Salman al-Farisi

Prioritas: aa, Kualitas: b
tanpa referensi
Dari wikishia
Salman al-Farisi
Makam Salman al-Farisi di kota Madain
Makam Salman al-Farisi di kota Madain
Info pribadi
JulukanAbu Abdillah
Lakabal-Farisi • al-Muhammadi
Tempat TinggalIsfahan • Suriah • Irak • Madinah
Tempat dimakamkanal-Madain, Irak
Informasi Keagamaan
Memeluk IslamJumadil Awwal, 1 H/November, 622
Keikutsertaan dalam Ghazwahseluruh peperangan setelah Perang Khandaq

Salman al-Farisi (bahasa Arab:سلمان الفارسي) adalah seorang sahabat masyhur Nabi Muhammad saw dan termasuk sahabat setia Imam Ali as. Berdasarkan sebagian riwayat ia adalah anak seorang bangsawan Iran yang bernama Ruzbeh.

Pada masa kanak-kanak, ia adalah seorang penganut ajaran Zoroaster. Salman pada masa remaja menjadi pembantu agama Kristen dan pergi ke Suriah menjadi murid seorang pendeta Kristen. Ia tinggal di Suriah, Mausul dan Nashibin.

Ketika ia mendengar ramalan seorang pendeta Nasrani yang mengabarkan tentang adanya seorang Nabi yang akan muncul di Arab Saudi, maka ia pun pergi ke Hijaz. Namun ia ditangkap dan ditawan oleh Kabilah Bani Kalb kemudian dijadikan budak dan dijual kepada seorang laki-laki dari Bani Quraidhah dan bersamanya, Salman dibawa ke Madinah. Di Madinah, Salman melihat Nabi Muhammad saw dan beriman kepadanya. Nabi membeli Salman dari tuannya dan ia pun merdeka dan berganti nama menjadi Salman.

Selama masa hidup Nabi Muhammad saw, Salman termasuk sahabat Nabi saw yang sangat dicintai oleh beliau hingga terkait dengan kedudukannya, beliau bersabda: "Salman dari kami, Ahlulbait as." Ia hadir dalam beberapa ghazwah (perang-perang yang diikuti oleh Nabi Muhammad saw).

Peristiwa digalinya parit (khandaq) dalam Perang Ahzab yang dengan cara itu pasukan Islam berhasil mengalahkan pasukan kaum Musyrikin adalah atas usulan Salman dan menjadi sebuah peristiwa sejarah yang sangat terkenal.

Setelah Nabi Muhammad saw meninggal dunia, ia termasuk penolong Imam Ali as. Ia tidak setuju dengan peristiwa Saqifah namun setelah Abu Bakar dan Umar terpilih, ia bekerja sama dengan kedua khalifah itu dengan menjadi gubernur di Madain.

Meskipun demikian, ia tetap menganyam keranjang demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Salman Farsi setelah menjalani kehidupan dengan umur yang panjang meninggal dunia pada tahun 36 H. Ia wafat di kota Madain. Pusaranya terletak di kota Madain dan terkenal dengan nama Buq'ah Salman Pak.

Rute Perjalanan Salman al-Farisi

Salman al-Farsi semenjak anak-anak hingga menerima Islam

Nama aslinya adalah Ruzbeh dan nama ayahnya adalah Khusyfudan dan berdasarkan sebuah nukilan yang lain nama Budakhsyan. [1] Berdasarkan riwayat yang ada, nama Salman diberikan oleh Nabi Muhammad saw setelah ia masuk Islam.

Julukannya adalah Salman Abu Abdullah. Ia dilahirkan di desa Jai di Isfahan [2] dan berdasarkan sebuah riwayat, ia dilahirkan di Mehzramz. [3] Ayah Salman adalah seorang bangsawan Iran. Pada masa dinasti Sasaniyan, bangsawan adalah sebutan bagi golongan masyarakat yang memiliki tanah baik di desa maupun di kota. [4]

Riwayat-riwayat mengenai kehidupan Salman sebelum datangnya Islam, bercampur dengan dongeng. Yang ditekankan dalam riwayat-riwayat itu adalah semangat Salman dalam mencari kebenaran yang menyebabkan pencarian agama secara lebih baik dan membutuhkan perjalanan yang panjang.

