Hijrah ke Habasyah (bahasa Arab: هجرة الی الحبشة) juga terkenal dengan Hijrah Pertama merupakan hijrahnya sekelompok Muslim Makkah ke Habasyah untuk melepaskan diri dari kezaliman dan penindasan kaum musyrikin di tahun-tahun pertama setelah Bi'tsah. Hijrah ke Habasyah terjadi dalam dua tahapan atas perintah Nabi Islam saw; pada fase pertama, sebelas pria dan wanita Muslim, dan pada fase kedua, 83 orang berhijrah di bawah kepemimpinan Ja'far bin Abi Thalib yang dilakukan secara diam-diam.

Kaum Quraisy masih berusaha mengembalikan mereka ke kota Makkah dengan mengirim Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabiah ke Habasyah; tetapi Najashi, raja Habasyah, setelah mendengar perkataan Ja'far bin Abi Thalib, menolak untuk mengembalikan kaum Muslim.

Sebagian dari kaum Muslim meninggal di Habasyah dan sebagiannya lagi telah memiliki anak; Abdullah bin Ja'far, suami dari Sayidah Zainab sa, lahir di Habasyah. Setelah Nabi saw berhijrah ke Madinah, orang-orang yang berhijrah ke Habasyah dapat kembali ke Madinah, ke sisi Nabi saw secara bertahap dari sebelum hingga sesudah penaklukan Khaibar.

Sebab Hijrah

Kaum Muslimin Makkah sering ditindas dan dizalimi oleh kaum musyrik Quraisy. [1] Sebab itu Rasulullah saw memerintahkan kaum muslimin untuk berhijrah ke Habasyah; karena pemimpinnya, Najasyi, adalah raja beragama Nasrani yang arif dan adil. [2] Hijrah ini dilakukan secara diam-diam dengan menggunakan dua kapal dari para pedagang dan saudagar yang dapat membawa mereka ke sana dengan setengah harga.[3] Kaum Muslimin dua kali Hijrah ke Habasyah dimana menurut penuturan Ya'qubi, pada hijrah pertama diikuti 12 orang dan pada hijrah yang kedua 70 orang yang berhijrah ke Habasyah terkecuali para wanita dan anak-anak.[4]

Hijrah Pertama

Diriwayatkan bahwa pada hijrah pertama, kaum Muslimin berhijrah ke Habasyah pada bulan Rajab pada tahun ke-5 setelah bi'tsah, hijrah rombongan muslimin ini terdiri dari sebelas orang laki-laki dan empat perempuan pergi ke Habasyah, kaum musyrikin langsung mengejar mereka namun tidak berhasil menangkap mereka. Kaum muslimin sudah tinggal di Habasyah, lalu mereka mendengar kabar bahwa orang-orang musyrik Quraisy telah masuk Islam, oleh karenanya mereka kembali ke Makkah. Begitu sampai di dekat Makkah mereka baru tahu bahwa kabar keislaman Quraisy hanya dusta belaka. [5] Namun dikarenakan kaum Muslimin tidak memiliki kemampuan untuk kembali lagi ke Habasyah, jadi mereka masing-masing pergi secara terpisah atau masuk ke kota di bawah perlindungan beberapa orang. [6] Utsman bin Mazh'un juga masuk ke kota Makkah dengan berlindung kepada Walid bin Mughirah, namun ketika melihat banyak orang Islam yang menderita dan disiksa, dia meminta kepada pelindungnya supaya mencabut keamanan darinya dan membiarkannya juga ikut disiksa. Begitu menerima siksaan Utsman malah menampakkan rasa bahagia di wajahnya.[7]

Orang-Orang yang Melakukan Hijrah Pertama

  1. Utsman bin Affan dan istrinya, Ruqayyah.[8]
  2. Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabiah, bersama istrinya Sahlah, putri Suhail bin Amr bin Amir bin Luay.[9]
  3. Zubair bin Awwam.[10]
  4. Abu Sabrah bin Abi Raham bin Abdul Uzza al-Amiri dari bani Amir bin Luay.[11]
  5. Suhail bin Baidha' dari bani al-Harits bin Fihr.[12]
  6. Abdullah bin Mas'ud.[13]
  7. Amir bin Rabiah al-Unzi sekutu yang melakukan perjanjian dengan bani Ady dan istrinya Laili, putri Abu Hatsmah.[14]
  8. Mush'ab bin Umair[15], pengajar Alquran dan seorang pemuda yang tampan dan beraut indah.[16]
  9. Utsman bin Mazh'un.[17]
  10. Abdurrahman bin Auf, [18]
  11. Di sebagian sumber referensi disebutkan Ummu Aiman juga tergolong dari orang-orang yang berhijrah ke Habasyah tapi tidak disebutkan pada hijrah pertama atau hijrah kedua.[19]

