Khotbah Syiqsyiqiyyah
Khotbah Syiqsyiqiyyah (bahasa Arab: الخطبة الشقشقية) atau Muqammishah adalah salah satu khotbah paling terkenal dalam Nahjul Balaghah. Imam Ali as dalam khotbah ini mengkritik kinerja tiga khalifah sebelum dirinya dan mempertanyakan keabsahan kekhalifahan mereka.
Pokok-pokok utama khotbah ini adalah sebagai berikut: situasi politik pada masa tiga khalifah pertama, alasan diamnya Imam selama 25 tahun, motivasi penerimaan kekhalifahan, kelompok-kelompok politik pada masa Imam Ali as, dan alasan penyimpangan mereka dari agama.
Sikap tegas Imam Ali as mengenai masalah kekhalifahan Nabi saw menyebabkan beberapa orang dari Ahlusunah tidak hanya menolak khotbah ini, tetapi juga meragukan keabsahan seluruh Nahjul Balaghah. Sebaliknya, para ulama Syiah menjawab bahwa khotbah Syiqsyiqiyyah telah diriwayatkan dalam berbagai kitab hadis dan isinya sampai kepada tingkat mutawatir maknawi.
Selain dijelaskan ini dalam terjemahan dan penjelasan lengkap Nahjul Balaghah, khotbah ini juga dijelaskan secara khusus dalam bahasa Persia dan Arab, di antaranya adalah Syarh al-Khutbah al-Syiqsyiqiyyah karya Muhammad Reza Hakimi dan Ohi Suzon karya Ali Asghar Rizvani.
Pengenalan dan Kedudukan
Khotbah Syiqsyiqiyyah adalah salah satu khotbah paling terkenal dalam Nahjul Balaghah[1] yang diriwayatkan oleh Syiah dan Sunni.[2] Khotbah ini dianggap sebagai salah satu khotbah terpenting dalam Nahjul Balaghah karena secara eksplisit membahas masalah kekhalifahan Nabi saw.[3] Karena Imam Ali as dalam khotbah ini mengeluhkan kekhalifahan para khalifah sebelum dirinya, khotbah ini menjadi salah satu khotbah yang kontroversial dalam Nahjul Balaghah.[4] Sikap tegas Imam Ali as mengenai masalah kekhalifahan Nabi saw menimbulkan beberapa keraguan di kalangan Ahlusunah tentang khotbah ini[5] dan menyebabkan beberapa penganut Sunni tidak hanya menolak khotbah ini, tetapi juga meragukan keabsahan seluruh Nahjul Balaghah.[6]
Dalam khotbah ini, Imam as menjelaskan secara lengkap sejarah tiga khalifah pertama. Pokok utama khotbah ini adalah masalah kekhalifahan, situasi politik pada masa tiga khalifah pertama, alasan diamnya Imam selama 25 tahun, motivasi penerimaan kekhalifahan, kelompok-kelompok politik pada masa Imam Ali as, dan alasan penyimpangan mereka dari agama.[7] Khotbah ini dinamakan Syiqsyiqiyyah (Syiqsyiqah berarti nyala api yang keluar dari hati) berdasarkan bagian dari ucapan Imam as (تِلْکَ شِقْشِقَةٌ هَدَرَتْ ثُمَّ قَرَّتْ)[8] dan dinamakan Muqammishah (تَقَمُّص) berarti mengenakan pakaian) berdasarkan kalimat pertama khotbah ini (واللّهِ لَقَدْ تَقَمَّصَها فلان).[9]
