Uwais al-Qarani

Prioritas: b, Kualitas: b
tanpa referensi
Dari wikishia
Uwais al-Qarani
Nama LengkapAbu Amru Uwais bin Amir bin Jaza al-Qarni al-Muradi al-Yamani.
Sahabat dariRasulullah saw• Imam Ali as
Garis keturunanKaum Qarn termasuk Bani Murad
Tempat TinggalYaman• Kufah, Irak.
Wafat/Syahadah37 H di daerah Shiffin.
Penyebab
Wafat / Syahadah
Syahid di barisan Imam Ali as dalam Perang Shiffin.
Tempat dimakamkanRaqqah, Suriah.
AktivitasIkutserta dalam barisan pasukan Imam Ali dalam Perang Shiffin• Membaiat Imam Ali as.


Abu Amru Uwais bin 'Amir al-Qarani al-Muradi (Bahasa Arab:أبو عمرو أويس بن عامر القرني المرادي) (pertengahan pertama abad pertama Hijriah), adalah seorang tabiin terkemuka dan sahabat Imam Ali as yang gugur sebagai syahid di barisan pasukan Sang Imam dalam perang Shiffin. Ia terkenal dengan kezuhudan dan ketakwaannya. Pada zaman Nabi Muhammad saw, ia pergi ke Madinah, demi menziarahi dan melihat Rasulullah saw dari dekat, namun tidak berhasil menjumpai Nabi Muhammad saw. Kelompok Salafi pada bulan Ramadhan 1434 H/2012 melancarkan serangan secara bertubi-tubi dengan menggunakan roket ke pusara Uwais al-Qarni. Serangan itu mengakibatkan kerusakan pada aula dan dinding pusara tabiin besar ini.

Nasab

Abu Amru Uwais bin Amir bin Jaza al-Qarni al-Muradi al-Yamani [1] berasal dari kaum Qarn, termasuk kabilah Yaman Bani Murad. [2] Nama ayahnya adalah Amir dan dalam sebagian referensi yang lain adalah Unais, Klalish atau Amru. [3]

Pertemuan dengan Nabi

Pada zaman kehidupan Nabi Muhammad saw, Uwais hidup di Yaman dan dalam hidupnya tidak berhasil untuk menemui dan menziarahi Nabi Muhammad saw. Ia menjalani kehidupannya dengan menjadi seorang penggembala domba dan tinggal bersama dengan ibundanya yang sudah tua, buta dan lumpuh. Ketika ia mendengar seruan Nabi, ia meminta ijin dari ibundanya untuk melihat Rasulullah saw. Ibundanya memberikan ijin kepadanya tapi dengan syarat tidak lebih dari setengah hari tinggal di Madinah. Kemudian, Uwais pun pergi ke Madinah, namun ketika ia sampai di rumah Nabi saw, beliau sedang tidak berada di rumah. Dengan terpaksa, ia pun meninggalkan Madinah dan kembali ke Yaman karena ingat pesan ibundanya untuk segera pulang. Ketika Nabi pulang ke rumahnya, beliau bersabda: Cahaya siapakah yang bersinar di rumah ini? Para penghuni rumah berkata: Seorang penunggang unta, yaitu Uwais datang ke sini dan segera pulang. Nabi bersabda: Ia telah menghadiahkan dan menaruh cahaya di rumah ini kemudian pulang. [4] Berdasarkan riwayat yang tidak begitu dapat dipercaya, Uwais bersama dengan rombongan pedagang dari Yaman atau Kufah bergerak ke Madinah. Dikatakan bahwa karena tanda-tanda yang dikatakan Nabi Muhammad saw tentang Uwais, Umar bin Khattab dapat mengenali Uwais bin al-Qarni. [5]

