Al-Ghadir fi al-Kitab wa al-Sunnah wa al-Adab (buku)

Prioritas: a, Kualitas: b
Dari wikishia
Al-Ghadir
PenyusunAbdul Husain Amini
BahasaArab
SubyekWilayah dan kepemimpinan Imam Ali as
Seri11 Jilid


Al-Ghadir fi al-Kitab wa al-Sunnah wa al-Adab (bahasa arab: الغدير في الكتاب و السنة و الأدب) yang terkenal dengan al-Ghadir (الغدیر) adalah buku berbahasa arab tentang penetapan Imamah dan kekhilafahan langsung Imam Ali as pada Peristiwa Ghadir karya Abdul Husain Amini. buku ini disusun dalam 11 jilid. Jilid pertama berkenaan dengan penelitian sanad hadis Ghadir. Amini yakin bahwa hadis Ghadir termasuk hadis yang paling membuahkan keyakinan dan paling mutawatir yang dinukil dari Nabi saw.

Ia menyebutkan sanad hadisnya dari Sahabat, Tabi'in sampai ulama abad ke-14 dengan bersandar kepada literatur-literatur Ahlusunah. Pada jilid pertama, ia mengumpulkan nama 110 sahabat dan 84 Tabi'in sebagai perawi peristiwa Ghadir. Pada enam jilid berikutnya, ia memperkenalkan para penyair kejadian Ghadir dan menukil bait-bait syair mereka. Pada jilid-jilid akhir, disamping memperkenalkan penyair-penyair peristiwa Ghadir juga menyinggung sebagian perbedaan-perbedaan Syi'ah dan Ahlusunah seperti kedudukan tiga khalifah dan kritikan-kritikan Syi'ah atas mereka, keimanan Abu Thalib dan perilaku-perilaku Muawiyah bin Abu Sufyan.

Amini dalam menulis buku ini mengunjungi perpustakaan-perpustakaan di berbagai negara seperti India, Mesir dan Suriah. Ia mengatakan, saya merujuk lebih dari 100 ribu kitab dan menelaah secara utuh lebih dari 10 ribu kitab. Penulisan al-Ghadir memakan waktu lebih dari 40 tahun.

Terkait buku al-Ghadir banyak buku-buku dan tesis-tesis telah ditulis. Masalah-masalah yang dipaparkan dalam al-Ghadir tertuang dalam satu kompilasi tema yang diterbitkan dalam edisi 27 jilid.

Penulis

Abdul Husain Amini lahir pada tahun 1320 H di kota Tabriz dan menyelesaikan tahap awal pendidikannya di sekolah-sekolah kota itu, kemudian pergi ke Najaf dan melanjutkan pendidikan belajarnya di sisi guru-guru besar. Pada masa-masa mudanya ia telah mengantongi 'ijazah ijtihad' dari para marja' besar seperti Sayid Abul Hasan Isfahani (1364 H), Mirza Muhammad Husain Naini (1355 H), dan Syekh Abdul Karim Hairi (1361 H). Dan mengambil 'ijazah riwayat' (periwayatan) dari ulama besar lainnya, yang mana masing-masing ijazah ini mengapresiasi dan memuji tingkat keilmuaan, keagamaan dan sosialnya. [1]

Allamah Amini untuk mendapatkan sumber-sumber rujukan dalam penulisan buku al-Ghadir melakukan perjalanan-perjalanan sederhana dan ekonomis. Dalam perjalanan-perjalananya ini ia mencari perpustakaan-perpustakaan umum atau pribadi. Di perpustakaan-perpustakaan inilah ia belajar, mengcopi naskah, menyiapkan referensi-referensi, berjumpa dengan guru-guru, mengoreksi, memberi pengarahan, menyebarkan keberwilayahan yang benar, memberikan pengaruh kepada penggemar ilmu dan bahkan menunaikan salat jamaah dan memberikan ceramah di mimbar-mimbar. Kota-kota yang pernah dikunjungi dengan kriteria-kriteria ini diantaranya adalah: Haidar Abad, Aligarh, Lucknow, Kanpur, Jalali (di India), Rampur, Fu'ah, Ma'rifah, Kairo, Halab, Nabl, Damaskus dll. [2]

