Abdullah bin Rawahah (bahasa Arab: عبد الله بن رواحة) termasuk dari penolong (Anshar) Nabi Muhammad saw yang sampai di sisi beliau pada perjanjian Aqabah Kedua. Dia berasal dari penduduk Madinah dan suku Khazraj. Nabi Muhammad saw memilihnya sebagai kepala suku bani Harits dari kabilah Khazraj.

Abdullah bin Rawahah
Makam Abdullah bin Rawahah di daerah Mazar kota Karak negara Yordania
Makam Abdullah bin Rawahah di daerah Mazar kota Karak negara Yordania
Info pribadi
Nama lengkapAbdullah bin Rawahah bin Tsa'labah
JulukanAba Muhammad • Abu Rawahah• Abu Amr
Garis keturunanKabilah Khazraj
Kerabat termasyhurBani Harits
Muhajir/AnsharAnshar
Penyebab Wafat /SyahadahTerbunuh dalam Perang Mutah
Tempat dimakamkanKota Karak, Yordania
Informasi Keagamaan
Memeluk IslamSebelum hijrah Nabi saw ke Madinah
Keikutsertaan dalam GhazwahSemua peperangan kecuali Fathu Mekah
Terkenal sebagaiTermasuk di antara 12 orang kepala suku Bani Harits yang dipilih Rasulullah saw
Peran utamaSalah satu komandan Perang Mutah

Abdullah termasuk di antara 12 orang kepala suku. Dia hadir dalam mayoritas peperangan, di antaranya Perang Uhud, Khandaq, Hudaibiyah, Khaibar, dan Umrah al-Qadha. Dan pada Perang Badrul Mauid menjadi wakil Nabi Muhammad saw di Madinah. Ia gugur sebagai syahid di Perang Mutah.

Nasab

Abdullah bin Rawahah bin Tsa'labah berasal dari suku Bani Harits dari kabilah Khazraj dan termasuk Anshar penduduk Madinah. Ibunya Kabsyah putri Waqid bin Amr bin al-Ithabah Haritsi. Kunyahnya Abu Muhammad, Abu Rawahah dan Abu Amr. [1] Nabi Muhammad saw mengikat akad persaudaraan di antara dia dan Miqdad bin Aswad.[2]

Abdullah adalah paman Nukman bin Basyir dari pihak ibu, dan menurut riwayat-riwayat historis ia tidak memiliki keturunan.[3]

Bersama Nabi Muhammad saw

Abdullah bin Rawahah termasuk dari warga Madinah yang pada acara ritual haji tahun 13 Bi'tsah/634 berbaiat kepada Nabi Islam di Aqabah Mina yang lebih dikenal dalam sejarah dengan Baiat Aqabah Kedua. Setelah baiat ini, Rasulullah memilih dia menjadi bagian dari 12 kepala suku Anshar dan mengangkatnya sebagai wakil beliau di tengah-tengah suku Bani Haritsah Khazraj.[4]

Abdullah termasuk diantara mereka yang menyambut hangat kedatangan Nabi Muhammad saw di Madinah dan mengajak beliau untuk tinggal di rumahnya.[5] Pada masa hidupnya, ia hampir hadir dalam seluruh peperangan Rasulullah seperti Perang Badar, Uhud, Khandaq, Hudaibiyah, Khaibar, Umrah al-Qadha' dan perang Mutah.[6] Dan pada masa Perang Badar al-Mauid menjadi pengganti Nabi saw di Madinah.

Pada Perang Badar ia diperintah Nabi Muhammad saw untuk menyampaikan pesan kemenangan kaum muslimin ke Madinah.[7]

Pada Umrah al-Qadha saat Nabi saw memasuki kota Mekah, Abdullah mengambil kendali tunggangan beliau dan mendapinginya serta melantunkan syair-syair menyifati beliau.[8]

Pasca penaklukan Khaibar, ia ditugaskan Rasulullah saw untuk mengumpulkan pajak Khaibar dan hingga masa kesyahidannya ia memegang jabatan ini. Setelah Perang Khaibar, dengan 30 pasukan penunggang yang Abdullah bin Anis juga termasuk di dalamnya, ia dikirim ke Busyar bin Zarram seorang Yahudi dan membunuhnya.[9]

