Hadis Silsilah al-Dzahab

Prioritas: aa, Kualitas: b
Dari wikishia
Hadits Silsilah al-Dzhab di dinding Neisyabur

Hadits Silsilah al-Dzhab (bahasa Arab: حديث سلسلة الذهب ) adalah hadis qudsi yang dinukil dari Imam Ridha as mengenai Tauhid dan syarat-syaratnya. Imam Ridha as menyampaikan hadis ini ketika melewati Nisyabur menuju Marv. Para perawi hadis ini semuanya adalah imam-imam maksum hingga sampai kepada Nabi saw dan akhirnya menyambung kepada Allah swt. Oleh karena itu hadis ini disebut hadis "Silsilah al-Dzahab" (mata rantai emas). Menurut sebagian catatan, bersamaan dengan penukilan hadis ini lebih dari 20 ribu orang mencatatnya.

Berdasarkan hadis ini, meyakini tauhid menjadi sebab keselamatan dari api neraka, tetapi Imam Ridha as menjadikan dirinya sebagai syarat dari keselamatan ini. Menurut ulama Syiah, maksud Imam Ridha as adalah keyakinan kepada imamah (kepemimpinan).

Teks Hadis

Allah swt berfirman:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ حِصْنِی فَمَنْ دَخَلَ حِصْنِی أَمِنَ مِنْ عَذَابِی قَالَ فَلَمَّا مَرَّتِ الرَّاحِلَةُ نَادَانَا بِشُرُوطِهَا وَ أَنَا مِنْ شُرُوطِهَا'
" 'Tiada Tuhan selain Allah' adalah benteng-Ku, barangsiapa masuk ke dalam benteng-Ku pasti aman dari azab-Ku. Rawi berkata: Ketika rombongan Imam Ridha as berjalan, kepada kami beliau berkata: tentu dengan syarat-syaratnya, dan aku termasuk dari syarat-syarat tersebut."
Syaikh Shaduq, al-Tauhid, hlm.25, jld.87, hlm. 156.

Sekian banyak dari pembesar Syiah seperti Syaikh Shaduq (wafat 381 H/992) di dalam kitab al-Tauhid [1]al-Amali [2], Ma'ani al-Akhbar [3] dan Uyun Akhbar al-Ridha as [4] Nisyaburi (wafat 508 H/1115) di dalam Raudhah al-Wa'izhin wa Bashirah al-Mutta'izhin [5] dan Thabari Amili (wafat 533 H/1139) di dalam kitab Bisyarah al-Musthafa li Syiah al-Murtadha,[6] menukil hadis ini dengan sanad dan lafal berbeda tapi kandungannya sama.

Tentu saja, Syaikh Thusi (wafat 460 H/1068) di dalam al-Amali-nya menukil konten riwayat ini pada dua riwayat berbeda tanpa menyebut bagian akhirnya (بشروطها و انا من شروطها). [7] Mengingat bahwa riwayat ini dinukil oleh banyak orang sejak abad ke-3 dan setelahnya dan dinafikannya kemungkinan mereka bersepakat atau berkomplot untuk berbohong, maka sebagian ahli hadis meyakini bahwa hadis ini termasuk dari hadis yang mutawatir. [8] Syaikh Shaduq di dalam kitab Al-Tauhid menukil demikian bahwa, Ishaq bin Rahawaih berkata: Ketika Imam Ridha as melakukan perjalanan ke Khurasan dan sampai di Nisyabur, setelah beliau hendak pergi ke Ma'mun, para ahli hadis berkumpul dan berkata: Wahai putra Nabi saw! Anda akan meninggalkan kota kami, tidakkah Anda menyampaikan sebuah hadis yang dapat kami manfaatkan? Setelah permintaan ini, Imam as menampakkan wajahnya dari balik sekedup dan berkata: "Aku mendengar dari ayahku Musa bin Jakfar as berkata: aku mendengar dari ayahku Jakfar bin Muhammad as berkata: aku mendengar dari ayahku Muhammad bin Ali as berkata: aku mendengar dari ayahku Ali bin Husain as berkata: aku mendengar dari ayahku Husain bin Ali as berkata: aku mendengar ayahku Ali bin Abi Thalib as berkata: aku mendengar Rasulullah saw bersabda: aku mendengar Jibril berkata, aku mendengar Allah azza wajalla berfirman: "Kalimat لا اله الا الله adalah bentengKu, barangsiapa masuk ke dalam benteng-Ku pasti selamat dari azab-Ku". Ketika tunggangan Imam as mulai berjalan, beliau berkata dengan suara lantang: "Dengan syarat-syaratnya dan aku adalah salah satu diantara syarat-syaratnya". [9]

