Hadis Qarurah
| Tema | Syahadah Imam Husain as |
|---|---|
| Diriwayatkan dari | Nabi Muhammad saw |
| Periwayat utama | Ummu Salamah • Ibnu Abbas |
| Sumber Syiah | Tarikh Ya'qubi • Bihar al-Anwar |
| Sumber Ahlusunah | Al-Isti'ab • Usud al-Gabah • Al-Ishabah • Imta' al-Asma' |
| Bulan Duka Muharram |
|---|
| Peristiwa |
| Tokoh |
| Situs Penting |
| Momentum |
| Ritual |
Hadis al-Qarurah (bahasa Arab: حديث القارورة) adalah sebuah hadis dari Nabi Muhammad saw yang mengandung ramalan tentang Peristiwa Karbala dan syahidnya Imam Husain as. Hadis ini diriwayatkan dalam kitab-kitab hadis Syiah dan Ahlusunah. Hadis ini ditujukan kepada Ummu Salamah, salah seorang istri Nabi saw.
Berdasarkan hadis ini, Nabi memberikan segenggam tanah Karbala kepada Ummul Mukminin Ummu Salamah dan berkata, "Ketika engkau melihat tanah ini berubah menjadi darah, ketahuilah bahwa putraku Husain as telah syahid." Ummu Salamah kemudian menyimpannya dalam sebuah wadah berupa botol (qarurah). Suatu hari, Ummu Salamah bermimpi melihat Nabi saw dengan wajah sedih dan pakaiannya berdebu, seraya berkata kepadanya, "Aku datang dari Karbala dan dari pemakaman para syuhada." Tiba-tiba ia terbangun, lelu melihat ke wadah tersebut, dan menemukan tanah itu telah berubah menjadi darah. Ia pun tahu bahwa Husain as telah syahid.
Pentingnya Hadis Qarurah
Hadis Qarurah, yang intinya memberitakan tentang terjadinya peristiwa Karbala dan syahidnya Imam Husain as, di mana salah satu tanda bahwa Nabi saw mengetahui masa depan[1] dan juga merupakan bukti kebenaran kebangkitan Imam Husain as. Syiah dengan merujuk pada hadis ini, meyakini bahwa berkabung untuk Imam Husain as adalah amalan yang syar'i dan mustahab, karena menurut hadis ini, Nabi saw sendiri menangisi Imam Husain as.[2]
Dalam sumber-sumber Syiah, hadis ini diriwayatkan dalam Tarikh Ya'qubi[3] pada abad ketiga Hijriyah dan "Al-Irsyad" karya Syekh Mufid[4] pada awal abad kelima, dan kemudian dalam sumber-sumber lainnya. Al-Majlisi dalam Bihar al-Anwar[5] meriwayatkannya dari "Al-Amali (Syekh Thusi)" yang berasal dari pertengahan abad kelima.
Hadis ini juga diriwayatkan dalam berbagai sumber Syiah dan Ahlusunah. Muhammadi Rei Syahri mengumpulkan berbagai riwayat Hadis Qarurah dan mimpi-mimpi Ummu Salamah serta Ibnu Abbas dari sumber-sumber Syiah dan Ahlusunah dalam bukunya "Al-Shahih min Maqtal Sayid al-Syuhada".[6]
Kandungan Hadis
Berdasarkan hadis ini, Nabi Muhammad saw memberikan segenggam tanah Karbala kepada Ummu Salamah, dan ia menyimpannya dalam sebuah botol. Nabi saw berkata, "Ketika engkau melihat tanah ini berubah menjadi darah, ketahuilah bahwa putraku Husain as telah syahid." Suatu hari, Ummu Salamah bermimpi melihat Rasulullah saw dengan wajah sedih dan pakaiannya berdebu, seraya berkata kepadanya, "Aku datang dari Karbala dan dari pemakaman para syuhada." Tiba-tiba ia terbangun, lalu melihat ke botol tersebut, dan menemukan tanah itu telah berubah menjadi darah. Ia pun tahu bahwa Husain as telah syahid. Kemudian ia menangis dan meratap, dan ketika tetangga-tetangganya datang, ia menceritakan kejadian tersebut kepada mereka.[7]
Menurut laporan Ya'qubi, sejarawan abad ke- 3 Hijriyah, suara tetangga-tetangga berubah menjadi tangisan dan hiruk-pikuk, sehingga tangisan dan ratapan memenuhi kota Madinah, di mana hal itu belum pernah terjadi sebelumnya.[8] Peristiwa ini dalam riwayat dikenal sebagai Hadis Qarurah.