Al-Ghadir

"Al-Ghadir fi al-Kitab wa al-Sunnah wa al-Adab" artinya adalah 'Ghadir Perspektif Alquran, Sunnah dan Sastra'. Pemilihan nama ini untuk buku ini dengan alasan bahwa orang yang mengingkari Hadits Ghadir dan permasalahan terkait dengannya, pada hakikatnya mengingkari Alquran, Sunnah, sastra, sejarah dan perkumpulan ilmu syair arab, sebab penulis menetapkan dakwaan-dakwaannya dengan sanad-sanad yang kuat dan bukti-bukti yang valid dari tiga sumber tersebut. [3] Didalam buku al-Ghadir dinukil hampir 150 kitab terpenting kaum Muslimin di berbagai bidang ilmu yang mana sepanjang sejarah kitab-kitab tersebut mampu mencetak kepribadian individu-individu dan masyarakat. Berdasarkan tolok ukur dan referensi-referensi Ahlusunah sendiri ia mengkaji permasalahan-permasalahan mereka. Dapat dikatakan bahwa penulis buku al-Ghadir adalah pembaharu keilmuaan yang mendapatkan taufik merevisi perpustakaan umum Islam, sebab dari 150 kitab ulama terdahulu dan kontemporer ini -mulai sejarah Thabari hingga Fajrul Islam Ahmad Amin- ia mampu menarik suatu barometer untuk ratusan kitab dan ribuan permasalahan yang lain. [4]

Jilid Pertama

Pada jilid ini setelah penulis menukil hadis Ghadir menyebutkan 110 nama pembesar-pembesar Sahabat Nabi saw yang menukil hadis tersebut, dan menyebutkan nama masing-masing mereka dengan bersandar pada literatur-literatur Ahlusunah. [5] Setelah periode sahabat, ia menyebutkan 84 nama Tabi'in yang meriwayatkan hadis ini, dan menjelaskan pandangan para penulis buku Rijal Ahlusunah mengenai mereka. [6] Setelah periode Tabi'in, ia menyebutkan 360 nama ulama perawi hadis ini mulai abad ke-2 sampai abad ke-14 H. [7] Pada pasal berikutnya, ia menyebutkan nama para pengarang yang memiliki karya independen tentang hadis Ghadir [8], dan pada pasal setelahnya dijelaskan pengargumentasian-pengargumentasian dengan hadis Ghadir. [9] Ayat-ayat Alquran tentang peristiwa Ghadir adalah pembahasan berikut jilid pertama buku al-Ghadir. Setelah itu dikaji dan dibahas mengenai hari raya Ghadir, kisah ucapan selamat Umar bin Khattab, Abu Bakar dan seluruh sahabat kepada Imam Ali as, dan kedudukan hari raya ini dikalangan Ahlusunah. Setelahnya dinukil dan dibahas tentang pernyataan-pernyataan para cendikiawan Ahlusunah mengenai Ghadir dan sanad hadis Ghadir. [10]

Persoalan-persoalan akhir buku menyinggung maksud dan makna hadis ini. Dalam hal ini penulis menukil dan menanggapi kejanggalan-kejanggalan sebagian cendikiawan Ahlusunah dan menjelaskan makna hadis tersebut dengan memperhatikan berbagai indikasi-indikasi yang ada. [11]

Jilid Kedua

Jilid kedua mengupas syair-syair tentang peristiwa Ghadir. Pertama, penulis membahas kedudukan syair dan penyair dalam padangan Alquran dan Sunnah, kemudian menyinggung tentang penyair-penyair Ghadir abad pertama Hijriyah, yang dalam hal ini ia menyebutkan syair-syair Amirul Mukminin as, Hassan bin Tsabit, Qais bin Sa'ad bin Ubadah, Amr bin Ash dan Muhammad bin Abdullah Himyari dengan sanad kuat historis yang dapat digunakan untuk menguatkan maksud dan makna Ghadir dalam menetapkan kekhilafahan Imam Ali as. [12] Setelah periode mereka, ia menyebutkan penyair-penyair abad kedua Hijriyah yang menyampaikan syair-syair Ghadir seperti Kumait, Sayid Himyari dan Abdi kufi. Dan setelah itu, ia menyebutkan pula penyair-penyair abad ketiga seperti Abu Tamam Thai dan Di'bil Khuza'i. [13]