Berdasarkan riwayat-riwayat ini, semasa ia masih kecil, ia adalah penyembah api hingga ia mengenal agama Kristen. Kemudian ia meninggalkan kota kelahirannya dan melakukan perjalanan ke Suriah hingga ia belajar dari seorang pendeta dalam agama Kristen. Berdasarkan riwayat, ayah Salman karena sangat sayang kepadanya, tidak membolehkan Salman untuk meninggalkan rumah sehingga kepergian Salman dari rumahnya, ia anggap sebagai bentuk pelarian diri.

Selama di Suriah, ia berkhidmat kepada gereja dan demi memperoleh ilmu dari para pendeta, ia mengadakan perjalanan ke Maushul, Nishibin dan Amuriyah. [5]

Salman berniat dari Amuriyah hendak melakukan safar ke Hijaz dan hal ini disebabkan karena ia mendengar ramalan seorang Kristen yang mengabarkan tentang adanya seorang Nabi yang akan muncul di Arab Saudi. Namun ia ditangkap dan ditawan oleh Kabilah Bani Kalb kemudian dijadikan budak dan dijual kepada seorang laki-laki Yahudi dari Bani Quraidhah kemudian dibawanya ke Madinah. [6]

Terbebas dari Budak dan Masuk Islam

Ia masuk Islam pada tahun pertama Hijrah, tepatnya pada bulan Jumadil Awal. Berdasarkan riwayat, Salman mendengar bahwa seorang nabi akan muncul dan nabi itu tidak menerima sedekah namun menerima hadiah dan diantara kedua bahunya terdapat tanda kenabiannya. Oleh itu, ketika ia bertemu dengan Nabi Muhammad saw di Quba ia memberikan sejumlah perbekalannya kepada Nabi sebagai bentuk sedekah. Nabi pun memberikan bekal itu kepada para sahabatnya, sementara nabi sendiri tidak memakannya.

Salman menjadikan peristiwa ini sebagai salah satu dari tiga dalil bahwa beliau adalah seorang Nabi sebagaimana yang dikatakan oleh peramal pendeta Kristen. Pada kesempatan lain Salman memberi bekal kepada Nabi saw sebagai hadiah, pada saat itu, beliau memakannya.

Untuk ketiga kalinya, ia melihat Nabi saw ketika Nabi saw mengantar jenazah salah seorang sahabatnya. Salman berjalan di belakang Nabi sehingga akan menemukan ciri-ciri yang ketiga. Ketika itu jubah Nabi Muhammad saw tersingkap sehingga membuat Salman melihat tanda kenabian di antara kedua bahunya. Ketika itu, Salman menelungkupkan badannya ke jubah nabi, dan memeluk nabi kemudian masuk Islam. [7]

Salman pada tahun pertama Hijrah dibeli dari pemiliknya. [8] Harga untuk membebaskannya adalah 300 atau 400 pohon kurma dan 40 auqiyah ons emas yang dibayar dari Nabi Muhammad saw dan bantuan para sahabat. [9] Salman sendiri sampai pada kesimpulan bahwa Rasulullah saw telah membebaskan dirinya dan Nabi saw memberinya nama dengan nama Salman. [10]

Perjanjian Persaudaraan

Sebagian berkeyakinan bahwa perjanjian persaudaraan terjadi antara Salman dan Abu Darda'. Sebagian lagi meyakini bahwa Salman mengikat persaudaraan dengan Hudzaifah bin Yaman dan sebagian lainnya ikatan persaudaraan terjadi antara Salman dan Miqdad. [11] Namun riwayat yang berasal dari Syiah memberitakan bahwa akad persaudaraan terjadi antara Salman dengan Abu Dzar. [12] Dalam sebagian riwayat terdapat penjelasan mengenai syarat harus mengikuti Abu Dzar dari Salman. [13]