Hijrah Kedua

Untuk kedua kalinya kaum muslimin berhijrah ke Habasyah atas perintah Rasulullah saw dan kali ini rombongan dipimpin oleh Ja'far bin Abi Thalib. Jumlah rombongan yang pergi berhijrah adalah 83 orang. [20]

Para Muhajirin di Hijrah Kedua

  1. Ja'far bin Abi Thalib; pemimpin rombongan hijrah kedua yang kemudian memiliki julukan Ja'far Dzuljanahain dan al-Thayyar.[21] Ikut serta pula istrinya, Asma binti Umais dan anak-anaknya; Abdullah, Muhammad dan Aun.
  2. Saudah dan suaminya, Sukran. Ketika di Habasyah Sukran menjadi Nasrani dan meninggal di sana. Saudah di kemudian hari menikah dengan Rasulullah saw.[22]
  3. Ummu Habibah binti Abi Sufyan bin Harb dan suaminya, Ubaidullah bin Jahsy. Menurut satu pendapat, Abdullah meninggal dunia di Habasyah atau berpindah agama menjadi seorang Nasrani. Di kemudian hari Ummu Habibah menikah dengan Rasulullah saw.[23]
  4. Khalid bin Sa'id bin Ash bin Umayyah. Menurut penuturan Waqidi, ia adalah termasuk orang yang pertama ikut hijrah ke Habasyah.[24]
  5. Umair bin Rubab al-Sahmi yang terbunuh di zaman Abu Bakar dalam perluasan pembukaan kota-kota .[25]
  6. Syurahbil bin Hasanah[26]
  7. Menurut sebagian pendapat, Ammar Yasir juga ikut hijrah.[27]

Reaksi Quraisy

Setelah sebagian Muslimin kembali berhijrah ke Habasyah, orang-orang Quraisy gusar dan bergegas mengirim Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabiah dengan membawa berbagai hadiah kepada Najasyi, raja Habasyah [28], itupun dilakukan karena mereka memiliki hubungan dagang dengan Habasyah dan persahabatan di antara mereka. [29] Amr bin Ash menyampaikan kepada Najasyi bahwa orang-orang yang lari ke negerinya adalah para budak bodoh yang telah keluar dari agamanya. Najasyi tidak menerima begitu saja apa yang didengarnya dari Amr. Dia meminta penjelasan langsung dari pihak muhajirin. Untuk itu dia mengumpulkan para pemuka agama dan bersama menanyakan langsung kepada muhajirin tentang sebab hijrahnya mereka. Ja'far bin Abi Thalib memberi penjelasan:

“Kami dulunya memang bodoh dan penyembah berhala, memakan bangkai, senang dengan pertumpahan darah dan banyak berbuat mungkar. Sampai suatu saat Allah swt mengutus Nabi-Nya dari kalangan kami. Kami kenal betul bagaimana nasabnya, kami sangat percaya dan yakin akan kejujurannya. Dia mengajak kami untuk mengimani Tuhan Yang Esa dan melarang menyembah batu dan berhala. Dia mengajarkan kami untuk selalu berkata dan berprilaku jujur, bersilaturrahmi, berbuat baik kepada tetangga, dan melarang berbuat cela. Namun mereka ini malah memusuhi kami. Mereka ingin supaya kami kembali menyembah berhala. Sebab itu kami datang ke negeri yang Anda pimpin, kami memilih Anda dibanding orang lain.”