Jilid Ketiga

Jilid ketiga buku al-Ghadir dimulai dengan menyebutkan penyair-penyair Ghadir abad ketiga Hijriyah, kemudian mengkaji dan mengkritisi sebagian karya-karya kaum orientalis mengenai Islam. [14] Dengan menyebut Ibnu Rumi dan Ufwah Hammani menyinggung lebih lanjut penyair-penyair abad ketiga. Selanjutnya ia memaparkan sebuah kajian tentang sosok Zaid bin Ali dalam pandangan Syi'ah dengan melihat sanggahan-sanggahan sebagian Ahlusunah. [15] Selanjutnya penulis menyinggung soal tuduhan-tuduhan yang dilemparkan oleh sebagian ulama Ahlusunah kepada Syi'ah dan mengkritisinya secara argumentatif. Dalam hal ini ia membahas keutamaan-keutamaan Ahlulbait as, Alquran, Tahrif dan Mut'ah. [16] Lanjutan pembahasan-pembahasan jilid ini adalah berkaitan dengan penyair-penyair Ghadir abad keempat seperti Ibnu Thabathabai Isfahani, Ibnu Alawiyah Isfahani, Mufajja', Abul Qasim Shanubari, Qadhi Tannukhi, Abul Qasim Zahidi dan Abu Firas Hamdani. [17]

Jilid Keempat

Kajian-kajian jilid ke-4 adalah kelanjutan dari penyair-penyair Ghadir abad ke-4, ke-5 dan ke-6. Ditengah-tengah mereka terlihat sosok-sosok seperti Abul Fath Kasyajim, Shahib bin Ubadah, Syarif Radhi, Syarif Murtadha, Abul 'Ala' Muarra dan Khatib Khawarazmi.

Jilid Kelima

Jilid kelima memuat penyair-penyair abad keenam dan ketujuh. Persoalan-persoalan lain yang disinggung pada jilid ini adalah sebagai berikut:

  1. Hadis Radd al-Syams
  2. Salat seribu rekaat
  3. Muhaddits dalam pandangan Islam
  4. Ilmu Ghaib Imam-imam Syi'ah
  5. Pemindahan jenazah ke makam-makam mulia
  6. Ziarah
  7. Pemalsuan hadis

Pengarang dalam semua pembahasan diatas dengan bersandar pada literatur Ahlusunah menjawab dan menanggapi tuduhan-tuduhan sebagian mereka atas Syi'ah. [18]

Jilid Keenam

Jilid ini memuat penyair-penyair Ghadir abad kedelapan seperti Imam Syaibani Syafii, Syamsuddin Maliki, dan Alauddin Hilli. Tema lain yang dikaji dalam jilid ini adalah tentang ilmu Umar bin Khatthab dan kekeliruan-kekeliruannya dalam urusan penghukuman, yang mana kajian ini dikupas secara detail sesuai sumber-sumber Ahlusunah. Disela-sela kajian ini juga disinggung soal pelarangan dia terkait Mut'atain (haji tamattu' dan nikah mut'ah). [19]

Jilid Ketujuh

Jilid ini dimulai dengan menyebut penyair-penyair Ghadir abad kesembilan, kemudian disinggung tentang sikap-sikap berlebihan tentang keutamaan-keutamaan Abu Bakar yang disela-sela kajian ini dikupas pula tentang ilmu dan pengetahuan keagamaannya serta kajian-kajian soal tanah Fadak. Pembahasan akhir jilid ini tentang keimanan Abu Thalib yang mana penulis untuk menetapkan dakwaannya dalam hal ini membawa berbagai macam dalil mencakupi syair-syair, pernyataan-pernyataan, perilaku-perilaku Abu Thalib dan hadis-hadis Maksumin. [20].

