Mesir
Informasi Umum | |
---|---|
Nama Resmi | Republik Arab Mesir |
Agama Resmi | Islam |
Jumlah Penduduk | Sekitar 100 juta jiwa |
Luas | 1.001.449 km² |
Pemerintahan | Konstitusi |
Mata Uang | Pound Mesir |
Ibu Kota | kairo |
Kota-Kota Penting | Akhmim • Al 'Arish • Aswan |
Bahasa Resmi | Arab |
Islam | |
Asal Usul Islam | Berdasarkan catatan yang ada Syiah sudah ada sejak abad ke-1 H |
Jumlah | 90 % Muslim, 10 % Masihi |
Statistik Syiah | |
Persentase Muslim | 700 ribu hingga 2 juta jiwa |
Sejarah Syiah | |
Pemerintahan dan Kerajaan | Fatimiyah yang bermahzab Ismailiyah (297-567) |
Pusat Syiah | |
Tempat Ziarah | Maqam Kepala Imam Husain as • Maqam Sayidah Zainab sa • Makam Sayidah Nafisah • Maqam Kepala Zaid bin Ali |
Karakter Syiah | |
Mazhab | Ismailiyah • Imamiyah |
Mesir (bahasa Arab:مصر) adalah negara Muslim di Afrika Timur Laut dengan Kairo sebagai ibu kotanya, dan minoritas dari penduduknya adalah Muslim Syiah. Wilayah ini ditaklukkan pada tahun 20 H di bawah komando Amru bin Ash. Kehadiran beberapa sahabat Imam Ali as antara lain Abu Dzar al-Ghifari, Abu Ayyub al-Anshari dan Miqdad Ibnu Aswad dalam penaklukan Mesir diyakini sebagai awal hadirnya tradisi Syiah di Mesir.
Syiah Ismailiyah berkuasa di Mesir selama dua abad dari 358 H, dan banyak jejak mereka yang tersisa; termasuk kota Kairo, yang dibangun pada masa Fatimiyah [catatan 1], dan Masjid Jami' Al-Azhar.
Menambahkan "Hayya a'la Khairil 'Amal" pada azan dan mengadakan duka Asyura adalah pengaruh lain dari Fatimiyah di Mesir. Kecenderungan terhadap Ahlulbait as terlihat pada masyarakat Mesir sampai saat ini, sehingga di kalangan sufi Mesir, kecintaan terhadap Ahlulbait sangat menonjol dan kebencian terhadap Ahlulbait as dianggap sebagai penyimpangan dari ajaran Islam.
Makam-makam dan situs-situs suci yang dikaitkan dengan Ahlulbait as dan Imamzadeh di Mesir, seperti makam kepala Imam Husain as, makam Sayidah Zainab dan kuburan Sayidah Nafisah, adalah beberapa situs suci yang mendapat perhatian penduduk Mesir. Menurut beberapa laporan, komunitas muslim Syiah saat ini di Mesir berada di bawah tekanan dan tidak menikmati kebebasan bermazhab dan dicabut hak-haknya.
Pendirian Dar al-Taqrib di Mesir oleh ulama Sunni dan Syiah pada tahun 1947 membuka jalan bagi pengakuan Syiah oleh Sunni, khususnya di Mesir. Namun, dengan Revolusi Islam di Iran dan perbedaan antara Iran dan Mesir mengenai Palestina, tekanan terhadap Syiah meningkat dan institusi budaya seperti Jamiat al-Albait ditutup.
Beberapa tokoh Syiah yang terkenal di Mesir adalah: Shalih al-Wardani, jurnalis Mesir yang menjadi penganut Syiah pada tahun 1981 dan menulis banyak karya memperkenalkan Syiah. Demikian juga Hasan Syahatah, mubaligh Syiah alumni Universitas Al-Azhar dan menjadi muslim Syiah pada usia 50 tahun. Dia dibunuh oleh kelompok ekstrimis Salafi. Pusat-pusat penerbitan seperti Dar al-Najah, yang merupakan penerbit pertama karya-karya Syiah di Mesir, dan Dar al-Bidayah, yang merupakan institusi budaya Syiah di Mesir ditutup karena tuduhan kerjasama dengan Iran.
Profil
Mesir dengan Kairo sebagai ibukotanya, terletak di Afrika Timur Laut dan memiliki perbatasan darat dengan negara-negara Libya, Palestina dan Sudan yang diduduki, dan perbatasan air dengan Yordania dan Arab Saudi.[1] Negara ini mencapai Laut Mediterania dari utara dan Laut Merah dari timur.[2]
Mesir memiliki luas lebih dari satu juta kilometer persegi[3] dan menurut perkiraan terbaru, populasi hampir 100 juta orang tinggal di negara ini, dengan 90% di antaranya adalah Muslim dan 10% adalah Kristen [4] Minoritas Syiah tinggal di Mesir dengan jumlah yang tidak dapat dipastikan.[5]
Menurut Konstitusi Mesir, tidak boleh ada undang-undang negara yang bertentangan dengan Syariah Islam.[6] Universitas al-Azhar, salah satu pusat ilmiah Muslim tertua, terletak di Mesir dan memiliki dampak intelektual dan ilmiah yang besar di kalangan umat Islam. [7] Gereja Ortodoks Koptik Aleksandria bertanggung jawab atas kepemimpinan agama dari 15 juta orang Kristen di seluruh dunia.[8]
Kata Mesir disebutkan lima kali dalam Al-Qur'an [9] yang keempat diantaranya yang dimaksud Mesir adalah wilayah dimana Firaun menjadi raja.[10] Sementara dalam pengertian yang lain, yang dimaksud Mesir adalah sebuah kota.[11]
Al-Qur'an juga mengacu pada faktor geografis lain dari tanah Mesir; Di antaranya cadangan dan harta tanah Mesir, [12] Al-Qur'an juga menyebutkan beberapa kali Sungai Nil, yang terletak di Mesir; termasuk dalam kisah pembuangan bayi Musa ke dalamnya, dan kebanggaan Firaun dalam mengelola cabang-cabang Sungai Nil.[13]
Periode Islam
Mesir ditaklukkan oleh umat Islam pada tahun 20 H di bawah komando ‘Amru bin ‘Ash.[14] Dengan tersebarnya Islam di Mesir dan kedatangan suku-suku Arab yang besar, lambat laun kebudayaan Yunaninya berubah menjadi kebudayaan Islam dan bahasa Arabnya mulai berkembang. [15]