Tindakan-tindakan Penting yang diambil

Mengajukan usulan untuk menggali parit dan memberi masukan kepada kaum Muslimin untuk menaklukkan Iran Ia ikut hadir pada peperangan permulaan Islam dan setelah Perang Khandaq ia selalu hadir dalam semua peperangan yang ada. [14] Usulan penggalian parit mengelilingi kota Madinah berasal dari Salman. [15]

Dalam perang ini, atas perintah Nabi Muhammad saw setiap 10 perang bertugas untuk menggali parit sepanjang 40 hasta. Karena Salman memiliki kekuatan jasmani yang baik, maka setiap kalangan Muhajirin dan Anshar berebut untuk mengatakan bahwa Salman berasal dari masing-masing dua kelompok mereka, kaum Muhajirin menganggap karena Salman berasal dari tempat lain (Iran) maka ia termasuk kelompok Muhajirin, sedangkan kaum Anshar menganggap karena ketika Nabi saw memasuki Yatsrib Salman telah berada di sana, maka ia termasuk golongan Anshar. [16]

Berdasarkan laporan sebagian referensi, pada Perang Thaif, Salman juga mengusulkan supaya menggunakan alat peluncur dan Nabi pun memerintahkan supaya menggunakannya.

Dalam penaklukan Iran, Umar dan Hudzaifah diangkat menjadi pembimbing dan pengawal pasukan Islam [17] sementara Salman diangkat sebagai wakil dari pasukan Islam untuk bernegosiasi dengan pasukan Iran.

Menentang Peristiwa Saqifah

Salman, termasuk orang yang menentang peristiwa Saqifah. Miqdad, Salman, Abu Dzar, Ubadah bin Shamit, Abu Hasyim al-Tihan, Hudzaifah dan Ammar setelah mendengar kejadian Peristiwa Saqifah, mengadakan pertemuan pada malam hari untuk meninjau kembali pemilihan khalifah yang terjadi di Saqifah. [18] Salman dan Ubai bin Ka'ab banyak mengeluarkan argumen untuk menentang peristiwa ini. [19]

Dalam sejarah terkenal bahwa ia dalam menyalahkan baiat yang diberikan oleh sahabat terhadap Abu Bakar dan berkata: "Kalian telah melakukan dan tidak melakukan." (maksudnya membaiat Abu Bakar dan meninggakan Ali)[20] Makna kalimat ini adalah kalian telah melakukan pemilihan khalifah namun tidak mengamalkan perintah Rasul. Pada hari itu, Salman berkata: Seorang lelaki tua telah kalian pilih, namun kalian membiarkan keluarga Nabi, apabila kalian meletakkan khalifah pada keluarga Nabi, maka tidak akan terjadi pertentangan antara dua orang dan akan memberikan buah yang lebih lezat dan lebih banyak. [21]

Gubernur Madain

Salman Farsi, pada zaman pemerintahan Umar bin Khattab diangkat menjadi gubernur Madain. Salman meminta ijin dari Imam Ali as untuk menerima tawaran ini dan kemudian ia pun menerima tanggung jawab itu. Ia menjadi gubernur di Madain hingga ajal menjemputnya. [22] Ia memiliki hak sebanyak 5 ribu dirham dari uang baitul mal sebagai gaji sebagai seorang gubernur Madain, namun ia menyedekahkan uang itu [23] dan ia memenuhi biaya kehidupannya dengan menganyam keranjang.

Istri, anak-anak dan cucu-cucu Salman

Sebagian sumber-sumber sejarah menceritakan tentang pelamaran Salman sebayak 2 kali yang tidak diterima, pertama kali adalah peminangannya terhadap anak Umar, yaitu saudari Hafsah, istri Nabi. Semula Umar tidak setuju dan setelah Nabi menjelaskan kedudukan Salman, maka Umar menerimanya, tapi Salman mengundurkan diri. Pada kali keduanya, Salman mengutus Abu Darda untuk meminang seorang perempuan namun keluarga pihak perempuan menolak untuk menikahkan anak perempuannya dengan Salman dan mengijinkan jika anak perempuannya menikah dengan Abu Darda, Oleh itu Abu Darda menikahi perempuan itu.