Syahadah

Setelah kembali dari perjalanannya dari Madinah, ia datang ke Kufah dan hidup di sana. [6] Ia syahid pada tahun 37 H/657 M pada usia yang ke-67 dalam Perang Shiffin. [7] Terkait dengan tempat meninggalnya Uwais, terdapat beberapa nukilan: [8] Sebagaimana dinukilkan, terdapat beberapa tempat diketahui sebagai pusara Uwais: di kawasan Raqqah, Suriah juga tempat-tempat lain seperti Damaskus, Iskandariyah dan Diyar Bakar. [9] Berdasarkan riwayat-riwayat yang ada, ia hadir pada perang Shiffin di barisan Imam Ali as dan jasadnya ditemukan diantara para syahid yang gugur dalam perang itu. [10] Pada masa sekarang ini, pusara Uwais berada di kota Raqqah, Suriah. Pusaranya ada di sebelah kiri pusara Ammar bin Yasir. Pusara ini memiliki kubah dan bangunan dan aula kecil. Di atas pusaranya tertulis nama nama Uwais Qarni dengan tulisan Khat Kufi. Tulisan ini memenuhi setengah dari batu marmer pusaranya. [11]

Biografi

Terdapat perbedaan pendapat mengenai kisah hidup Uwais al-Qarni, bahkan pada abad pertama Hijriah menjadikan sebagian ahli sejarah ragu-ragu ketika berbicara mengenai kepribadiannya. [12]; Meskipun demikian, dikatakan bahwa ia meriwayatkan hadis Imam Ali as dan Umar bin Khattab. Sebagian besar para rijal dan muhadits yang sebagian besarnya orang Kufah juga mendengar hadis dari Uwais.[13]

Ibadah

Pada sisi Irfani, Uwais berkata: Pada suatu malam berkata: Malam ini adalah malam ruku, dan saya akan menghabiskan malam ini dengan satu ruku. Pada suatu malam yang lain ia berkata: Malam ini adalah malam sujud, dan saya akan menghabiskan malam ini dengan satu sujud. Kepadanya dikatakan: Uwais! Mengapa Anda sangat bersusah payah dalam beribadah? Uwais menjawab: Seandainya semenjak zaman azali hingga abadi hanya satu malam saja, maka aku akan menghabiskan malamku dengan satu sujud. [14]

Zuhud

Semua riwayat yang berkenaan dengan Uwais al-Qarni terdapat satu hal yang sama yaitu bahwa semenjak pertama ia adalah seorang teladan dalam hal zuhud dan takwa diantara kaum Muslimin. Uwais juga memiliki kedudukan penting diantara para sufi. Nama Uwais tercatat sebagai salah satu dari delapan tabiin yang zahid. [15] Riwayat paling klasik mengenai Uwais adalah gambaran mengenai pribadinya sebagai seorang sufi yang sempurna. Semua orang menyifati Uwais sebagai orang yang miskin, pengembara, dan juga dikenal dengan pakaian seadanya dan hal inilah yang menjadi salah satu faktor baginya untuk mengasingkan diri dari masyarakat. [16] Pada riwayat yang lain, ia dikatakan mengenakan pakaian yang berasal dari wol. [17] Pada riwayat-riwayat ini, biasanya dibawakan kata-kata bijak yang berasal dari Uwais tentang tidak pentingnya dunia dan dekatnya kematian. [18] Pada literature Sufi terdapat penjelasan-penjelasan mendetail tentang kehidupan Uwais. [19]

