Peristiwa Ghadir

Prioritas: aa, Kualitas: b
tanpa alih
Dari wikishia
(Dialihkan dari Peristiwa al-Ghadir)
Peristiwa Ghadir
Lukisan Idul Ghadir karya Mahmoud Farcshian
Lukisan Idul Ghadir karya Mahmoud Farcshian
Waktu18 Dzulhijjah, tahun ke-10 H
TempatGhadir Khum
SebabMengenalkan penganti Rasulullah saw
HasilImamah Imam Ali as
ReaksiBaiat pada Imam Ali as


Peristiwa al-Ghadir (bahasa Arab: واقعة الغدير) merupakan salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Islam. Dalam peristiwa ini ketika Nabi Muhammad saw kembali dari Haji Wida' pada 18 Dzulhijjah tahun 10 Hijriah, memperkenalkan Imam Ali as di Ghadir Khum sebagai pengganti dan khalifahnya. Di antara orang-orang yang hadir dalam peristiwa itu adalah para pembesar sahabat dan mereka memberikan baiat kepada Imam Ali as.

Pengenalan ini berdasarkan pada perintah Allah swt dalam ayat Tabligh. Ayat ini memerintahkan Nabi saw supaya menyampaikan apa yang telah diturunkan Allah kepadanya, jika perintah ini tidak dilakukan, seakan ia tidak menyampaikan risalah-Nya. Setelah peristiwa Ghadir terjadi, turun lah ayat Ikmal, dimana Allah berfirman: "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu."

Para Imam Maksum berpegang teguh pada hadis Ghadir dan banyak penyair semenjak periode Imam Ali as melantunkan syair berkenaan peristiwa itu. Diantara karya tulis terpenting berkaitan dengan peristiwa ini adalah kitab al-Ghadir, karya Allamah Amini. Nabi saw dan maksumin menyebut hari ini sebagai hari raya, dan kaum Muslimin khususnya Syiah merayakan hari ini.

Tentang Peristiwa Al-Ghadir

Perjalanan Haji

Pada bulan Dzulkaidah tahun 10 Hijriah, Nabi Muhammad saw bersama ribuan orang bergerak dari Madinah ke arah Mekah untuk menunaikan manasik haji. [1] Perjalanan Rasulullah saw ini disebut dengan nama Haji Wada', hijjah al-Islam dan hijjah al-Balagh. Pada bulan itu, Imam Ali as pergi ke Yaman untuk bertabligh,[2] namun ketika beliau mengetahui tentang rencana perjalanan haji Nabi Muhammad saw, maka beliau bersama beberapa sahabat lainnya bergerak ke arah Mekah dan sebelum manasik haji dimulai, ia bergabung dengan Nabi Muhammad saw. [3]

Turunnya Ayat Tabligh

Kaum Muslimin yang menunaikan ibadah haji sampai di Ghadir Khum pada hari Kamis 18 Dzulhijjah dan sebelum terjadi perpisahan penduduk Suriah, Mesir dan Irak dari rombongan, malaikat Jibril menurunkan ayat Tabligh kepada Nabi Muhammad saw dari sisi Allah swt dan memerintahkannya supaya memperkenalkan Ali as kepada khalayak sebagai wali dan washi setelah wafatnya.

Setelah turunnya ayat ini, Nabi saw memerintahkan karavan haji untuk berhenti dan berkata bahwa mereka yang telah lewah supaya kembali dan karavan yang masih di belakang diperintahkan untuk segera bergabung dengan karavan yang telah sampai di Ghadir Khum. [4]

Foto lokasi Ghadir Khum

Penyampaian Khutbah

Nabi Muhammad saw, setelah menunaikan salat Zhuhur menyampaikan khotbahnya yang terkenal dengan nama Khotbah al-Ghadir. Pada Khotbah itu beliau menyampaikan: "Segala puji syukur hanya bagi Allah swt dan dari-Nya aku mohon pertolongan dan aku beriman kepada-Nya dan kami memohon pertolongan dari-Nya dari bujukan hawa nafsu yang tercela… Allah swt yang Maha Lembut dan Maha Mengetahui mengabarkan kepadaku bahwa aku akan segera kembali kepada-Nya, aku akan segera memenuhi panggilan-Nya… Aku akan datang terlebih dahulu di tepi telaga Kautsar, kemudian kalian akan memasuki telaga itu, oleh karena itu, perhatikanlah setelahku, bagaimana kalian akan memperlakukan tsaqalain, tsiql Akbar (Alquran) dan tsiql Asghar yang lain (itrahku)…."

