Baitul Ahzan
Baitul Ahzan (bahasa Arab:بیت الأحزان) termasuk diantara bangunan-bangunan yang sudah dihancurkan di Pemakaman Baqi di kota Madinah. Dikatakan bahwa bagunan ini adalah tempat ibadah dan ratapan Sayidah Fatimah sa atas kepergian ayahnya yang dibangun Imam Ali as di pekuburan Baqi'. Tempat ini adalah sebuah ruangan kamar berkubah yang pada tahun 1344 H/1926 dihancurkan oleh orang-orang Wahabi. Baitul Ahzan adalah salah satu tempat yang diperkirakan sebagai tempat pemakaman Sayidah Zahra sa. Sebagian besar para peziarah Madinah khususnya para peziarah Syiah, sampai sebelum terjadi penghancuran Baqi, datang berziarah ke Baitul Ahzan.
Tempat Ibadah dan Tangisan Sayidah Fatimah sa
Bait al-Ahzan adalah sebuah tempat di Pekuburan Baqi yang mana Sayidah Fatimah Zahra sa dalam beberapa waktu beribadah di tempat tersebut dan berduka atas perpisahannya dengan Nabi yang mulia saw.[1]Tempat ini juga dikenal dengan Masjid Fatimah[2] dan Qubbah al-Huzn (kubah kesedihan)[3][4]Kata "bait" dalam bahasa Arab berarti rumah[5] dan "ahzan" adalah kata jamak dari kata huzn yang berarti kesedihan.[6]
Menurut pendapat paling terkenal Baitul Ahzan adalah tempat ibadah dan ratapan Sayidah Fatimah sa[7]Namun, rumah yang dihuni oleh Nabi Ya'qub as ketika berpisah jauh dari putranya Yusuf as dinamakan juga Baitul Ahzan.Mulla Zadeh, Bait al-Ahzan, hlm.78</ref>
Dikatakan bahwa Baitul Ahzan adalah sebuah tempat tertentu yang mana hingga tahun 1344 H (sebelum penghancuran oleh orang-orang Wahabi), banyak para peziarah Syi'ah yang berziarah, solat dan berdo'a di tempat itu.[8]
Baitul Ahzan termasuk dari beberapa tempat yang diperkirakan sebagai kuburan Sayidah Fatimah sa[9], walaupun Samhudi mengatakan bahwa pendapat ini jauh dari kebenaran.[10]
Ciri-ciri Geografis dan Bentuk Bangunan
Menurut laporan sumber-sumber sejarah dan penulis sejarah, Baitul Ahzan berada di Pekuburan Baqi di kota Madinah, di sebelah selatan makam Abbas bin Abdul Mutthalib.[11] Dari beberapa laporan dikatakan bahwa Baitul Ahzan adalah sebuah kamar berkubah[12], yang di dalamnya tampak terdapat dharih kayu berwarna hijau di dalamnya.[13] Banyak dari penulis sejarah perjalan asal Iran di zaman Qajar datang menziarahi tempat ini dan menulis kisah perjalanannya dan mencatat alamat tempatnya dan ciri-ciri lainnya.[14]
Husaini Farahani, Penulis sejarah perjalanan era Qajar dalam perjalanan hajinya pada tahun 1302 H/1885 juga melihat Baitul Ahzan dan menuliskan bahwa bangunan ini memiliki kubah dan dharih kecil.[15]
Dikatakan bahwa rumah pertama yang dibangun untuk Sayidah Fatimah sa di Baqi dalam bentuk kemah[16], kemudian diubah menjadi bangunan yang memiliki kubah.[17]
Sejarah singkat
