenap jiwanya. Ia turut mengasuh dan membesarkan Imam Husain as di masa kecilnya. [18] Sewaktu berita mengenai kesyahidan Imam Husain as sampai ke telinganya, ia sangat bersedih dan larut dalam kedukaan. Diriwayatkan bahwa ia mendirikan majelis duka atas kesedihannya itu. [19]

Ummu Salamah dan Peristiwa Karbala

Sebelum Imam Husain as melakukan perjalanannya ke Kufah untuk menyelamatkan agama kakeknya, [20] menurut sejumlah riwayat, Rasulullah saw pernah menyerahkan segenggam tanah Karbala kepada Ummu Salamah yang kemudian disimpannya di dalam sebuah botol kaca. Nabi Muhammad saw bersabda, "Sewaktu kau melihat tanah ini berubah menjadi genangan darah, ketahuilah bahwa putraku Husain telah terbunuh."

Suatu hari, Ummu Salamah melihat Nabi Muhammad saw dalam mimpinya, yang datang menemuinya dengan wajah penuh rasa sedih dan pakaian penuh dengan debu. Nabi saw berkata kepadanya, "Aku datang dari Karbala dan telah menguburkan para syuhada." Seketika itu juga, Ummu Salamah terbangun dari tidurnya dan melihat ke botol kaca tempat ia menyimpan tanah Karbala pemberian Rasulullah saw. Tanah tersebut telah berubah merah menjadi genangan darah dan saat itu juga Ummu Salamah paham dengan peristiwa yang tengah terjadi, yaitu Imam Husain as telah syahid di Karbala. Menyadari hal itu, Ummu Salamahpun menangis keras penuh kesedihan. Hal itu mengundang kedatangan para tetangganya dan menanyakan apa yang terjadi. Ummu Salamahpun kemudian menjelaskannya. Hari itu juga penduduk Madinah mengadakan majelis kesedihan untuk Imam Husain as. [21] Peristiwa ini dalam riwayat dikenal dengan istilah hadis Qarurah.

Penentangannya kepada Muawiyah

Pasca perdamaian Imam Hasan as dengan Muawiyah, Ummu Salamah meminta Jabir bin Abdullah al-Anshari dan saudara sepupunya untuk membaiat Muawiyah dengan tujuan agar keselamatan keduanya terjamin. [22] Meski demikian, Ummu Salamah sendiri tidak berdiam diri dengan kondisi tersebut. Sewaktu Muawiyah memerintahkan kepada para khatibnya melaknat Imam Ali as dari atas mimbar-mimbar Jumat, ia menulis surat kepada Muawiyah yang berisi kecamannya terhadap tindakan Muawiyah tersebut. [23]

Wafat

Mengenai tahun wafat Ummu Salamah, terdapat perbedaaan pendapat. Beragam pendapat itu menyebutkan, ia wafat sekitar tahun 59-62 Hijriah. [24]

Namun pendapat yang kuat adalah yang menyebutkan bahwa ia wafat pada tahun 62 H. Sebab terdapat sejumlah riwayat yang menyebutkan ia masih hidup saat peristiwa Asyura berlangsung. [25] Disebutkan bahwa Ummu Salamah adalah diantara istri Nabi saw yang terakhir wafat.

Mengenai Ummu Salamah, dari putranya Umar diriwayatkan sewaktu wafat usianya kisaran 84 tahun. [26] Ummu Salamah dimakamkan di Pemakaman Baqi bersama dengan pembesar-pembesar Islam lainnya. [27]

Musnad Ummu Salamah

Ummu Salamah banyak meriwayatkan hadis dari Rasulullah saw yang dapat ditemui dalam banyak kitab hadis baik dari Sunni maupun Syiah. Disebutkan hadis yang diriwayatkan sekitar 378 hadis, yang dikumpulkan dalam sebuah kitab yang diberi nama Musnad Ummu Salamah. [28]