Menurut riwayat Ibn Abbas, Imam as menghentikan khotbah ini karena datangnya sebuah surat dan tidak melanjutkannya lagi. Ibn Abbas sepanjang hidupnya tidak pernah menyesali terputusnya suatu ucapan seperti yang ia sesali saat terputusnya khotbah ini.[10] Sayid Abdul Zahra al-Husaini al-Khatib, penulis kitab Mashadir Nahjul Balaghah wa Asaniduh, berpendapat bahwa orang yang memotong ucapan Imam Ali as adalah orang yang bodoh atau munafik yang menghalangi Imam as untuk menyampaikan maksudnya.[11]
Nama Naskah | Nomor Khotbah [12] |
---|---|
Naskah-naskah Shubhi Shalih, Faidh al-Islam, Ibn Maitsam, Fi Zhilal, Khui, Ibn Abi al-Hadid, Abduh, Mulla Shalih dan Mu'jam al-Mufahras | 3 |
Naskah Mulla Fathullah | 4 |
Keabsahan Khotbah
Khotbah Syiqsyiqiyyah disebutkan dalam berbagai kitab hadis[13] dan beberapa peneliti menganggap khutbah ini dapat dipercaya berdasarkan banyaknya sanad yang ada[14], sementara yang lain menganggapnya mutawatir.[15] Namun, menurut Ibn Maitsam Bahrani (salah satu penjelas Nahjul Balaghah), meskipun kritik Imam Ali as terhadap tiga khalifah sebelumnya telah terbukti secara mutawatir maknawi, tidak dapat dikatakan bahwa kata-kata khotbah ini memiliki mutawatir lafzi.[16]
Sebaliknya, beberapa penganut Sunni menyangkal keabsahan nisbat khotbah ini kepada Imam Ali as[17] dan menganggapnya sebagai karya Sayid Radhi atau Sayid Murtadha.[18] Menurut Ibn Maitsam, alasan penolakan khotbah ini oleh penganut Sunni adalah karena mereka percaya bahwa para sahabat tidak memiliki perbedaan pendapat dalam masalah kekhalifahan Nabi saw, dan karena dalam khotbah ini dinyatakan adanya perbedaan antara Imam Ali as dan tiga khalifah sebelumnya, maka khotbah ini harus ditolak untuk mencegah timbulnya fitnah di antara umat Islam.[19]
Sebagai tanggapan terhadap pendapat sebagian Ahlusunah tersebut, dikatakan bahwa masalah perampasan kekhalifahan oleh Abu Bakar dan Umar telah berkali-kali disampaikan oleh Imam Ali as dan tercermin dalam berbagai riwayat mustafidh (yang melimpah tapi tidak sampai tingkatan mutawatir).[20] Selain itu, khotbah ini juga terdapat dalam karya-karya sebelum penyusunan Nahjul Balaghah[22] (disusun pada tahun 400 H[21]); seperti yang disebutkan oleh Syekh Shaduq (w. 381 H) dalam kitab 'Ilal al-Syara'i[23] dan Ma’ani al-Akhbar[24].
Waktu dan Tempat Penyampaian Khutbah
Menurut para peneliti, Imam Ali as menyampaikan khotbah ini pada akhir hidupnya (akhir tahun 38 H atau awal tahun 39 H);[25] karena dalam khotbah ini, kekhalifahan tiga khalifah sebelumnya dikritik dan disebutkan tentang perang dengan Nakitsin (terjadi pada tahun 36 H[26]), Qasithin (terjadi pada tahun 37 H[27]), dan Mariqin (terjadi pada tahun 38 H[28]).[29]
Menurut beberapa riwayat, Imam as menyampaikan khotbah ini di “Ruhbah”[30] (salah satu daerah di Kufah, atau sebuah desa yang berjarak delapan farsakh dari Kufah[31]) atau di mimbar Masjid Kufah.[32] Dalam beberapa riwayat lain, hanya disebutkan khotbah tersebut tanpa menyebutkan tempat penyampaiannya.[33]
Kitab Syarah
