Tahun Gajah

Prioritas: c, Kualitas: c
tanpa navbox
Dari wikishia
Ilustrasi Pasukan Abraha

Tahun Gajah (bahasa Arab: عام الفیل) adalah tahun penyerangan Abrahah, Raja Yaman dengan bala tentara yang jumlahnya sangat banyak untuk tujuan menghancurkan Kakbah. Karena bala tentara ini ketika menyerang Kakbah menunggangi gajah, maka tahun itu disebut dengan Tahun Gajah. Alquran dalam surah Al-Fil mengisyaratkan tentang peristiwa ini. Para sejarawan memperkirakan Tahun Gajah ('Am al-fil) bertepatan dengan tahun 570 M. Berdasarkan pendapat yang terkenal, tahun kelahiran Nabi Muhammad saw terjadi pada tahun ini.

Dalil Penyerangan Kakbah

Ketika Raja Abrahah memiliki kekuatan di Yaman ia memahami kesucian dan kepusatan Mekah serta penghormatan masyarakat dari titik jauh maupun dekat terhadap kota ini dan juga pengaruh perekonomiannya. Ia yakin sebab dari semua itu adalah Kakbah. Oleh sebab itu, ia membangun gereja di Shan'a bernama Qalis dan dalam suratnya kepada raja Habasyah menulis: "Aku membangun gereja yang hingga sekarang tidak aku lihat satu gereja pun yang sama dengannya. Setelah selesai pembangunannya, peziarah Kakbah akan aku paksa ke sana."

Namun, langkah ini tidak mendapat respon dari masyarakat bahkan seorang laki-laki yang berasal dari kabilah Bani Fuqaim demi menunjukkan kemarahannya mengotori gereja itu. Abrahah yang sedang menunggu kesempatan baik untuk menghancurkan Kakbah bersama dengan 14 gajah bergerak menuju Mekah untuk memusnahkan musuhnya dan berharap masyarakat akan memberi perhatian kepadanya. [1]

Foto Klasik Kakbah

Bertahan di hadapan Abrahah

Dua pembesar dari Yaman, Dzunafar dan Nufail bin Habib Khats'ami berdiri berhadap-hadapan melawan tapi kalah dan kemudian ditahan oleh Abrahah.[2]

Pesan untuk Abdul Muthalib

Setelah pasukannya diusir ke luar Mekah, Abrahah mengutus seseorang sehingga akan berunding dengan pembesar Mekah dan menyampaikan kabar tentang penghancuran Mekah. Ia menyampaikan pesan kepada pemimpin kaum Quraisy, Abdul Muthalib bahwa "Aku tidak datang untuk membunuh masyarakat, namun hanya untuk menghancurkan Kakbah."[3]

Abdul Muthalib berkata kepada utusan Abrahah bahwa pergilah kepada Abrahah Kami tidak akan berperang dengan Anda karena kami tidak memiliki kekuatan untuk itu, namun tentang pengrusakan Kakbah sampaikan kepada Abrahah bahwa Kakbah itu adalah rumah Tuhan kami, dan rumah yang terhormat, apabila Ia ingin melindungi rumahnya dan rumah yang dihormati, maka Dia mampu untuk melakukan hal itu, dan apabila tidak, maka kami tidak mampu sedikit pun.[4]

Pertemuan Abdul Muthalib dengan Abrahah

Pasukan Abrahah di samping melakukan penjarahan, juga mengambil unta-unta milik kaum Quraisy. Abdul Muthalib pergi menemui Abrahah dan meminta 200 unta yang telah dijarah oleh pasukan Abrahah. Akhirnya menurut perhitungan Abrahah, kekuatan kaum Quraisy kecil dan Abrahah berkata kepadanya: "Aku mengira bahwa kalian datang ke sini untuk merundingkan Kakbah yang kalian hormati namun ternyata permintaan kalian hanyalah supaya aku kembalikan unta-untamu!"[5]

Abdul Muthalib dalam menjawab perkataan Abrahah berkata: "Aku pemilik unta-unta itu. Kakbah juga memiliki pemilik dan pemiliknya sendiri yang akan melindunginya.""[6]

Abrahah dengan sombongnya berkata, "Tidak seorang pun yang bisa menghalangi kemauanku!". Kemudian ia memerintahkan untuk mengambil kembali unta-unta Abdul Muthalib.”[7]