Diantara hadis yang diriwayatkan Ummu Salamah yang terdapat dalam kitab hadis Sunni dan Syiah adalah sebagai berikut:

  1. Penyebab turunnya ayat Tathir [29] yaitu hadis Kisa [30]
  2. Hadis mengenai peristiwa Karbala dan syahidnya Imam Husain. [31]
  3. Ummu Salamah demikian pula suaminya Abu Salamah bin Abdul Asad meriwayatkan sejumlah hadis yang disampaikan Sayidah Fatimah az-Zahra sa. [32]

Ummu Salamah yang Terpercaya

Sewaktu Imam Husain as berniat hendak keluar dari kota Madinah, simpanan Ahlulbait as diserahkan kepada Ummu Salamah untuk dijaga. Imam Sajjad as sekembalinya dari Karbala, Ummu Salamah menyerahkan kembali barang-barang yang diamanatkan Imam Husain as tersebut. Hal tersebut menunjukkan, posisi Ummu Salamah di mata Ahlulbait as, yaitu sebagai orang yang dapat dipercaya. [33]


Catatan Kaki

  1. Bukhari, al-Tarikh al-Shagir, jld.1, hlm. 28.
  2. Dzahabi, Siar A'lam al-Nubala, jld. 2, hlm. 202.
  3. Dzahabi, Siar A'lam al-Nubala, jld. 2, hlm. 201-2012.
  4. Mahallati, Riyahin al-Syari'ah, jld. 4, hlm. 375.
  5. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 8, hlm. 86; Ibnu Habib Muhammad, al-Muhabbar, jld. 1, hlm. 83.
  6. Dzahabi, Siar A'lam al-Nubala, jld. 2, hlm. 202.
  7. Bukhari, al-Tarikh al-Shagir, jld. 1, hlm. 28.
  8. Ibnu Hisyam, Sirah al-Nabawiah, jld. 1, hlm. 334.
  9. Ibnu Hisyam, Sirah al-Nabawiah, jld. 1, hlm. 469.
  10. Dzahabi, Siar A'lam al-Nubala, jld. 2, hlm. 203-204.
  11. Shaduq, al-Khishal, jld. 2, hlm. 419.
  12. Dzahabi, Siar A'lam al-Nubala, jld. 2.
  13. Waqidi, al-Maghazi, jld. 2, hlm. 467.
  14. Waqidi, al-Maghazi, jld. 1, hlm. 314.
  15. Ibnu Rustam Thabari Muhammad, Dalail al-Imamah, jld. 1, hlm. 39.
  16. Ya'qubi, Tarikh, jld. 2, hlm. 78; Ibnu Qutaibah, al-Imamah wa al-Siyasah, jld. 1, hlm. 57-58; Ibnu Abi Thahir, Balaghat al-Nisa, jld. 1, hlm, 15-16; Ibnu Abdu Rabbah, al-'Aqd al-Farid, jld. 4, hlm. 316-317; Ibnu Babuwaih, Ma'ani al-Akhbar, jld. 1, hlm. 357.
  17. Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 1, hlm. 430; Thabari, Tarikh, jld. 4, hlm. 451-452.
  18. Ibnu Hamzah, al-Tsaqib fi al-Manaqib, jld. 1, hlm. 330.