Mendengar hal itu, Najasyi berkata kepada utusan Quraisy, "Pergilah, demi Tuhan, aku tidak akan pernah mengembalikan mereka pada kalian.” Akhirnya kedua utusan tersebut kembali ke Mekah dengan rasa malu."[30]

Kembalinya Muhajirin

Kembalinya muhajirin dari Habasyah dilakukan secara bertahap. Mereka yang kembali setelah hijrah pertama, tetap tinggal di Makkah dan bersama muslimin lainnya hijrah ke Madinah. Sebagian juga ada yang baru hijrah ke Madinah dua tahun sebelum perang Khaibar dan ada yang setelah penaklukan Khaibar. [31]

Rasulullah saw mengutus Amr bin Umayyah al-Dhamri untuk menemui Najasyi supaya memfasilitasi kepulangan kaum muslimin.[32]

Kepulangan terakhir para muhajirin dari Habasyah, terjadi pada tahun ke-7 H, bertepatan dengan tahun terjadinya penaklukan Khaibar. [33] Di tengah-tengah rombongan itu ada Ja'far bin Abi Thalib beserta istrinya Asma binti Umays, dan anaknya Abdullah bin Ja'far.[34] Ketika Ja'far datang menemui Rasulullah saw, beliau mencium keningnya dan berkata: “Aku tidak tahu untuk kemenangan yang mana sekarang ini aku bahagia; penaklukan Khaibar ataukah kedatangan Ja'far.”[35]

Orang-Orang yang Meninggal di Habasyah

Di antara orang-orang yang berhijrah ke Habasyah, ada delapan yang meninggal dunia dan dimakamkan di sana, di antara mereka adalah:

  1. Abaidullah bin Jahsy dari bani Abdu Syams dimana ketika tinggal di Habasyah ia berpindah agama menjadi Nasrani dan tinggal di sana hingga meninggal dunia
  2. Amr bin Umayyah bin Harits dari bani Asad
  3. Hathib bin Harits dan saudaranya, Hithab bin Harits yang keduanya dari bani Jamah
  4. Abdullah bin Harits bin Qais dari bani Sahm
  5. Urwah bin Abdul Uzza.
  6. Adi bin Nadhlah dari bani Adi.
  7. Musa bin Harits bin Khalid dari bani Taim.[36]

Orang-Orang yang Lahir di Habasyah

  1. Abdullah bin Ja'far putra Ja'far al-Thayyar.
  2. Muhammad bin Abi Hudzaifah.
  3. Sa'id bin Khalid bin Sa'id.
  4. Zainab binti Abi Salamah.
  5. Abdullah bin Muthallib bin Azhar.
  6. Musa bin Harits bin Khalid.
  7. Aisyah binti Harits bin Khalid.
  8. Fatimah binti Harits bin Khalid.
  9. Zainab binti Harits bin Khalid. [37]