Jilid Kedelapan

Permulaan jilid ini adalah kelanjutan dari pembahasan iman Abu Thalib dan sebagain kejanggalan-kejanggalan yang dilandaskan pada Alquran serta jawabannya, lalu diteruskan dengan kajian tentang Hadis Dhahdhāh (hadis Sahih Bukhari – 4/247- yang dinukil oleh Mughirah bin Abi Syu'bah tentang pengazaban Abu Thalib di dalam neraka). [21] Isu berikutnya pada jilid ini adalah pembahasan tentang sikap-sikap berlebihan tekait keutamaan-keutamaan Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Kemudian dilanjutkan dengan sikap berlebihan mengenai Utsman bin Affan yang mana disela-sela kajian ini disinggung pula soal ilmu, penyaluran dan pembagian baitul mal olehnya, dan berikut tentang pengasingan Abu Dzar ke Rabadzah pada zaman Utsman.

Jilid Kesembilan

Pembahasan-pembahasan jilid ini adalah kelanjutan dari penelitian soal keutamaan-keutamaan Utsman dan sikapnya yang tidak sopan kepada Ibnu Mas'ud dan Ammar bin Yasir, serta pengasingan para sesepuh Kufah ke Syam. Pernyataan-pernyataan dan pandangan-pandangan sebagian sahabat Nabi saw tentang Utsman dan kisah terbunuhnya adalah sisi lain dari bahasan-bahasan jilid ini.

Jilid Kesepuluh

Sikap-sikap berlebihan tentang keutamaan-keutamaan tiga khalifah adalah permulaan dari kajian jilid kesepuluh buku al-Ghadir. Kemudian dilanjutkan dengan kajian seputar Ibnu Umar dan sepak terjangnya yang tidak berkenan, yang dalam hal ini dibahas tentang baiat kepada Yazid bin Muawiyah. Keutamaan-keutamaan Muawiyah yang dilebih-lebihkan, kesalahan-kesalahan, Bid'ah-bid'ah, kejahatan-kejahatan, dan sikap-sikapnya yang tidak sopan seperti perang melawan Imam Ali as dan fenomina Arbitrase (hakamiyyah) adalah kajian-kajian lain jilid ini.

Jilid Kesebelas

Jilid ini diawali dengan penelitian tentang sikap-sikap Muawiyah terhadap Imam Hasan al-Mujtaba As, dan diteruskan dengan kajian tentang perlakuan-perlakuan Muawiyah terhadap Syi'ah Amirul Mukminin as dan kejahatan-kejahatannya atas Hujr bin 'Adi dan para pendukungnya. Lalu dilanjutkan dengan penelitian dan pengkritikan terhadap keutamaan-keutamaan fiktif Muawiyah, yang dalam hal ini disinggung pula soal sikap-sikap berlebihan dan cerita-cerita fiktif terkait keutamaan-keutamaan sebagian sahabat. Penyair-penyair abad kesembilan sampai kesepuluh adalah sisi lain dari kajian jilid ini. Di akhir jilid ini, penulis berjanji akan mengupas sisa penyair-penyair peristiwa Ghadir pada jilid kedua belas [22] namun kepergiaannya tidak mengizinkan hal itu terwujud.

Kedudukan Buku Al-Ghadir

Para pengkritik dan peneliti meyakini bahwa buku al-Ghadir adalah sebuah ensiklopedia yang dipenuhi oleh isu-isu ilmu keislaman dalam bidang sejarah, teologi, hadis, tafsir, rijal, sejarah nuzul, sejarah sastra Ghadir, kritikan, revisi, pengenalan kitab dst...yang disusun dengan rapih, menarik, logis, filosofis, puitis, sastrawi, bermotif, sangat referentif, kuat, epik, bersemangat, memuaskan, jujur, dan sangat tegas.[23] Dalam buku ini dipaparkan isu-isu penting yang mana setiap peneliti sejarah Islam dan pengkaji Islam tanpa mengetahui persoalan-persoalannya –sekarang dan setelah terwujudnya buku al-Ghadir- maka hasil risetnya tidak dianggap presentatif. Sebagai contoh bila seorang periset berusaha mengkaji soal ilmu hadis dan tidak membaca jilid kelima al-Ghadir, atau ingin meneliti tentang agama-agama dan golongan-golongan dan tidak melihat jilid ketiga al-Ghadir, atau ingin memaparkan tentang landasan-landasan dasar dan basis-basis kesyi'ahan (tasyayyu') tanpa menelaah jilid pertama, kedua dan ketujuh al-Ghadir maka hasil penelitian dan risetnya akan timpang.[24]