Teks dan Terjemahan Hadis
Syekh Mufid dalam kitab al-Irsyad meriwayatkan beberapa hadis dengan tema ramalan tentang peristiwa Karbala[9], yang paling lengkap adalah riwayat dari Ummu Salamah:
وَ رُوِيَ بِإِسْنَادٍ آخَرَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ: خَرَجَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ مِنْ عِنْدِنَا ذَاتَ لَيْلَةٍ فَغَابَ عَنَّا طَوِيلاً ثُمَّ جَاءَنَا وَ هُوَ أَشْعَثُ أَغْبَرُ وَ يَدُهُ مَضْمُومَةٌ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اَللَّهِ مَا لِي أَرَاكَ شُعْثاً مُغْبَرّاً فَقَالَ أُسْرِيَ بِي فِي هَذَا اَلْوَقْتِ إِلَى مَوْضِعٍ مِنَ اَلْعِرَاقِ يُقَالُ لَهُ كَرْبَلاَءُ فَأُرِيتُ فِيهِ مَصْرَعَ اَلْحُسَيْنِ اِبْنِي وَ جَمَاعَةٍ مِنْ وُلْدِي وَ أَهْلِ بَيْتِي فَلَمْ أَزَلْ أَلْقِطُ دِمَاءَهُمْ فَهَا هِيَ فِي يَدِي وَ بَسَطَهَا إِلَيَّ فَقَالَ خُذِيهَا وَ اِحْتَفِظِي بِهَا فَأَخَذْتُهَا فَإِذَا هِيَ شِبْهُ تُرَابٍ أَحْمَرَ فَوَضَعْتُهُ فِي قَارُورَةٍ وَ سَدَدْتُ رَأْسَهَا وَ اِحْتَفَظْتُ بِهِ فَلَمَّا خَرَجَ اَلْحُسَيْنُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ منْ مَكَّةَ مُتَوَجِّهاً نَحْوَ اَلْعِرَاقِ كُنْتُ أُخْرِجُ تِلْكَ اَلْقَارُورَةَ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَ لَيْلَةٍ فَأَشَمُّهَا وَ أَنْظُرُ إِلَيْهَا ثُمَّ أَبْكِي لِمُصَابِهِ فَلَمَّا كَانَ فِي اَلْيَوْمِ اَلْعَاشِرِ مِنَ اَلْمُحَرَّمِ وَ هُوَ اَلْيَوْمُ اَلَّذِي قُتِلَ فِيهِ عَلَيْهِ اَلسَّلاَمُ أَخْرَجْتُهَا فِي أَوَّلِ اَلنَّهَارِ وَ هِيَ بِحَالِهَا ثُمَّ عُدْتُ إِلَيْهَا آخِرَ اَلنَّهَارِ فَإِذَا هِيَ دَمٌ عَبِيطٌ فَصِحْتُ فِي بَيْتِي وَ بَكَيْتُ وَ كَظَمْتُ غَيْظِي مَخَافَةَ أَنْ يَسْمَعَ أَعْدَاؤُهُمْ بِالْمَدِينَةِ فَيُسْرِعُوا بِالشَّمَاتَةِ فَلَمْ أَزَلْ حَافِظَةً لِلْوَقْتِ حَتَّى جَاءَ اَلنَّاعِي يَنْعَاهُ فَحَقَّقَ مَا رَأَيْتُ.
