Lompat ke isi

Buraq

Dari wikishia

Buraq adalah nama kendaraan langit Nabi Muhammad dalam perjalanan Mi'raj. Tidak ada bukti penggunaan kata ini dalam sastra Arab sebelum Islam, dan kemungkinan besar pertama kali digunakan oleh Nabi Muhammad saw, kemudian menjadi populer dalam sastra Arab dan Persia. Dalam deskripsi Buraq, dikatakan bahwa Buraq adalah hewan surga yang sangat cepat, dan setiap langkahnya sejauh pandangannya.

Etimologi

Kebanyakan ahli bahasa menganggap nama Buraq—yang digunakan dalam bentuk maskulin dan feminin—berasal dari akar kata "baraq" (kilat), merujuk pada kecepatan luar biasa atau warna putih yang sangat bersinar dari hewan ini.[1] Tidak ada bukti penggunaan kata ini dalam sastra Arab sebelum Islam, dan kemungkinan besar pertama kali digunakan oleh Nabi Muhammad saw. Teori Blochet (Gabriel-Joseph Edgard Blochet, 1870-1937 M, orientalis Prancis) yang menyatakan bahwa kata ini berasal dari kata "baraq" (yang berarti kuda dalam bahasa Persia Tengah) tidak diterima[2], dan tidak ada tanda-tanda bahwa kata ini diarabkan.[3]

Buraq dalam Sastra Persia

Buraq dalam sastra Persia, baik dalam makna asli maupun metaforis (kuda, kendaraan cepat, kendaraan untuk perjalanan spiritual), digunakan secara luas. Beberapa ungkapan kiasan seperti Buraq-e Jam, Buraq-e Sulaiman (keduanya berarti angin), Buraq-e Chaharum Falak (matahari), dan Buraq-e Barq Taz (kuda cepat) juga dibentuk dari kata ini.[4]

Selain itu, kecenderungan untuk menafsirkan Buraq secara sufistik—seperti halnya Mi'raj—sebagai simbol konsep non-materi, ditemukan dalam tulisan-tulisan filosofis dan sufistik[5]; meskipun para perawi dan penafsir hadis (bahkan beberapa filsuf) tidak menerima metode ini.

Templat:Puisi Templat:Puisi[6] Ketika dia melakukan perjalanan dengan Buraq pada malam Mi'raj\\Dia mencapai maqam "Qaba Qawsain aw Adna" [7]}}

Templat:Puisi

Templat:Puisi

Buraq dalam Riwayat

Riwayat tentang Isra', yang disepakati oleh semua Muslim, telah diriwayatkan oleh lebih dari tiga puluh sahabat Nabi saw dan sejumlah perawi Syiah dari Imam mereka.[8] Dalam kebanyakan riwayat ini, Buraq digambarkan sebagai kendaraan Nabi saw dengan deskripsi yang jelas.

Dalam kebanyakan riwayat tentang perjalanan malam Nabi Muhammad saw, Buraq adalah kendaraannya dari Mekah ke Baitul Maqdis dan sebaliknya, sementara naik ke langit dilakukan melalui Mi'raj (tangga; istilah "sullam" juga ditemukan dalam riwayat) atau di atas sayap Jibril. Dalam riwayat-riwayat yang umumnya berasal dari Nabi saw, disebutkan bahwa beliau turun dari Buraq di Baitul Maqdis, mengikat tali kekangnya pada cincin yang digunakan oleh para nabi untuk mengikat kendaraan mereka; kemudian beliau masuk ke dalam Masjid Al-Aqsa dan setelah salat, memulai perjalanan langit bersama Jibril.[9] Jibril (menurut beberapa riwayat, dengan bantuan dua malaikat lain) membawa Buraq pada malam Isra' untuk Nabi Muhammad saw, dan kendaraan tersebut, setelah mengenali penunggangnya (atau setelah yakin bahwa ia akan menjadi kendaraan Nabi pada Hari Kiamat), menjadi jinak.[10]

Berdasarkan beberapa riwayat dari Nabi Muhammad saw, Buraq akan menjadi kendaraannya pada Hari Kiamat.[11] Selain itu, dalam riwayat, Buraq juga disebut sebagai kendaraan para nabi lain, terutama Nabi Ibrahim as dalam peristiwa pemindahan Hajar dan Ismail as dari Palestina ke Mekah (dan menurut beberapa riwayat, dalam semua perjalanannya ke Mekah).[12] 'Ajaj, penyair era Umayyah, juga menyebut Buraq yang dikendalikan oleh Ibrahim as dalam salah satu syairnya.[13]

Lukisan Buraq pada piring dari abad ke-17-India

Deskripsi

Karena perbedaan dalam beberapa deskripsi, sulit untuk memberikan gambaran yang jelas tentang kendaraan ini. Menurut riwayat, Buraq adalah hewan surga yang sangat cepat, dan setiap langkahnya sejauh pandangannya. Saat menanjak, kedua tangan depan lebih pendek dari kaki belakang, dan saat turun, sebaliknya, sehingga penunggang tetap dalam posisi horizontal. Dalam kebanyakan riwayat, Buraq digambarkan memiliki tubuh yang panjang, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari kuda, dengan bulu lebat di lehernya dan warna kulit putih yang sangat indah. Kendaraan ini juga disebut sebagai kuda.[14] Beberapa riwayat juga menyebutkan bahwa Buraq memiliki wajah seperti manusia dan dapat memahami apa yang didengarnya.[15] Jenis kelamin Buraq tidak jelas, apakah jantan atau betina, dan beberapa berpendapat bahwa ia kadang digambarkan sebagai jantan dan kadang sebagai betina, sehingga merupakan entitas ketiga.[16]