Kemudian Rasulullah mengangkat tangan Imam Ali as sehingga orang-orang melihatnya:

"Wahai manusia! Bukankah aku lebih memiliki wilayah dan kewenangan atas kalian daripada diri kalian sendiri? Orang-orang menjawab: 'Iya, wahai Rasulullah!' Kemudian Nabi saw melanjutkan: 'Allah swt adalah waliku dan aku adalah wali kaum Mukminin dan aku lebih memiliki wilayah (otoritas) atas diri kalian sendiri. Oleh karena itu, siapa saja yang menjadikan aku sebagai pempimpinnya (maulanya), maka Ali adalah pemimpin baginya.'

Rasulullah mengulangi kalimat ini sebanyak 3 kali dan bersabda:

"Ya Allah cintailah orang-orang yang mencintai Ali dan menjadikannya sebagai maulanya dan musuhilah orang-orang yang memusihinya, tolonglah orang-orang yang menolongnya, tinggalkanlah orang yang meninggalkannya. Kemudian Nabi saw berkata kepada orang-orang: Wahai kalian yang hadir, sampaikan pesan ini kepada orang-orang yang gaib (tidak hadir)."
Ilustrasi Peristiwa Ghadir Khum

Turunnya Ayat Ikmal

Sebelum karavan-karavan itu berpisah, Malaikat Jibril turun untuk yang kedua kalinya guna menyampaikankan ayat ke-3 surah Al-Maidah yang terkenal dengan nama ayat Ikmal.

«الْیوْمَ أَکمَلْتُ لَکمْ دینَکمْ وَ أَتْمَمْتُ عَلَیکمْ نِعْمَتی وَ رَضیتُ لَکمُ الْإِسْلامَ دیناً»
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agama bagimu."

Ucapan Selamat kepada Imam Ali as

Pada saat itu, orang-orang yang hadir memberikan ucapan selamat kepada Imam Ali as. Para sahabat yang pertama kali memberi ucapan kepada Imam Ali as terlebih dahulu dari pada yang lainnya adalah Abu Bakar dan Umar. Umar lalu berkata kepada Imam Ali as: "Selamat atasmu, Wahai putra Abu Thalib! Kamu telah menjadi maulaku dan maula setiap laki-laki dan perempuan beriman." [5]

Nabi Muhammad saw memerintahkan supaya kemah-kemah didirikan untuk Imam Ali as dan meminta kaum Muslimin untuk mendatangi Imam Ali as secara ramai-ramai dan mengakui Imam Ali as sebagai pemimpin bagi kaum Muslimin dan memberi salam kepadnya. Semua orang-orang, termasuk istri-istri Nabi dan para istri kaum Muslimin menjalankan perintah Nabi itu.[6]

Jumlah yang Hadir

Terkait dengan orang-orang yang hadir pada peristiwa Ghadir Khum terdapat perbedaan pendapat. Sebagian mengatakan 10 ribu orang, [7], 12 ribu orang[8], 17 ribu orang, [9] 70 ribu orang [10] dan 120 ribu orang.[11]

Dengan memperhatikan orang-orang yang hadir pada peristiwa al-Ghadir dan penduduk Madinah pada tahun ke-10 Hijriah, demikian juga dengan memperhatikan orang-orang yang hadir di Mekah pada pelaksanaan Haji Wada, maka pendapat yang mengatakan bahwa jumlah yang hadir pada peristiwa Ghadir Khum sebanyak 10 ribu orang adalah lebih bisa dipercaya. [12]

Periwayat Ghadir Khum

Hadis Ghadir dinukil dari literatur Syiah dan Sunni dan sebagian hadis seperti من كنت مولاه فهذا علي مولاه; "Barang siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya maka Ali adalah pemimpinnya" adalah hadits mutawatir. [13] Banyak sahabat dan tabiin yang menukil hadis ini.

Periwayat hadis Ghadir Khum sangat banyak, di antaranya:

Ahlulbait as, yaitu Imam Ali as, Sayidah Fatimah sa, Imam Hasan as dan Imam Husain as.

