Ayat Ith'am

Prioritas: a, Kualitas: b
Dari wikishia
Informasi Ayat
NamaAyat Mubahalah
SurahSurah Al-Insan
Ayat8
Juz29
Informasi Konten
Tempat
Turun
Madinah
TentangAkidah -Akhlak
DeskripsiImam Ali as dan Keluarganya

Akhlak


Ayat-ayat Akhlak
Ayat-Ayat IfkAyat UkhuwahAyat Istirja'Ayat Ith'amAyat Naba'Ayat Najwa


Hadis-hadis Akhlak
Hadis ''Qurb Nawafil''Hadis Makarim AkhlakHadis MikrajHadis ''junud aql'' dan ''jahl''


Keutamaan-keutamaan Akhlak
Rendah HatiKepuasanDermawanMenahan AmarahIkhlasLembutZuhud


Keburukan-keburukan Moral
CongkakTamakHasudDustaGibahGunjingkikirMendurhakai orang tuaHadis ''Nafs''Besar DiriMengupingMemutus hubungan silaturahmiPenyebaran Kekejian


Istilah-istilah Akhlak
Jihad NafsNafsu LawamahNafsu AmarahJiwa yang tenangPerhitunganMuraqabahMusyaratahDosaPelajaran AkhlakRiadat


Ulama Akhlak
Mulla Mahdi NaraqiMulla Ahmad NaraqiSayid Ali QadhiSayid Ridha BahauddiniDastgheibMuhammad Taqi Bahjat


Sumber Referensi Akhlak

Al-Qur'anNahjul BalaghahMishbah al-Syari'ahMakarim al-AkhlaqAl-Mahajjah al-Baidha' Majmu'atu WaramJami' al-Sa'adatMi'raj al-Sa'adahAl-Muraqabat

Ayat Ith'am (bahasa Arab: آیة الاطعام) adalah ayat ke-8 Surah Al-Insan yang diturunkan bagi Imam Ali as dan keluarganya. Berdasarkan sebagian hadis-hadis dan juga berdasarkan pendapat para mufassir Syiah dan sebagian Ahlusunah, Imam Ali as, Sayidah Fatimah Sa, Hasanain dan pembantu mereka, Fiddha tiga hari melakukan puasa dan hingga pada hari ketiga ketika mereka akan ifthar meskipun mereka sendiri lapar, mereka memberikan makanan kepada orang miskin, yatim dan orang yang ditawan.

Teks Ayat

Ayat ke-8 (dan ayat-ayat sebelum dan setelahnya) masyhur dengan ayat ith'am. [1] Teks ayat dan ayat-ayat sebelumnya adalah sebagai berikut:

إِنَّ الْأَبْرَارَ يَشْرَبُونَ مِن كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورًا ﴿٥﴾ عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللَّـهِ يُفَجِّرُونَهَا تَفْجِيرًا ﴿٦﴾ يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا ﴿٧﴾ وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا ﴿٨﴾ إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّـهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا ﴿٩﴾

"Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang telah dicampur dengan air kafur (yang semerbak mewangi), yang berasal dari mata air (di dalam surga) yang darinya hamba-hamba Allah minum, (dan) mereka dapat mengalirkannya dari manapun mereka kehendaki. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. (Mereka hanya berkata), "Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dan tidak pula (ucapan) terima kasih darimu." (QS Al-Insan [76]:5-8)

Sebab Pewahyuan

Ayat Ith'am menurut penjelasan sebagian mufasir Ahlusunnah turun berkaitan dengan kedudukan Ahlulbait as. Allamah Amini dalam kitab al-Ghadir menulis 34 ulama Ahlusunnah yang menukilkan secara mutawatir bahwa ayat ini turun mengenai keutamaan Ahlulbait dan merupakan keutamaan penting dari Imam Ali as, Fatimah sa dan Hasanain as. Berdasarkan pendapat ulama Syiah 17 ayat dari surah ini (dari jumlah keseluruhan surah al-Insan) turun berkenaan dengan kedudukan Ahlulbait As. [2]

Ibnu Taimiyyah yang merupakan tokoh wahabi percaya bahwa surah ini turun di Mekah dan tidak memiliki kaitan dengan Ahlulbait. [3] Perkataan ini berlawanan dengan pendapat para alim ulama Ahlusunnah. Jawaban atas pendapat Ibnu Taimiyyah itu pun sudah diberikan. [4]

Kisah Pewahyuan

Zamakhsyari (salah seorang mufasir ternama Ahlusunnah) menulis, "Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa suatu ketika Hasan As dan Husain As jatuh sakit. Rasulullah Saw datang membesuk mereka ditemani oleh beberapa orang sahabat. Ia berkata kepada Ali, 'Wahai Abul Hasan alangkah baiknnya engkau bernazar supaya kedua putramu lekas sembuh.' Ali, Fatimah dan Fiddhah (pelayan mereka) bernazar bahwa apabila kedua anak itu sembuh maka mereka akan berpuasa selama tiga hari. Hasan dan Husain akhirnya sembuh dan (keluarga itu) tidak memiliki apa-apa. Ali pergi meminjam tiga mangkuk gandum dari Syam'un Yahudi. Fatimah menggiling gandum itu dan membuat lima potong roti sesuai dengan jumlah mereka. 5 potong roti itu ia siapkan untuk digunakan berbuka puasa.

