Perang Uhud

Prioritas: b, Kualitas: a
Dari wikishia
Perang Uhud

Gunung Uhud, lokasi pertempuran kedua antara Muslim dan Quraisy Mekkah
Masa kejadian Hari Sabtu, 7 Syawal tahun 3 H/ 23 Maret 625 M
Tempat kejadian Madinah, di sekitar gunung Uhud,yang sekarang ini terletak di barat selatan Arab Saudi
Akibat Kekalahan Muslimin
Alasan Perang Menuntut balas dari sisi kaum Quraisy atas para tokoh yang mati di perang Badar
Pihak-pihak yang berperang
Pasukan Islam yang Terdiri dari kaum Muslimin Pasukan Kafir yang Terdiri dari kaum kafir Quraisy
Para Panglima
Dari kaum Muslimin adalah Nabi Muhammad saw Dari kaum Musyrikin adalah Abu Sufyan
Para Korban
Dari kalangan Muslim : 70 pejuang muslim syahid termasuk Hamzah bin Abdul Muththalib penghulu para Syuhada


Perang Uhud (bahasa Arab:غزوة اُحُد) adalah salah satu peperangan terkenal antara Nabi Muhammad saw dengan kaum musyrikin Mekah yang terjadi pada tahun ke-3 H/625 di samping gunung Uhud. Setelah kaum Quraisy mengalami kekalahan di perang Badar, mereka dengan komandan Abu Sufyan hendak menuntut balas atas orang-orang Quraisy yang terbunuh pada perang Badar.

Strategi Nabi saw, tokoh-tokoh Muhajirin dan Anshar untuk menghadapi serangan musuh adalah tidak keluar dari Madinah dan bertahan di dalam kota, namun golongan anak muda dan Hamzah, paman Nabi saw menginginkan peperangan di luar kota Madinah. Akhirnya Nabi saw mengambil keputusan untuk berperang melawan orang Quraisy di luar kota Madinah.

Hasil sementara perang ini adalah terkalahkannya kaum musyrikin, namun karena sekelompok dari pasukan pemanah kaum Muslimin di bawah komando Abdullah bin Jubair yang berada di gunung Ainain, sebelah kiri gunung Uhud meninggalkan tempat mereka karena mengira pasukannya sudah menang, maka kaum musyrikin menggunakan tempat ini untuk keperluan pihak mereka dan menyerang kaum Muslimin dari sisi belakang. Pada perang ini, kerugian berat menimpa kaum Muslimin di antaranya syahidnya 70 orang kaum Muslimin, termasuk Hamzah bin Abdul Muththalib, dimutilasinya tubuh Hamzah dan Nabi pun terluka, gigi beliau juga patah.

Penyerangan Kaum Musyrikin ke Madinah

Pada tahun ke-3 H/625, satu tahun setelah kalahnya kaum Muslimin pada perang Badar atas kaum Musyrikin, kaum Quraisy dengan dipimpin oleh Abu Sufyan membalas dendam atas orang-orang yang terbunuh di perang Badar. Mereka bersiap-siap hendak melakukan penyerangan atas Nabi saw dan kaum Muslimin. Abu Sufyan demi untuk mencapai tujuan ini mengajak beberapa orang seperti: Amr bin al-'Ash, Ibnu Zab'ari dan Abu Izzah dan kabilah-kabilah lain untuk bekerja sama dengannya.[1] Kemudian, dengan pasukan berjumlah 3000 ia memimpin pasukan bergerak menuju Madinah. Berdasarkan riwayat Waqidi, Nabi mengetahui rencana keluarnya kaum musyrikin dari surat yang dikirimkan oleh paman Nabi saw, Abbas bin Abdul Muthalib kepada Nabi saw ketika beliau sedang berada di Quba, sebuah tempat dekat Madinah, [2] namun dalam riwayat yang lainnya tidak disebutkan tentang surat itu. [3]

Pada tanggal 5 Syawal, kaum Musyrikin sampai di sebuah tempat bernama 'Uraidh, kawasan dekat Uhud dan melepaskan kuda dan unta mereka di padang rumput sekeliling Madinah. [4] Nabi Muhammad saw dengan perantara salah satu sahabatnya mengetahui jumlah mereka beserta peralatan perang yang dibawanya. Beberapa pembesar Aus dan Khazraj seperti Sa'ad bin Mu'adz, Asid bin Khudhair dan Sa'ad bin Ubadah dengan beberapa kelompok lainnya berjaga-jaga di masjid guna melindungi keselamatan Nabi saw dan pasukannya dari serangan kaum Musyrikin hingga dini hari Jumat.[5]