Kedudukan Uwais al-Qarni

Di sisi Nabi Muhammad saw

Kaum Sufi mengisyaratkan tentang Uwais secara banyak dan diantaranya adalah hadis masyhur yang diyakini berasal dari Nabi Muhammad saw: “Bau surga akan datang ke sisiku dari Yaman.” [20] Berdasarkan sebuah riwayat, meskipun jarak antara Uwais dan Rasulullah saw sangat jauh, namun Nabi mengetahui keadaan Uwais. [21] Imam Ali as dalam riwayat yang beliau nukil dari Nabi saw tentang Uwais, bersabda: Ia berasal dari sisi Tuhan dan Rasulnya, meninggal dengan cara syahadah di jalan Allah, sangat banyak kelompok-kelompok yang akan memperoleh syafaat dan akan selamat dari api jahanam dikarenakan keberadaannya. [22] Berdasarkan nukilan dari Athar Naisyaburi dalam kitab Tadzkirah al-Auliya ketika Nabi saw mengatakan tentang Uwais, beliau berpesan kepada para sahabat ketika mereka melihat Uwais, supaya menyampaikan salam Nabi kepadanya, memberikan baju beliau kepadanya dan supaya mendoakan umat Nabi saw. Setelah Nabi Muhammad saw wafat, Khalifah Umar melihat Uwais di Arafah dan ia pun melaksanakan pesan Nabi saw. [23] Tentu saja dari sisi bahwa sesuatu yang dinukil tanpa sanad, maka tidak dapat diyakini kebenarannya. Terkhusus dengan memperhatikan bahwa kaum Shufi menganggap bahwa Uwais berasal dari kalangan Syaikh Shufi dan dalam buku itu juga terdapat riwayat yang aneh tentang sifat Uwais dimana kebatilannya sudah menjadi jelas. Oleh itu, kemungkinan bahwa riwayat ini bertujuan untuk membuat fadhilah yang palsu tentang Uwais adalah benar adanya. [Masih memerlukan referensi]

Menurut Kaum Syiah

Menurut kaum Syiah, Uwais al-Qarni adalah seorang sahabat Imam Ali as yang memiliki kedudukan khusus. [24] Syaikh Mufid menggolongkan ia sebagai orang-orang yang memberikan baiat kepada Imam Ali as. [25]

Menurut Kaum Sufi

Menurut mereka, Uwais dianggap sebagai seorang yang bijaksana dan gila. [26] [27] Pengasingan diri yang dilakukan, mukasyafah-nya (penyingkapan hal-hal gaib) tanpa melalui seir suluk dimana semua ini ia jalani hingga pada usia tuanya, sangat menjadi perhatian kaum Sufi hingga melahirkan sebuah aliran tasawuf dengan nama Uwaisiyah. Sayyid Haidar Amuli, seorang ulama Irfan, menggolongkan nama Uwais diantara para sahabat setia Nabi saw seperti Salman, Abu Dzar, Ammar dan para ashab al-Shuffah. Ia meyakini bahwa Uwais adalah di antara sebagian sufi yang ada dilevel selanjutnya. Dan kelompok dari sahabat ini dipandang sebagai murid dari para Imam. [28] [29] Uwais menjalani kehidupan dengan sangat pahit dan sangat sengsara. Diriwayatkan bahwa ketika ia pergi dari suatu kota ke kota lain, masyarakat memperlakukan ia seperti orang gila dan kadang-kadang masyarakat melemparinya dengan batu, namun Uwais hanya protes dengan mengatakan: “Kakiku sangat tipis, tipiskan batumu sehingga dapat melukai kakiku. Semoga aku tidak tertinggal dalam salatku karena aku sedih jika aku ketinggalan salat dan tidak akan bersedih karena kakiku. [30]

Serangan roket ke makam Uwais al-Qarni dan Ammar bin Yasir oleh kelompok Takfiri pada 21 Ramadhan 1434 H

Pengrusakan Haram Uwais

Pada tanggal 21 Ramadhan tahun 1434 H/6 Murdad 1392 S, bertepatan dengan malam Lailatul Qadar, sekelompok orang takfiri di Suriah yang memegang kendali kota Raqqah, melancarkan serangan secara bertubi-tubi ke kuburan Uwais dan Ammar bin Yasir dengan menggunakan roket sehingga mengakibatkan kerusakan yang berat pada aula dan tembok pusaranya. [31]