Alasan Penamaannya dengan Silsilah al-Dzahab

Hadis ini terkenal dengan Hadis Silsilah al-Dzahab (mata rantai emas). Penamaan ini dikarenakan orang-orang yang tercantum dalam sanad hadis tersebut semuanya adalah maksumin, yakni Imam Ridha as menukil dari imam ketujuh dan ia menukil dari imam keenam hingga sampai kepada imam pertama, sementara ia menukil dari Rasulullah saw dan beliau dari Allah swt. Selain itu, seorang penguasa dari dinasti Samaniyah menulis hadis mulia ini dengan emas dan memerintahkan supaya tulisan tersebut dipendam bersamanya di dalam kubur. Oleh karena itu, sebagian peneliti menjadikan perkara ini sebagai alasan penamaan hadis tersebut dengan Silsilah al-Dzahab.[10]

Penjelasan Hadis

Syaikh Shaduq setelah menukil perkataan Imam Ridha as di dalam kitab Tauhid-nya berkata, makna perkataan Imam as dari syarat-syarat لا اله الا الله adalah mengakui keimamahanku dan bahwa aku adalah imam yang diangkat oleh Allah swt yang wajib diikuti. [11]

Mengingat bahwa hadis ini menyinggung masalah tauhid dan wilayah maka sebagian peneliti meyakini bahwa tujuan utama riwayat ini adalah hendak menjelaskan hubungan diantara keduanya, sebab mayoritas masyarakat Nisyabur yang mendengarkan perkataan Imam as bermazhab Ahlusunah dan pandangan mereka kepada wilayahnya maksumin bukanlah pandangan wilayah dan keimamahan mereka. Atas dasar ini, Imam Ridha as disamping menjelaskan bahwa tauhid merupakan benteng dan pokok agama, beliau juga menegaskan bahwa jalan yang tepat untuk sampai kepada tauhid yang hakiki dan pengabdian yang memiliki pengaruh adalah mengambil hakikat-hakikat dari Imam as dan mengikutinya. [12]

Sumber-Sumber Ahlusunah

Sumber-sumber Ahlusunah juga memuat hadis ini. Di dalam kitab-kitab hadis Ahlusunah terdapat beberapa pendapat mengenai jumlah orang-orang yang menukil hadis ini. Sebagian mereka mengatakan jumlah mereka 10 ribu orang[13]sebagian lagi mengatakan jumlah mereka 20 ribu orang [14] dan sebagian yang lain mengatakan jumlah mereka 30 ribu orang [15] Sebagian peneliti berpendapat bahwa pendapat yang mengatakan 20 ribu orang adalah pendapat masyhur.[16] Atas dasar ini banyak dari ahli hadis Ahlusunnah menukil hadis Silsilah al-Dzahab, namun diantara mereka hanya segelintir orang termasuk al-Qunduzi di dalam Yanabi' al- Mawaddah yang menyinggung kalimat di akhir hadis "Dan aku termasuk dari syarat-syaratnya". [17] Dinukil dari sebagian Ahlusunnah seperti Ahmad bin Hanbal dan Aba Shalt al-Hirawi bahwa apabila sanad-sanad ini dibacakan kepada orang gila pasti akan berakal atau sembuh. [18]

Silsilah al-Dzahab dalam Penukilan Lain

Allah swt berfirman:
وَلَايَةُ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ حِصْنِی فَمَنْ دَخَلَ حِصْنِی أَمِنَ مِنْ نَاري'
" Wilayah Ali bin Abi Thalib adalah benteng-Ku, barangsiapa masuk ke dalam benteng-Ku pasti aman dari api neraka-Ku."
Syaikh Shaduq, al-Amali, hlm.235.