Musyawarah Nabi Muhamad saw dengan Para Sahabatnya

Pada hari Jum'at, Nabi saw dengan para sahabatnya mendiskusikan tentang bagaimana menjalankan strategi untuk mempertahankan perang. Nabi saw sangat ingin bahwa kaum Muslimin tidak keluar dari Madinah. Para pembesar Muhajirin dan Anshar juga menginginkan hal itu, sesuai dengan pengalaman sebelumnya yaitu bertahan di Madinah, namun para pemuda dan bahkan sahabat besar seperti Hamzah bin Abdul Muththalib ingin agar perang terjadi di luar Madinah. Akhirnya Nabi menerima usulan dari kelompok terakhir. [6]

Keluarnya Nabi Muhammad saw dari Madinah

Nabi Muhammad saw meninggalkan Madinah dengan membawa pasukan sebanyak 1000 orang[7] dan menunggu di Syaihan – tempat antara Madinah dan Uhud - dan dini hari kemudian baru melanjutkan perjalanan. [8]

Abdullah bin Ubay Memisahkan Diri

Belum lama pasukan Islam sampai di Uhud, Abdullah bin Ubay karena pendapatnya untuk tetap tinggal di Madinah tidak dijalankan Nabi, maka ia menjadi kecewa kemudian meninggalkan Nabi saw dengan kelompok yang lainnya[9]sehingga menjadikan jumlah pasukan kaum Muslimin berkurang menjadi 700 orang.

Permulaan Perang

Nabi saw mengatur pasukan dan gunung Uhud berada di belakang mereka. Nabi menunjuk Abdullah bin Jubair untuk mengomandai regu pemanah. [10] Kaum Musyrikin pun mengatur pasukan mereka. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid dan sayap kiri Ikrimah bin Abu Jahlm. [11] Nabi Muhammad saw menyampaikan pidato sebelum terjadinya perang[12] dan berpesan kepada regu pemanah untuk menjaga bagian belakang kaum Muslimin dan jangan sekali-kali meninggalkan tempat. [13]

Kemenangan Awal Kaum Muslimin

Pada permulaan perang, salah satu jawara perang kaum Musyrikin bernama Thalhah bin Abi Thalhah menantang duel pasukan kaum Muslimin. Ali bin Abi Thalib memenuhi tantangan itu dan berhasil mengalahkannya. Oleh karena itu, kaum Muslimin bergembira atas kemenangan pertama ini dan mereka meneriakkan takbir sambil menyerang kaum musyrikin secara serempak. [14] Kaum Muslimin cepat menyerang mereka dan pasukan musyrikin pun lari tunggang langgang.[15]

Kalahnya Kaum Muslimin

Kekalahan kaum Muslimin pada perang Uhud karena regu pemanah yang berada di sayap kiri pasukan sibuk mengejar ghanimah (harta rampasan perang) dan meninggalkan tempat mereka. Ajakan dan seruan Abdullah bin Jubair untuk menaati perintah Nabi, tidak mendapat tanggapan. Khalid bin Walid yang sebelumnya telah mengincar butiran emas ditangan para pemanah Madinah, ia tidak bisa berbuat apa-apa.[16] Kali ini ia bersama Ikrimah menyerang beberapa orang dari para pemanah yang tersisa.[17] Semua pasukan musuh menyerang balik pasukan Islam yang sedang mengejar pasukan kaum musyrikin dari belakang. Pada saat itu ada teriakan seseorang bahwa Nabi saw telah tewas. [18] Kabar ini menyebabkan lemahnya semangat kaum Muslimin dan menyebabkan kaum Muslimin menjadi bercerai berai dan bahkan beberapa kaum Muslimin mencari perlindungan ke arah gunung Uhud. [19] Para sejarawan berkata bahwa di tengah panasnya peperangan, beberapa orang dari kaum musyrikin hendak menghabisi nyawa Nabi saw, yang mana niat jahat mereka menyebabkan gigi beliu patah dan wajahnya luka menganga.[20] Sementara pada saat itu hanya beberapa sahabat nabi saja yang berada di sisi Nabi.[21] Nabi yang memgalami beberapa luka segera berlindung di balik gunung. [22]

Menurut riwayat dari Syekh Mufid dari Ibnu Mas'ud, kekhawatiran kaum Muslimin sangat mendalam sehingga hanya Ali bin Abi Thalib yang tinggal bersama dengan Rasulullah saw. Kemudian beberapa sahabat seperti: 'Ashim bin Tsabit, Abu Dujanah dan Sahl bin Hunaif menggabungkan diri dengan Nabi Muhammad saw. [23]