Pada Perang Mutah setelah Zaid bin Haritsah dan Ja'far bin Abi Thalib ia diangkat oleh Rasulullah saw menjadi pemimpin laskar Aslam.[10]

Kriteria-kriteria

Meskipun pada periode jahiliyah buta huruf menjadi suatu yang umum di tengah masyarakat, namun Abdullah bin Rahawah tergolong dari para penulis zaman itu dan memiliki keahlian dalam syair.[11] Kehadirannya dalam mayoritas peperangan Nabi Muhammad saw menunjukkan kesatriaannya di medan perang. Secara umum kriteria-kriterianya dapat dihitung sebagai berikut:

Keahlian Dalam Syair

Setelah ayat-ayat ini turun:

وَالشُّعَرَاء يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ*أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِي كُلِّ وَادٍ يَهِيمُونَ* وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ

Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah engkau melihat bahwa mereka mengembara di setiap lembah, dan bahwa mereka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya?.[12] Abdullah berkeputusan untuk tidak bersyair lagi[13] hingga turunnya ayat ini:

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَذَكَرُوا اللَّهَ كَثِيرًا وَانتَصَرُوا مِن بَعْدِ مَا ظُلِمُوا وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنقَلَبٍ يَنقَلِبُونَ

Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan dan banyak mengingat Allah dan mendapat kemenangan setelah terzalimi. Dan orang-orang yang zalim kelak akan tahu ke tempat mana mereka akan kembali[14]

Dan penyair-penyair seperti Abdullah bin Rawahah, Ka'ab bin Malik dan Hassan bin Tsabit serta seluruh penyair yang memuji Rasulullah saw dikecualikan dari penyair-penyair yang lain.[15]

Dia dalam menyanjung Nabi Muhammad saw menyampaikan syair-syair[16] begitu juga dalam mengenang musibah Hamzah paman Nabi [17] dan Nafi' bin Badil[18] melantunkan syair-syair.

Keberanian Dalam Perang

Sumber-sumber historis menyebutkan bahwa Abdullah orang pertama yang siap berperang dan keluar dari rumah dan orang terakhir yang kembali dari medan perang ke rumah.[19]

Mendapat Perhatian Khusus Dari Rasulullah saw

Menurut riwayat-riwayat historis, Nabi saw dalam berbagai kesempatan mendoakan Abdullah secara khusus. Diantaranya adalah:

  • Pada suatu hari dimana Abdullah hendak pergi ke masjid dan di dekat masjid itu ia mendengar suara Rasulullah saw sedang menyuruh masyarakat duduk, Abdullah berhenti dan duduk di tempat dan di luar masjid itu. Ketika Rasul mendengar Abdullah berbuat seperti ini, beliau memuji perbuatannya dan mendoakannya demikian: Ya Allah! Berilah dia taufik lebih dari ini untuk mentaati Allah dam nabi-Nya.[20]
  • Ketika Abdullah sakit, Nabi Muhammad saw menjenguknya dan melihat kondisinya parah, seraya berkata: "Ya Allah! Bila masa kematiaannya tiba, maka cabutlah nyawanya dengan mudah dan bila masa kematiaannya belum tiba sembuhkanlah dia". Atas berkat doa ini kondisi Abdullah membaik.[21]
  • Pada Perang Khaibar, Nabi Muhammad saw memohon dari Abdullah supaya membaca syair guna memberi semangat kepada para pasukan dan ia pun membacanya serta Nabi bersabda: "Ya Allah! Rahmatilah Abdullah bin Rawahah".[22]

Wafat

Pada tahun ke-8 H/629, Rasulullah saw mengirim pasukan yang terdiri dari 3 ribu orang dengan dikomandoi Zaid bin Haritsah untuk berperang melawan bangsa Romawi. Sudah ditetapkan bahwa jika Zaid syahid maka Ja'far bin Abi Thalib yang menjadi penggantinya dan jika dia juga syahid maka pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdullah bin Rawahah.[23] Menurut catatan-catatan sejarah, Abdullah bin Rawahah sebelum pergi ke Perang Mutah menyampaikan beberapa bait syair, memohon kesyahidan dari Allah swt dan menangis karena takut kepada azab Ilahi.

