Fatimah binti Asad sa
Ibu Imam Ali as | |
Nama lengkap | Fatimah binti Asad bin Hasyim |
---|---|
Garis keturunan | Bani Hasyim |
Kerabat termasyhur | Imam Ali as (anak) • Abu Thalib (suami) |
Lahir | 55 sebelum Hijrah/568 |
Tempat tinggal | Mekah |
Wafat | 8 H/626 |
Tempat dimakamkan | Pemakaman Baqi, Madinah |
Era | Permulaan Islam |
Dikenal sebagai | Ibu Imam Ali as |
Fatimah binti Asad (bahasa Arab: فاطمه بنت أسد ) adalah ibu Imam Ali as, istri dari Abu Thalib dan termasuk dalam daftar sahabat perempuan Nabi Muhammad saw.[1] Ia tercatat sebagai orang kesebelas (dikalangan perempuan, menjadi perempuan kedua) yang masuk Islam dan perempuan pertama yang berbaiat kepada Rasulullah saw. Sejumlah hadis dari Rasulullah saw yang berbicara mengenainya menunjukkan posisi dan derajatnya yang memiliki keutamaan yang tinggi. Ia dimakamkan di Pemakaman Baqi di kota Madinah.
Biografi Singkat
Fatimah binti Asad berasal dari Bani Hasyim. Oleh ahli sejarah, silsilahnya tercatat sebagai berikut: Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdu Manaf[2]. Ia tumbuh dan besar di Mekah dan menikah dengan Abu Thalib. Di masa Islam ia turut ikut hijrah ke Madinah, dan juga wafat di kota tersebut. Ia dikenal sebagai perempuan pertama yang berasal dari Bani Hasyim yang juga suaminya berasal dari kabilah yang sama. Ia merupakan perempuan pertama dari Bani Hasyim yang puteranya menjadi khalifah kaum Muslimin.[3]
Keturunan
Fatimah binti Asad memiliki sejumlah anak yang nama-namanya sebagai berikut: Thalib, Aqil, Ja'far, Ali as, Hindun atau Ummu Hani, Jamani, Raithah atau Ummu Thalib dan Asma.[4]
Keutamaan
Sebagian sumber dengan merujuk pada riwayat yang lemah menyebutkan Fatimah binti Asad sampai akhir hidupnya tidak pernah menyatakan keislaman.[5] Namun sumber-sumber yang lebih kuat menyebutkan bahwa ia masuk Islam sejak di kota Mekah dan ikut melakukan hijrah ke Madinah.[6] Tidak sedikit riwayat yang malah menunjukkan sejumlah keutamaannya, diantaranya sebagai berikut:
Pengasuh Nabi Muhammad saw
Sebagaimana telah dikenal dalam biografi Nabi Muhammad saw bahwa sejak kecil ia telah kehilangan ayah, ibu dan kakeknya, sehingga pada usia 8 tahun, ia berada dalam asuhan pamannya, Abu Thalib.[7]Fatimah binti Asad sebagai istri Abu Thalib tentu saja turut mengasuh dan membesarkan Nabi Muhammad saw sebagaimana anak-anaknya sendiri. Perhatian dan kasih sayang Fatimah binti Asad kepada Rasulullah saw, membuat Rasulullah saw di hari wafatnya Fatimah binti Asad mengatakan, "Hari ini, ibuku telah wafat." Rasulullah saw menggunakan pakaiannya untuk mengkafani Fatimah binti Asad dan dengan tangannya sendiri memasukkannya ke dalam liang lahat. Ketika seseorang bertanya kepadanya, "Wahai Rasulullah katakanlah sesuatu mengenai Fatimah binti Asad." Rasul saw menjawab: "Ia tidak ubahnya ibuku sendiri. Ketika anak-anaknya yang lain kelaparan, ia tetap mendahulukan untuk mengenyangkanku. Ketika yang lain dalam keadaan berdebu, ia merapikanku, ia sebenar-benarnya ibu bagiku."[8]
Nabi saw juga bersabda; "Pasca wafatnya Abu Thalib, tidak ada yang berbuat baik padaku sebaik yang dilakukan Fatimah binti Asad."[9]
Melahirkan di Dalam Ka'bah