Catatan Kaki

  1. Ibnu Atsir, al-Nihayah, 1399 H, jilid 1, hlm. 120; Ibnu Manzur, entri "baraq"; Damiri, jilid 1, hlm. 165; Halabi, hlm. 368.
  2. EI, entri "Buraq".
  3. Suyuti, al-Muzhir, jilid 1, hlm. 270.
  4. Dehkhoda, entri "Buraq".
  5. Ibnu Sina, hlm. 103-104
  6. Ghazal nomor 214.
  7. https://ganjoor.net/moulavi/shams/ghazalsh/sh214
  8. Suyuti, Al-Khasha'is, jilid 1, hlm. 152-179; Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jilid 18, hlm. 282.
  9. Qurthubi, jilid 10, hlm. 205-206; Suyuti, al-Khasha'is, Dar al-Kutub al-Ilmiyah - Beirut, jilid 1, hlm. 152, 158, 167; Halabi, jilid 1, hlm. 371-375.
  10. Qurthubi, jilid 10, hlm. 207; Suyuti, al-Khasha'is, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, jilid 1, hlm. 179; Majlisi, jilid 18, hlm. 291-410; Halabi, jilid 1, hlm. 369.
  11. Majlisi, jilid 7, hlm. 230-237.
  12. Damiri, jilid 1, hlm. 165-166; Thabari, jilid 8, hlm. 5; Suyuti, Al-Khasha'is, Dar al-Kutub al-Ilmiyah - Beirut, jilid 1, hlm. 167; Majlisi, jilid 12, hlm. 97; Halabi, jilid 1, hlm. 370.
  13. Hlm. 295.
  14. Qurthubi, jilid 10, hlm. 205, 207; Damiri, Hayat al-Hayawan, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, jilid 1, hlm. 165; Thabari, jilid 8, hlm. 3-13; Suyuti, Al-Khasha'is, Dar al-Kutub al-Ilmiyah - Beirut, jilid 1, hlm. 152; Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jilid 18, hlm. 291-410.
  15. Qurthubi, Tafsir Qurthubi, 1405 H, jilid 10, hlm. 207; Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jilid 9, hlm. 291, jilid 18, hlm. 316; Halabi, al-Sirah al-Halabiyah, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, jilid 1, hlm. 521.
  16. Halabi, al-Sirah al-Halabiyah, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, jilid 1, hlm. 521.

Topik Terkait

Daftar Pustaka

  • Al-Qur'an.
  • Ibnu Atsir. Al-Nihayah fi Gharib al-Hadits wa al-Atsar. Kairo: diterbitkan oleh Thahir Ahmad Zawi dan Mahmud Muhammad Tanahi, 1383-1385 H/1963-1965 M.
  • Ibnu Balkhi, Farsnameh, diterbitkan oleh Guy Le Strange dan Reynold Alleyne Nicholson, London 1921, cetak ulang Tehran 1363 H.
  • Ibnu Sina, Mi'rajnameh Ibnu Sina, diterbitkan oleh Najib Mayil Haravi, Masyhad 1364 H.
  • Ibnu Katsir. Al-Sirah al-Nabawiyah. Beirut: Mustafa Abdul Wahid, tanpa tahun.
  • Ibnu Manzur, Lisan al-Arab, Beirut (tahun pengantar 1300 H).
  • Halabi, As-Sirah al-Halabiyah, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, tanpa tahun, tanpa tempat.
  • Ali bin Ibrahim Halabi. Al-Sirah al-Halabiyah. Beirut: tanpa tahun.
  • Muhammad bin Musa Damiri, Hayat al-Hayawan al-Kubra, cetak ulang Qom 1364 H.
  • Ali Akbar Dehkhoda, Lughatnameh, di bawah pengawasan Muhammad Mu'in, Teheran 1325-1361 H.
  • Mahmud bin Umar Zamakhsyari, Al-Kasyaf 'an Haqaiq Ghawamidh at-Tanzil, Beirut, tanpa tahun.
  • Abdurrahman bin Abi Bakr Suyuti, Al-Khasha'is al-Kubra, Beirut, tanpa tahun.
  • Abdurrahman bin Abi Bakr Suyuti, diterbitkan oleh Muhammad Chadmuli, Ali Muhammad Bajawi, dan Muhammad Abul Fadl Ibrahim, Kairo, tanpa tahun.
  • Qurthubi, Tafsir Qurthubi, Dar Ihya at-Turats al-Arabi - Beirut - Lebanon, edisi pertama, 1405 H.
  • Muhammad Husain Thabathaba'i, Al-Mizan fi Tafsir al-Qur'an, Beirut 1390-1394 H/1971-1974 M.
  • Muhammad bin Jarir Thabari, Jami' al-Bayan fi Tafsir al-Qur'an, Beirut, tanpa tahun.
  • Abdullah bin Rubah 'Ajaj, Diwan al-'Ajaj, riwayat Abdul Malik bin Qarib al-Asma'i dan syarahnya, diterbitkan oleh 'Izzah Hasan, Beirut, 1971.
  • Muhammad bin Ahmad Qurthubi, Al-Jami' li Ahkam al-Qur'an, Kairo 1387 H, cetak ulang Teheran 1364 H.
  • Muhammad Baqir bin Muhammad Taqi Majlisi, Bihar al-Anwar. Beirut: 1403 H/1983 M.
  • EI, entri "al-Buraq", (oleh R. Paret)
  • The New Encyclopaedia Britannica, Micropaedia, Chicago 1985, entri "Buraq".