Allamah Majlisi menagatakn alasan dibangunnya Baitul Ahzan adalah: Setelah wafat Nabi Muhammad saw, para pembesar Madinah berkumpul dan bertemu dengan Imam Ali as serta mengatakan: "Wahai Abul Hasan! Fatimah siang-malam selalu menangis dan kami selain lelah karena mencari nafkah di siang hari, di malam hari pun kami tidak bisa tidur pulas. Kami mohon pada anda untuk menyampaikan pada Fatimah supaya menangis di malam hari atau di siang hari saja". Lalu Imam as menjawab: "Baiklah, tidak apa-apa". Kemudian beliau menyampaikan masalah ini pada Fatimah, tapi Fatimah tetap saja tidak berhenti menangis. Setelah itu, Imam Ali as membuatkan kamar untuk Sayidah Fatimah sa di Baqi, di luar kota Madinah. Kamar itu disebut "Baitul Ahzan". Di waktu pagi, Sayidah Fatimah membawa Hasan dan Husain ke Baqi, dan hingga senja hari beliau sibuk menangis di sana. Ketika tiba malam hari Imam Ali as memulangkan Fatimah ke rumahnya. Setelah berlalu 27 hari dari kepergian Nabi saw, Sayidah Fatimah tidak mampu lagi untuk pergi ke sana karena sakit.[18]
Referensi-referensi Ahlusunah juga mengisyaratkan keberadaan tempat ini di Baqi. Misalnya Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H/1111) sebagai teolog dan fakih abad ke-5 H yang berasal dari Persia, ketika menjelaskan adab-adab ziarah Baqi memandang sunah (mustahab) mendirikan salat di masjid Bait al-Huzn.[19] Ali bin Ahmad Samhudi yang dikenal sebagai ahli sejarah abad ke-9 dan 10 H dari Mesir meyakini bahwa bait al-ahzan dikenal sebagai Bait al-Huzn, olehnya itu tempat ini disebutkan oleh dia sebagai tempat tinggal Sayidah Fatimah sa di hari-hari kesedihan atas kepergian ayahnya.[20] Menurut Ibrahim Raf'at Pasya (w. 1353 H), ia adalah penulis perjalanan yang berasal dari Mesir menjelaskan bahwa Sayidah fatimah sa sepeninggal ayahnya tinggal di Baitul Ahzan yang terletak di Baqi.[21]
Baitul Ahzan, setelah masjid Nabawi dan Pekuburan Baqi, adalah tempat ketiga yang dimungkinkan menjadi tempat pusara Sayidah Fatimah sa.[22]
Penghancuran
Baitul Ahzan menjadi rusak dan hancur setelah serangan kedua kaum Wahabi ke Hijaz dan penguasaan kota Madinah pada tahun 1344 H/1926. kaum Wahabi dalam penyerangan pertamanya (1218-1221 H/1803-1806) telah menghancurkan Baqi namun sebagian tempat-tempat di antaranya makam empat Imam as dibangun kembali setelah kekalahan mereka. Dengan mengingat bahwa sebagian penulis buku pencatat kejadian melihat jarak antara serangan pertama(1221 H/1806) dan kedua (1344/1926) terhadap Baitul Ahzan dan mereka telah menziarahi tempat itu, [23] maka dapat dikatakan bahwa Baitul Ahzan pada penyerangan pertama tidak sempat rusak atau diperbaiki kembali setelah sebelumnya dirusak. Pada sebagian laporan dikatakan bahwa pada tahun 1233 H/1817-18 Sulthan Mahmud Utsmani memerintahkan untuk membangun kembali kubah Baitul Ahzan bersamaan dengan kubah istri-istri Rasulullah saw dan begitu pula kubah Utsman bin Affan.[24] Haji Ayaz Khan Qasyqai termasuk salah seorang pendahulu dalam menulis surat perjalanan haji dan melihat Baitul Ahzan pada tahun 1341 H/1923-24 dan kemudian memuat cerita perjalanannya dalam laporan-laporannya.[25]
Baitul Ahzan dalam Sastra
