Hadis Rayah
Tema | Keutamaan Imam Ali as atas sahabat yang lain |
---|---|
Diriwayatkan dari | Nabi saw |
Periwayat lain | Abu Rafi', Umar bin Khattab, Aisyah, Abdullah bin Abbas, Anas bin Malik, Jabir bin Abdillah al-Anshari |
Validitas hadis | Mutawatir |
Hadis Rayah (bahasa Arab:حديث الراية) adalah sebuah hadis yang terkenal dari Nabi Muhammad saw tentang keberanian dan kegagahan Imam Ali as dalam Perang Khaibar. Para teolog Syiah menggunakan hadis ini sebagai bukti atas keutamaan dan keunggulan Imam Ali as di banding dengan sahabat-sahabat lainnya.
Mengenai Hadis Rayah
Pada masa Nabi Muhammad saw dan setelahnya, pada umumnya dalam setiap peperangan terdapat rayah (bendera) asli di samping bendera-bendera kecil lainnya untuk setiap kabilah-kabilah dan komandan-komandan. Bendera utama biasanya dipegang oleh orang yang paling berani dan dan paling kuat dari pasukan. [1] Pertama kali penggunaan bendera (panji perang) jenis ini diberikan kepada pembawa panji perang pada Perang Khaibar.[2]
Teks Hadis
Nabi Muhammad saw pada awalnya memberikan bendera kepada Abu Bakar dan pada hari berikutnya kepada Umar bin Khattab namun keduanya tidak berhasil dan kembali ke pasukan.
Kemudian Nabi Muhammad saw bersabda:
Terjemahan | Teks Hadis |
---|---|
“Sesungguhnya besok aku akan memberikan bendera kepada seorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan sebaliknya Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya." | لَأُعْطِيَنَّ الرَّايَةَ غَداً رَجُلًا يُحِبُّ اللهَ وَ رَسُولَهُ |
Ia seorang pejuang yang gigih dan pantang mundur. Allah swt akan memenangkan pertempuran ini dengannya. Ia tidak akan melarikan diri sedikit pun.” | (وَ يُحِبُّهُ اللهُ وَ رَسُولُهُ) یَفَتَحَ اللهُ عَلَى یدیه لیس بفَرَّار |
Kemudian Nabi Muhammad saw memanggil Ali as, meskipun ketika itu ia sedang sakit mata, namun mendapatkan kesembuhan dari Rasululullah saw. Beliau bersabda: | |
Ambillah bendera ini dan bawalah bendera itu sehingga Allah swt akan memenangkan Khaibar bagimu. | خُذْ هَذِهِ الرَّايَةَ فَامْضِ بِهَا حَتَّى يَفْتَحَ اللهُ عَلَيْك؛ |
Ali as menyerang Khaibar dengan membawa bendera itu dan ia memenangkan Khaibar. [3] |
Abu Rafi', budak Rasulullah saw terkait dengan penaklukan Khaibar menuturkan:
Aku pergi ke salah satu benteng Khaibar bersama Ali bin Abi Thalib as sambil membawa bendera. Ketika Ali as sampai di benteng-benteng tersebut, mereka keluar dan terjadilah perang yang sangat sengit. Ali berhasil memukul jawara pihak musuh sehingga mengalami luka berat dan tamengnya pun jatuh ke bumi. Ali as berusaha mengangkat pintu Khaibar dan karena ada penahan besi di belakangnya, maka ia sangat gigih dalam bertempur sehingga Allah swt membukakan benteng baginya.[4]
Keutamaan Imam Ali as di Khaibar
Pada perang Khaibar, sebagian sahabat seperti Abu Bakar dan Umar tidak mampu untuk menaklukkan benteng Yahudi, sehingga Rasulullah saw menugaskan Ali as untuk menaklukkan benteng Khaibar. Penaklukan itu pun adalah penaklukan yang sangat luar biasa hingga jawara Yahudi, Marhab Khaibari dan saudaranya, Yasir dan beberapa ksatria Yahudi lainnya tidak berdaya menghadapi kaum muslimin. Penaklukan Khaibar mampu memadamkan semua api perlawanan musuh dan membuat orang-orang Khaibar terpaksa menyerah tanpa syarat. [5]
Sanad Hadis
Hadis Rayah terdapat dalam banyak kitab-kitab hadis dan sejarah baik Syiah maupun Sunni dan sampai pada derajat mutawatir. Hadis ini merupakan bukti atas keunggulan Imam Ali as dibanding dengan sahabat-sahabat lainnya. [6]
Sebagian dari para sahabat yang meriwayatkan hadis rayah adalah: Umar bin Khattab [7], Aisyah [8], Abdullah bin Anas, Anas bin Malik, [9] dan Jabir bin Abdullah Anshari. [10]
Teks hadis rayah dinukil dengan lafaz yang bermacam-macam dan dikutip dalam kitab-kitab Ahlulbait as misalnya Sirah al-Nabawiyah [11], [12], [13]
Lihat juga:
Catatan Kaki:
- ↑ Thabari, Tārikh, jld. 3, hlm. 387.