Sejak awal Islam hingga kekhalifahan Bani Umayyah dan abad pertama kekhalifahan Abbasiyah, Mesir adalah salah satu negeri di bawah kendali kekhalifahan Islam, yang penguasanya ditunjuk oleh pusat kekhalifahan, hingga pemerintahan merdeka pertama didirikan di Mesir pada tahun 254 H.[16]
Untuk pertama kalinya, Ibnu Thulun, gubernur yang diutus ke Mesir pada masa kekhalifahan Abbasiyah, memperoleh kemerdekaan dalam pemerintahan Mesir, dan selain Mesir, ia juga menambahkan Shamat ke wilayahnya.[17] Setelah kematian Ibnu Thulun pada tahun 270 H, pemerintahan dilanjutkan oleh keturunannya hingga tahun 292 H Bani Abbasiyah kembali menaklukkan Mesir.[18]
Muhammad bin Thagj, yang dikenal sebagai Akhsyid, adalah penguasa kedua yang memerdekakan Mesir; Dia telah memasuki Mesir sebagai gubernur Abbasiyah pada tahun 323 H.[19] Setelah kematian Akhsyid pada tahun 334 H, Abu al-Misk Kafur awalnya bertindak sebagai wali dari keturunan Akhshid, namun kemudian berkuasa secara mandiri dan bertindak sebagai penguasa Mesir. Ia memegang kekuasaan sampai kematiannya pada tahun 357 H.[20]
Fatimiyah dari mazhab Syiah Ismailiyah, yang sebelumnya mendirikan pemerintahan yang kuat di sebagian wilayah Afrika Utara (yang sekarang dikenal sebagai negara Tunisia) menaklukkan Mesir pada tahun 358 H.[21] Dinasti Fatimiyah dihancurkan sekitar dua ratus tahun kemudian, pada tahun 567 H, oleh Shalahuddin al-Ayyubi.[22]
Bani Ayyubiyah yang menguasai Mesir dan Suriah kemudian dihancurkan oleh pemerintahan Mamluk pada tahun 648 H.[23] Pemerintahan Mamluk akhirnya dikalahkan oleh Sultan Salim dari Kekhalifahaan Utsmaniyah pada tahun 923 H, dan Mesir ditambahkan ke dalam wilayah Kesultanan Utsmaniyah.[24]
Para penguasa Mesir selama era Ottoman hingga akhir abad ke-18 adalah raja muda yang diangkat oleh Sultan Ottoman dan menikmati banyak kemerdekaan di wilayah mereka.[25] Bersamaan dengan kemunduran Kekaisaran Ottoman pada abad ke-19,[26] tentara Perancis di bawah komando Napoleon Bonaparte memasuki Mesir pada tahun 1798,[27] namun akhirnya meninggalkan Mesir pada tahun 1801.[28]
Penjajahan Mesir selama tiga tahun oleh Perancis menimbulkan banyak kekacauan.[29] Meski demikian kelompok dari Albania mampu memerintah Mesir pada tahun 1811 dan mendominasi selama sekitar 140 tahun,[30] sampai pada tahun 1952, Farouk, anggota terakhir dari keluarga ini, tersingkir dari kekuasaannya melalui revolusi yang menyebabkan pembentukan Republik Mesir dengan Gamal Abdel Nasser (1918-1970) sebagai presiden pertama.[31]
Kehadiran Syiah di Mesir
Awal kehadiran budaya Syiah di Mesir diperkirakan sejak masa penaklukan Mesir oleh umat Islam; Karena para pengikut dan pengagum Imam Ali as, antara lain Abu Dzar al-Ghiffari, Abu Ayyub al-Anshari, dan Miqdad Ibnu Aswad hadir dalam penaklukan tersebuut. Sementara Ammar Yasir sendiri pada masa Khilafah Utsman, menetap di Mesir pasca penaklukan Mesir.[32]
Meski demikian, peran pertama kali kelompok Syiah dan kebangkitan mereka dalam melawan kekhalifahan Abbasiyah di Mesir adalah pemberontakan Ali Ibn Muhammad, putra Nafs Zakiya.[33]
Selama kekhalifahannya, Imam Ali as pertama kali mengutus Qays bin Sa'ad bin Ubadah ke Mesir, dan sebagian besar rakyat Mesir, kecuali sekelompok pendukung Utsman, memberi baiat kepada Imam Ali as sebagai khalifah.[34] Beberapa waktu kemudian , Imam Ali as menunjuk
Muhammad bin Abi Bakar untuk menjadi penguasa di Mesir sebagai pengganti Qays bin Sa’ad.[35] Namun pada masanya, pasukan Muawiyah yang dipimpin oleh ‘Amru ‘Ash menyerang Mesir, membunuh Muhammad bin Abi Bakar dan merebut wilayah itu.[36]
Kekhalifahan Bani Umayyah dan Abbasiyah
Meskipun kekuasaan Bani Umayyah atas Mesir, kecenderungan Syiah di negeri ini tidak hilang sama sekali.[37] Adanya kecenderungan Syiah dan Alawi di Mesir, serta jaraknya dari pusat kekhalifahan, menyebabkan beberapa pemberontak Alawi pergi ke Mesir. Beberapa pemberontakan kaum Alawi di Mesir antara lain: pemberontakan Ali bin Muhammad saudara Nafs Zakiyah tahun 145 H yang berhasil ditaklukkan,[38] pemberontakan Ahmad bin Ibrahim bin Abdullah bin Thabathabai pada tahun 254 H di Sha’id,[39] pemberontakan Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Thabathaba pada tahun 255 H di dekat Iskandariyah[40] dan demikian juga pemberontakan Ibrahim bin Muhammad, salah seorang keturunan Imam Ali as, yang dikenal sebagai Ibn Sufi, pada tahun 256 H selama pemerintahan Thuluniyan atas Mesir, di wilayah Sha’id.[41]
Seperti yang dijelaskan oleh al-Muqrizi (766-845 H), seorang ahli sejarah Mesir yang terkenal dalam bukunya, al-Mawa'azh wa al-I'tibar, pada peringatan Asyura tahun 350 H, sejumlah pengikut Syiah berkumpul di makam Kultsum salah seorang keturunan Imam Shadiq as dan menggelar majelis duka, namun aparat Umayyah menyerang mereka dan menyebabkan banyak dari mereka yang terbunuh, dan setelah itu tekanan terhadap kaum Syiah meningkat.