Buqairah, istri Salman berasal dari Bani Kindah. Anak-anak Salman adalah Abdullah dan Muhammad. Salman memiliki seorang putri di Isfahan dan dua putri di Mesir.

Menurut perkataan Muhaddis Nuri dapat disimpulan bahwa cucu-cucu Salman hingga 500 tahun berada di Rei. Badruddin Hasan bin Ali bin Salman merupakan sorang ahli hadis yang nasabnya sampai ke Salman melalui 9 keturunan. Dhiyauddin Farsi (w. 522 H) seorang ulama dan penyair Khujand, pembesar urusan-urusan keagamaan di Bukhara dan penulis syarah kitab Mahsul karya Razi, termasuk cucu Salman.

Muhaddis Nuri, menilai bahwa Syamsuddin Suzani (w. 562-569 H) dengan julukan Taj Syu'ara adalah cucu Salman. Abdul Fitah yang telah lama menjadi penjaga makam Salman, Abu Katsir bin Abdurahman adalah cucu-cucu Salman juga. Demikian juga Nabirah Salman yang memberikan surat Nabi kepada Asyhal Yahudi Qaridhi yang berisi tentang dibebaskannya Salman dari statusnya sebagai budak. Cucu-cucu lain Salman adalah Ibrahim bin Syahr Yar (w. 426) seorang urafa pada abad ke-5 H dan terkenal dengan nama Abu Ishaq Kazuni dan Hasan bin Hasan. Silsilah nasabnya sampai kepada Muhammad bin Salman dan Wa'adh. [24]

Salman dalam Sabda Nabi saw dan Para Imam as

Riwayat paling terkenal tentang Salman yang menunjukkan akan kecintaan Nabi saw kepada Salman adalah ketika Nabi Muhammad saw bersabda: Salman dari kami, Ahlulbait as. Berdasarkan riwayat-riwayat yang ada, pada suatu hari Salman memasuki masjid dan para hadirin demi menghormati ia, mempersilahkannya untuk duduk di barisan pertama, namun sebagian orang-orang karena menilai bahwa Salman bukan merupakan orang Arab, tidak bersedia memberikan tempat duduk bagi Salman.

Dengan melihat pemandangan ini, Nabi saw naik ke mimbar dan menyampaikan khutbah bahwa manusia tidak memiliki keunggulan dari sisi warna kulit dan ras kemudian bersabda: Salman berasal dari kami, Ahlulbait as. [25] Sabda Nabi ini juga dinukil dalam riwayat lain, [26] misalnya riwayat-riwayat yang mengatakan bahwa Nabi bersabda: Surga merindukan Ali, Amar dan Salman atau hadis yang menjelaskan bahwa Allah mewajibkan Nabi untuk mencintai Ali as, Salman, Miqdad dan Abu Dzar. [27]

Dalam referensi Syiah, juga dinukilkan tentang pujian para Imam as kepada Salman. Menurut ucapan para Imam as, biasanya ia digolongkan pertama dan orang yang dikenal dengan memiliki isitiqamah dalam beragama, misalnya riwayat-riwayat yang berasal dari Imam Ali as bahwa Salman dan sebagian sahabat setianya seperti Abu Dzar, Ammar dan Miqdad bahwa Allah swt memberikan rezeki kepada penduduk bumi karena keberkahan mereka. [28]

Nabi Muhammad Saw juga menjelaskan bahwa Salman memiliki ilmu pertama dan terakhir. [29] Dalam riwayat dari Imam Baqir as dan Imam Shadiq as dinukilkan bahwa seorang hadirin menyinggung nama Salman Farsi, ketika itu Imam bersabda: Jangan berkata Salman Farsi tapi katakan Salman Muhammadi karena ia adalah salah satu dari keluarga kami, Ahlulbait as. [30]