Kemudian nama-nama yang setidaknya lebih dari 110 sahabat Nabi di antaranya: Umar bin Khattab, [14] Utsman bin Affan, [15] Aisyah binti Abu Bakar, [16] Salman Farsi, [17] Abu Dzar, [18] Zubair bin Awwam, [19] Jabir bin Abdillah al-Anshari,[20]Abbas bin Abdul Muthalib, [21] Abu Hurairah [22] dan lainnya dimana semua sahabat itu hadir di telaga al-Ghadir dan meriwayatkan hadis al-Ghadir secara langsung.

Demikian juga para tabiin meriwayatkan hadis al-Ghadir yaitu sebanyak 83 tabiin, seperti: Asbagh bin Nubatah, [23] Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah Bani Umayyah. [24]

Setelah para tabiin, di antara ulama Ahlusunnah semenjak kurun ke-2 hingga kurun ke-14, ada sebanyak 360 orang menukil hadis al-Ghadir, misalnya: Imam Syafi'i, [25]Ahmad bin Hanbal; imam mazhab Hanbali, [26] Ahmad bin Syu'aib Nasai, [27] Ibnu Maghazili, [28] Ahmad bin Abdullah, [29] dan Ahmad bin ‘Abdu Rabih. [30]

Di antara ulama hadis dan ulama Syiah juga terdapat tokoh-tokoh yang menuliskan hadis al-Ghadir dalam berbagai kitab-kitab mereka seperti: Syaikh Kulaini, Syaikh Shaduq, Sayid Murtadha dan lainnya. [31]

Sangat banyak ulama-ulama yang menilai bahwa hadis al-Ghadir termasuk kategori hadits hasan dan sebagian lainnya lagi menilai hadis al-Ghadir sebagai hadis yang sahih. [32]

Demikian juga semua ahli hadis Syiah dan sebagian ulama Sunni menilai hadis al-Ghadir sebagai hadis mutawatir.[33]

Ayat-ayat yang Turun Sehubungan dengan Peristiwa al-Ghadir

Sesuai pendapat mufasir Syiah[34] dan Sunni[35] beberapa ayat dari Alquran yang menggambarkan tentang peristiwa al-Ghadir turun di Haji Perpisahan.

1. Ayat 3 Surah Al-Maidah yang terkenal dengan nama ayat Ikmal:
« ...اَلْیَوْمَ أَکْمَلْتُ لَکُمْ دِیْنَکُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَیْکُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِیْتُ لَکُمُ الْإِسْلَامَ دِیْنًا...»
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agama bagimu."
2. Ayat 67 Surah Al-Maidah yang terkenal dengan nama ayat Tabligh:
«يَأَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ وَإِنْ لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَٱللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِيْنَ»
"Hai rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhan-mu. Dan jika kamu tidak mengerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan risalah-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia."
3. Ayat 1 dan 2 Surah Al-Ma'arij
«سَأَلَ سَآئِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ . لِّلْكَٰفِرِينَ لَيْسَ لَهُ دَافِعٌ»
"Seseorang peminta telah meminta kedatangan azab, (dan azab itu) telah terjadi, untuk orang-orang kafir, (dan) tak seorang pun dapat menolaknya."

Setelah Nabi Muhammad saw mengumumkan wilayah Imam Ali as kepada masyarakat, seseorang bernama Nu'man bin Harits Fihri mendekati Nabi saw dan memprotes beliau. Ia berkata kepada Nabi saw: Kamu perintahkan kami untuk mengimani tauhid, menerima risalah dan melaksanakan jihad, haji, risalah, salat dan zakat; Kami menerima dan mengabulkan permintaanmu, namun kamu belum ridha juga dengan ketaatan kami sehingga seorang pemuda kamu angkat dan engkau jadikan ia wali bagi kami. Apakah pengumuman ini berasal darimu ataukah dari sisi Allah swt? Ketika Nabi Muhammad saw mengatakan bahwa hal itu berasal dari sisi Allah swt, dengan keadaan mengingkari ia meminta agar apabila hukum ini berasal dari sisi Allah swt, maka turunkan batu dari langit sehingga akan menimpa kepalanya. Pada saat itu juga, turunlah batu yang mengenai kepalanya dan ia meninggal seketika itu pula. [36]