Catatan Kaki

  1. Syaikh Mufid, Al-Jamal, hal. 457.
  2. Silahkan lihat: Kalabi, jil. 1, hal. 334; Ibnu Sa’ad, jil. 6, hal. 161; Khalifah, hal. 146.
  3. Ibnu Duraid, hal. 414; Khalili, jil. 2, hal. 542-543; Rafi’I, jil. 1, hal. 91.
  4. Majlisi, jil. 42, hal. 155; Qumi, hal. 239.
  5. Silahkan lihat: Ibnu Sa’ad, jil. 6, hal. 162-163; Dzahabi, jil. 4, hal. 20.
  6. Ahmad bin Hanbal, hal. 478.
  7. Thabari, hal. 628, juga Nashr bin Muzahim, hal. 324.
  8. Ibid, hal. 479-480; Ibnu Haban, jil. 4, hal. 52; Naisyaburi, hal. 99.
  9. Yaqut, jil. 2, hal. 596’ Ibnu Bathuthah, jil. 1, hal. 114.
  10. Thabari, hal. 628; Silahkan lihat: Nashr bin Muzahim, hal. 324.
  11. Qaidan, hal. 29: 2.
  12. Silahkan lihat: Ibnu Habban, jil. 4, hal. 53; Ibnu Jauzi, jil. 2, hal. 43-44
  13. Ibnu Abi Hatam, jil. 1 (bagian 1), hal. 326; Ibnu Hajar, jil. 1, hal. 115.
  14. Qumi, hal. 239.
  15. Silahkan lihat: Abu Na’im, jil. 2, hal. 87; Kasyi, hal. 97-98.
  16. Ibnu Mubarak, hal. 293; Ibnu Sa’ad, jil. 6, hal. 161-165; Ahmad bin Hanbal, hal. 475-477, 480-481.
  17. Ibid, hal. 479, Silahkan lihat: Syaikh Mufid, Al-Irsyad, hal. 306; Kasyi, hal. 98.
  18. Ibnu Sa’ad, jil. 6, hal. 164-165; Ahmad bin Hanbal, hal. 479-480.
  19. Silahkan lihat: Abu Na’im, jil. 2, hal. 79-87; Athar, hal. 19.
  20. Silahkan lihat: Kazmani, hal. 25-26.
  21. Al-Irsyad, jil. 1, hal. 316.
  22. Athar Naisyaburi, hal. 20-21, Danesy Nameh Jahan Islam, jil. 15, Makalah.
  23. Harqah.
  24. Al-Ihtishash, hal. 6-7, 61, 81-82; Kasyi, hal. 9.
  25. Al-Jamil, hal. 109.
  26. Aqlaul Majanin.
  27. Silahkan lihat: Naisyaburi, jil. 1, hal. 47; Juga Ain al-Qadhat, hal. 349.
  28. Talamudzah lil Aimah al-Ma’shumin.
  29. Hal. 503, 614-615.
  30. Athar, Tadzkirah Auliya, hal. 28.
  31. Khabar Negar Abna:3.