Rezim pada saat itu melakukan seleksi ketat dengan mengajukan pertanyaan, "Siapa pamanmu?" dan jika ada yang jawabannya selain "Mu'awiyah", maka akan dihukum; Karena mereka percaya bahwa Muawiyah adalah Khalul Mu’minin yaitu paman orang-orang yang beriman.[42] Menurut Muqrizi, selama periode ini, pada hari Jumat, ada petugas yang akan berteriak di depan pintu Masjid Atiq kepada orang-orang bahwa Muawiyah adalah paman orang beriman dan memuliakan namanya.[43]
Kekhalifahan Fatimiyah
Fatimiyah adalah pengikut dari Syiah Ismailiyah, yang setelah berkali-kali melakukan penyerangan yang tidak berhasil yang dimulai dari tahun 301 H, [44] akhirnya berhasil menaklukkan Mesir pada tahun 358 H dan menguasainya selama lebih dari dua abad.[45] Membangun sebuah kota yang saat ini dikenal sebagai kota Kairo adalah salah satu dari tindakan pertama Fatimiyah dalam membangun Mesir.[46] Fatimiyah juga menghapus nama Abbasiyah dari mimbar dan koin Mesir dan menambahkan kalimat “Hayya ‘ala Khairil ‘Amal" ke dalam lafaz azan.[47]
Fatimiyah juga mengadakan peringatan berkabung Asyura.[48] Menurut laporan sejarah, al-Hakam Bamarallah, khalifah Fatimiyah, pada tahun 404 H memerintahkan semua toko di Kairo, kecuali toko roti, untuk ditutup pada hari Asyura.[49]
Pendirian Masjid Jami' al-Azhar pada tahun 359 H untuk menyebarkan ajaran mazhab Ismailiyah,[50] serta pendirian Dar al-Hikmah atau Dar al-Alam pada tahun 395 H, yang dianggap sebagai perpustakaan umum dan universitas, adalah di antara tindakan Fatimiyah lainnya selama berkuasa di Mesir.[51]
Kecenderungan terhadap Ahlulbait as
Penghormatan dan pengabdian para sufi Mesir kepada Ahlulbait as dan pengaruh budaya dan sosial mereka dalam masyarakat Mesir telah menyebabkan orang-orang Mesir cenderung kepada Mazhab Ja’fari;[52] sehingga sekte-sekte sufi di Mesir dituduh Syiah. Sufi dan Tasawwuf dikenal di Mesir dan dunia Islam sebagai pintu gerbang memasuki Syiah.[53]
Di kalangan Sufi, kecintaan terhadap Ahlulbait dianggap penting, dan kebencian terhadap Ahlulbait dianggap sebagai penyimpangan dari agama.[54] Imam Husain as, di antara beberapa sekte sufi dianggap sebagai “Syahidul Haq".[55] Berziarah ke makam Ahlulbait as, pentingnya kitab Shahifah Sajjadiyyah, merayakan milad Nabi Muhammad saw dan para Imam as adalah beberapa unsur lain dari kesamaan antara Sufi dan Syiah.[56]
Ziarah
Berziarah ke makam keluarga Ahlulbait as, demikian juga ke makam-makam wali-wali dan para pembesar Sufi di Mesir adalah hal yang sangat umum. [57] Diantara tempat ziarah yang paling terkenal yang dikaitkan dengan Ahlulbait as atau sahabat-sahabat Imam as yang sangat dihormati oleh Syiah dan penduduk Mesir lainnya, adalah: Makam Kepala Imam Husain as,[58] Makam Sayidah Zainab sa,[59] dan Makam Sayidah Nafisah, salah seorang keturunan Imam Hasan as.[60]
Migrasi Kaum Sadat
Migrasi Alawiyun dan para sahabat imam ke Mesir dianggap sebagai salah satu faktor kecenderungan orang Mesir terhadap Ahlulbait as dan penyebaran Syiah di Mesir.[61] Alawiyun terkadang berimigrasi ke Mesir secara sukarela dengan tujuan untuk mendakwahkan Syiah, dan kadang-kadang sebagai tindakan pelarian untuk menghindarkan diri dari hukuman dan penyiksaan sebagian dari khalifah Abbasiyah seperti diantaranya Ma’mun dan Mutawakkil yang dikenal sebagai penguasa yang membenci dan memusuhi Ahlulbait as.[62]
Lebih dari delapan puluh orang Thalibiyan (orang-orang yang berimigrasi karena pelarian dan mencari perlindungan) telah bermigrasi ke Mesir, yang nama-nama mereka telah disebutkan dalam kitab Muntaqilah al-Thalibiyah. [63] Pada tahun 236 H, Mutawakkil Abbasi, selain menghancurkan makam Imam Husain as di Karbala sebagai bentuk perlawanan terhadap Syiah, juga memerintahkan untuk mengusir pembesar Alawi dari Mesir.[64]
Beberapa peneliti menyebutkan terbitnya perintah tersebut menunjukkan besarya pengaruh kaum Alawi di Mesir.[65] Pemberontakan kaum Alawi di Mesir dari 252 H sampai 270 H dianggap sebagai reaksi atas pembatasan yang diterapkan terhadap Syiah.[66]
Kondisi Syiah di Mesir
Tidak ada statistik yang akurat tentang jumlah Syiah di Mesir;[67] tetapi seperti yang ditulis oleh situs web majalah Economist, setelah perkembangan di Mesir pada tahun 2011, orang-orang Syiah telah mampu mempublikasikan kepercayaan mereka pada mazhab Syiah lebih dari sebelumnya, dan dari sumber yang sama, populasi Syiah di Mesir diperkirakan mencapai satu juta orang.[68] Sumber lain memperkirakan jumlah ini antara 800 ribu hingga dua juta orang Syiah.[69] Menurut salah satu laporan yang diterbitkan oleh Kongres Amerika tentang kebebasan beragama, Syiah di beberapa negara termasuk Mesir, berada di bawah tekanan dan dicabut hak-haknya.[70]
Syiah Mesir bermukim di wilayah-wilayah yang berbeda, diantaranya terdapat di kota Manshurah dan Thantha di utara Mesir, serta kawasan di selatan seperti Aswan dan Qina di wilayah Said, dan kota Asna, Arfu, Ermant dan Qaftha.[71]
Darul Taqrib
Aktivitas dan peran komunitas Syi'ah Mesir pada masa kontemporer dianggap sebagai hasil dari terbentuknya gerakan pendekatan antar mazhab-mazhab Islam. [72] Pendekatan antar mazhab-mazhab atau Taqrib Mazahib telah mengakrabkan antara ulama-ulama Syiah dengan pembesar Universitas al-Azhar.