Dibawah ini beberapa deskripsi para pengkritik:[25]

Penutur Deskripsi
Dr. Muhammad Ghallab Mishri al-Ghadir adalah impian para peniliti
Muhammad Abdul Ghani Hasan Mishri al-Ghadir adalah ensiklopedia makro
Dr. Abdurrahman Kiyali Halabi al-Ghadir adalah buku yang setiap Muslim mesti mendapatkannya
Dr. Taufiq al-Fakiki Bagdadi al-Ghadir adalah air segar dan ensiklopedia ajaib dan langka
Abdul Fattah Abdul Maksud Mishri al-Ghadir adalah dunia ilmu yang luas
Dr. Bulas Salamah Bairuti al-Ghadir adalah buku sejarah meyakinkan dan pengembang cakrawala pengetahuan
Dr. Ali Akbar Fayyadh al-Ghadir adalah lautan berombak
Syaikh Muhammad Said Dahduh Halabi al-Ghadir adalah semua fenomina-fenomina sejarah dan gambaran masa
Syarafuddin al-Ghadir adalah kiat keilmuan yang tiada padanannya
Alauddin Kharufah Azhari al-Ghadir adalah buku yang menakjubkan
Muhammad Taisir al-Makhzumi Syami al-Ghadir adalah sebuah buku yang tidak sama dengan buku-buku lain
Yusuf As'ad Daghir Bairuti al-Ghadir adalah lautan berombak

Publikasi, Terjemah, Ringkasan dll

Sebelas jilid buku al-Ghadir sejak masa penyusunan sampai sekarang berulang kali dicetak. Sekarang ada dua cetakan utama dari buku ini:

  1. Cetakan lama al-Ghadir: (Teheran, Dār al-Kutub al-Islamiyah, 1372 Q, Bairut Dār al-Kitab al-Arabi 1387 Q) yang sampai saat ini berkali-kali dicetak.
  2. Riset: Markaz al-Ghadir Li al-Dirāsāt al-Islamiyah, yang pertama kali dicetak dan dirilis pada tahun 1416 H. Cetakan ini sudah dikoreksi, diedit, diberi rujukan-rujukan di catatan kaki. [26]

al-Ghadir telah diterjemahkan kedalam bahasa Persia, Urdu dan Engris dan diringkas kedalam bahasa Arab, Urdu dan Turki Istambul. [27]

Pekerjaan lain yang telah dilakukan untuk buku ini adalah penulisan daftar nama-nama ulama/cendikiawan dan tema-tema dengan judul Ala Dhifaf al-Ghadir dan al-Munir Fi Faharis al-Ghadir, dan revisi yang ditulis Sayid Abdul Aziz Thabathabai dengan judul Ala Dhifaf al-Ghadir. Begitu juga beragam buku yang disadur dari al-Ghadir telah ditulis kedalam bahasa Persia dan Urdu. [28]

Pembahasan-pembahasan beraneka ragam buku al-Ghadir seperti kajian tentang Mut'ah, pengargumentasian Imam Ali as dengan hadis Ghadir dicetak terpisah. Begitu juga buku Sairi Dar al-Ghadir karya Muhammad Hadi Amini dalam bahasa Persia dan buku Fi Rihāb al-Ghadir karya Ali ashgar Murawwij Khurasani dalam bahasa Arab adalah pembahasan-pembahasan pilihan terpenting al-Ghadir. [29]

Pelengkap Buku al-Ghadir

Takmilah al-Ghadir Fi al-Kitab Wa al-Sunnah Wa al-Adab; Tsamarāt al-Asfār Ila al-Aqthār adalah judul sebuah buku empat jilid yang sepeninggal penyusun al-Ghadir dicetak sesuai dengan tulisan-tulisan tangannya. Tulisan-tulisan tangan itu terdiri dari dua juz:

  1. Juz pertama tulisan-tulisan tangan itu adalah catatan tangan Allamah Amini dalam perjalanan ke negeri India pada tahun 1380 H/ 1960 yang selama 4 bulan ia tinggal di sana dan melakukan telaah manuskrip-manuskrip dan naskah-naskah cetak di perpustakaan sana serta membuat catatan-catatan darinya. [30]
  2. Juz kedua adalah catatan-catatan tangan Allamah Amini dalam perjalanan ke Suriah pada tahun 1484 H/ 1964 M dimana ia menelaah manuskrip-manuskrip perpustakaan dan membuat catatan-catatan darinya. [31]