Disamping Hadis Silsilah al-Dzahab yang terkenal, dinukil juga riwayat serupa denganya di kalangan Ahlusunah dan Syiah yang memiliki kandungan berbeda. Kemiripan dua riwayat ini adalah kedua-duanya merupakan hadis Qudsi, artinya isi dan maknanya berasal dari Allah dan disampaikan ke dalam hati Rasulullah saw,[19] dan pada sanad keduanya adalah para maksumin as. Kemiripan lain dari kedua riwayat ini adalah kedua-keduanya dinukil dari Imam Ridha as. Adapun perbedaan terpenting diantara keduanya adalah pada riwayat kedua ini wilayah Imam Ali bin Abi Thalib as disinggung secara tegas. Riwayat ini dinukil oleh Syaikh Shaduq di dalam kitab al-Amali [20] dan 'Uyun Akhbar al-Ridha[21] Setelah itu orang-orang seperti Haskani (wafat 490 H/1097) di dalam kitab Syawahid al-Tanzil li Qawaid al-Tafdhil [22] Syairi (abad ke-6) di dalam kitab Jami al-Akhbar [23] menukil pula. Dan setelah mereka para ahli hadis berulang kali menukil riwayat ini.

Sebagian orang mengaggap baik riwayat yang meliputi nama-nama Para Imam Maksum dari Imam Ridha as hingga Allah swt ditulis di kain kafan. [24]

Catatan Kaki

  1. Ibnu Babawaih ( Shaduq), al-Tauhid, hlm.25
  2. Ibnu Babawaih (Shaduq), al-Amali, hlm.235
  3. Ibnu Babawaih (Shaduq), Ma'ani al-Akhbar, hlm. 371
  4. Ibnu Babawaih, Uyun Akhbar al-Ridha as, hlm.135
  5. Fattal Nisyaburi, Raudhah al-Waizhin,jld.1, hlm.42
  6. Thabari Amili, Bisyarah al-Musthafa, hlm.265
  7. Thusi, al-Amali, hlm.279 dan 589
  8. Habibi Tabar, Muruji Thabasi, Tauhid wa Imammat dar Hadis Silsilah al-Dzahab, hlm.44
  9. Ibnu Babawaih(Shaduq), al-Tauhid, hlm.25
  10. Hasyimi Syahrudi, Farhang Feqh Farsi, jld.4, hlm.523
  11. Ibnu Babawaih (Shaduq), al-Tauhid, hlm.25
  12. Habibi Tabar, Muruji Thabasi, Tauhid a Imamat dar Hadis Silsilah al-Dzahab, hlm.52-53
  13. Khanaji Isfahani, Mehman Nameh Bukhara, dinukil dari Habibi Tabar, Muruji Thabasi, Tauhid wa Imamat dar Hadits Silsilah al-Dzahab, 1392 HS, hlm.43
  14. Ibnu Shabbagh Maliki, al-Fushul al-Muhimmah, 1409 H, 243; Samhudi, Jahāhir al-Aqdain fi Fadhl al-Syarafain, 1407 H, hlm.334; Ibnu Hajar Haitsami, al-Shawāiq al-Muhriqah, jld.2, hlm.595, dinukil dari Habibi Tabar, Muruji Thabasi, Tauhid wa Imamat dar Hadirs Silsilah al-Dzahab, hlm.43
  15. Khanaji Isfahani, Wasilah al-Khadim ila al-Makhdum, hlm.220, dinukil dari Habibi Tabar, Muruji Thabasi, Tauhid wa Imamat dar Hadits Silsilah al-Dzahab
  16. Habibi Tabar, Muruji Thabasi, Tauhid wa Imamat dar Hadits Silsilah al-Dzahab, hlm.43
  17. Al-Qunduzi, Yanabi al- Mawaddah, 1422 H, 364
  18. Ibnu Hajar Haitsami, al- Shawaiq al-Muhriqah, jld.2, 5-594; Tadzkirah al- Khawash, Sibth ibnu Jauzi, hlm.315; dinukil dari Habibi Tabar, Muruji Thabasi, Tauhid wa Imamat dar Hadits Silsilah al-Dzahab, hlm.43
  19. Mudirsyaneh chi, Ilm al-Hadits wa Dirayah al-Hadits, hlm. 13
  20. Al-Amali, Ibnu Babawaih (Shaduq), hlm.235
  21. Ibnu Babawaih (Shaduq), Uyun Akhbar al-Ridha as, hlm.135
  22. Haskani, Syawahid al-Tanzil li Qawaid al-Rafdhil, hlm.170
  23. Sya'iri, Jami al-Akhbari, Najaf, hlm.14
  24. Hasyimi Syahrudi, Farhangg Fiqh Farsi, jld.4, hlm.523