Selain terdapat dalam kitab-kitab syarah dan terjemahan Nahjul Balaghah, penjelasan khotbah ini juga dibahas secara khusus dalam beberapa karya berbahasa Arab dan Persia[34], berikut adalah beberapa diantaranya:
- Syarh al-Khutbah al-Syiqsyiqiyah karya Muhammad Reza Hakimi yang dicetak oleh Yayasan al-Wafa' Beirut dengan 428 halaman.[35]
- Al-Syiqsyiqiyah karya Abdurosul Ghafari: dalam karya ini, khotbah Syiqsyiqiyah dijelaskan dalam 9 bab.[36]
- Al-Naqd al-Syadid ala Syarh al-Syiqsyiqiyah al-Alawiyah bi Ibn Abi al-Hadid, karya Muhsin al-Syekh Hasan Alikarim al-Bazuni.[38]
- Itsbat al-Washiyah fi Syarh al-Khutbah al-Syiqsyiqiyah, karya Ismail Ibrahim al-Hariri.[39]
- Ohi Suzon; Syarhi bar Khutbah Syiqsyiqiyah, karya Ali Ashgar Rizvani.[40]
Teks dan Terjemahan Khotbah
Teks | Terjemahan |
---|---|
اَما وَاللهِ لَقَدْ تَقَمَّصَهَا ابْنُ اَبی قُحافَةَ (فی بعضُ النّسخ: فُلانٌ) وَ اِنَّهُ لَیعْلَمُ اَنَّ مَحَلّی مِنْها مَحَلُّ الْقُطْبِ مِنَ الرَّحی، ینْحَدِرُ عَنِّی السَّیلُ، وَ لایرْقی اِلَی الطَّیرُ. | Lihatlah! Demi Allah, Abu Bakar putra Abu Quhafah (dalam beberapa versi: si Fulan) mengenakan jubah kekhalifahan sementara dia tahu bahwa kedudukanku dalam kekhalifahan seperti poros batu gilingan terhadap batu gilingan itu sendiri. Aliran ilmu mengalir dari diriku seperti banjir, dan burung pikiran tidak dapat mencapai puncak kedudukanku. |
فَسَدَلْتُ دُونَها ثَوْباً، وَطَوَیتُ عَنْها کَشْحاً،}} | Namun, aku melepaskan kekhalifahan, dan berpaling darinya |
وَ طَفِقْتُ اَرْتَأی بَینَ اَنْ اَصُولَ بِید جَذّاءَ، اَوْ اَصْبِرَ عَلی طِخْیة عَمْیاءَ، یهْرَمُ فیهَا الْکَبیرُ، وَ یشیبُ فیهَا الصَّغیرُ، وَ یکْدَحُ فیها مُؤْمِنٌ حَتّی یلْقی رَبَّهُ! | dan aku berpikir dalam-dalam apakah aku harus berperang dengan tangan yang terpotong dan tanpa penolong, atau menanggung kegelapan yang buta, ruang di mana orang tua menjadi lelah, dan yang muda menjadi tua, dan orang beriman mengalami kesulitan sampai bertemu dengan Tuhan! |
فَرَاَیتُ اَنَّ الصَّبْرَ عَلی هاتا اَحْجی، فَصَبَرْتُ وَ فِی الْعَینِ قَذًی، وَ فِی الْحَلْقِ شَجاً! | Aku melihat bahwa menahan diri dalam hal ini lebih bijaksana, jadi aku bersabar sementara seolah-olah ada serpihan di mataku, dan kesedihan menyumbat tenggorokanku! |
اَری تُراثی نَهْباً. حَتّی مَضَی الاَوَّلُ لِسَبیلِهِ، فَاَدْلی بِها اِلَی ابْنِ الْخَطّابِ بَعْدَهُ. [ثُمِّ تَمَثَّلَ بِقَوْلِ الاَعْشی:] | Aku melihat warisanku direbut. Sampai giliran pertama berlalu dan kekhalifahan diserahkan kepada putra Khattab. [Kemudian Imam menggambarkan situasinya dengan syair penyair Arab, A’sha:] |
شَتّانَ ما یوْمی عَلی کُورِها وَ یوْمُ حَیانَ اَخی جابِرِ | Betapa besar perbedaan antara hari ini dengan semua masalah ini dan hari Hayan saudara Jabir yang tenggelam dalam kebahagiaan.” |
فَیا عَجَباً بَینا هُوَ یسْتَقیلُها فی حَیاتِهِ، اِذْ عَقَدَها لاِخَرَ بَعْدَ وَفاتِهِ. | "Menakjubkan! Yang pertama, meskipun selama hidupnya ingin menyerahkan pemerintahan, tetapi setelah kematiannya, ia mengikat kontrak kekhalifahan ke arah lain. |