Al-Ghadir dalam Tuturan Para Maksum

Imam Ali as bersabda: "Wahai kaum Muslimin, Muhajirin dan Anshar! Apakah kalian tidak mendengar bahwa Rasululullah saw pada hari Ghadir Khum tidak bersabda begini dan begitu?' Para hadirin menjawab: 'Iya.'" [37]

Fatimah Zahra Sa: "Seolah-olah kalian tidak mengetahui apa yang disabdakan Nabi saw pada hari Ghadir Khum? Aku bersumpah demi Tuhan pada hari itu adalah hari pengukuhan wilayah dan imamah bagi Ali as, sehingga akar keserakahanmu akan lenyap." [38]

Imam Hasan as bersabda: "Kaum muslimin melihat Nabi saw dan dari beliau mendengar bahwa ketika Nabi saw mengangkat tangan ayahku pada hari Ghadir Khum, Nabi saw berkata kepada orang-orang: "Seseorang yang menganggap aku sebagai maula dan pemimpinnya, maka Ali adalah maula dan pemimpin baginya." [39]

Imam Husain as bersabda, "Rasulullah saw mengajarkan semua norma dan adab baik kepada Ali as dan ketika Ali as sudah kuat dan kokoh, maka tanggung jawab wilayah dilimpahkan kepadanya dan pada hari Ghadir bersabda siapa saja yang menganggap aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maula dan pemimpinnya." [40]

Imam Ridha as bersabda: "Hari Ghadir adalah hari yang paling masyhur di antara penduduk langit dari pada penduduk bumi….Apabila manusia mengetahui pentingnya hari ini, tak diragukan lagi bahwa para malaikat akan bersalam-salaman setiap hari dengan mereka sebanyak 10 kali." [41]

Penyair-Penyair Ghadir

Abad Pertama Abad Kedua Abad Ketiga Abad Keempat Abad Kelima Abad Keenam Abad Ketujuh Abad Kedelapan Abad Kesembilan Abad Kesepuluh Abad Kesebelas
Amirul Mukminin Ali as Abul Mustahal Kumait Abu Tamam Thai Ibnu Thabathabai Isfahani Syarif Radhi Abul Hasan Panjakardi Abul Hasan Al-Manshur Billah Ibnu Dawud Hilli Ibnu al-Arandas al-Hilli Ibrahim bin Kaf'ami Ibnu Abi Syafin al-Bahrani
Hasan bin Tsabit Sayid Himyari Daghbal Khazai Ibnu Alawiyah Isfahani Sayid Murtadha Akhthab Khawarizmi Majduddin bin Jamil Jamaluddin Khu’i Ibnu Daghir Hilli Izzuddin Amili Zainuddin Hamidi
Qais Anshari Abdi Kufi Abu Ismail Alawi Mufajja’ Mihyar Dailami Qadhi Ibnu Quds Abul Hasan Jazzar Suraiji Awwali Hafizh Bursi Hilli Syaikh Husain Karaki
Amr bin Ash Wamiq Nashrani Abu Qasim Shanubari Abu Ali Bashir Abul Gharat Milku Shalih Qadhi Nizhamuddin Shafiyuddin Hilli Dhiyauddin al-Hadi Syaikh Bahai
Muhammad Himyari Ibnu Rumi Abu Faras Hamadani Abul ‘Ala Mu’arri Quthbuddin Rawandi Syamsuddin Mahfuzh bin Wasyah Syaibani Syafi'i Al-Hasan Ali Abi Abdul Karim Syaikh Hurr al-Amili
Humani Afwah Abu Najib Thahir Ibnu Jabr Mishri Abul Ma’ali Al-Qadhi Jalis Bahauddin Arbili Syamsuddin Maliki Husain bin Syahab Karaki[42]

Idul Ghadir dalam Islam

Kaum Muslimin, khususnya muslim Syi'ah merayakan hari al-Ghadir sebagai salah satu dari hari raya mereka. Di kalangan mereka, hari raya ini dikenal dengan nama Hari Raya Ghadir. [43]

Begitu pentingnya hari ghadir ini sehingga terjadi baiat kepada Muata'ali bin Mustanshar (seorang hakim Mesir) pada hari Idul Ghadir pada tahun 487. [44] Demikian juga diriwayatkan dari Ahlusunah bahwa barang siapa yang berpuasa pada tanggal 18 Dzulhijjah, maka Allah swt akan menuliskan pahala puasa selama 6 bulan dan hari ini adalah hari Idul Ghadir. [45]