Di dalam buku-buku sejarah para Nabi dan sastra Persia, khususnya bait-bait syiir Hafiz, kata ini dan kata lain yang memiliki arti yang sama dengannya banyak sekali digunakan. Di antara para sufi kata ini juga digunakan sebagai perumpaan kesedihan hati karena perpisahan dengan kekasih.[26] Dalam sastra elegi Syiah, Baitul Ahzan juga memiliki kedudukan yang istimewa. [27] Juga ada mimpi-mimpi yang dinukilkan bahwa dalam mimpi itu Imam Mahdi as dengan lantunan syair-syairnya memandang Baitul Ahzan sebagai penyebab kesedihan dirinya yang abadi.[28]
Oleh karena itu, sebagian ulama Syiah, menulis karya-karya dengan nama ini dalam menjelaskan peristiwa-peristiwa setelah Rasul saw wafat dan musibah-musibah yang menimpa Ahlulbait as khususnya yang menimpa kepada Sayidah Fatimah sa, yang mana karya-karya paling ternamanya adalah:
- Baitul Ahzān fi Mashāib Sayyidatu al-Niswan, karya Syekh Abbas al-Qummi. (w. 1359 H/1940);
- Baitul Ahzān fi Mashāib Sādāt al-Zamān al-Khamsah al-Thāhirah min Wuldi Adnān, karya Abdul Khaliq bin Abdurrahim Yazdi (w. 1268 H).[29]
Catatan Kaki
- ↑ Mulla Zadeh, Bait al-Ahzan, hlm.78
- ↑ Samhudi, Wafa' al-Wafa, jld.3, hlm.101; Ja'fariyan, Atsar Islami Makkah wa Madinah, hlm.403
- ↑ Samhudi, Wafa' al-Wafa, jld.3, hlm.101; Ja'fariyan, Atsar Islami Makkah wa Madinah, hlm.403
- ↑ Najmi, Bait al-Ahzan Yek Haqiqat Faramusy Nasyudani, hlm.127
- ↑ Raghib Isfahani, Mufradat Alfadz Al-Quran, hlm.151
- ↑ Raghib Isfahani, Mufradat Alfadz Al-Quran, hlm.231
- ↑ Mulla Zadeh, Bait al-Ahzan, hlm.78
- ↑ Najmi, Bait al-Ahzan Yek Haqiqqat Faramusy Nasyudani, hlm. 120 & 127
- ↑ Khalili, Mausu'ah al-'Atabat al-Muqaddasah bagian Maidah al-Munawwarah, hlm.284-285; Sakhawi, al-Tukhfah al-Latifah, jld.1, hlm.41
- ↑ Samhudi, Wafa' al-Wafa, jld.3, hlm.94
- ↑ Lihat: Hisam al-Salthanah, Safar Nameh Makkeh, hlm.152; Najmi, Bait al-Ahzan Yek Haqiqat Faramusy Nasyudani, hlm.121-125 & 127
- ↑ Raf'at Pasya, Mirah al-Haramain, hlm.478
- ↑ Hisam al-Salthanah, Safar Nameh Makkeh, hlm.152
- ↑ Sebagai contoh:lihat Hisam al-Salthanah, Safar Nameh Makkeh, hlm.152
- ↑ Farahani, Safarnāmeh Makkeh,hlm. 240
- ↑ Najmi, Bait al-Ahzan Yek Haqiqat Faramusy Nasyudani, hlm.121
- ↑ Najmi, Bait al-Ahzan Yek Haqiqat Faramusy Nasyudani, hlm.121
- ↑ Allamah Majlisi, Bihār al-Anwār, jld.43, hlm.177
- ↑ Ghazali, Ihya Ulum al-din, dar al-kutub al-arabi, jld.3, hlm.84
- ↑ Samhudi, Ali bin Abdullah, Wafāul Wafa bi Akhbari Daru al-Musthofa, 2006 M, jld.3, hlm. 94 & 101.
- ↑ Ibrahim Raf'at Pasya, Mirātu al-Haramain aw al-Rihlāt al-Hijāziah wa al-Hajj wa Masyā'ir al-Diniyah, 1377 S, hlm.478.
- ↑ Ja'far Khalili, Mausu'ah al-'Atabāt al-Muqadasah, Qismu al-Madinah al-Munawarah, hlm. 284-285; Muhammad bin Abdurrahman Sakhawi, al-Tuhfat al-Lathifah fi Tārikh al-Madinah al-Syarifah, jld.1, hlm.41.
- ↑ Di antaranya: Hisam al-Salthanah, Dalil al-Anām fi Sabili Ziārati Baitillāh al-Harām, hlm.152.
- ↑ Mirātul Harāmain, jld.1 hlm.426.