Dan dengan sanad lain dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha, ia meriwayatkan bahwa ia berkata: Suatu malam, Rasulullah saw keluar dari tempat kami dan menghilang cukup lama. Kemudian beliau kembali dalam keadaan rambut dan wajahnya berdebu, dan tangan beliau terkepal. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa aku melihatmu berdebu?" Beliau bersabda, "Baru saja aku dibawa ke suatu tempat di tanah Irak yang bernama Karbala. Di tanah itu, diperlihatkan kepadaku tempat terbunuhnya putraku Husain dan sekelompok dari anak keturunanku. Aku terus-menerus mengumpulkan darah mereka dari tempat itu, dan inilah darah itu sekarang, ada di tanganku." Lalu beliau membuka tangan beliau untukku dan bersabda, "Ambillah dan simpanlah." Maka aku mengambilnya dan melihatnya seperti tanah merah. Kemudian aku memasukkannya ke dalam botol dan menutupnya, lalu aku menjaganya. Hingga tatkala Husain as berangkat dari Makkah menuju Irak, aku setiap siang dan malam mengeluarkan botol itu, menciumnya, memandangnya, dan menangisi musibah yang akan menimpa beliau. Dan ketika hari kesepuluh Muharram tiba – hari di mana Husain terbunuh – pada awal hari saat aku mengeluarkannya, aku melihatnya masih dalam keadaan semula. Kemudian pada akhir hari aku mengeluarkannya lagi, dan aku melihat darah itu telah menjadi segar (mengalir). Aku sendiri di rumahku mulai menangis tersedu-sedu dan menyembunyikan kesedihanku, karena khawatir musuh-musuh mereka di Madinah mendengarnya lalu bersegera mencelaku. Aku terus-menerus mengingat hari dan saat itu, hingga berita wafatnya beliau sampai di Madinah dan apa yang telah kulihat menjadi kenyataan.
Dalam Sumber Sunni
Dalam sumber-sumber Ahlusunah, riwayat ini juga diriwayatkan. Al-Maqrizi, sejarawan (W. 776 H), dalam "Imta' al-Asma' " meriwayatkan dari Ummu Salamah bahwa Imam Husain as datang kepada Nabi saw. Saat itu, aku berada di dekat pintu masuk, tiba-tiba aku melihat sesuatu di tangan Nabi saw yang beliau cium sementara Imam Husain as tidur di pangkuannya. Aku bertanya, "Apa ini yang engkau cium dan engkau menangis?" Nabi saw menjawab, "Jibril membawa tanah di mana putraku akan syahid di tangan umatku."[11] Kemudian beliau memberikan tanah itu kepadaku dan berkata, "Wahai Ummu Salamah, jika engkau melihat tanah ini berubah menjadi darah, ketahuilah bahwa putraku telah syahid." Ummu Salamah menyimpannya dalam sebuah botol (qarurah) dan setiap hari ia melihatnya sambil berkata, "Suatu hari nanti engkau akan berubah menjadi darah."[12] Berdasarkan riwayat ini, Nabi saw bahkan menyebut nama tanah Karbala dan berkata, "Tanah ini mengeluarkan bau karb dan bala (kesedihan dan bencana)."[catatan 1][13]
Menurut beberapa sumber Ahlusunah, Ibnu Abdil Barr dalam al-Isti'ab,[14] Ibnu Atsir dalam Usd al-Ghabah,[15] dan Ibnu Hajar dalam al-Ishabah[16] meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa suatu hari Nabi Muhammad saw tidur siang; tiba-tiba beliau bangun dalam keadaan sedih dan gelisah sambil memegang sebuah wadah berisi darah. Ketika aku bertanya tentang sebabnya, beliau berkata, "Ini adalah darah Husain."[17]
Catatan
- ↑ Maka turunlah Jibril dan berkata, "Wahai Muhammad, umatmu akan membunuh putramu ini setelahmu," sambil menunjuk ke arah Husain. Rasulullah saw menangis dan memeluknya, lalu berkata, "Ini adalah amanat di sisimu." Kemudian Rasulullah saw mencium tanah itu dan berkata, "Bau karb dan bala."
Catatan Kaki
- ↑ Muqarram, "Maqtal al-Husain", 1426 H, hlm. 64.