Malam Idul Ghadir juga merupakan salah satu malam yang memiliki keutamaan di antara kaum Muslimin. [46]

Rasulullah saw bersabda: Hari raya Ghadir adalah hari terbaik umatku dan hari itu adalah hari ketika Allah swt memerintahkan bahwa pada hari itu, saudaraku, Ali bin Abi Thalib as diangkat sebagai pemegang panji umatku, sehingga setelahku, masyarakat akan terhidayahi dengan perantaranya dan hari itu adalah hari ketika disempurnakan nikmatnya dan agama Islam sebagai agama yang diridhai bagi mereka. [47]

Imam Shadiq as: Hari Ghadir Khum adalah hari raya besar bagi Allah swt, Dia tidak mengutus Nabinya kecuali pada hari ini dijadikan hari raya, kebesarannya telah diakui dan diketahui, nama hari ini di langit adalah hari perjanjian, dan di bumi hari perjanjian dan kehadiran bagi semuanya. [48]

Literatur-literatur untuk mempelajari Ghadir lebih lanjut

Seri buku al-Ghadir ditulis oleh Allamah Amini
  • Kitab Al-Ghadir fi al-Kitāb wa al-Sunah wa al-Adab terkenal dengan al-Ghadir, Allamah Amini
  • 'Abaqāt al-Anwār fi Imāmah al-Aimah al-Athar, (hadis al-Ghadir),Mir Hamid Husain Kanturi Lakanhui
  • Ghadir dar Aineh Kitāb, Muhammad Anshari, dalam bahasa Persi
  • Chāhardah Qarn bā Ghadir, Muhammad Baqir Anshar, salam bahasa persi
  • Hamegān bā Payāmbar dar Hujatul Wada, Husain Watsaqi
  • Al-Ghadir wa al-Mu'aridhun, Sayid Ja'far Murtadha Amili, dalam bahasa Arab
  • Al-Ghadir fi l-Islām, Muhammad Ridha Farajullah Khalfi Najafi, dalam bahasa Arab
  • Syarah wa Tafsir Khotbah Payāmbar Akram dar Ghadir Khum, Sayid Muhammad Taqi Tsaqafi, bahasa Arab