Syekh Muhammad Taqi al-Qummi adalah salah satu ulama yang berpartisipasi dalam pendirian Darul Taqrib bainal Mazahib al-Islami pada tahun 1947 dan mendapat dukungan dari Ayatullah Borujerdi di Qom Iran.[73] Muhammad Jawad Mughniyah, Muhammad Husain Kashif al-Ghita, Sayid Thalib Husaini Al-Rifa'i dan Sayid Murtadha Ridhawi diantara ulama Syiah lainnya yang aktif dalam gerakan pendekatan antar mazhab.
Beberapa ulama Sunni yang memiliki pemikiran yang sama dan bekerja sama dengan gerakan ini termasuk Muhammad Mustafa Al-Maraghi, Syekh Mahmud Syaltut dan Syekh Abdul Majid Salim.[74]
Pada tahun 1959, Syekh Mahmud Syaltut, rektor Universitas Al-Azhar, mengeluarkan fatwa tentang diperbolehkannya mengikuti fikih Jafari, setelah sebelumnya selama bertahun-tahun pengajaran ilmu Syiah di Universitas al-Azhar dilarang oleh Ayyubiyah.[75] Ulama besar Sunni ini mengungkapkan keinginannya untuk mengajarkan mazhab Syiah di Al-Azhar namun kemudian dia tidak berhasil melakukannya.[76]
Meski demikian, melalui kebijakannya, dia membuka jalan bagi pengajaran fikih Syiah dalam mata kuliah fikih perbandingan.[77] Dalam konteks ini, terbitnya kitab Tafsir Majma' al-Bayan yang ditulis oleh Fadhl bin Hasan al-Tabarsi, seorang ulama Syiah, bersamaan dengan masuknya beberapa ulama Al-Azhar termasuk Mahmud Syaltut, dianggap sebagai hasil pendekatan mazhab-mazhab Islam. Selain itu, dari tahun 1368 H hingga 1392 H, Darul Taqrib telah menerbitkan 60 edisi majalah Risalah al-Islam, yang memuat artikel-artikel yang ditulis oleh ulama-ulama Syiah dan Sunni.[78]
Pembatasan terhadap Syiah
Dengan terjadinya revolusi Islam di Iran dan perbedaan pandangan politik mengenai masalah Palestina telah menyebabkan kerenggangan hubungan antara Mesir dan Iran. Dampaknya, kaum Syiah di Mesir pun mendapat tekanan dari rezim dan mulai digencarkan penerbitan buku-buku anti Syiah. Antara lain, kitab al-Khuthuth al-‘Aridhah Lidina al-Syiah (Garis-Garis Besar Agama Syiah), yang ditulis oleh Muhib al-Din al-Khatib. Buku ini berisi propaganda bahwa Syiah merupakan agama yang berbeda dengan Islam.[79] Dengan situasi seperti ini, pemerintah Mesir pada tahun 1988 menangkap sejumlah besar Syiah Mesir yang dituduh menjalin hubungan dengan Iran. [80]
Pada tahun 2011 setelah kejatuhan Presiden Mesir Husni Mubarak,[81] meskipun telah terjadi kelonggaran terhadap gerakan-gerakan Islam di Mesir namun tekanan terhadap Syiah tetap terjadi. Sebagai contoh, pada era Kementerian Syekh Thal'at 'Afifi, diterapkan pelarangan penyebaran ajaran Syiah di Mesir. Begitupun setiap aktivitas Syiah di masjid-masjid turut dilarang.[82] Demikian pula beberapa tokoh Syiah Mesir menjadi sasaran kekerasan oleh kelompok mazhab ekstremis atau diadili atas tuduhan menghina para sahabat Nabi dan melakukan tindakan spionase.[83]
Kebijakan mazhab di Mesir dalam menghadapi Syiah pasca tumbangnya Husni Mubarak dianggap sebagai kelanjutan dari kebijakan sebelumnya, dan berdasarkan tekanan terhadap Syiah.[84]
Dengan meningkatnya pergerakan kelompok Salafi setelah jatuhnya Husni Mubarak, serangan terhadap Syiah semakin intensif; Diantaranya adalah penyerangan terhadap kantor perlindungan kepentingan Iran di Mesir, penyerangan terhadap penyelenggara majelis Asyura dan digelarnya konferensi-konferensi anti-Syiah[85].
