Khotbah Thalutiyah

tanpa foto
tanpa infobox
tanpa alih
tanpa referensi
Dari wikishia

Khotbah Thalutiyah (bahasa Arab:الخطبة الطالوتية) adalah salah satu khotbah Imam Ali as setelah wafatnya Nabi Muhammad saw, di mana beliau mengkritik masyarakat karena kelemahan mereka dalam mendukungnya pada peristiwa pengambilalihan kekhalifahan dan memperingatkan tentang akibat dari kelalaian ini. Dalam khotbah ini, Imam menyebutkan bahwa jika beliau memiliki pendukung sebanyak para sahabat Thalut, beliau akan menyelamatkan masyarakat dari jalan penyimpangan yang telah mereka alami.

Imam Ali as dalam khotbah ini, selain dari menjelaskan beberapa sifat Allah sawt dan menyatakan keunggulan agama Islam di atas agama-agama lain, Imam as memperkenalkan dirinya sebagai washi Nabi Muhammad as, di mana masyarakat diperintahkan untuk mengikutinya. Dalam khotbah ini, Imam Ali as menyebutkan bahwa keselamatan dan pencapaian nikmat-nikmat duniawi serta ukhrawi adalah hasil dari mengikuti Ahlulbait as. Sebaliknya, beliau menganggap terjerumus dalam kegelapan, tertutupnya jalan ilmu,dan perpecahan di antara masyarakat sebagai akibat dari menjauh dari Ahlulbait as.

Syekh Kulaini menukil khotbah ini dalam bukunya Al-Kafi dari Ibnu Tayyihan. Menurut Allamah Majlisi, meskipun khotbah Thalutiyah dianggap lemah berdasarkan kriteria ilmu rijal, namun karena balaghah dan fashaha yang terdapat di dalamnya, khotbah ini dapat dinisbatkan kepada Imam Ali as.

Pengenalan Waktu dan Konteks Penyampaian Khotbah

Dikatakan bahwa khotbah Thalutiyah[1] adalah salah satu khotbah Imam Ali as yang disampaikan di Madinah setelah wafatnya Nabi Muhammad saw.[2] Penyebutan khotbah ini sebagai Thalutiyah disebabkan pengisyaratan para pengikut Thalut di dalamnya.[3] Dalam khotbah ini, Imam Ali as mengkritik masyarakat karena kurangnya semangat dalam mendukungnya pada peristiwa pengambilalihan kekhalifahan dan memperingatkan tentang akibat dari tindakan tersebut.[4] Allamah Tehrani menganggap khotbah ini sebagai bukti jelas mengapa Imam Ali as tidak bangkit untuk mengambil haknya (Wilayah dan Imamah atas masyarakat) setelah wafatnya Nabi Muhammad saw dan mengikuti wasiat Nabi saw untuk tetap diam dan tidak mengangkat pedang jika tidak memiliki pendukung, agar tidak merugikan Islam.[5]

Sanad

Syekh Kulaini menukil khotbah Thalutiyah dalam bagian al-Raudhah dari kitab al-Kafi dari Abu al-Haitsam bin al-Tayyihan, di mana dia meriwayatkannya dari Imam Ali as.[6] Menurut Allamah Majlisi dalam bukunya "Mir'at al-Uqul", meskipun khotbah Thalutiyah dianggap lemah berdasarkan kriteria ilmu rijal, namun karena balaghah dan fashahah yang terdapat dalam ucapan ini, tidak mungkin berasal dari selain orang yang maksum, sehingga ucapan ini dapat dinisbatkan kepada Imam Ali as.[7]

Kandungan Khotbah

Imam Ali as dalam khotbah Thalutiyah, selain dari memuji Tuhan dan menyebutkan beberapa nama-nama dan sifat-sifat-Nya[8] serta mengakui kenabian Nabi Muhammad saw,[9] juga memperkenalkan dirinya sebagai washi Nabi saw dan sebagai cendikiawan umat yang diperintahkan untuk diikuti dalam kepemimpinannya.[10] Dalam beberapa bagian khotbah ini, Imam as memperingatkan mereka tentang akibat dari berpalingnya masyarakat dari Ahlulbait as.[11] Sebaliknya, Imam as juga mengingatkan mereka tentang manfaat mengikuti Imam[12] dan mengkritik ketidakpedulian masyarakat dalam mendukungnya pada peristiwa pengambilalihan kekhalifahan.[13] Pada akhirnya, Imam Ali as menekankan bahwa jika dirinya memiliki jumlah pendukung seperti para pengikut Thalut atau para sahabat Nabi saw di perang Badar, Imam as akan mengembalikan masyarakat ke jalan yang benar dan mencegah penyimpangan yang terjadi dalam agama.[14]