Lihat Juga

Catatan Kaki

  1. Thabrisi, Ihtijāj, jld. 1, hlm. 56; Thusi, Tahdzib al-Ahkam, jld. 5, hlm. 474; Thabari, Tarikh al-Thabari, jld. 3, hlm. 148
  2. Halabi, al-Sirah al-Halabiyah, jld. 3, hlm. 368-369
  3. Mufid, al-Irsyad, jld. 1, hlm. 171
  4. Nasai, Sunan al-Kubra, jld. 5, hlm. 135.
  5. Ahmad Hanbal, jld. 4, hlm. 281, Mufid, hlm. 94.
  6. Mufid, jld. 1, hlm. 176; Qumi, jld. 1, hlm. 268; Amini, jld. 1, hlm. 9-30.
  7. ‘Ayāshi, Kitab al-Tafsir, jld. 1, hlm. 332.
  8. ‘Ayāsyi, Kitab al-Tafsir, jld. 1, hlm. 329.
  9. Sya'iri, Jami' al-Akhbar, hlm. 10.
  10. Thabrisi, Ihtijaj, hlm. 56.
  11. Ibnu Jauzi, Tadzkirah al-Khawash, hlm. 37
  12. Sayid Jalal Imam, Maqalah Barrasi Te'dad Jam'iyat Hadir dar Ghadir.
  13. Muthahhari, hlm. 113-114.
  14. Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, jld. 7, hlm. 349
  15. Ibnu Uqdah al-Kufi, Kitab al-Wilayah, hlm.150
  16. Ibnu Uqdah al-Kufi, Kitab al-Wilayah, hlm. 152.
  17. Hamuini Juwani, jld. 1, hlm. 315.
  18. Juwaini, Faraid al-Simthain, jld. 1, hlm. 315.
  19. Ibnu Uqdah, Kitab al-Wilayah, hlm. 150
  20. Amini, al-Ghadir, jld. 1, hlm. 57
  21. Jazri Syafi'i, Asna al-Mathalib, hlm. 48.
  22. Jazri Syafi'i, Asna al-Mathalib, hlm. 48
  23. Ibnu Atsir, jld. 3, hlm. 307.
  24. Abu Na'im jld. 5, hlm. 364.
  25. Baihaqi, jld. 1, hlm. 337.
  26. Ahmad, jld. 1, hlm. 84, 118 dan 331.
  27. Nasai, jld. 5, hlm. 45.
  28. Ibnu Maghazali, hlm. 16.
  29. Ahmad bin Abdullah, hlm. 67 dan 87.
  30. Ahmad bin Abdu Rabih, jld. 2, hlm. 275.
  31. Amini, jld. 1, hlm. 14 dst.
  32. Turmudzi, jld. 5, bab 20.
  33. Ibnu Katsir, jld. 5, hlm. 233; Thusi, Talkhish al-Shāfi, jld. 12, hlm. 168.
  34. Thusi, at-Tibyān, jld. 3, hlm. 436 dan 578; Thabrisi, Majma' al-Bayan, jld. 3 hlm. 274 dan 380; Thabathabai, jld. 5, hlm. 193-194.
  35. Wahidi Neisyaburi, hlm. 126; Hakim Haskani, jld. 1, hlm. 200 dan 249.
  36. Thabrisi, jld. 10, hlm. 530; Qurthubi, jld. 19, hlm. 278; Tsa'labi, jld. 10, hlm. 35.
  37. Shaduq, al-Khishāl, hlm. 505.
  38. Thabrisi, al-Ihtijāj, jld. 1, hlm. 80.
  39. Shaduq, Amāli, jld. 2, hlm. 171.
  40. Rei Syahri, jld. 2, hlm. 232.
  41. Thusi, Tahdzib al-Ahkām, jld. 6, hlm. 24.
  42. Lihat: Al-Ghadir, jld. 2-11.
  43. Abu Raihan Biruni, hlm. 95.
  44. Ibnu Khallakan, Wafayat al-A'yan, jld. 1, hlm. 60.
  45. Khatib Baghdadi, Tarikh Baghdad, jld. 8, hlm. 290.
  46. Tsa'alabi, hlm. 511.
  47. Shaduq, Amali, hlm. 125.
  48. Hur Amili, Wasail al-Syiah, jld. 5, hlm. 224.