Menurut laporan yang tersedia, meski memiliki pendidikan yang memadai, Syiah Mesir tidak menemukan jalan mereka ke pusat-pusat pemerintahan negara, sehingga kebanyakan dari mereka terlibat dalam perdagangan dan pertanian.[86] Syiah juga dilarang untuk membentuk partai resmi, membangun husainiyah, dan memiliki perwakilan di parlemen.[87]
Jami'ah al Al-Bait
Jamiah al Al-Bait didirikan pada tahun 1973[88] dan salah satu anggota utamanya adalah Sayid Thalib al-Rifa'i.[89] Buku-buku seperti al-Muraja'at, yang berisi muatan-muatan yang menegaskan kesahihan mazhab Syiah yang ditulis oleh Sayid Abdul Husain Syaraf al-Din, dan buku Ali al-Uswah, yang berisi dalil-dalil penegasan keimamahan Imam Ali as yang ditulis Muhammad Radhi Ridhawi dan al-Tasyyu Dzahirah Thabi’iyah fi Athar al-Da'wah al-Islamiyah karya Sayid Muhammad Bagir al-Shadr adalah di antaranya karya-karya yang diterbitkan oleh Jamiah al Al-Bayt [90]. Namun kemenangan Revolusi Islam Iran pada tahun 1979 yang memunculkan perbedaan pandangan politik antara pemerintah Mesir dan Iran menyebabkan diperintahkannya penutupan Jami’ah al Al-Bait oleh pemerintah Mesir.[91]
Tokoh-Tokoh Penting Syiah Kontempor di Mesir
Beberapa tokoh Syiah Mesir yang terkenal bergerak dalam bidang budaya, agama dan sosial, antara lain:
Shalih al-Wardani
Seorang jurnalis Mesir yang lahir pada tahun 1952. Ia menjadi muslim Syiah pada tahun 1981.[92] Ia telah menulis lebih dari 20 buku tentang mazhab Syiah dan menjawab Sunni; Diantaranya adalah “‘Aqaid al-Sunnah wa ‘Aqaid al-Syiah”, Al-Syiah fi Mishr min al-Imam Ali hatta al-Imam al-Khumaini, al-Harakah al-Islamiyah wa al-Qadhiyah al-Filistiniyah.[93] Penerbit Dar al-Bidayah adalah diantara penerbit pertama karya-karya Syiah di Mesir dan demikian juga penerbit Dar al-Hadaf, adalah diantara pusat-pusat kebudayaan yang didirikan olehnya.[94] Beberapa karya Shalih al-Wardani telah diterjemahkan ke dalam bahasa Persia, Turki, dan Kurdi.[95]
Hasan Syahatah (lahir 1946)
Seorang dai Syiah terkenal yang merupakan salah seorang alumni Universitas Al-Azhar. Ia yang sebelumnya Sunni menjadi Syiah pada saat berusia 50 tahun dan dianggap sebagai salah satu pemimpin pengikut Ahlulbait as di Mesir.[96] Hasan Syahatah dibunuh pada 23 Juni 2013 disebuah acara peringatan milad Imam Mahdi afs di provinsi Al-Giza, Mesir. [97] Sekelompok Salafi ekstremis telah diidentifikasi sebagai pelaku pembunuhannya.[98]
Pusat-Pusat Penerbitan Karya-Karya Syiah
Terdapat sejumlah pusat penerbitan karya-karya Syiah di Mesir yang menerbitkan karya-karya Syiah [99] di antara penerbit tersebut adalah:
Dar al-Najah
Didirikan pada tahun 1952 oleh Sayid Murtadha Ridhawi dan beberapa buku penting Syiah seperti Tafsir al-Qur'an al-Karim, ditulis oleh Sayid Syubbar, Wasail al-Syiah, Mashadir al-Hadits 'inda al-Imamiyah, Ashl al-Syiah wa Ushulihah, Syiah wa Funun al-Islamwa Syiah fi al-Tarikh karya Muhammad al-Zain telah dicetak melalui penerbit ini.[100]
Dar al-Bidayah
Didirikan pada tahun 1986 oleh Shalih al-Wardani dan telah menerbitkan buku-buku seperti al-Ba'ats al-Islami wa al-Mujtama' al-Islami, karya Sayid Muhammad al-Madrisi dan kitab Kaidf Naqhar al-Khauf, ditulis oleh Syekh Hasan Shaffar dan kitab-kitab lainnya. Selang beberapa waktu, kegiatan penerbitan ini mendapat tentangan dari aliran Salafi. Kegiatan Dar al-Bidayah bertepatan dengan era tindakan tegas terhadap Syiah di Mesir akhirnya kemudian ditutup dan dilarang lagi beroperasi karena tuduhan kerjasama dengan Iran.[101]
catatan
- ↑ Fatimiyah adalah keluarga Syiah Ismailiyah yang memerintah tanah barat dunia Islam dari 297 H hingga 567 H dan juga dikenal sebagai Ubaidiyah.
Catatan Kaki
- ↑ Ruhani, Asynai Ba Kesywarha-e Eslami, hlm. 149.
- ↑ Ruhani, Asynai Ba Kesywarha-e Eslami, hlm. 149.
- ↑ Ruhani, Asynai Ba Kesywarha-e Eslami, hlm. 152.
- ↑ World Fact Book, Site cia.gov.
- ↑ Shi'a of Egypt, Site minorityrights.org
- ↑ Ruhani, Asynai Ba Kesywarha-e Eslami, hlm. 150.
- ↑ Ruhani, Asynai Ba Kesywarha-e Eslami, hlm. 152.
- ↑ Ruhani, Asynai Ba Kesywarha-e Eslami, hlm. 152.
- ↑ QS. Al-Baqarah:61; QS. Yusuf: 21; QS. Yusuf:99; QS. Yunus:87; QS. Zukhruf:51; Lihat Qurasyi Bannabi, Qamus-e Qurān, jld. 6, hlm. 260.
- ↑ Qurasyi Bannabi, Qamus-e Qurān, jld. 6, hlm. 260.
- ↑ Qurasyi Bannabi, Qamus-e Qurān, jld. 6, hlm. 260.
- ↑ QS. ad-Dukhan:25-26; QS. Az-Zukhruf:51.
- ↑ QS. al-Qashash:7; QS. Az-Zukhruf: 51.
- ↑ Baladzuri, Futūh al-Buldān, hlm. 210.
- ↑ Azadi, Zamineha-e Arab Syudan-e Meshr Dar Shadr-e Eslam, majalah Pazhuhesyha-e Tarikhi, vol. 12, hlm. 31.
- ↑ Muhammad Hasan, Mishr Wa al-Hadhārah al-Islāmiyyah, hlm. 9.
- ↑ Barraqi, Tārīkh Kūfah, hlm. 306; Taqi Zade Dawari, Tashwir-e Syi'e Dar Da'erah al-Ma'aref Americana, hlm. 364; Nashiri Taheri, Fatemiyan Dar Meshr, hlm. 73.
- ↑ Ibn Khaldun, Tārīkh, jdl. 4, hlm. 402.
- ↑ Ibn Tagharri Bardi, an-Nujūm az-Zāhirah, jld. 3, hlm. 251.
- ↑ Ibn Atsir, al-Kāmil Fī at-Tārīkh, jld. 8, hlm. 457.