Pelajaran-pelajaran Khotbah Thalutiyah dijelaskan sebagai berikut:

1. Deskripsi sifat hidup (Hayat) Allah.

2. Allah tidak tertandingi dan tidak ada duanya.

3. Kekuasaan abadi Allah atas alam semesta, baik sebelum penciptaan maupun setelah kehancuran dunia.

4. Allah tidak terikat oleh waktu dan tempat.

5. Ketidakmampuan manusia untuk memahami Allah.

6. Allah adalah Maha Melihat, Maha Mendengar dan Maha Kuasa.

7. Kesaksian atas kenabian Nabi Muhammad saw dan kemenangan Islam atas semua agama sebelumnya.

8. Tertipunya umat Islam dan mengikuti hawa nafsu serta tidak berjalan di jalan yang jelas dari jalan wilayah dan imamah Ahlulbait as.

9. Mengikuti Ahlulbait as sebagai faktor untuk menerima nikmat-nikmat duniawi dan ukhrawi serta mencapai akhir yang baik.

10. Tertutupnya jalan ilmu bagi masyarakat dan terjerumusnya mereka dalam perpecahan serta jauh dari jalan yang lurus akibat tidak mengikuti Ahlulbait as.[15]

Peristiwa yang Terjadi setelah Penyampaian Khotbah

Berdasarkan riwayat Ibnu Tayyihan, setelah selesai menyampaikan khotbah Thalutiyah dan keluarnya Imam Ali as dari masjid, 360 orang pada malam hari berbaiat kepadanya, di mana mereka berjanji untuk berjuang hingga akhir demi menegakkan haknya. Imam kepada mereka berkata agar besok pagi semuanya hadir dengan kepala yang dicukur di tempat yang disebut Ahjar al-Zait yang terletak di sekitar Madinah. Namun, dari jumlah tersebut, hanya Abu Dzar, Miqdad, Hudzaifah bin Yaman, Ammar Yasir dan Salman yang hadir di tempat yang telah disepakati. Menurut perawi, ketika Imam Ali as melihat keadaan tersebut, Imam as mengadukan perilaku masyarakat kepada Allah swt dan menekankan bahwa demi menjaga wasiat Nabi saw, Imam as akan bersabar terhadap perilaku umat Islam ini.[16]