Tujuan penulis adalah bahwa dua juz ini dimaksudkan sebagai sumber pelangkap dari buku al-Ghadir. [32]

Takmilah al-Ghadir (pelengkap buku al-Ghadir) terdiri dari 4 bab yang keseluruhannya dicetak dalam 4 jilid. [33]

Bab Pertama

Pada bab ini dimuat keutamaan-keutamaan Amirul Mukminin as yang dimulai dengan penyebutan ayat-ayat yang turun berkenaan dengannya. Kemudian dijelaskan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan hadis Ghadir dan rangkaian sanad-sanadnya, syair-syair terkait peristiwa Ghadir, dan keutamaan-keutamaan berserikat antara Nabi saw dan Imam Ali as dan hadis-hadis terkenal Imam As.

Bab Kedua

Keutamaan-keutamaan Ahlulbait adalah tema bab ini yang diawali dengan menjelaskan keutamaan-keutamaan Sayidah Zahra sa, berikut keutamaan-keutamaan Imam Hasan as dan Imam Husain as dan tragedi Karbala. Juga dimuat pada bab ini hadis-hadis tentang Imam Sajjad as, Imam Baqir as, Imam Shadiq as dan Imam Mahdi afs. [34]

Bab Ketiga

Pada bab ini dimuat hadis-hadis berkenaan dengan Nabi saw dan sahabat beliau, yang secara umum hadis-hadis tersebut adalah hadis langka dari Nabi saw dan persoalan-persoalan terkait dengan sahabat-sahabat beliau.

Bab Keempat

Pada bab ini disebutkan referensi-referensi buku (al-Ghadir) dalam dua pasal. Pasal pertama berkenaan dengan perjalanan Allamah Amini ke India, dan pasal kedua berhubungan dengan perjalanannya ke Suriah. Di akhir jilid keempat dimuat daftar isi ayat-ayat Alquran, hadis-hadis, nama-nama ulama/cendikiawan dan referensi-referensi cetak dan manuskrip. [35]

Ensiklopedia Penyair-penyair al-Ghadir

Mausû'ah Syu'arā' al-Ghadir: al-Mustadrak 'Ala Kitab al-Ghadir Li al-Syaikh al-Amini adalah judul sebuah buku tujuh jilid yang dicetak pada tahun 1431 H / 2010 M di Najaf Asyraf oleh al-'Atabah al-'Āliyah al-Muqaddasah. Para penulis ensiklopedia ini pada jilid pertama -sesuai pengakuan mereka- menukil syair-syair sebelum abad ke-13 H yang terlewatkan dari pena Allamah Amini, dan pada jilid-jilid berikutnya mereka menyinggung syair-syair Ghadir abab ke-13 sampai ke-15. [36]