- ↑ Bosworth, Selseleha-e Eslami-e Jadid, hlm. 140.
- ↑ Bosworth, Selseleha-e Eslami-e Jadid, hlm. 155.
- ↑ Bosworth, Selseleha-e Eslami-e Jadid, hlm. 158 & 161.
- ↑ Bosworth, Selseleha-e Eslami-e Jadid, hlm. 163.
- ↑ Mansfield, Tarikh-e Khawarmiyane, hlm. 37.
- ↑ Glubb, Sarbazan-e Muzdur, hlm. 528.
- ↑ Glubb, Sarbazan-e Muzdur, hlm. 529.
- ↑ Glubb, Sarbazan-e Muzdur, hlm. 532.
- ↑ Glubb, Sarbazan-e Muzdur, hlm. 533.
- ↑ Glubb, Sarbazan-e Muzdur, hlm. 533.
- ↑ Mansfield, Tarikh-e Khawarmiyane, hlm. 56.
- ↑ Nashiri Taheri, Fatimiyan Dar Meshr, hlm. 70; Jalili, Gerayesyha-e Syi'i Dar Meshr Ta Miyane-e Sade-e Sewwum-e Hejri, majalah Muthale'at-e Eslami, vol. 55, hlm. 68; Pak Ayin, Mawaddah Āl al-Bait (as) Fī Mishr, majalah Risalah ats-Tsaqalain, vol. 13, hlm. 218; Lihat: Ibn Tagharri Bardi, an-Nujūm az-Zāhirah, jld. 1, hlm. 22.
- ↑ Nashiri Taheri, Fatimiyan Dar Meshr, hlm. 70.
- ↑ Baladzuri, Ansab al-Asyrāf, jld. 2, hlm. 389.
- ↑ Thabari, Tārīkh at-Thabari, jld. 4, hlm. 554-555; Ibn Tagharri Bardi, an-Nujūm az-Zāhirah, jld. 1, hlm. 107 ..
- ↑ Ibn Tagharri Bardi, an-Nujūm az-Zāhirah, jld. 1, hlm. 107-111.
- ↑ Wardani, Syi'e Dar Meshr, hlm. 171.
- ↑ Maqrizi, al-Mawā'idz Wa al-I'tibār, jld. 4, hlm. 385.
- ↑ Maqrizi, al-Mawā'idz Wa al-I'tibār, jld. 4, hlm. 385.
- ↑ Maqrizi, al-Mawā'idz Wa al-I'tibār, jld. 4, hlm. 386.
- ↑ Ibn Khaldun, Tārīkh, jld. 4, hlm. 392.
- ↑ Maqrizi, al-Mawā'idz Wa al-I'tibār, jld. 4, hlm. 387.
- ↑ Maqrizi, al-Mawā'idz Wa al-I'tibār, jld. 4, hlm. 387.
- ↑ Nashiri Thaheri, Fatimiyan Dar Meshr, hlm. 79-80.
- ↑ Nashiri Thaheri, Fatimiyan Dar Meshr, hlm. 80.
- ↑ Nashiri Thaheri, Fatimiyan Dar Meshr, hlm. 80.
- ↑ Nashiri Thaheri, Fatimiyan Dar Meshr, hlm. 80.
- ↑ Nashiri Thaheri, Fatimiyan Dar Meshr, hlm. 84.
- ↑ Nashiri Thaheri, Fatimiyan Dar Meshr, hlm. 87.
- ↑ Nashiri Thaheri, Fatimiyan Dar Meshr, hlm. 83 & 135-136.
- ↑ Nashiri Thaheri, Fatimiyan Dar Meshr, hlm. 86 & 139-140.
- ↑ Qasemi, Shufiye-e Meshr Wa Nuqat-e Hamgerayi Wa Wagerayi Ba Syi'ayan, majalah Muthale'at-e Rahburdi- Jahan-e Eslam, vol. 58, hlm. 121.
- ↑ Qasemi, Shufiye-e Meshr Wa Nuqat-e Hamgerayi Wa Wagerayi Ba Syi'ayan, majalah Muthale'at-e Rahburdi- Jahan-e Eslam, vol. 58, hlm. 134.
- ↑ Qasemi, Shufiye-e Meshr Wa Nuqat-e Hamgerayi Wa Wagerayi Ba Syi'ayan, majalah Muthale'at-e Rahburdi- Jahan-e Eslam, vol. 58, hlm. 135.
- ↑ Qasemi, Shufiye-e Meshr Wa Nuqat-e Hamgerayi Wa Wagerayi Ba Syi'ayan, majalah Muthale'at-e Rahburdi- Jahan-e Eslam, vol. 58, hlm. 135.
- ↑ Qasemi, Shufiye-e Meshr Wa Nuqat-e Hamgerayi Wa Wagerayi Ba Syi'ayan, majalah Muthale'at-e Rahburdi- Jahan-e Eslam, vol. 58, hlm. 135.
- ↑ Qasemi, Shufiye-e Meshr Wa Nuqat-e Hamgerayi Wa Wagerayi Ba Syi'ayan, majalah Muthale'at-e Rahburdi- Jahan-e Eslam, vol. 58, hlm. 135; al-Wardani, Meshr, Negah Az Darun, majalah Keihan-e Farhanggi, vol. 205, hlm. 13.
- ↑ Pak Ayin, Tarikhce-e Mahabbat-e Ahl-e Beit Dar Afriqa Wa Urupa, hlm. 83-84.
- ↑ Pak Ayin, Tarikhce-e Mahabbat-e Ahl-e Beit Dar Afriqa Wa Urupa, hlm. 83-84.
- ↑ Husam as-Salthanah, Safarname-e Makke, hlm. 258; Pak Ayin. Tarikhce-e Mahabbat-e Ahl-e Beit Dar Afriqa Wa Urupa, hlm. 83-84.
- ↑ Jalili, Gerayesyha-e Syi'i Dar Meshr Ta Miyane-e Sade-e Sewwum-e Hejri, majalah Muthale'at-e Eslami, vol. 55, hlm. 82-83.
- ↑ Jalili, Gerayesyha-e Syi'i Dar Meshr Ta Miyane-e Sade-e Sewwum-e Hejri, majalah Muthale'at-e Eslami, vol. 55, hlm. 83.