Kesyahidan Hamzah

Makam Hamzah dan syuhada perang Uhud sebelum dihancurkan oleh kaum Wahabi

Kaum musyrikin menyerang kaum Muslimin sehingga menyebabkan syahidnya pasukan Muslimin dalam jumlah yang sangat banyak, di antara mereka yang paling penting adalah Hamzah, paman Nabi, yang mana Wakhsyi, budak Jubair bin Muth'am, merobek perutnya dan membawa jantungnya ke hadapan Hindun, istri Abu Sufyan. Karena Hamzah membunuh ayah Hindun, maka Hindun pun menggigit jantung Hamzah. Nabi Muhammad saw sangat sedih atas gugurnya Hamzah. [24]

Jumlah Syuhada

Kaum Muslimin sibuk menguburkan syuhada perang dan Nabi menyalati jenazah mereka satu per satu yang jumlahnya 70 atau lebih [25] dan selalu berpesan supaya jenazah Hamzah diletakkan didekat jenazah-jenazah yang disalati nabi, sehingga Nabi mensalati jenazah Hamzah sebanyak 70 kali atau lebih. [26] Nama para syahid Uhud yang semuanya di makamkan di dekat gunung Uhud ini ada dalam naskah-naskah kuno. Dari pihak kaum Musyrikin ada 20 lebih yang tewas.

Sikap Abu Sufyan

Akhirnya ketika antara dua pasukan itu berpisah, Abu Sufyan berada di dekat bukit di mana kaum Muslimin sedang berkumpul disana. Ia datang ke tempat itu dan disamping ia memuji berhala, ia juga mengatakan bahwa perang Uhud adalah tindakan balas dendam atas perang Badar. [27]

Hadirnya Fatimah sa dan Beberapa Wanita

Setelah perang Uhud selesai, dikabarkan kepada Fatimah sa bahwa ayahandanya terluka dalam peperangan; dimana wajahnya terkena hantaman batu dan mengucurkan darah. Fatimah sa bersama beberapa orang dari kaum wanita bergegas pergi dengan membawa air dan makanan ke kamp pasukan. Para wanita itu memberikan air minum kepada pasukan perang yang terluka dan membalut luka-luka mereka, sementara Fatimah sa membersihkan luka yang dialami ayahandanya.[28]Darah beliau tidak kunjung berhenti, akhirnya Fatimah sa membakar tikar dan abunya ditaburkan di atas lukan tersebut sehingga aliran darahnya berhenti.[29]

Pengejaran Quraisy

Mengingat kekelahan kaum Muslimin dan adanya kemungkinan orang-orang Munafik dan Yahudi yang merasa senang dari kekalahan tersebut akan mengadakan pemberontakan serta adanya kemungkinan kaun musyrikin akan menyerang kembali Madinah, maka Nabi saw menerima perintah dari Allah swt supaya keesokan harinya mengejar dan membuntuti kaum musyrikin. Kaum muslimin menjalankan perintah Nabi saw tersebut dan mengejar musuh hingga Hamra al-Asad.[30]Kejadian ini terkenal dengan perang Hamra al-Asad.

Waktu Terjadi

Perang Uhud terjadi pada Sabtu, 7 Syawal 3 H/23 Maret 625, [31] namun sebagian sumber mengatakan pada 15 Syawal pada tahun itu juga. [32]

Turunnya Ayat-ayat

Menurut sumber-sumber referensi, beberapa ayat Alquran turun karena perang Uhuhd, khususnya ayat 121 dan 129 surah Ali Imran [33] demikian juga hadis dari Nabi yang dinukil pada saat itu. [34] Pada masa-masa kemudian, Nabi Muhammad saw kadang-kadang mengunjungi pemakaman para syahid perang Uhud[35] dan orang-orang yang datang ke Madinah pun tidak melupakan untuk menziarahi pemakaman syuhada Uhud.