Daftar Pustaka

  • Alquran
  • ‘Ayasyi, Muhammad bin Mas'ud. Kitāb Tafsir. Dikoreksi oleh Hasyim Rasuli Mahalati. Teheran: Maktabah al-lmiah al-Islamiah, 1380 H.
  • Abu Na'im. Hilyah al-Auliya. Beirut: Dar al-Kitab ak-Arabi.
  • Abu Raihan Biruni. Atsar al-Baqiyah. Teheran: Intisyarat Ibnu Sina.
  • Thabari, Ahmad bin Abdullah. Dzakhair al-Uqba. Kairo: Maktabah al-Qudsi.
  • Ahmad Hanbal Syaibani. Musnad Ahmad bin Hanbal. Beirut: Dar Ihya al-Tsurats al-Arabi.
  • Amini, Abdul Husain. Al-Ghadir fi al-Kitab wa al-Sunnah. Qom: Markaz al-Ghadir li al-Dirasah al-Islamiyah, tanpa tahun.
  • Baihaqi. Manāqib al-Syafi'i. Riset: Sayid Ahmad Saqar. Kairo: Maktabah Dar al-Tsurats.
  • Hakim Haskani, Ubaidullah bin Abdillah. Syawāhid al-Tanzil li Qawaid al-Tafdhil. Riset: Muhammad Baqir Mahmudi. Teheran: Wezarat al-Tsaqafah wa al-Irsyad al-Islami, 1411 H.
  • Halabi, Ali bin Muhammad. Al-Sirah al-Halabiyah. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, cet. II, 1427 H.
  • Juwaini, Ibrahim bin Muhammad. Farāid al-Simthain. Riset: Muhammad Baqir Mahmudi. Beirut: Muasasah Mahmudi, 1397 H.
  • Hur Amili. Wasāil Syi'ah. Qom: Muasasah Ali al-Bayt.
  • Ibnu Abdu Rabbih. Aqd al-Farid. Beirut: Dar wa Maktabah al-Hilal.
  • Ibnu Atsir. Usd al-Ghābah. Riset: Muhammad Ibrahim Bana. Kairo: Dar al-Sya'b.
  • Ibnu Katsir, Ismail bin Umar. Al-Bidāyah wa al-Nihāyah. Riset: Ali Syiri. Beirut: Dar al-Fikr, 1398 H.
  • Ibnu Khallakan, Ahmad bin Muhammad. Wafayat al-A'yān. Riset: Ihsan Abas. Qom: al-Syarif al-Radhi, 1364.
  • Ibnu Maghazali. Manāqib Ali bin Abi Thalib. Tehran: Maktabah Islamiyah.
  • Ibnu Uqdah al-Kufi, Ahmad bin Muhammad. Kitab al-Wilāyah. Riset: Abdul Razaq Harzudddin. Qom: Intisyarat Dalil Ma, 1424 H.
  • Imam, Sayid Jalal. Barresi Ti'dad Jam'iyat Hadhir dar Ghadir di majalah Tarikh da Ayneh Pazuhisy. Qom: Muassasah Imam Khomaini, Zemestan 1386, vol. 4.
  • Jazri Syafi'I, Muhammad bin Muhammad. Asna al-Mathalib fi Manaqib Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Riset: Muhammad Hadi Amini. Isfahan: Maktabah al-Imam Amiral Mukminin, tanpa tahun.
  • Khatib Baghdadi, Ahmad bin Ali. Tārikh Baghdad. Riset: Musthafa Abdul Qadir. Beirut: Dar al-Kitab Ilmiyah, 1417 H.
  • Majlisi. Bihar al-Anwār. Beirut: Muassasah al-Wafa.
  • Mufid, Muhammad bin Yaqub. Al-Irsyad fi Ma'rifat Hujajillah ala al-Ibad. Qom: Muasasah Alu al-Bait li Ihya al-Turats, 1413 H.
  • Muhib Thabari. Al-Riyadh al-Nadhrah. Beirut: Dar al-Nadwah.
  • Muthahhari, Murtadha. Imamat wa Rahbari. teheran: Intisyarat Sadra, Cet. 2, 1364 H.
  • Muttaqi Hindi. Kanz al-Ummal. Beirut: Muasasah al-Risalah.
  • Nasai, Ahmad bin Ali. Sunan al-Kubra. Riset: Abdul Ghafar Sulaiman. Beirut: Dar al-Kitab Ilmiyah,1411 H.
  • Qumi. Muntaha al-Amāl. Isfahan: Intisyarat Naqsy Negin.
  • Qurthubi, Muhammad bin Ahmad. Al-Jami' li Ahkām al-Qurān. Teheran: Nasyir Khosro, 1364 HS.
  • Rei Syahri. Mausu'ah al-Imam Ali bin Abi Thalib. Qom; Dar al-Hadis.
  • Syaikh Shaduq. Amāli. Riset: Muasasah Bi'tsah. Qom: Muassasah Bi'tsat.
  • Sya'iri, Muhammad bin Muhammad. Jāmi al-Akhbār. Najaf: al-Mathba'ah al-Haidariyah, tanpa tahun.
  • Thabrisi, Ahmad bin Ali. Al-Ihtijaj. Masyhad: Nasyr Murtadha, 1403 H.
  • Thabrisi. Majma' al-Bayān. Beirut: Muasasah A'lami lil Mathbu'ah.
  • Thabathabai, Sayid Muhammad Husain. Al-Mizān fi Tafsir al-Quran. Beirut: Muassasah al-A'lami li al-Mathbu'at, 1394 H.
  • Thusi, Al-Tibyān, Riset: Ahmad Habib Qushair, Maktab I'lam al-Islami.
  • Thusi, Muhammad bin Hasan. Tahdzib al-Ahkām. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyah,1407 H.
  • Thusi. Talkhish al-Syāfi. Riset: Sayid Husain Bahrul Ulum. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyah.
  • Tsa'alabi. Tsamar al-Qulub. Riset: Ibrahim Saleh. Damaskus: Dar al-Basyair.
  • Tsa'labi, Ahmad bin Muhammad. Al-Kasyf wa al-Bayān ‘an Tafsir al-Qurān. Beirut: Dar Ihya al- Tsurats al-Arabi, 1422 H.
  • Turmudzi. Sunan Turmudzi. Beirut: Dar al-Ma'rifah.
  • Wahidi Naisyaburi, Ali bin Ahmad. Asbab Nuzul al-Ayat. Dar wa Maktabah al-Hilal, 1991.