Daftar Pustaka

  • Fattal Nisyaburi, Muhammad bin Ahmad. Raudhah al-Wā'izhin wa Bashirah al-Mutta'izhin (cet. Lama). Qom: Intisyarat Radhi, 1375 HS.
  • Habibi Tabar, Husain. Muruji Thabasi, Muhammad Muhsin. Tauhid wa Imamat dar Hadits Silsialah adz-Dzahab. Fashlnameh Kalame Islami. Vo. 85, Bahar 1392 HS.
  • Haskani, Ubaidullah bin Abdullah. Syawāhid at-Tanzil li Qawāid at-Tafdhil. Riset: Muhammad Baqir Mahmudi. Teheran: Wizarate Farhang wa Irsyad Islami, Majma Ihya ats-Tsaqafah al-Islamiyah, 1411 H.
  • Ibnu Babawaih (Shaduq), Muhammad bin Ali. At-Tauhid. Riset: Hasyim Husaini. Qom: Jamiah Mudarrisin, 1389 HS.
  • Ibnu Babawaih, Muhammad bin Ali. Amali. Teheran: Kitabchi, 1376 HS.
  • Ibnu Babawaih, Muhammad bin Ali. Tsawāb al-A'māl wa Iqāb al-A'māl. Terjemahan Ali Akbar Ghaffari. Teheran: Shaduq.
  • Ibnu Babawaih, Muhammad bin Ali. Uyun Akhbār ar-Ridha as. Riset: Mahdi Lajwardi. Teheran: Nasyre Jahan, 1378 HS.
  • Ibnu Babawaih, Muhammad bin Ali.Ma'āni al-Akhbār. Riset: Ali Akbar Ghaffari. Qom: Daftare Intisyarat Islami Wabasteh be Jamiah Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qom, 1403 H.
  • Ibnu Hajar Haitsami, Ahmad bin Muhammad. Ash-Shawāiq al-Muhriqah. Beirut: Muassasah ar-Risalah, 1417, H.
  • Ibnu Shabbagh Maliki. Al-Fushul al-Muhimmah fi Makrifati Ahwāl al-Aimmah. Beirut: Dar al-Adhwa, 1409 H.
  • Khanaji Isfahani, Ibnu Ruzbahan. Mehman Nameh Bukhara. Teheran: Bonggah Tarjumah wa Nasyri Kitab.
  • Khanaji Isfahani, Ibnu Ruzbahan. Wasilah al-Khadim ila al-Makhdum. Qom: Intisyarat Anshariyan, 1375 HS.
  • Mudirsyanichi, Kazhim. Ilm al-Hadits wa Dirayah al-Hadits. Qom: Intisyarat Islami, 1375 HS.
  • Qunduzi Hanafi, Sulaiman bin Ibrahim. Yanābi al-Mawaddah. Dar al-Iraqiyah al-Kazhimiyah, da Intisyarat Muhammadi. Qom: cet.8, 1485 H.
  • Samhudi, Ali bin Abdullah. Jawāhir al-Aqdain fi Fadhl al-Syarafain. Baghdad: Wizarah al-Auqaf, 1407 H
  • Sibth Ibnu Jauzi. Tadzkirah al-Khawash min al-Ummah bi Dzikri Khashāish al-Aimmah as. Beirut: Muassasah Ahlulbait as, 1417 H.
  • Syuairi, Muhammad bin Muhammad. Jami al-Akhbār. Najaf: Mathbaah Haidariyah.
  • Thabari Amuli, Imaduddin Abi Jakfar Muhammad bin Abi al-Qasim. Bisyarah al-Musthafa li Syiah al-Murtadha (cet. Lama). Najaf: al-Maktabah al-Haidariyah, 1383 H.
  • Thusi, Muhammad bin al-Hasan. Amali. Riset: Muassasah al-Bi'tsah. Qom: Dar ats-Tsaqafah, 1414 H.
  • Hasyimi Syahrudi, Mahmudi. Farhang Fiqh Parsi. Qom: Muassasah Dairah al-Maarif Fiqh Islami, 1385 HS