لَشَدَّ ما تَشَطَّرا ضَرْعَیها! فَصَیرَها فی حَوْزَة خَشْناءَ، یغْلُظُ کَلْمُها، وَ یخْشُنُ مَسُّها، وَ یکْثُرُ الْعِثارُ فیها، وَ الْاِعْتِذارُ مِنْها. | Betapa kerasnya masing-masing dari mereka berpegang pada dua sisi pemerintahan! Pemerintahan itu dibawa ke ruang yang kasar, dan jatuh ke tangan seseorang yang ucapannya kasar, sulit untuk bekerja sama dengannya, banyak kesalahannya, dan sering meminta maaf. |
فَصاحِبُها کَراکِبِ الصَّعْبَةِ، اِنْ اَشْنَقَ لَها خَرَمَ، وَ اِنْ اَسْلَسَ لَها تَقَحَّمَ! | Berada di bawah pemerintahannya seperti menunggang unta yang liar, yang jika ditarik kendalinya, hidungnya akan terluka, dan jika dilepaskan, ia akan menghancurkan dirinya sendiri dan penunggangnya! |
فَمُنِی النَّاسُ لَعَمْرُ اللهِ بِخَبْطٍ وَ شِماس، وَ تَلَوُّنٍ وَ اعْتِراض. | “Demi Allah, orang-orang telah mengalami kebingungan, ketidakstabilan, perubahan, dan penyimpangan.” |
فَصَبَرْتُ عَلی طُولِ الْمُدَّةِ، وَ شِدَّةِ الْمِحْنَةِ. حَتّی اِذا مَضی لِسَبیلِهِ، جَعَلَها فی جَماعَة زَعَمَ اَنِّی اَحَدُهُمْ. | Maka aku bersabar dalam jangka waktu yang lama dan dalam kesulitan yang berat. Hingga ketika dia pergi, dia menyerahkannya kepada sekelompok orang yang mengira aku salah satu dari mereka. |
فَیالَلّهِ وَ لِلشُّوری! مَتَی اعْتَرَضَ الرَّیبُ فِی مَعَ الْاَوَّلِ مِنْهُمْ حَتّی صِرْتُ اُقْرَنُ اِلی هذِهِ النَّظائِرِ؟! | Ya Allah, dewan macam apa ini! Kapan aku pernah diragukan dalam keunggulan dan kelayakan di hadapan yang pertama dari mereka sehingga hari ini aku setara dengan anggota dewan ini?! |
لکِنّی اَسْفَفْتُ اِذْ اَسَفُّوا، وَ طِرْتُ اِذْ طارُوا. فَصَغی رَجُلٌ مِنْهُمْ لِضِغْنِهِ، وَ مالَ الاْخَرُ لِصِهْرِهِ، مَعَ هَن وَ هَن. | Tetapi (demi menegakkan kebenaran) aku berkoordinasi dengan mereka dalam naik turunnya dewan, di sana satu orang tidak memberikan suara kepadaku karena dendamnya, dan yang lain cenderung untuk berbaiat kepada menantunya, dan masalah lainnya yang tidak pantas disebutkan. |
اِلی اَنْ قامَ ثالِثُ الْقَوْمِ نافِجاً حِضْنَیهِ بَینَ نَثیلِهِ وَ مُعْتَلَفِهِ، وَ قامَ مَعَهُ بَنُو اَبیهِ یخْضِمُونَ مالَ اللهِ خِضْمَ الاِبِلِ نِبْتَةَ الرَّبیعِ، | Sampai yang ketiga naik ke pemerintahan yang tidak memiliki program selain mengisi perut dan mengosongkannya, dan keluarganya (Bani Umayyah) bangkit bersamanya dan seperti unta yang makan rumput segar musim semi dengan rakus, mereka menjarah baitul mal, |
اِلی اَنِ انْتَکَثَ فَتْلُهُ، وَ اَجْهَزَ عَلَیهِ عَمَلُهُ، وَ کَبَتْ بِهِ بِطْنَتُهُ. | hingga situasi ini menjadi kacau, dan tindakannya menghancurkannya, dan kerakusannya menenggelamkannya. |