Teks dan Terjemahan Khotbah

Khotbah Thalutiyah
Terjemahan Teks Arab
"Diriwayatkan dari Muhammad bin Ali bin Ma'mar dari Muhammad bin Ali berkata: Telah meriwayatkan kepada kami Abdullah bin Ayub al-Asyari dari Amr al-Awza'i dari Amr bin Syimr dari Salamah bin Kuhail dari Ab Al-Haytsam bin Al-Tayyhan bahwa Amirul Mukminin Ali as menyampaikan khotbah kepada masyarakat di Madinah dan dalam khotbah tersebut beliau berkata:"
مُحَمَّدُ بْنُ عَلِیِّ بْنِ مَعْمَرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِیٍّ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَیُّوبَ الْأَشْعَرِیُّ عَنْ عَمْرٍو الْأَوْزَاعِیِّ عَنْ عَمْرِو بْنِ شِمْرٍ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ کُهَیْلٍ عَنْ أَبِی الْهَیْثَمِ بْنِ التَّیِّهَانِ أَنَّ أَمِیرَ الْمُؤْمِنِینَ(ع) خَطَبَ النَّاسَ بِالْمَدِینَةِ فَقَالَ
"Segala puji bagi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang hidup tanpa memiliki bentuk kehidupan, dan bagi-Nya keberadaan tidak berarti penciptaan, dan keberadaan-Nya tidak memiliki bentuk, tidak terikat oleh tempat, tidak berada dalam sesuatu, dan tidak di atas sesuatu, dan untuk keberadaan-Nya tidak ada tempat yang diciptakan, dan setelah Dia memberikan eksistensi kepada sesuatu, Dia tidak mengambil kekuatan baru dari penciptaan itu, dan sebelum Dia menciptakan sesuatu, Dia tidak lemah sehingga menciptakan sesuatu untuk mengatasi kelemahan-Nya."
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِی لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ کَانَ حَیّاً بِلَا کَیْفٍ وَ لَمْ یَکُنْ لَهُ کَانٌ وَ لَا کَانَ لِکَانِهِ کَیْفٌ وَ لَا کَانَ لَهُ أَیْنٌ وَ لَا کَانَ فِی شَیْءٍ وَ لَا کَانَ عَلَی شَیْءٍ وَ لَا ابْتَدَعَ لِکَانِهِ مَکَاناً وَ لَا قَوِیَ بَعْدَ مَا کَوَّنَ شَیْئاً وَ لَا کَانَ ضَعِیفاً قَبْلَ أَنْ یُکَوِّنَ شَیْئاً
"Dan sebelum Dia menciptakan makhluk, Dia tidak merasa kesepian, dan Dia tidak serupa dengan sesuatu, dan sebelum menciptakan makhluk, Dia tidak terasing dari kekuasaan dan kerajaan, dan setelah semua makhluk pergi, Dia tidak kehilangan kekuasaan. Dia adalah Tuhan yang hidup, bukan dengan kehidupan yang bersifat sementara, dan Dia adalah penguasa dan pemilik sebelum menciptakan sesuatu, dan Dia adalah pemilik setelah menciptakan alam semesta, dan tidak ada bagi Allah bentuk, tempat, batas atau ukuran yang dapat dikenali, dan tidak ada sesuatu yang dapat menandingi-Nya, dan tidak karena banyaknya berdiam diri Dia menjadi tua, dan tidak karena ketakutan terhadap yang lain Dia menjadi lemah."
وَ لَا کَانَ مُسْتَوْحِشاً قَبْلَ أَنْ یَبْتَدِعَ شَیْئاً وَ لَا یُشْبِهُ شَیْئاً وَ لَا کَانَ خِلْواً عَنِ الْمُلْکِ قَبْلَ إِنْشَائِهِ وَ لَا یَکُونُ خِلْواً مِنْهُ بَعْدَ ذَهَابِهِ کَانَ إِلَهاً حَیّاً بِلَا حَیَاةٍ وَ مَالِکاً قَبْلَ أَنْ یُنْشِئَ شَیْئاً وَ مَالِکاً بَعْدَ إِنْشَائِهِ لِلْکَوْنِ وَ لَیْسَ یَکُونُ لِلَّهِ کَیْفٌ وَ لَا أَیْنٌ وَ لَا حَدٌّ یُعْرَفُ وَ لَا شَیْءٌ یُشْبِهُهُ وَ لَا یَهْرَمُ لِطُولِ بَقَائِهِ وَ لَا یَضْعُفُ لِذُعْرَةٍ