Setelah kesyahidan Zaid dan Ja'far, panji pasukan Islam dipegang oleh Abdullah bin Rawahah dan menyerang musuh. Setelah berperang ia mengalami kondisi yang amat sulit. Sebelum kesyahidannya, ia melumurkan darah tubuhnya ke muka sembari berteriak: Hai kaum muslimin, lindungilah saudara-saudara kalian.[24]

Makam Abdullah dan syuhada Mutah berada di sebuah daerah bernama Mazar di kota Karak, Yordania.[25]

Catatan Kaki

  1. Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld.2, hlm.592-593
  2. Al-Ishabah, Ibnu Hajar, jld.2, hlm.298
  3. Ibnu Saad, al-Thabaqāt al-Kubra, jld.3, hlm.526
  4. Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld.2, hlm.593
  5. Ibnu Syarasyub, Manāqib Āl Abi Thalib, jld.1, hlm.160
  6. Qurtubi, al-Istīāb, jld.3, hlm.33-34
  7. Waqidi, al-Maghazi, jld.1, hlm.114
  8. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, jld.2, hlm.371
  9. Ibnu Saad, al-Thabaqat al-Kubra, jld.3, hlm.526
  10. Waqidi, al-Maghazi, jld.2, hlm.756
  11. Ibnu Saad, al-Thabaqāt al-Kubra, jld.3, hlm.526
  12. Q.S. Al-Syuara': 224-226
  13. Ibnu Saad, al-Thabaqāt al-Kubra, jld.3, hlm.528
  14. Q.S. Al-Syuara': 227
  15. Thabrisi, Tafsir Majma' al-Bayan, jld.7, hlm.360
  16. Qurtubi, al--Isti'āb, jld.3, hlm.34
  17. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, jld.2, hlm.162
  18. Waqidi, al-Maghazi, jld.1, hlm.353
  19. Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld.2, hlm.593
  20. Baihaqi, Dalāil al-Nubuwah, jld.6, jlm.257
  21. Ibnu Saad, al-Thabaqāt al-Kubra, jld.3, hlm.529
  22. Waqidi, al-Maghazi, jld.2, jlm.639
  23. Waqidi, al-Maghazi, jld.2, jlm.756
  24. Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld.2, hlm.594-595
  25. Ibnu Anbah, Umdah al-Thalib, hlm.36

Daftar Pustaka

  • Asqalani, Ibnu Hajar. Al-Ishābah fī Tamyīz ash-Shahābah. Beirut: Dar al-Kutub al-'Arabi.
  • Baihaqi, Ahmad bin Husain. Dalāil an-Nubuwwah. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, 1405 H.
  • Ibnu 'Abdil Barr, Yusuf bin Abdullah. Al-Istī'āb fī Ma'rifah al-Ashhāb. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, 1415 H..
  • Ibnu 'Anbah Hasani. 'Umdah ath-Thālib fī Ansāb Āli Abī Thālib. Najaf: al-Mathba'ah al-Haidariyyah, 1380 H.
  • Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad al-Jazari. Usd al-Ghābah fī Ma'rifah ash-Shahābah. Beirut: Dar al-Ma`rifah, 1422 H.
  • Ibnu Hisyam. As-Sīrah an-Nabawiyyah. Beirut: Dar al-Wifaq.
  • Ibnu Sa'ad. At-Thabaqāt al-Kubrā. Cet. Offset. Beirut: Dar al-Fikr, 1405 H.
  • Ibnu Syahr Asyub Mazandarani, Muhammad bin Ali. Manāqib Āli Abi Thālib. Najaf: Mathba'ah al-Haidariyyah, 1376 H.
  • Thabrisi, Fadhl bin Hasan. Majma' al-Bayān fī Tafsīr al-Qur'ān. Beirut: Muassisah al-A'lami li al-Mathbu'at, 1415 H.
  • Waqidi, Muhammad bin Umar. Al-Maghāzī. Beirut: A'lami, 1409 H.