- ↑ Situs Web Wali Ashr (aj) Kajian tentang Tradisi Berkabung para Maksum untuk Imam Husain as
- ↑ Ya'qubi, "Tarikh al-Ya'qubi", Dar Shadir, jld. 2, hlm. 246.
- ↑ Mufid, "Al-Irsyad", 1413 H, jld. 2, hlm. 130.
- ↑ Al-Majlisi, "Bihar al-Anwar", 1403 H, jld. 45, hlm. 230.
- ↑ Rey Shahri, "Al-Shahih min Maqtal Sayid al-Syuhada", 1390 H, hlm. 943–949.
- ↑ Al-Majlisi, "Bihar al-Anwar", 1403 H, jld. 45, hlm. 89, 227, dan 232; jld. 44, hlm. 225, 231, 236, dan 239.
- ↑ Ya'qubi, "Tarikh al-Ya'qubi", Dar Shadir, jld. 2, hlm. 246.
- ↑ Syekh Mufid, "Al-Irsyad", 1413 H, jld. 2, hlm. 129–131.
- ↑ Syekh Mufid, "Al-Irsyad", 1413 H, jld. 2, hlm. 130.
- ↑ Al-Maqrizi, "Imta' al-Asma' ", 1420 H, jld. 12, hlm. 238.
- ↑ Al-Maqrizi, "Imta' al-Asma' ", 1420 H, jld. 12, hlm. 238.
- ↑ Al-Maqrizi, "Imta' al-Asma' ", 1420 H, jld. 14, hlm. 146.
- ↑ Ibnu Abdil Barr, "Al-Isti'ab", 1412 H, jld. 1, hlm. 396.
- ↑ Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, 1409 H, jld. 1, hlm. 500.
- ↑ Ibnu Hajar al-Asqalani, "Al-Ishabah", 1415 H, jld. 2, hlm. 71.
- ↑ Ibnu Abdil Barr, "Al-Isti'ab", 1412 H, jld. 1, hlm. 396; Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, 1409 H, jld. 1, hlm. 500; Ibnu Hajar Al-Asqalani, "Al-Ishabah", 1415 H, jld. 2, hlm. 71.
Daftar Pustaka
- Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad. "Usd al-Ghabah fi Ma'rifah al-Shahabah". Beirut: Dar al-Fikr, 1409 H.
- Ibnu Hajar Al-Asqalani, Ahmad bin Ali. "Al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah". Penelaah oleh Adel Ahmad Abdul Maujud dan Ali Muhammad Mu'awwad. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, cetakan pertama, 1415 H.
- Ibnu Abdil Barr, Yusuf bin Abdullah. "Al-Isti'ab fi Ma'rifah al-Ashab". Penelaah oleh Ali Muhammad al-Bajawi. Beirut: Dar al-Jil, cetakan pertama, 1412 H.
- Rei Syahri, Muhammad dan tim peneliti. "Al-Shahih min Maqtal Sayid al-Syuhada wa Ashabih". Qom, Dar al-Hadits, cetakan pertama, 1390 H.
- Syekh Mufid, Muhammad bin Muhammad. "Al-Irsyad fi Ma'rifah Hujajillah 'ala al-'Ibad". Terjemahan: Rasul Muhammadi, Hasyim. Teheran: Islamiyah, tanpa tahun.
- Al-Majlisi, Muhammad Baqir. "Bihar al-Anwar al-Jami'ah li Durar Akhbar al-A'immah al-Athhar". Beirut: Dar al-Wafa, cetakan kedua, 1403 H.
- Muqarram, Sayid Abdul Razzaq. "Maqtal al-Husain". Beirut: Muassasah al-Khurasan, 1426 H.
- Al-Maqrizi, Ahmad bin Ali. "Imta' al-Asma' bima li al-Nabi min al-Ahwal wa al-Amwal wa al-Hafadah wa al-Mata' ". Penelaah oleh Muhammad Abdul Hamid Al-Namisi. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, cetakan pertama, 1420 H.
- Ya'qubi. "Tarikh al-Ya'qubi". Beirut: Dar Shadir, tanpa tahun.