Wafat

Salman meninggal pada tahun 36 H. Sebagian riwayat menjelaskan bahwa ia meninggal pada masa pemerintahan Utsman dan sebagian lagi meriwayatkan bahwa ia meninggal beberapa bulan setelah pemerintahan Utsman. [31] Berdasarkan beberapa riwayat, Salman dikarunia umur panjang dan sebagian memberitakan bahwa ia hidup hingga tahun ke-350 H. [32] Pada sebagian riwayat sejarah menceriterakan bahwa setelah wafatnya Salman, Imam Ali as, dari Madinah pergi ke Madain dan beliau memandikan, mengkafani, menyalati jenazahnya dan kemudian menguburkannya. [33] Salman menuliskan syair pada kain kafannya: [34]

Catatan Kaki

  1. Tārikh Thabari, jld. 3, hlm. 171.
  2. Al-Thabaqāt al-Kubra, jill. 4, hlm. 56; Ansab al-Asyraf, jld. 1, hlm. 485.
  3. Tārikh Thabari, jld.3 , hlm. 171; Al-Thabaqāt al-Kubra, jld. 4, hlm. 56.
  4. Dekhuda.
  5. Ibnu Hisyam, Sirah al-Nabawiyyah, jld. 1, hlm. 214-218; Ibnu Sa'ad, Thabaqat al-Kubra, jld. 4, hlm. 58-59.
  6. Sirah Nabawiyah, jld. 1, hlm. 218; Ibnu Sa'ad, Thabaqāt al-Kubra, jld. 4, hlm. 58-59.
  7. Ibnu Hisyam, Sirah al-Nabawiyyah, jld. 1, hlm. 219.
  8. Amili, Salman Farsi, hlm. 40.
  9. Ibnu Hisyam, Sirah al-Nabawiyyah, jld. 1, hlm. 189.
  10. Silahkan lihat: Nuri, Nafs al-Rahman fi Fadhāil Salman Ra, hlm. 6.
  11. Amili, Salman Farsi, hlm. 86-87.
  12. Kulaini, Ushul Kāfi, jld. 2, hlm. 84.
  13. Majlisi, Bihār al-Anwār, jld. 22, hlm. 345.
  14. Salman Farsi, hlm. 32.
  15. Baladzari, Ansāb al-Asyrāf, jld. 1, hlm. 343.
  16. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubra, jld. 4, hlm. 62.
  17. Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, jld. 4, hlm. 41.
  18. Ibnu Abil Hadid, Syarah Nahj al-Balāghah, jld.1, hlm. 219-220.
  19. Amili, Salman Farsi, hlm. 35.
  20. Nuri, Nafs al-Rahman fi Fadhāil Salman, hlm. 148.
  21. Askari, Abdullah bin Saba' , jld. 1, hlm. 145.
  22. Madani, al-Darajāt fi Thabaqāt al-Syiah, hlm. 215.
  23. Ibnu Abil Hadid, Syarah Nahjul Balāghah, jld. 18, hlm. 35.
  24. Terkait dengan Istri dan Anak-anak Salman, silahkan lihat: Shadiqi Ardastani, Salman Farsi Ustandar Madain, hlm. 377-390.
  25. Ibnu Sa'ad, Thabaqāt al-Kubra, jld. 4, hlm. 62.
  26. Ibnu 'Asakir, Tārikh Madinah Damisyq, jld. 21, hlm. 408-424.
  27. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, hlm. 123; Dzahabi, Sar I'lām al-Nabla, jld. 2, hlm. 61, Ibnu Asakir, Tārik Madinah Damisyq, hlm. 409-411.
  28. Shaduq, al-Khishāl, hlm. 361.
  29. Ibnu Asakir, Tārikh Madinah Damisyq, jld. 21, hlm. 421.
  30. Thusi, Ikhtiyar Ma'rifah al-Rijal, jld. 1, hlm. 54; Thusi, al-Amali, hlm. 133.
  31. Ibnu Asakir, Tārikh Madinah Damisyq, jld. 21, hlm. 458-459.
  32. Khatib Baghdadi, Tārikh Baghadad, jld. 1, hlm. 176.
  33. Silahkan lihat: Majlisi, Bihār al-Anwār, jld.22, hlm. 380.
  34. Nuri, Nafas al-Rahman fi Fadhāil Salman Ra, hlm. 139.