- ↑ Ibn Thabathaba, Muntaqilah ath-Thālibiyyah, hlm. 291-306.
- ↑ Jalili, Gerayesyha-e Syi'i Dar Meshr Ta Miyane-e Sade-e Awwal-e Sewwum-e Hejri, majalah Muthale'at-e Eslam, vol. 55, hlm. 77.
- ↑ Jabbari, Sazman-e Wekalat, jld. 1, hlm. 107.
- ↑ Jalili, Gerayesyha-e Syi'i Dar Meshr Ta Miyane-e Sade-e Awwal-e Sewwum-e Hejri, majalah Muthale'at-e Eslam, vol. 55, hlm. 79-81.
- ↑ Shi'a of Egypt, Site minorityrights.org
- ↑ Egypt's Shia come out of hiding, Site economist.com.
- ↑ Shi’a of Egypt, Site minorityrights.org..
- ↑ Religious Freedom for Shia Populations, Site humanrightscommission.
- ↑ Huseini, Syi'ayan-e Meshr; Guzasyte Wa Hal, majalah Justarha-e Seyasi-e Mu'asher, vol. 2, hlm. 28; At-Tasyayyu' Fī Afrīqiyā, hlm. 636.
- ↑ Syi'ayan-e Meshr Dar Guzar-e Zaman, Site alkawthartv.
- ↑ Amirdahi, Pisygaman-e Taqrib, majalah Andisye-e Taqrib, vol. , hlm. 113.
- ↑ Huwaidi, Tajrubah at-Taqrīb Bain al-Madzhāhib, hlm. 89.
- ↑ Mir Ali, Naqsye-e Sayyid Jamal Dar Taghyir-e Nezam-e Amuzesyi-e al-Azhar, majalah Ma'refat-e Farhanggi-e Ejtema'i, vol. 26, hlm. 134.
- ↑ Arā' Wa Ahādīts, majalah al-Azhar, vol. 12, hlm. 239.
- ↑ Arā' Wa Ahādīts, majalah al-Azhar, vol. 12, hlm. 239.
- ↑ Azarsyab, at-Taqrīb Fī al-Qarn al-Mādhī, majalah Risalah at-Taqrib, vol. 46, hlm. 72-73; Risālah al-Islām, Site islamic-rf.ir.
- ↑ Syi'ayan-e Meshr Dar Guzar-e Zaman, Site alkawthartv.
- ↑ Wardani, Syi'e Dar Meshr, hlm. 171.
- ↑ Shafawi, Mishr, hlm. 88.
- ↑ Shafawi, Mishr, hlm. 93-94.
- ↑ The Shias: Egypt's forgotten Muslim minority, Site ahram.org.eg.
- ↑ Shafawi, Mishr, hlm. 94-97.
- ↑ Shafawi, Mishr, hlm. 112.
- ↑ Shafawi, Mishr, hlm. 128.
- ↑ Shafawi, Mishr, hlm. 129.
- ↑ Wardani, Syi'e Dar Meshr, hlm. 201.
- ↑ Wardani, Syi'e Dar Meshr, hlm. 202.
- ↑ Wardani, Syi'e Dar Meshr, hlm. 202.
- ↑ Wardani, Syi'e Dar Meshr, hlm. 203.
- ↑ D. Shālih al-Wardāni - Mishr - Syāfi'ī, Site Aqaed.
- ↑ D. Shālih al-Wardāni - Mishr - Syāfi'ī, Site Aqaed.
- ↑ Wardani, Syi'e Dar Meshr, hlm. 109.
- ↑ as-Sīrah adz-Dzātiyyah, Site werdany.
- ↑ Syahadat-e mazlumane-e Syekh Hasan Syahatah, majalah Maktab-e Eslam, vol. 267, hlm. 72-73.
- ↑ Syahadat-e mazlumane-e Syekh Hasan Syahatah, majalah Maktab-e Eslam, vol. 267, hlm. 72.
- ↑ Syahadat-e mazlumane-e Syekh Hasan Syahatah, majalah Maktab-e Eslam, vol. 267, hlm. 74.
- ↑ At-Tasyayyu' Fī Afrīqiyā, hlm. 639-641.
- ↑ Syi'ayan-e Meshr Dar Guzar-e Zaman, Site alkawthartv.
- ↑ Wardani, Syi'e Dar Meshr, hlm. 186.
Daftar Pustaka
- Syi'ayan Dar Meshr Dar Guzar-e Zaman. Site alkauwthartv. Diakses tanggal 29 Desember 2018.
- As-Sīrah ad-Dzātiyyah. Site Werdani. Diakses tanggal 23 Desember 2018.
- D. Shālih al-Wardāni - Mishr - Syāfi'ī. Site Aqaed. Diakses tanggal 23 Desember 2018.
- Al-Wardani, Shalih. Meshr Negah Az Darun. Majalah Keihan-e Farhanggi. Vol: 205, 1382 HS/2003.
- Amirdahi. Allame Syekh Muhammad Taqi Qummi: Hamzist-e Dār at-Taqrīb. Majalah Andisye-e Taqrib. Vol: 16, 1387 HS/2008.
- Arā' Wa Ahādīts. Majalah al-Azhar. Vol: 12, 1379 H.
- At-Tasyayyu' Fī Afrīqiyā: Taqrīr Khāsh Bi Ittihād 'Ulamā' al-Muslimin. Riyadh: Markaz Nama' Li al-Buhuts Wa ad-Dirasat, 2011.
- Azadi, Firuz & Sayyid Asghar Muhammad Abadi. Zamineha-e Arab Syudan-e Meshr Dar Shadr-e Eslam (21 Ta 46 Hejri). Majalah Pazuhesyha-e Tarikhi. Vol: 12, 1390 HS/2011.
- Azar Syab, Muhammad Ali.At-Taqrīb Fī al-Qarn al-Mādhī. Majalah Risalah at-Taqrib. Vol: 46, 1386 HS/2007.
- Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Ansāb al-Asyrāf. Riset Suhail Zakkar Wa Riyadh Zarkili. Beirut: Dar al-Fikr, 1996.
- Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Futūh al-Buldān. Beirut: Dar Wa Maktabah al-Hilal, 1988.