"Dan Dia tidak merasa takut seperti makhluk-Nya merasa takut, Dia mendengar tanpa telinga, dan melihat tanpa mata, dan kuat tanpa kekuatan dari makhluk-Nya, pandangan mata tidak dapat memahami-Nya, dan telinga tidak dapat menampung-Nya. Ketika Dia berkehendak terhadap sesuatu, Dia tidak memerlukan konsultasi atau bantuan dari yang lain, dan tidak bertanya kepada siapa pun tentang sesuatu yang Dia kehendaki terhadap makhluk-Nya, mata tidak dapat melihat-Nya dan Dia melihat segala sesuatu, dan Dia adalah yang tak terlihat dan Maha Mengetahui."
وَ لَا یَخَافُ کَمَا تَخَافُ خَلِیقَتُهُ مِنْ شَیْءٍ وَ لَکِنْ سَمِیعٌ بِغَیْرِ سَمْعٍ وَ بَصِیرٌ بِغَیْرِ بَصَرٍ وَ قَوِیٌّ بِغَیْرِ قُوَّةٍ مِنْ خَلْقِهِ لَا تُدْرِکُهُ حَدَقُ النَّاظِرِینَ وَ لَا یُحِیطُ بِسَمْعِهِ سَمْعُ السَّامِعِینَ إِذَا أَرَادَ شَیْئاً کَانَ بِلَا مَشُورَةٍ وَ لَا مُظَاهَرَةٍ وَ لَا مُخَابَرَةٍ وَ لَا یَسْأَلُ أَحَداً عَنْ شَیْءٍ مِنْ خَلْقِهِ أَرَادَهُ لا تُدْرِکُهُ الْأَبْصارُ وَ هُوَ یُدْرِکُ الْأَبْصارَ وَ هُوَ اللَّطِیفُ الْخَبِیرُ
"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya yang diutus untuk membimbing dan membawa agama yang benar agar mengalahkan semua agama meskipun orang-orang musyrik tidak mau. Maka Nabi tersebut menyampaikan risalahnya kepada umat dan menjelaskan jalan - semoga rahmat Allah tercurah kepada-Nya dan keluarganya."
وَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِیکَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَ رَسُولُهُ أَرْسَلَهُ بِالْهُدی وَ دِینِ الْحَقِّ لِیُظْهِرَهُ عَلَی الدِّینِ کُلِّهِ وَ لَوْ کَرِهَ الْمُشْرِکُونَ* فَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَ أَنْهَجَ الدَّلَالَةَ ص-
"Wahai umat yang telah ditipu dan tertipu, dan mengenali penipu yang menipunya, namun tetap bertahan pada penipuan itu, dan mengikuti hawa nafsu, serta melangkah di jalan kegelapan kesesatan, padahal kebenaran telah jelas baginya, ia menolak untuk mengikuti dan enggan menempuh jalan yang terang."
أَیُّهَا الْأُمَّةُ الَّتِی خُدِعَتْ فَانْخَدَعَتْ وَ عَرَفَتْ خَدِیعَةَ مَنْ خَدَعَهَا فَأَصَرَّتْ عَلَی مَا عَرَفَتْ وَ اتَّبَعَتْ أَهْوَاءَهَا وَ ضَرَبَتْ فِی عَشْوَاءِ غَوَایَتِهَا وَ قَدِ اسْتَبَانَ لَهَا الْحَقُّ فَصَدَّتْ عَنْهُ وَ الطَّرِیقُ الْوَاضِحُ فَتَنَکَّبَتْهُ
"Demi Allah yang membelah biji dan menciptakan makhluk (hewan dan manusia), jika kalian mendapatkan ilmu dan pengetahuan dari sumbernya, dan meminum air yang menyegarkan, dan menyimpan kebaikan dari tempatnya, dan mengambil jalan dari bagian yang terang, dan melangkah di jalan yang benar, jalan-jalan akan menjadi jelas bagi kalian, dan tanda-tanda akan terlihat, dan Islam akan bersinar bagi kalian, dan kalian akan menikmati kebahagiaan dan kelimpahan, dan tidak ada keluarga yang terjebak di antara kalian, dan tidak ada penindasan terhadap Muslim maupun non-Muslim yang terikat perjanjian dengan kalian."