  19. Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld. 2, hlm. 22.
  20. Bihar al-Anwar, jld. 26, hlm. 209; Ushul al-Kafi, jld. 1, hlm. 235; Itsbat al-Hidayah, jld. 5, hlm. 216.
  21. Bihar, jld. 45, 227 dan 232, jld. 44, hlm. 225, 231, 236, 239; Itsbat al-Hidayah, jld. 5, hlm. 192; Shaduq, Amali, , hlm. 120.
  22. Bukhari, al-Tarikh al-Saghir, jld. 1, hlm. 141; Tsaqafi Ibrahim, al-Gharat, jld. 1, hlm. 415; al-Ikhtishash, yang dinisbatkan kepada Syaikh Mufid, jld. 1, hlm113-116.
  23. Ibnu Abdu Rabbah, al-'Aqd al-Farid, jld. 4, hlm. 366; Khatib Baghdadi, Tarikh Baghdad, jld. 7, hlm. 401.
  24. Waqidi, al-Maghazi, jld. 1,hlm. 344; Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 4, hlm. 341; Ibnu Abdul Barr, al-Isti'ab fi Ma'rifati al-Ashhab, jld. 4, hlm. 1921; Dzahabi, Siar A'lam al-Nubala, jld. 2, hlm. 207; Ibnu Jauzi, Sifat al-Shafwah, jld. 2, hlm. 42.
  25. Al-Hur al-Amili, Wasail al-Syiah, jld. 20, hlm. 143; Dzahabi, Siar A'lam al-Nubala, jld. 2, hlm. 207.
  26. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 8, hlm. 96; Dzahabi, Siar A'lam al-Nubala, jld. 2, hlm. 202.
  27. Dzahabi, Siar A'lam al-Nubala, jld. 2, hlm. 209; Ibnu Abdul Barr, al-Isti'ab fi Ma'rifati al-Ashhab, jld. 4, hlm. 1921.
  28. Dzahabi, Siar A'lam al-Nubala, jld. 2, hlm. 210; Ahmad bin Hanbal, Musnad, jld. 6, hlm. 289-324.
  29. Surah al-Ahzab: 33.
  30. Kitab Sulaim bin Qais, riset: Alawi Hasani Najafi, jld. 1, hlm. 59-60; Ahmad bin Hanbal, Musnad, jld. 6, hlm. 292-296-298; Tabarani Sulaiman, al-Mu'jam al-Kabair, jld. 3, hlm. 46-49; Hakim Naisyaburi Muhammad, al-Mustadrak al-Sahihain, jld. 3, hlm. 146.
  31. Khushaibi, al-Hidayah al-Kubra, jld. 1, hlm. 203-204; Mas'udi, Itsbat al-Washiah, jld. 1, hlm 141; Ibnu Abdu Rabbah, al-'Aqd al-Farid, jld. 4, hlm. 383; Ya'qubi, Tarikh, jld. 2, hlm. 182-183.
  32. Ibnu Hajar al-Asqalani, Tahdzib al-Tahdzhib, jld. 12, hlm. 456; Hakimi, A'yan al-Nisa, jld. 1, hlm. 627-628; Ibnu Asakir, Kitab al-Arbai'in fi Manaqib Ummahat al-Mu'minin, jld. 1,hlm. 71, 74 dan 104.
  33. Al-Hur al-Amili, Wasail al-Syiah, jld. 20, hlm. 143.