Catatan Kaki

  1. Hakimi, Allamah Amini, Dar Yadname Allamah Amini, hlm. 19.
  2. Hakimi, Allamah Amini, Dar Yadname Allamah Amini, hlm. 26.
  3. Rujuklah: Takmilah al-Ghadir; Tsamarāt al-Asfār Ila al-Aqthār, jld. 1. Hlm. 48.
  4. Hakimi, Hamāse-e Ghadir, hlm. 187.
  5. Rujuklah: al-Ghadir, jld. 1. Hlm. 41-144.
  6. al-Ghadir, jld. 1, hlm. 145-165.
  7. al-Ghadir, jld. 1, hlm. 167-311
  8. al-Ghadir, jld. 1, hlm. 313-325
  9. al-Ghadir, jld. 1, 328-422.
  10. al-Ghadir, jld. 1, hlm. 423-608.
  11. al-Ghadir, jld. 1, 609-707.
  12. al-Amini, al-Ghadir, jld. 2.
  13. al-Amini, al-Ghadir, jld. 2.
  14. al-Amini, al-Ghadir, jld. 3, hlm. 23-49.
  15. al-Amini, al-Ghadir, jld. 3, hlm. 105-114.
  16. al-Amini, al-Ghadir, jld. 3, hlm. 115-459.
  17. al-Amini, al-Ghadir, jld. 3, hlm. 463-566.
  18. al-Amini, al-Ghadir, jld. 5.
  19. al-Amini, al-Ghadir, jld. 6, hlm. 278-238.
  20. al-Amini, al-Ghadir, jld. 6, hlm. 444-550.
  21. al-Amini, al-Ghadir, jld. 8, hlm. 11-45.
  22. al-Amini, al-Ghadir, jld. 11, hlm. 520.
  23. Hakimi, Hamāse-e Ghadir, hlm. 185.
  24. Hakimi, Hamāse-e Ghadir, hlm. 185-186.
  25. Hakimi, Hamāse-e Ghadir, hlm. 186.
  26. Abul Hasan, al-Ghadir, hlm. 333.
  27. Abul Hasan, al-Ghadir, hlm. 333.
  28. Abul Hasan, al-Ghadir, hlm. 333-334.
  29. Abul Hasan, al-Ghadir, hlm. 334.
  30. Takmilah al-Ghadir; Tsamarāt al-Asfār Ila al-Aqthār, jld. 1, hlm. 54.
  31. Takmilah al-Ghadir; Tsamarāt al-Asfār Ila al-Aqthār, jld. 1, hlm. 54-55.
  32. Takmilah al-Ghadir; Tsamarāt al-Asfār Ila al-Aqthār, jld. 1, hlm. 55.
  33. Takmilah al-Ghadir; Tsamarāt al-Asfār Ila al-Aqthār, jld. 1, hlm. 59.
  34. Takmilah al-Ghadir; Tsamarāt al-Asfār Ila al-Aqthār, jld. 2; kelanjutan dari kajian bab ini dimuat di jilid ketiga naskah cetak.
  35. Takmilah al-Ghadir; Tsamarāt al-Asfār Ila al-Aqthār, jld. 4.
  36. Abdussadah, Mausû'ah Syu'arā' al-Ghadir, hlm. 21

Daftar Pustaka

  • Abul Hasan, Mundzir Ali, al-Ghadir dar Danisynāmeh Imam Ali as, jld. 12, di bawah tinjauan Ali Akbar Rasyad, Tehran, Markaze Nasyre Ātsār Pasyuhesygoh Farhang Wa Andisye Islami, 1380 S.
  • Amini, Abdul Husain, al-Ghadir fi al-Kitab wa al-Sunnah wa al-Adab, Qom, Markaz al-Ghadir Li al-Dirāsāt al-Islamiyah, 1416 H / 1995 M; Terjemahan al-Ghadir, penerjemah: tim penerjemah, Tehran, Bi'tsat, 1391 S.
  • Amini, Abdul Husain, Takmilah al-Ghadir: Tsamarāt al-Asfār Ila al-Aqthār, riset: Markaz al-Amir Li Ihya' al-Turāts al-Islami, revisi: Markaz al-Ghadir Li al-Dirāsāt Wa al-Nasyr Wa al-Tauzi', Bairut, 1429 H / 2008 M.
  • Hakimi, Muhammad Ridha, Allamah Amini Dar Yadnameh Allahmah Amini, riset: Sayid Ja'far Syahidi dan Muhammad Ridha Hakimi, tehran, Muassasah Anjāme Ketab, 1361 S / 1403 H.
  • Hakimi, Muhamamad Ridha, Hamāse-e Ghadir, Qor, Dalile Ma, 1389 S.
  • AL-Muhaqqiq al-Thabathabai Fi Dzikrāhu al-Sanawiyah al-Ula , Qom, Muassasah Āl al-Bait Li Ihyā' al-Turāts, 1417 H.
  • Thabathabai, Sayid Abdul Aziz, wawancara dengan Muhaqqi Thabathabai berkenaan dengan kepribadian Allamah Amini, al-Muhaqqiq al-Thabathabai Fi Dzikrahu al-Sanawiyah al-Ula, jld. 3, Qom, Muassasah Āl al-Bait Li Ihyā' al-Turāts, 1417 H.
  • Abdussadah, Rasul Kazhim; al-Hassani, Karim Jihad, Mausû'ah Syu'arā' al-Ghadir, Najaf Asyraf, 1431 H / 2010 M.