فَما راعَنی اِلاّ وَالنَّاسُ کَعُرْفِ الضَّبُعِ اِلَی، ینْثالُونَ عَلَی مِنْ کُلِّ جانِب، حَتّی لَقَدْ وُطِئَ الْحَسَنانِ، وَ شُقَّ عِطْفای، مُجْتَمِعینَ حَوْلی کَرَبیضَةِ الْغَنَمِ. | Kemudian tidak ada yang membuat aku takut kecuali bahwa orang-orang seperti surai hyena menyerbuku, dan menyerang dari segala arah, sehingga dua anakku dihancurkan dalam kerumunan itu, dan jubahku robek dari dua sisi, orang-orang mengepungku seperti kawanan domba. |
فَلَمّا نَهَضْتُ بِالْاَمْرِنَکَثَتْ طائِفَةٌ، وَ مَرَقَتْ اُخْری، وَ قَسَطَ آخَرُونَ، کَاَنَّهُمْ لَمْ یسْمَعُوا کَلامَ اللهِ حَیثُ یقُولُ: «تِلْکَ الدّارُ الاْخِرَةُ نَجْعَلُها لِلَّذینَ لایریدُونَ عُلُوًّا فِی الْاَرْضِ وَ لافَساداً وَالْعاقِبَةُ لِلْمُتَّقینَ.» | Namun begitu aku mengambil tindakan untuk kekhalifahan, sekelompok orang melanggar janji, dan beberapa orang keluar dari agama, dan beberapa lainnya memberontak, seolah-olah ketiga kelompok ini tidak mendengar firman Allah yang mengatakan: ‘Kami telah menjadikan rumah akhirat ini untuk orang-orang yang tidak menginginkan keunggulan dan kerusakan di bumi, dan akhir yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.’ |
بَلی وَ اللهِ لَقَدْ سَمِعُوها وَ وَعَوْها، وَلکِنَّهُمْ حَلِیتِ الدُّنْیا فی اَعْینِهِمْ، وَ راقَهُمْ زِبْرِجُها. | Ya, demi Allah, mereka telah mendengarnya dan memahaminya, tetapi dunia telah menghiasi mata mereka, dan perhiasannya memikat mereka. |
اَما وَ الَّذی فَلَقَ الْحَبَّةَ، وَ بَرَاَ النَّسَمَةَ، لَوْلا حُضُورُ الْحاضِرِ، وَ قیامُ الْحُجَّةِ بِوُجُودِ النّاصِرِ، وَ ما اَخَذَ اللهُ عَلَی الْعُلَماءِ اَنْ لایقارُّوا عَلی کِظَّةِ ظالِم وَ لاسَغَبِ مَظْلُوم، لاَلْقَیتُ حَبْلَها عَلی غارِبِها، وَ لَسَقَیتُ آخِرَها بِکَاْسِ اَوَّلِها، | Demi Dia yang membelah biji dan menciptakan makhluk, jika bukan karena kehadiran orang-orang yang hadir, dan tegaknya hujjah dengan adanya penolong, serta apa yang Allah ambil dari para ulama untuk tidak membiarkan kenyang orang yang zalim dan lapar orang yang teraniaya, niscaya aku akan melemparkan talinya di atas punggungnya, dan aku akan memberi minum yang terakhir dengan cawan yang pertama. |
وَ لَاَلْفَیتُمْ دُنْیاکُمْ هذِهِ اَزْهَدَ عِنْدی مِنْ عَفْطَةِ عَنْز! | Dan sungguh, dunia kalian ini lebih tidak berharga bagiku daripada bersin seekor kambing! |
... | Ketika khotbah Imam as sampai pada titik ini, seorang pria Irak kemudian berdiri dan memberikan sebuah surat kepada beliau as, Imam as membacanya, kemudian setelah selesai membaca, Ibn Abbas berkata: Wahai Amirul Mukminin!, seandainya engkau melanjutkan perkataanmu dari perkataanmu yang terputus tadi!, kemudian Imam as berkata: |
هَیهاتَ یا ابْنَ عَبّاس، تِلْکَ شِقْشِقَةٌ هَدَرَتْ ثُمَّ قَرَّتْ. | Jauh sekali, wahai Ibnu Abbas, itu hanyalah luapan emosi yang menggelegar lalu mereda. |
... | Ibnu Abbas berkata: Demi Allah, aku tidak pernah merasa sedih atas suatu ucapan seperti kesedihanku terhadap ucapan yang belum selesai dari Amirul Mukminin, bahwa orang yang mulia itu tidak menyelesaikan curahan hatinya dengan khotbah ini. |