Keluarnya Kaum Quraisy dari Mekah

Abdul Muthalib, ketika unta-untanya diambil oleh Abrahah, maka ia kembali ke Mekah dan memerintahkan masyarakat Mekah untuk pergi ke gunung-gunung dan membawa pula harta benda mereka.[8] Setelah Mekah kosong, ia pergi ke Kakbah dan menguasai lingkaran Kakbah kemudian berdoa dengan mengucapkan: "Tuhanku! Aku adalah hamba-Mu, oleh itu jagalah rumah-Mu sendiri, pendekkan tangan-tangan musuh-Mu, pendekkanlah juga tangan-tangan musuh-Mu dari rumah-Mu sehingga mereka tidak dapat mengalahkannya, jangan banyakkan berhala-berhalanya atas rumah-Mu, kekuatannya tidak melebihi kekuatan-Mu. Oleh itu, jika Engkau mengabaikannya sehingga pihak musuh merusak rumah dan kiblat kami, maka beritahukan kepada kami, di mana Engkau harus kami sembah!" [9]

Penyerangan Ababil terhadap Pasukan Abrahah

Pada saat pasukan Abrahah bergerak ke arah Kakbah Allah swt memerintahkan sekelompok burung bernama Ababil untuk menyerang pasukan Abrahah dengan membawa batu-batu kecil pada paruhnya guna membinasakan pasukan Abrahah. Pada saat pasukan gajah menyerang Kakbah, tiba-tiba langit pun gelap dan sekelompok burung pun muncul di langit. Burung-burung itu ketika terbang menjatuhkan batu-batu kecil ke kepala pasukan yang menyerang Kakbah sehingga menyebabkan organ-organ mereka terpisah dari tubuh dan menyebabkan mereka berada dalam keadaan sekarat. Beberapa di antaranya bisa selamat dan berhasil kembali ke Yaman, meskipun dengan meninggalkan darah yang tercecer pada jalan-jalan. [10]

Alquran mengabadikan peristiwa ini dalam surah Al-Fil. Setelah terjadi penyerangan Kakbah oleh pasukan bergajah itu, suku Quraisy menempati kedudukan yang penting dan terhormat di sisi kaum Arab.

Lihat Juga

Surah Al-Fil


Catatan Kaki

  1. Akhbār al-Thiwāl, hlm. 92.
  2. Maqrizi, Imta' al-Asma', jld. 4, hlm. 74
  3. Lihat: Subhani, Furughe Abadiyat, hlm. 125
  4. Lihat: Subhani, Furughe Abadiyat, hlm. 125
  5. Maqdisi, al-Bad'u wa al-Tarikh, Bur Said, jld. 3, hlm. 187
  6. Maqdisi, al-Bad'u wa al-Tarikh, Bur Said, jld. 3, hlm. 187
  7. Lihat: Subahani, Furughe Abadiyat, hlm. 126
  8. Lihat: Subahani, Furughe Abadiyat, hlm. 126
  9. Muqaddasi, Afarinesy wa Tārikh, edisi terjemahan, jld. 1, hlm. 532.
  10. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 47.

Daftar Pustaka

  • Dinawari, Abu Hanifah Ahmad bin Dawud. Akhbār al-Thiwāl. Penerjemah: Mahmud Mahdawi Damghani. Teheran: Nasyar Nei, cet. IV, 1371 HS.
  • Ibnu Hisyam. As-Sirah an-Nabawiyah. Beirut: Dar al-Ma'riah, tanpa tahun.
  • Kalbi, Abu al-Munzir Hisyam bin Muhammad. Kitab al-Ashnām (Tankis al-Ashnām). Riset: Ahmad Zaki Basya. Kairo. Ofset Teheran (disertai dengan terjemahan). Nasyr Nu, cet. II, 1364 HS.
  • Maqdisi, Muthahhar bin Thahir. Afarinesy wa Tārikh. Penerjemah: Muhammad Ridha Syafi’i Kadkani. Teheran: Agah, cet.I, 1374 HS.
  • Maqdisi, Muthahhar bin Thahir. Al-Bad'u wa at-Tarikh. Bur Said. Maktabah al-Tsaqafah al-Diniyah, tanpa tahun.
  • Maqrizi, Taqiyuddin Ahmad bin Ali. Imtā' al-Asmā' bima li an-Nabi min al-Ahwāl wa al-Amwāl wa al-Hafadah wa al-Mata'. Diteliti oleh Muhammad Abdul Hamid al-Numaisi. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, cet. I, 1420 H.
  • Subahani, Jakfar. Furughe Abadiyat. Qom: Bustan Kitab, cet. XXI, 1385 HS.