Daftar Pustaka

  • Amuli, Haidar, Jāmi’ al-asrār, Henry Corban dan Utsman Yahya, Tehran, 1347 S/1969.
  • Ibnu Abu Hatam, Abdur Rahman, Al-Jarh wa al-Ta’dil, Haidar Abad RUkni, 1372/1953.
  • Ibnu Jauzi, Abdur Rahman, al-Maudhu’āt, Abdurahman Muhammad Utsman, Qahirah, 1386 H/1966 M.
  • Ibnu Habban, Muhammad, Al-Tsaqāt, Haidar Abad Dakan, 1398 H/1978 M.
  • Ibnu Hajar asqalani, Ahmad, Al-ashābah, Qahirah, 1328 H/1910 M.
  • Ibnu Duraid, Muhammad, Al-Istiqāq, Abdul Salam Harun, Qahirah, 1378 S/1958 M.
  • Ibnu Sa’ad, Muhammad, Al-Thabaqāt al-Kubrā, Beirut, Dar Shadir.
  • Ibnu Salam Abadhi, Bada al-Islām, Wariz Salim bin Ya’qub, Beirut, 1406 H/1986.
  • Ibnu Mubarak, Abdullah, Al-Zuh wa al-Raqāiq, Habib al-Rahman A’dhami, Majlis Ihya al-Ma’arif, 1385 H/1966 M.
  • Abu Na’im Isfahani, Ahmad, Hilyah al-Auliyā, Qahirah, 1351 H/1933 M.
  • Ahmad bin Hanbal, Al-Zuhd, Muhammad Sa’id bin Bisuni Zaghlul, Beirut, 1409 H/1998 M.
  • Ahmad Jam, Anas, Al-Tāibin, Ali Fadhil Tehran, 1368 S.
  • Al-Ikhtishāsh, Syaikh Mufid, Ali Akbar Ghafari, Qum, 1402 H.
  • Khalifah bin Hayath, al-Thabaqāt, Akram Dhiya Umri, Riyadh, 1402 H/1982 M.
  • Khalili, Khalil, al-Irsyād, Muhammad Sa’id Umar Idris, Riyadh, 1409 H/1989 M.
  • Dāirah al-Ma’ārif Buzurg Islāmi, Madkhal Uwais Qarni: 4.
  • Dzahabi, Muhammad, Sirah I’lām al-Nablā, Syu’aib Arnauth dkk, Beirut, Muasasah al-Risalah.
  • Rafi’i Qazwini, Abdul Karim, Al-Tadwin fi Akhbār Qazwin, Azizullah Athari, Tehran, 1376 H.
  • Syams Tabrizi, Maqalat, Muhammad Ali Muwahid, Tehran, 1369 S.
  • Syaikh Mufid, Muhammad, Al-Irsyād, Qum, Muasasah Ali Al-Bayt as.
  • Syaikh Mufid, Al-Jamal, Ali Mir Syarifi, Qum, 1413 H.
  • Thabari, Muhammad, Muntakhab min Kitāb Dzil al-Mudzail, jil. 11, Tarikh.
  • Athar Naisyaburi, Fariddin, Tadzkirah al-Auliyā, Muhammad Isti’lami, Tehran, 1366 S.
  • Alauddin Samnani, Ahmad, Al-Urwah li Ahli al-Khalwah wa al-Juluh, Najib Mail Harawi, Tehran, 1362.
  • Ain al-Qadhat Hamedani, Tamhidāt, Afif asiran, Tehran, 1341 S.
  • Furuzanfar, Badi’ al-Zaman, Ahādits Matsnawi, Tehran, 1361 H.
  • Qaidan, asghar, Tārikh wa Amākin Ziyārati Suriah, 1373 S.
  • Qumi, Muntaha al-Amal, Intisyarat Jawidan Ilmi.
  • Kermani, Abdul Razaq, Tadzkirah dar Manāqib Hadhrat Syah Ni’matullah Wali, Kumpulan terjemah tentang Biografi Ayah Ni’matullah Wali Kermani, Zan Auban, Tehran, 1361 S.
  • Kasyi, Muhammad, Ma’rifah al-Rijāl, Iktiyar Syaikh Thusi, Hasan Musthafawi, Masyhad, 1348.
  • Kalabi, Hisyam, Nasab Ma’d wa al-Yaman al-Kabir, Naji Hasan, Beirut, 1408 H/1988 M.
  • Majlisi, Muhammad Baqir, Bihār al-Anwār, cet. Iran.
  • Nashr bin Muzahim, Waq’ah Shiffin, Muhammad Abdul Salam Harun, Qahirah, 1382 H/1962 M.
  • Naisyaburi, Hasan, Alauddin al-Majanin, Amru as’ad, Beirut, 1407 H/1987 M.
  • Yaqut, Buldan.