Seorang peminta-minta datang mengetuk pintu rumah dan berkata, "Salam untukmu Wahai Ahlulbait Muhammad! Saya adalah seorang Muslim yang miskin. Berikanlah makanan kepadaku semoga Allah Swt memberikan hidangan-hidangan surga kepada kalian. Mereka mendahulukan sang peminta-minta itu dan menyerahkan 5 potong roti kepada orang itu. Mereka pun berbuka puasa hanya dengan air dan berpuasa keesokan harinya dalam kondisi seperti itu. Tatkala malam tiba, mereka menghadirkan makanan untuk berbuka puasa. Tiba-tiba datang seorang anak yatim. Mereka kembali memberikan makanannya kepada anak yatim itu. Pada hari ketiga (yang dilalui dengan berpuasa) datang seorang tawanan dan berulang kembali dua kisah pada dua malam sebelumnya.

Tatkala subuh tiba Ali as, membawa Hasan dan Husain As ke hadapan Rasulullah Saw. Tatkala melihat mereka yang gemetaran laksana anak ayam karena kelaparan, Rasulullah Saw bersabda, "Melihat kondisi kalian saya akan mencarikan roti yang segar untuk kalian.” Rasulullah Saw berdiri dan bersama pergi ke rumah mereka. Di situ, Rasulullah Saw melihat Fatimah Sa sedang di mihrab beribadah dan melilit perutnya dan matanya membulat laksana cincin. Rasulullah Saw bersedih hati melihat kondisi mereka seperti ini. Kemudin Jibril datang dan berkata, "Allah Swt mengucapkan selamat kepadamu karena memiliki Ahlulbait seperti ini.” Jibril lalu membacakan surah ini. [5]

Sebagian mufasir menilai bahwa kisah ini hanya berlangsung selama sehari, bukan tiga hari dan mereka berkata bahwa ayat ini turun untuk memuji Imam Ali As. Imam Ali As berbuat sesuatu untuk seorang Yahudi sehingga seorang Yahudi itu mengupah Imam Ali dengan memberikan ju (sejenis gandum). Imam pun membawa ju itu ke rumah. Sepertiganya digiling menjadi gandum dan darinya disiapkan hidangan. Ketika makanan itu siap disantap, seorang miskin datang ke rumah Imam maka diberikanlah makanan itu. Kemudian sepertiga ke dua pun digiling lagi menjadi gandum dan dengannya dibuatlah makanan dan ketika makanan itu sudah siap datanglah seorang anak yatim dan pada ketiga kalinya ketika makanan telah siap, seorang tawanan datang dan diberikanlah makanan itu kepadanya. [6]

Catatan Kaki

  1. Silahkan lihat: Ruhani Niya, Furugh Ghadir, 1386 S; Anshari, Ahlul Bait 'Alaihim
  2. Makarim Syirazi, Nashir, Barguzideh Tafsir Nemuneh, Dihimpun oleh: Ahmad Ali Babai, jil. 5, hal. 350.
  3. Ibnu Taimiyah Harani, Minhāj al-Sunah al-Nabawiyah fi Naqdh Kalām al-Syiah al-Qadiriyah, Dihimpun oleh: Muhammad Rasyad Salim, Riyadh, Jamiah al-Imam Muhammad bin Sa'ud al-Islamiyah, cet. 1, 1406, jil. 7, hal. 174-186; Fashl, Qala al-Rafadhi al-Burhan al-Hadi wa al-‘Asyrun Surah Hal Ata.
  4. Pazuhesy Nameh Wahabiyat, vol. 18.
  5. Al-Zamakhsyari, Al-Kasyāf, jld. 4, hlm. 670. Silahkan juga lihat, Qur'ān, Tarjamah, Taudhihāt wa Wāzye Nāme-hā, Bahauddin Khuramsyahi, terkait surah al-Insan, hal. 579.
  6. Baghawi, Ma'ālim al-Tanzil, 1420 H, jil. 5, hal. 191-192.

.

Daftar Pustaka

  • Zamakhsyari, Mahmud, Al-Kasyāf an Haqāiq Ghawāmidh al-Tanzil wa Uyun al-Aqāwil fi Wujuh al-Ta'wil, Qum, Nasyar al-Balaghah, 1415 H.
  • Makarim Syirazi, Nashir, Barguzideh Tafsir Nemuneh, Dihimpun oleh: Ahmad Ali Babai, Qum, Intisyarat Dar al-Kitab al-Islamiyah, cet. 5, 1387 S.