- Barraqi Najafi, Husain. Tārīkh Kūfah. Penterjemah Sa'id Rad Rahimi. Masyhad: Bunyad-e Pazuhesyha-e Eslami, 1381 HS/2002.
- Bosworth, Clifford Edmund. Selseleha-e Eslami-e Jadid: Rahnema-e Gahsyumari Wa Tabarsyumari. Penterjemah Fereidun Badrei. Teheran: Markaz-e Bazsyenasi-e Eslam Wa Iran, 1381 HS/2002.
- Glubb, John Bagot. Sarbazan-e Muzdur: Sarguzasyt-e Mamalik. Penterjemah Mahdi Guljan. Teheran: Amir Kabir, 1386 HS/2007.
- Husaini, Muthahhere. Syi'ayan-e Meshr; Guzasyte Wa Hal. Majalah Justarha-e Seyasi-e Mu'asher. Vol: 2, 1389 HS/2010.
- Husam as-Salthanah, Sulthan Murad. Safarname-e Makkah. Oleh Rasul Ja'fariyan. Teheran: Masy'ar, 1374 HS/1995.
- Huwaidi, Fahmi. Tajrubah at-Taqrīb Bain al-Madzāhib. Majalah Risalah at-Taqrib. Vol: 29, 1379 HS/2000.
- Ibn Atsir, Izzuddin Ali bin Abi al-Karam. Al-Kāmil Fī at-Tārīkh. Beirut: Dar Shadir, 1965 H.
- Ibn Khaldun, Abdurrahman bin Muhammad. Tārīkh: Dīwān Mubtada' Wa al-Khabar Fī Tārīkh al-'Arab. Riset: Khalil Syahadah. Dar al-Fikr, 1988.
- Ibn Tagharri Bardi, Yusuf. An-Nujūm az-Zāhirah Fī Mulūk Mishr Wa al-Qāhirah. Kairo: Yayasan al-Mishriyyah al-'Ammah, 1383 H.
- Ibn Thabathaba, Ibrahim bin Nashir. Muntaqilah ath-Thālibiyyah. Riset: Muhammad Mahdi Khurasan. Najaf: Perpustakaan al-Haidariyyah, 1388 H.
- Jabbari, Muhammad Ridha. Sazman-e Wekalat Wa Naqsy-e An Dar Ashr-e A'imme. Qom: Entesyarat-e Muassese-e Amuzesyi va Pazuhesyi-e Emam Khomeini, 1382 HS/2003.
- Jalili, Mahdi. Gerayesyha-e Syi'i Dar Meshr Ta Mesyane-e Sade-e Sewwum-w Hejri. Majalah Muthale'at-e Eslami. Vol: 55, 1381 HS/2002.
- Mansfield, Peter. Tarikh-e Khawarmiyane. Penterjemah Abdul Ali Espahbudi. Teheran: Elmi va Farhanggi, 1388 HS/2009.
- Maqrizi, Ahmad bin Ali. Al-Mawā'idz Wa al-I'tibār Fī Dzikr al-Khuthath Wa al-Ātsār. London: Yayasan al-Furqan Li at-Turats al-Islami, 1422 H.
- Mir Ali, Muhammad Ali. Naqsy-e Sayyid Jamal Dar Taghyir-e Nezam-e Amuzesyi-e al-Azhar wa Ta'sir-e Ān Bar Tahawwulat-e Seasi-e Ejtema'i-e Meshr. Majalah Ma'refat-e Farhanggi-e Ejtema'i. Vol: 26, 1395 HS/2016.
- Muhammad Muhsin, Zaki. Mishr Wa al-Hadhārah al-Islāmiyyah. Kairo: Yayasan Hindawi Li at-Ta'lim va ats-Tsaqafah, 2013.
- Nashiri Thaheri, Abdullah. Fatemiyan Dar Meshr. Qom: Pazuhesykade-e Hauze va Danesygah, 1379 HS/2000.
- Pak Ayin, Muhsin. Mawaddah Āl al-Bait (as) Fī Mishr. Penterjemah Abbas al-Asadi. Majalah Risalah ats-Tsaqlain. Vol: 13, 1374 HS/1995.
- Pak Ayin, Muhsin. Tarikhce-e Mahabbat-e Ahl-e Beit Dar Afriqa Wa Urupa. Teheran: Farhangg-e Sabz, 1390 HS/2011.
- Qasemi, Behzad. Shufiyye-e Meshr va Nuqat-e Hamgerayi Wa Wa Gerayi Ba Syi'ayan. Majalah Muthale'at-e Rahburdi Jahan-e Eslam. Vol: 58, 1393 HS/2014.
- Qurasyi Bannabi, Ali Akbar. Qāmūs Qur'ān. Jld. 6. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyyah, 1394 H.
- Risālah al-Islam. Site islamic-rf.ir. Diakses tanggal 8 Desember 2018.
- Ruhani, Hasan. Asyna'i Ba Kesywarha-e Eslami. Teheran: Masy'ar, 1387 HS/2008.
- Shafawi, Sayyid Hamzah. Meshr. Teheran: Sazman-e Entesyarat-e Jahad-e Danesygahi, 1395 HS/2016.
- Syahadat-e Mazlumane-e Syekh Hasan Syahatah Alem-e Buzurg-e Syi'e Dar Meshr. Majalah Maktab-e Eslam. Vol: 627, 1392 HS/2013.
- Taqi Zade Davari, Mahmud. Tashwir-e Syi'e Dar Da'irah al-Ma'arif Americana: Tarjume va Naqd-e Maqalat-e Syi'i Dar Da'irah al-Ma'arif Americana. Teheran: Yayasan Entesyarat-e Amir Kabir, 1382 HS/2003.
- Thabari, Muhammad bin Jarir. Tārīkh ath-Thabari. Riset: Muhammad Abul Fadhl Ibrahim. Beirut.
- Wardani, Shalih. Syi'e Dar Meshr. Penterjemah Abdul Husein Binesy. Qom: Yayasan Da'irah al-Ma'arif Feqh-e Eslami, 1382 HS/2003.
- Zira' Khurmizi, Muhammad Reza. Nasl Kusyi-e Sadat va Musalmanan-e Syi'e. Teheran: Masy'ar, 1395 HS/2016.