- ↑ Ayaz Khan Qasyqai, Safarnāmeh Hajj Ayazkhan Qasyqai be Makkeh, Madineh, wa atabāt āliyāt dar ruzegare Ahmad Syah Qājar, hlm.455.
- ↑ Mulla Zadeh, Bait al-Ahzan, hlm.78
- ↑ Mulla Zadeh, Bait al-Ahzan, hlm.79
- ↑ Abdur Razzaq Muqram, Wafatu al-Shiddiqtu al-Zahrā Aliha al-Salām, hlm.97; Muhammad Samawi, Zarafatu al-Ahlām, hlm.81; Husain bin 'Ala Biladi Bahrani, Riyādh al-Madh wa al-Ritsa, hlm. 193-196.
- ↑ Muhammad Muhsin Agha Buzurg Tehrani, al-Dzariah ila tashānifi al-Syiah, jld.2, hlm.185.
Daftar Pustaka
- 'Afifi, Rahim. Farhang Nāmeh Syi'rī. Tehran: 1372.
- Bahrani, Husain bin 'Ali Biladi. Riyādh al-Madh wa ar-Ritsā` . Qum.
- Farhad Mirza. Safar Nāmeh Makkeh. Riset Thabathabai. Tehran: Muassiah Mathbu`ati Ilmi, 1366 S.
- Hisam as-salthanah. Safar Nāmeh Makkeh. Riset Rasul Ja'fariyan, Teheran: Masy'ar, , 1374 HS (1995).
- Hisam as-salthanah. Dalīl al-Anām. Riset Rasul Ja'fariyaan. Tehran: Nasyr-e Masy'ar, 1374 HS (1995).
- Ibrahim Raf'at Basya. Mirāh al- Haramain aw ar-Rahalāt al-Hijāziyah wa al-Hajj wa Masyā'iruhu ad-Diniyyah. Beirut: 1378.
- Ja'fariyan, Rasul. Panjo Safar Nāmeh Haj Qājāri. Tehran: Nasyr-e Ilm, 1389 HS (2010).
- Khalili, Ja'far. Mausū'ah al-'Atabāt al-Muqaddasah. Qismu al-Madinah al-Munawarah, Beirut, 1987.
- Khurramsyahi, Bahauddin . Hāfiz Nāmeh.Tehran: 1366 HS.
- Majlisi, Muhammad Baqir. Bihār al-Anwār al-Jāmi'ah li Dhurar Akhbār al-Aimmah al-Athhār. Beirut: 1403 H.
- Musawi Muqarram, Abdur Razzaq. Wafātu ash-Shiddīqah az-Zahrā Alaihassalām. Najaf:1370H.
- Nafisi, Ali Akbar. Farhangg-e Nafīsī. Tehran:1355.
- Parwiz Ahuwar.Kalak-e Khiyāl Anggīz : Farhange-e Jāmi' Dīwāne Hāfiz. Teheran: 1372 H.
- Qasyqai, Haj Ayaz Khan. Safar Nāme-ye Makkeh : Panjo Safar Nāmeh Haj Qājāri.
- Sakhawi, Muhammad bin Abdurrahman. At-Tuhfah al-latīfah fī tārīkh al-Madīnah asy-Syarīfah. Beirut: 1993.
- Samawi, Muhammad bin Thahir. Zhorāfah al-Ahlām. Qom.
- Samhudi, Ali bin Abdullah. Wafā al-Wafā bi Akhbāri Daru al-Musthafā. Riset Muhammad Abdul Hamid. Beirut: 1404 H.
- Sepehr, Muhammad Taqi. Nāsikh at-Tawārīkh. Jld. 4. Tehran.
- Tahanawi, Muhammad bin Ali. Kasysyāf Ishthilāhāt al-Funūn. Riset Muhammad Wajih. Kolkata: 1862.
- Taqi Zadeh Thusi, Faridun. Qishash al-Anbiyā` . (teks persia berkaitan dengan abad ketujuh hijriah). Masyhad: 1363.
- Tehrani, Agha Bozorg. Adz-Dzarī'ah ilā Tashānīf asy-Syiah. Beirut: 1378.