Daftar Pustaka

  • Ahmad bin Hanbal, Musnad, Beirut, Dar Shadr.
  • Al-Hur al-Amili,Wasail al-Syi'ah, riset: Muhammad Razi, Beirut, 1389 H.
  • Al-Ikhtishash, dinisbatkan kepada Syaikh Mufid, riset: Muhammad Mahdi Hasan Khurasan, Qom, Maktabah Bashirat.
  • Al-Imamah wa al-Siyasayh, dinisbatkan kepada Ibnu Qutaibah, Kairo, 1356 H/1937.
  • Al-Qur'an al-Karim.
  • Baladzuri, Ansab al-Asyraf, riset: Muhammad Hamidullah, Kairo, 1959.
  • Bukhari, al-Tarikh al-Shaghir, riset: Mahmud Ibrahim Zayid, Beirut, 1406 H/1986.
  • Dzahabi, Siyar A'lam al-Nubala, riset: Syuaib Arnauth dkk, Beirut, 1405 H.
  • Hakim Naisyaburi Muhammad, al-Mustadrak 'ala al-Shahihain, Beirut, 1398 H/1978.
  • Hakimi Muhammad Ridha, A'yan al-Nisa, Beirut, 1403 H/1983.
  • Ibnu Abd al-Barr, Yusuf, al-Isti'ab fi Ma'rifah al-Ashhab, riset: Ali Muhammad Bajawi, Kairo, 1380 H/1960.
  • Ibnu Abd Rabbah Ahmad, al-'Aqad al-Faraid, riset: Ahmad Amin dkk, Beirut, 1402 H/1982.
  • Ibnu Abi Thahir Thaifur Ahmad, Balaghat al-Nisa, Beirut, Dar al-Nahdah al-Haditsah.
  • Ibnu Asakir Abdurrahman, Kitab al-Arba'in fi Manaqib Ummahat al-Mu'minin, riset: Muhammad Muti' Hafidz dan Gazwah Badiz, Beirut, Dar al-Fikr.
  • Ibnu Atsir Ali, Usd al-Ghabah, Tehran, al-Mathbu'ah al-Islamiyah.
  • Ibnu Babwaih Muhammad, Ma'ani al-Akhbar, riset: Muhammad Mahdi Hasan Khurasan, Qom, Mansyurat Maktbah al-Mufid.
  • Ibnu Babwaih, Muhammad bin Ali, al-Khishal, Ali Akbar Ghaffari, Qom, Jama'at al-Mudarrisin, 1403 H.
  • Ibnu Habib Muhammad, al-Muhabbar, riset: Elza Lekhten Shtiter, Hyderabad Dekkan, 1361 H/1942.
  • Ibnu Hajar al-Asqalani Ahmad, Tahdzhib al-Tahdzhib, Hyderabad Dekkan, 1327 H.
  • Ibnu Hamzah Abdullah, al-Tsaqab fi al-Manaqib, riset: Nabil Reza 'Alawan, Qom, 1412 H.
  • Ibnu Hisyam Abd al-Mulk, al-Sirah al-Nabawiah, riset: Mushtafa Saqa dkk, Kairo, 1375 H/1955.
  • Ibnu Jauzi, Shifatu al-Shafwatu, riset: Mahmud Fakhuri dan Muhammad Rawas Qal'ahji, Beirut, 1406 H.
  • Ibnu Qutaibah Abdullah, al-Ma'arif, riset: Tsarwat Akasyih, Kairo, 1960.
  • Ibnu Rustum Thabari Muhammad, Dalail al-Imamah, Najaf, 1383 H/1963.
  • Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, Beirut, Dar Shadr.
  • Ishak bin Muhammad Hamadani, Tarjamah wa Insya Sirah al-Nabi (Sirah Rasulullah), riset: Asghar Mahdawi, Tehran, 1361 S.
  • Khashaibi Husain, al-Hidayah al-Kubra, Beirut, Muassasah al-Balagh, Khatib Baghdadi Ahmad, Tarikh Baghdad, Kairo, 1349 H.
  • Kitab Sulaim bin Qais, riset: Alawi Hasani Najafi, Beirut, 1400 H/1980.
  • Mas'udi Ali, Itsbat al-Washiah, Qom, 1404 H.
  • Thabari, Tarikh.
  • Thabrani Sulaiman, al-Mu'jam al-Kabir, riset: Hamdi Abdul Majid Salafi, Baghdad, al-Dar al-'Arabiyah al-Thaba'ah.
  • Tsaqafi Ibrahim, al-Gharat, riset: Abd al-Zahra Husaini, Beirut, 1407 H/1987.
  • Waqidi, al-Maghazi, riset: Marceden Jhones, London, 1966.
  • Ya'qubi, Tarikh, terj: Muhammad Ibrahim Ayati, Tehran, 1356 S.
  • Zubairi Mush'ab, Nasab Quraisy, riset: Lawi Parwansal, Kairo, 1953.