Pranala Terkait

Hijrah ke Madinah

Catatan Kaki

  1. Ibnu Khaldun, al-Ibar al-Tarikh, jld. 1, hlm. 395.
  2. Thabari, Tarikh al-Thabari, jld. 3, hlm. 873.
  3. Thabari, Tarikh al-Thabari, jld. 3, hlm. 873.
  4. Ya'qubi, Tarikh Ya'qubi, jld. 1, hlm. 386.
  5. Thabari, Tarikh al-Thabari, jld. 3, hlm. 882.
  6. Muqaddasi, Afarinesh wa Tarikh, jld. 2, hlm. 654.
  7. BaihaqiDalail al-Nubuah, jld. 2, hlm. 49.
  8. Ibnu Khaldun, al-Ibar al-Tarikh, jld. 1, hlm. 395.
  9. Ibnu Khaldun, al-Ibar al-Tarikh, jld. 1, hlm. 395.
  10. Ibnu Khaldun, al-Ibar al-Tarikh, jld. 1, hlm. 395.
  11. Ibnu Khaldun, al-Ibar al-Tarikh, jld. 1, hlm. 395.
  12. Ibnu Khaldun, al-Ibar al-Tarikh, jld. 1, hlm. 396.
  13. Ibnu Khaldun, al-Ibar al-Tarikh, jld. 1, hlm. 396.
  14. Ibnu Khaldun, al-Ibar al-Tarikh, jld. 1, hlm. 396.
  15. Ibnu Khaldun, al-Ibar al-Tarikh, jld. 1, hlm. 396.
  16. Muqaddasi, Afarinesh wa Tarikh, jld. 2, hlm. 791.
  17. Baihaqi, Dalail al-Nubuah, jld. 2, hlm. 49.
  18. Ibnu Hisyam, Zendeqani Muhammad, jld.1, hlm.213.
  19. Ibnu Abdul Bar, al-Isti'ab, jld.4, hlm.1793; Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld.5, hlm.567
  20. Muqaddasi, Afarinesh wa Tarikh, jld. 2, hlm. 655.
  21. Muqaddasi, Afarinesh wa Tarikh, jld. 2, hlm. 792.
  22. Thabari, Tarikh al-Thabari, jld. 4, hlm. 1289; Muqaddasi, Afarinesh wa Tarikh, jld. 2, hlm. 726.
  23. Muqaddasi, Afarinesh wa Tarikh, jld. 2, hlm. 728.
  24. Muqaddasi, Afarinesh wa Tarikh, jld. 2, hlm. 790.
  25. Ibnu Khaldun, al-Ibar al-Tarikh , jld. 1, hlm. 495.
  26. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah , jld. 1, hlm. 350.
  27. Thabari, Tarikh al-Thabari, jld. 3, hlm. 873.
  28. Thabari, Tarikh al-Thabari, jld. 3, hlm. 878.
  29. Ibnu Khaldun, al-Ibar al-Tarikh, jld. 1, hlm. 395.
  30. Muqaddasi, Afarinesh wa Tarikh,jld. 2, hlm. 655.
  31. Ibnu Khaldun, al-Ibar al-Tarikh, jld. 1, hlm. 438.
  32. Ibnu Khaldun, al-Ibar al-Tarikh, jld. 1, hlm. 438.
  33. Muqaddasi, Afarinesh wa Tarikh, jld. 2, hlm. 706.
  34. Ibnu Khaldun, al-Ibar al-Tarikh, jld. 1, hlm. 438.
  35. Ibnu Khaldun, al-Ibar al-Tarikh, jld. 1, hlm. 438.
  36. Ibnu Hisyam, Zendegani Muhammad saw, jld. 2, hlm. 244.
  37. Ibnu Hisyam, Zendegani Muhammad saw, jld. 2, hlm. 244.

Daftar Pustaka

  • Baihaqi, Abu Bakar Ahmad bin Husain. Dalail al-Nubuwah. Terjemah Mahmud Mahdawi Damaghani. Teheran: Intisyarat Ilmi wa Farhanggi. Dua jilid, 1361 HS.
  • Ibnu Abdul Bar, Yusuf bin Abdullah. Al-Isti'ab fi Ma'rifati Ashab. Atas upaya Ali Muhammad Bajawi. Kairo: Tanpa penerbit. 1960/1380 H.
  • Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad. Usd al-Ghabah fi Ma'rifati al-Shahabah. Kairo. Tanpa penerbit. 1280 H.
  • Ibnu Hisyam, Abdul Malik. Al-Sirah al-Nabawiyah. Atas upaya Musthafa Saqqa, Ibrahim Abyari, Abdul Hafidz Syalbi. Kairo: Tanpa penerbit. 1936.
  • Ibnu Hisyam, Abdul Malik. Zendeghani Muhammad saw Payambar-e Islam. Terjemah Sayid Hasyim Rasuli. Teheran: penerbit Kitabci. Cet. Kelima. 1375 HS.
  • Ibnu Khaldun. Al-'Ibar al-Tarikh. Terjemahan Abdul Muhammad Ayati. Teheran: Muassasah Muthala'at wa Tahqiqat-e Farhanghi. Cet. Pertama. 1363 HS.
  • Muqaddasi, Muthahhar bin Thahir. Afarinesh wa Tarikh. Terjemah Muhammad Ridha Syafi'i Kadkani. Teheran: penerbit Aghah. Cet. Pertama. 1374 HS.
  • Thabari, Muhammad bin Jarir. Tarikh Thabari. Terjemah Abul Qasim Payandeh. Teheran: penerbit Asathir. Cet. Kelima, 1375 HS.
  • Ya'qubi, Ahmad Abi Ya'qub. Tarikh Ya'qubi. Terjemah Muhammad Ibrahim Ayati. Teheran: Intisyarat Ilmi wa Farhangghi. Cet. Keenam. 1371 HS.