Berdasarkan sejumlah riwayat, satu-satunya perempuan yang melahirkan di dalam Ka'bah adalah Fatimah binti Asad. Sejumlah riwayat menyebutkan, sewaktu persalinan Imam Ali as yang dikandungnya sudah dekat, Fatimah binti Asad mendatangi Ka'bah untuk berdoa. Ia memohon kepada Allah swt agar persalinannya dimudahkan.[10] Tidak lama, dinding Ka'bah terbelah dan iapun masuk kedalamnya. Ia tinggal di dalam Ka'bah selama tiga hari dan pada hari ke empat, yaitu 13 Rajab 30 tahun setelah Tahun Gajah, ia keluar dari Ka'bah sambil menggendong bayinya.[11]
Perempuan Kedua yang Masuk Islam
Ia adalah orang kesebelas[12] dan dikalangan perempuan adalah perempuan kedua yang masuk Islam setelah Sayidah Khadijah sa.[13]
Hijrah
Perempuan pertama yang bersama dengan Imam Ali as berhijrah dari Mekah ke Madinah adalah Fatimah binti Asad. Imam Shadiq as berkata: "Fatimah binti Asad, ibu Amirul Mukminin as, adalah perempuan pertama yang berjalan kaki dari Mekah ke Madinah menuju Rasulullah saw untuk berhijrah. Ia adalah orang yang paling baik perlakuannya kepada Nabi Muhammad saw."[14]
Perempuan Pertama yang Berbaiat kepada Nabi saw
Setelah pembebasan Kota Mekah, sewaktu Nabi Muhammad saw berada di bukit Shafa ia mengambil baiat dari masyarakat. Perempuan-perempuan Mekah yang telah menyatakan masuk Islam berbondong-berbondong menemui Rasulullah saw untuk menyatakan baiatnya. Saat itu turunlah surah al-Mumtahanah ayat 12[15] yang ditujukan kepada Rasulullah saw, "Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampun kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi maha Penyayang."
Ibnu Abbas berkata ayat tersebut turun berkenaan dengan Fatimah binti Asad.[16] Ibnu Abi al-Hadid berkata; "Fatimah binti Asad adalah perempuan pertama yang memberikan baiatnya untuk Rasullah saw."[17]
Wafat
Ibnu Jauzi menuliskan Fatimah binti Asad wafat pada tahun 4 H/626 di kota Madinah[18], namun jika merujuk pada riwayat yang menyebutkan Fatimah binti Asad memberikan baiatnya kepada Rasullah saw sebagaimana diceritakan dalam Surah Al-Mumtahanah ayat 12 yang terjadi pada tahun 8 H/630, maka pendapat Ibnu Jauzi tersebut tidak dapat diterima.
Rasulullah saw mengunakan pakaiannya sendiri untuk mengkafani jasad Fatimah binti Asad [19] dan berkata, "Jibril mengabarkan kepadaku bahwa dia ahli surga dan Allah swt memerintahkan 70 ribu malaikat untuk mensalatinya."[20] Nabi Muhammad saw turut serta dalam prosesi penyelenggaraan jenazahnya sampai dibawa ke Pemakaman Baqi.[21]Nabi Muhammad saw masuk kedalam liang kubur, dan membaringkan tubuhnya sejenak, kemudian bangkit dan memasukkan jenazah Fatimah binti Asad dengan tangannya sendiri kedalam liang kubur.[22]
Catatan Kaki
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 35, hlm. 181, 1403 H.
- ↑ Ibnu Abd al-Barr, al-Isti'ab, jld. 4, hlm, 1891; Ibnu Atsir, al-Kamil, jld. 6, hlm. 217.
- ↑ Ibnu Abd al-Barr, al-Isti'ab, jld. 4, hlm. 1891; Zirikli, al-A'lam, jld. 5, hlm. 130.
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar jld. 19, hlm. 57.
- ↑ Lih: Baladzuri, jld. 2, hlm. 36.
- ↑ Lih: Ibnu Abd al-barr, al-Isti'ab, jld. 4, hlm. 1891.
- ↑ Syahidi, Tārrikh Tahlili Islam, hlm. 37-38.
- ↑ Terj. Tārikh Ya'qubi, hlm. 368-369; Tārikh Payambar Islam, hlm. 49.