- ↑ Ibnu Sa'ad, Thabaqāt al-Kubrā, jld. 2, hlm. 77.
- ↑ Ibnu Hisyam, Sirah al-Nabawiyah, jld. 2, hlm. 334; Hakim Nisyaburi, Mustadrak, jld. 3, hlm. 37.
- ↑ Dzahabi, Mizān al-I'tidāl, jld. 2, hlm. 218; Ibnu Hajar, Fath al-Bāri, jld. 9, hlm. 18.
- ↑ Ibnu Hisyam, Sirah al-Nabawiyah, jld. 2, hlm. 316.
- ↑ Amin Amili, A'yān al-Syiah, jld. 1, hlm. 337 dst.
- ↑ Zarkili, al-I'lām, jld. 3, hlm. 203.
- ↑ Ibnu Sa'ad, Thabaqāt al-Kubrā, jld. 8, hlm. 39.
- ↑ Ibnu Hajar, Tahdzib al-Tahdzib, jld. 1, hlm. 376.
- ↑ Thabari, Dzail al-Mudzil Thabari, hlm.27.
- ↑ Ibnu Hisyam, Sirah al-Nabawiyah.
- ↑ Hakim Naisyaburi, Mustadrak, jld. 2, hlm. 234.
- ↑ Haitsami, Majma' al-Zawāid, jld. 9, hlm. 108; Ahmad bin Hanbal, Musnad, jld. 1, hlm. 23; Hafiz Abu Naim, Hilyah al-Auliya, jld.4, hlm. 356; Muttaqi Hindi, Kanz al-Umāl, jld. 5, hlm. 284.
Daftar Pustaka
- Ahmad bin Hanbal, Musnad, Dar Shadir, Beirut.
- Amin Amili, A'yān al-Syiah, Riset: Hasan Amin, Dar al-Ta'arif, Beirut.
- Dzahabi, Mizān al-I'tidāl, Riset: Ali Muhammad Bijawi, Dar al-Ma'rifah, Beirut.
- Hafidz Abu Na'im, Hilyah al-Auliyā, Riset: Sa'id Zaghul, Markaz Ithila'at wa Madarik Islami.
- Haitsami, Majma' al-Zawāid, Dar al-Kitab al-Ilmiyah, Beirut.
- Hakim Nisyaburi, Mustadrak, Riset: Abdurahman Mar'asyli.
- Hasan ‘Asqalani, Fath al-Bāri, Dar al-Ma'rifah, Beirut.
- Ibnu Hajar ‘Asqalani, Tahdzib al-Tahdzib, Dar al-Fikr, Beirut.
- Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, Riset: Muhamad Muhyiddin Abdul Hamid, Maktabah Muhammad Ali Sabih, Qahirah.
- Ibnu Sa'ad, Thabaqāt al-Kubrā, Dar al-Shadir, Beirut.
- Muttaqi, Hindi, Kanz al-Ummāl, Riset: Bakri Hayani, al-Risalah, Beirut.
- Thabari, Dzail al-Mudzail Thabari, Muasasah al-A'lami, Beirut.
- Thabari, Tārikh Thabari, Muasasah A'lami lil Mathbu'ath, Beirut.
- Zarkili, al-I'lām, Dar al-Ilm al-Malāyin, Beirut.