Daftar Pustaka

  • Al Faqih, Muhammad Jawad, Salman al-Farsi 'Aradh wa Tahlil, edisi keempat, Muasasah al-A'lami lil Mathbu'at, Beirut, 1420/2000.
  • Amini, Abdul Husain, al-Ghadir fi al-Kitāb wa al-Sunah wa al-Adab, jld. 9, Beirut, Dar al-Kitab al-Arabi, 1397-1977.
  • Ibnu Abil Hadid, Syarah Nahj al-Balāghah, Riset: Abul Fadhl Ibrahim, Ketab Khaneh Ayatullah Mar'ashi Najafi, Qom.
  • Ibnu Babawaih, Muhammad bin Ali, al-Khishāl, Editor: Ali Akbar Ghafuri, Jamiah Mudarisin Hauzah Ilmiyah Qom, Qom, 1362.
  • Ibnu Sa'ad, Muhammad, al-Thabaqāt al-Kubrā, Riset: Muhammad Abdul Qadir Atha, Dar al-Kitab al-Ilmiyah, Beirut.
  • Abul Syaikh, Abdullah bin Muhammad, Thabaqāt al-Muhadditsin bi-Isbahan wa al-waridin alaiha, Dirasah wa tahqiq: Abdul Ghafur Bulusyi, Muasasah al-Risalah, Beirut.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya, Ansāb al-Asyrāf, Riset: Muhammad Baqir Ahmadi dkk, Muasasah al-A'lami lil Mathbu'at, Beirut.
  • Dekhuda, Ali Akbar, Lughat Nāmeh, cet. Ke-2, Intisyarat Tehran, 1377.
  • Dānestanihāi Islāmi barāye Nujawān, sekelompok penulis, Sayid Mahdi Syuja'i, Pusat Parwarisy Fikri Kudakan wa Nujawan, Tehran, 1387.
  • Shadiqi Ardistani, Ahmad, Salman Farsi Ustāndare Madāin, Daftar Tablighat Islami Hauzah Ilmiyah Qom, Qom, 1376.
  • Thabari, Muhammad bin Jarir, Tārikh al-Umam wa al-Muluk, Riwaya' al-Tsurats al-Arabi, Beirut.
  • Amili, Ja'far Murtadha, Salman Farsi, Terjemah Muhammad Sepahr, Markaz cet. Sazman wa Tablighat Islami, 1375.
  • Askari, Sayid Murtadha, Abdullah bin Saba wa digar Afsānehāi Tārikhi, Majma' Ilmi Islami, tanpa tahun, 1375.
  • Kulaini, Muhammad bin Ya'qub, Ushul Kāfi, terjemah Sa'id Latif Rasyidi, Ajwad, Qom, 1388.
  • Majlisi, Muhammad Baqir bin Muhammad Taqi, Bihār al-Anwār, al-Jamiah Lidurar Akhbar al-Aimah al-Athhar, riset: Muhammad Baqir Mahmudi wa Abdul Zahra Alawi, Dar Ihya al-Tsurats al-Arabi.
  • Madani, Ali Khan bin Ahmad, al-Darajāt al-Rafi'ah fi Thabaqāt al-Syiah, muqadimah: Muhammad Shadiq Bihar al-Ulum, Muasasah al-Wafa, Beirut.
  • Mufid, Muhammad bin Muhammad, al-Ikhtishāsh, riset: Ali Akbar Ghafuri dkk, Al-Mautsur al-Alimi li Alfiyah al-Syaikh Mufid, Qom.
  • Nuri al-Thabarsi, Husain, Nafas al-Rahmān fi Fadhāil Salman Ra, al-Rasul al-Musthafa, Qom, tanpa tahun.