Pranala terkait

Catatan Kaki

  1. Ibnu Ishaq, hlm. 322-323; Waqidi, jld. 1, hlm. 201; Silahkan lihat: Thabari, Tārikh, jld. 2, hlm. 500.
  2. Waqidi, jld. 1, hlm. 203-204.
  3. Silahkan rujuk: Ibnu Hisyam, jld. 2, hlm. 62; Thabari, Tārikh, hlm. 502.
  4. Waqidi, jld. 1, hlm. 206-207.
  5. Waqidi, jld. 1, hlm. 208.
  6. Waqidi, jld. 1, hlm. 210, 213; Urwa, hlm. 168-186.
  7. Ibnu Hisyam, jld. 2, hlm. 63; Ibnu Ishaq pada halaman 326 menulis bahwa jumlah mereka 700 orang
  8. Waqidi, jld. 1, hlm. 216-218.
  9. Urwah, hlm. 169, Zuhra, hlm. 77; Waqidi, jld. 1, hlm. 219; Ibnu Hisyam, jld. 1, hlm. 64.
  10. Waqidi, jld. 1, hlm. 219-220.
  11. Waqidi, jld. 1, hlm. 220.
  12. Waqidi, jld. 1, hlm. 221-223.
  13. Ibnu Ishaq, hlm. 326; Waqidi, jld. 1, hlm. 224-225; Ibnu Hisyam, jld. 2, hlm. 65-66; Bukhari, jld. 5, hlm. 29; silahkan lihat juga: Tarikh, jld. 2, hlm. 509.
  14. Waqidi, jld. 1, hlm. 225-226.
  15. Waqidi, jld. 1, hlm. 229; Ibnu Sa'id, jld. 2, hlm. 40-41.
  16. Waqidi, jld. 1, hlm. 229.
  17. Waqidi, jld. 1, hlm. 232; Ibnu Sa’d, jld. 1, hlm. 41-42.
  18. Zuhra, hlm. 77; Ibnu Ishaq, hlm. 27; Waqidi, jld. 1, hlm. 232.
  19. Waqidi, jld. 1, hlm. 235.
  20. Waqidi, jld. 1, hlm. 244, silahkan rujuk: Zuhri, hlm. 77; Thabari, Tārikh, jld. 2, hlm. 519.
  21. Waqidi, jld. 1, hlm. 240.
  22. Ibnu Ishaq, hlm. 230; Silahkan lihat: Ibnu Hisyam, jld. 2, hlm. 83; Thabari, Tārikh, jld. 2, hlm. 518.
  23. Ayati, Tārikh Payāmbar Islām, hlm. 256.
  24. Ibnu Ishaq, hlm. 329-333; Waqidi, jld. 1, hlm. 285-286, 290.
  25. Waqidi, jld. 1, hlm. 328.
  26. Ibnu Hisym, jld. 2, hlm. 97; Waqidi, jld. 1, hlm. 310; Ibnu Sa'ad, jld. 2, hlm. 44; Baladzuri, hlm. 336.
  27. Zuhra, hlm. 78; Ibn Ishaq, hlm. 329-333; Waqidi, jld. 1, hlm. 297-296; Baladzuri, hlm. 336.
  28. Al-Maghāzi, hlm.249; lihat: Ansab al-Asyraf, hlm.324; Waqidi menulis jumlah wanita tersebut 14 orang. dinukil dari Syahidi, Zendegani-e Fatimah Zahra sa, hlm. 78
  29. Al-Maghazi, hlm. 250, dinukil dari Syahidi, Zendegani-e Fatimah Zahra sa, hlm.78
  30. I'lam al-Wara, Thabrisi, jld.1, hlm.183
  31. Waqidi, jld. 1, hlm. 199; Ibnu Sa'ad, jld. 2, hlm. 36; Baladzuri, jld. 1, hlm. 311-312.
  32. Ibnu Ishaq, hlm. 324; Ibnu Habib, hlm. 112-113; Silhakan lihat: Thabari, Tārikh, jld. 2, hlm. 534.
  33. Silahkan lihat: Waqidi, jld. 1, hlm. 319 dst, Ibnu Hisyam, jld. 2, hlm. 106 dst; Thabari, Tafsir, jld. 4 dst.
  34. Bukhari, jld. 5, hlm. 439-40; Abu Ubaid, jld. 1, hlm. 117.
  35. Silahkan lihat: Bukhari, jld. 5, hlm. 29.

Daftar Pustaka

  • Ayati, Muhammad Ibrahim. Tārikh Payāmbar Islām. Revisi: Abul Qasim Karachi. Teheran: Intisyarat Danesygah Teheran, 1378 HS.
  • Ibnu Ishaq, Muhammad. As-Sair wa al-Maghāzi. Riset: Suhail Zakkar. Damaskus: 1398 H/1978.
  • Ibnu Habib, Muhammad. Al-Muhabbar. Riset: Elza Likhten Shtiter. Haidarabad Dekkan, 1361 H/1942.
  • Ibnu Sa'ad, Muhammad. Ath-Thabaqāt al-Kubra. Beirut: Dar al-Shadir
  • Ibnu Hisyam, Abdul Malik. As-Sirah an-Nabawiyah. Riset: Mustafa Saqa dkk. Kairo: 1357 H/1955.
  • Bukhari, Muhammad. Shahih. Kairo: 1315 H.
  • Baladzuri, Ahmad. Ansāb al-Asyrāf. Riset: Muhammad Hamidullah. Kairo: 1959.
  • Zuhri, Muhammad. Al-Maghāzi al-Nabawiyah. Riset: Suhail Zakkar. Damaskus: 1401 H/1959.
  • Thabari. Tārikh.
  • Thabari. Tafsir.
  • Urwah bin Zubair. Maghāzi Rasulullah. Riset: Muhammad Mustafa A'dhami. Riyadh: 1404 H/1981.
  • Waqidi, Muhammad. Al-Maghāzi. Riset: Marsden John. London: 1966.
  • Yaqut. Buldān.