- ↑ Ibnu Abd al-Barr, al-Isti'ab, jld. 4, hlm. 1891.
- ↑ Kulaini, al-Kafi, jld. 3, hlm. 300.
- ↑ Syekh Amini, al-Ghadir, jld. 6, hlm. 21-23.
- ↑ Ibnu Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balāghah, jld. 1, hlm. 14.
- ↑ Ibnu Shabaq Maliki, al-Fushul al-Muhimmah hlm. 37.
- ↑ Syekh Kulaini, al-Kafi, jld. 2, hlm. 302, 1375 S.
- ↑ Thabathabai, al-Mizān, jld. 19, hlm. 246.
- ↑ Ibnu Jauzi, Tadzkirah al-Khawash, hlm. 10.
- ↑ Ibnu Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balāghah, jld. 1, hlm. 14, 1387 H.
- ↑ Ibnu Jauzi, Tadzkirah al-Khawāsh, hlm. 6.
- ↑ Al-Muttaqi Hindi, Kanz al-Ummal, jld. 6, hlm. 228.
- ↑ Hakim Naisyaburi, al-Mushtadrak Ala al-Shahihain, jld. 3, hlm. 108.
- ↑ Askadari, Targhib Ahl al-Mawaddah, hlm. 94.
- ↑ Ibnu Syubah, Tarikh al-Madinah al-Munawarah, jld. 1, hlm. 124.
Daftar Pustaka
- Aiti, Muhammad Ibrahim. Tārikh Payambar Islam. riset: Abu al-Qasim Gharji, Teheran: Penerbit Universitas Teheran, 1378 S.
- Amini, Abd al-Husain. al-Ghadir fi al-Kitab wa al-Sunnah wa al-Adab, Teheran: Dar al-Kutub al-islamiyah.
- Askadari, Ismail. Targhib Ahl al-Mawaddah wa al-Wafā. riset: Adil Abu al-Man'am Abu al-Abbas. Madinah al-Munawwarah: Maktabah al-Tsaqafāh.
- Hakim Naisyaburi, Muhammad bin Abdullah. al-Mustadrak ‘ala al-Shahihain riset: Abdu al-Islam bin Muhammad ‘Allaush. Beirut: Dar al-Ma'rifah, tanpa tahun.
- Ibnu Abi al-Hadid. Syarh Nahj al-Balāghah. jld. 1, riset: Muhammad Abu al-Fadhl Ibrahim, Dar Ihya al-Kutub al-‘Arabiyah, Isa al-Babi al-Halabi wa Syarkah, 1378 S – 1959 M.
- Ibnu Jauzi, Yusuf bin Qazawaghali. Tadzkira al-Khawāsh. Kairo: Maktabah al-Tsaqafah al-Diniyah, tanpa tahun.
- Ibnu Syubah Namiri. Tārikh al-Madinah al-Munawarah. riset: Fahim Muhammad Syaltut. Qom: Dar al-Fikr.
- Ibnu Shabaq Maliki, al-Fushul al-Muhimmah. Qom: Dar al-Hadits.
- Ibnu Abdu al-Barra, Abu Umar Yusuf bin Abdullah bin Muhammad. al-Isti'āb fi Ma'rifah al-Ashhāb. riset: Ali Muhammad al-Bajawi, Beirut: Dar al-Jail, 1412 H/1992.
- Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. al-Kāfi, Terjm dan Syarh: muhammad Bagir kamrei. Teheran: Uswah.
- Majlisi, Muhammad bagir. Bihār al-Anwār. Beirut: Dar al-Wafa, 1403 H.
- Muttaqi al-Hindi, Ali bin Hisyam al-Din. Kanz al-Ummal. Beirut: al-Risalah.
- Syahidi, Sayid Ja'far. Tārikh Tahlili Islam. Teheran: Markaz Nashr Daneshgahi, 1390 S.
- Thabathabai, Sayid Muhammad Husain. al-Mizān fi Tafsir al-Qur'an. Qom: Ismailiyan, 1371 S.
- Ya'qubi, Muhammad bin Abi Ya'qub. Tārikh Ya'qubi. Beirut: Dar Shader, tanpa tahun.