أَمَا وَ الَّذِی فَلَقَ الْحَبَّةَ وَ بَرَأَ النَّسَمَةَ لَوِ اقْتَبَسْتُمُ الْعِلْمَ مِنْ مَعْدِنِهِ وَ شَرِبْتُمُ الْمَاءَ بِعُذُوبَتِهِ وَ ادَّخَرْتُمُ الْخَیْرَ مِنْ مَوْضِعِهِ وَ أَخَذْتُمُ الطَّرِیقَ مِنْ وَاضِحِهِ وَ سَلَکْتُمْ مِنَ الْحَقِّ نَهْجَهُ لَنَهَجَتْ بِکُمُ السُّبُلُ وَ بَدَتْ لَکُمُ الْأَعْلَامُ وَ أَضَاءَ لَکُمُ الْإِسْلَامُ فَأَکَلْتُمْ رَغَداً وَ مَا عَالَ فِیکُمْ عَائِلٌ وَ لَا ظُلِمَ مِنْکُمْ مُسْلِمٌ وَ لَا مُعَاهَدٌ
"Namun, kalian memilih jalan kegelapan, sehingga dunia dengan segala keluasannya menjadi gelap bagi kalian, dan pintu-pintu ilmu dan pengetahuan tertutup bagi kalian, lalu kalian berbicara sesuai keinginan kalian, dan dalam agama kalian menempuh jalan perpecahan dan memberikan fatwa tanpa pengetahuan, dan mengikuti orang-orang yang sesat yang menyesatkan kalian, dan kalian meninggalkan pemimpin kalian dan mereka juga meninggalkan kalian, sehingga kalian jatuh pada keadaan ini, di mana kalian memutuskan berdasarkan keinginan kalian sendiri, ketika ada sesuatu yang muncul, kalian menghindari orang-orang yang berpengetahuan, dan ketika mereka menjelaskan jawabannya kepada kalian, kalian berkata bahwa sesungguhnya kebenaran ilmu adalah ini."
وَ لَکِنْ سَلَکْتُمْ سَبِیلَ الظَّلَامِ فَأَظْلَمَتْ عَلَیْکُمْ دُنْیَاکُمْ بِرُحْبِهَا وَ سُدَّتْ عَلَیْکُمْ أَبْوَابُ الْعِلْمِ فَقُلْتُمْ بِأَهْوَائِکُمْ وَ اخْتَلَفْتُمْ فِی دِینِکُمْ فَأَفْتَیْتُمْ فِی دِینِ اللَّهِ بِغَیْرِ عِلْمٍ وَ اتَّبَعْتُمُ الْغُوَاةَ فَأَغْوَتْکُمْ وَ تَرَکْتُمُ الْأَئِمَّةَ فَتَرَکُوکُمْ فَأَصْبَحْتُمْ تَحْکُمُونَ بِأَهْوَائِکُمْ إِذَا ذُکِرَ الْأَمْرُ سَأَلْتُمْ أَهْلَ الذِّکْرِ فَإِذَا أَفْتَوْکُمْ قُلْتُمْ هُوَ الْعِلْمُ بِعَیْنِهِ
"Demi Allah, jika aku memiliki pengikut sebanyak para pengikut Thalut atau sebanyak orang-orang Badar yang setara dan serupa dengan kalian, pasti aku akan memukul kalian dengan pedang hingga kalian kembali kepada kebenaran dan benar-benar beriman, dan tindakan ini lebih baik untuk menutup celah yang muncul dalam agama, dan lebih sesuai dengan kelemahlembutan. Ya Allah, Engkau adalah Hakim di antara kami dengan kebenaran, dan Engkau adalah sebaik-baik hakim."
أَمَا وَ اللَّهِ لَوْ کَانَ لِی عِدَّةُ أَصْحَابِ طَالُوتَ أَوْ عِدَّةُ أَهْلِ بَدْرٍ وَ هُمْ أَعْدَاؤُکُمْ لَضَرَبْتُکُمْ بِالسَّیْفِ حَتَّی تَئُولُوا إِلَی الْحَقِّ وَ تُنِیبُوا لِلصِّدْقِ فَکَانَ أَرْتَقَ لِلْفَتْقِ وَ آخَذَ بِالرِّفْقِ اللَّهُمَّ فَاحْکُمْ بَیْنَنَا بِالْحَقِّ وَ أَنْتَ خَیْرُ الْحَاکِمِینَ-
"Perawi berkata: Kemudian beliau keluar dari masjid dan menuju ke suatu tempat yang dikelilingi tembok yang di dalamnya terdapat sekitar tiga puluh ekor domba, beliau berkata: Demi Allah, jika aku memiliki laki-laki sebanyak domba-domba ini yang mau berbuat baik untuk Allah dan Rasul-Nya, pasti aku akan mencabut kekuasaan dan kepemimpinan anak perempuan pemakan lalat."
قَالَ ثُمَّ خَرَجَ مِنَ الْمَسْجِدِ فَمَرَّ بِصِیرَةٍ فِیهَا نَحْوٌ مِنْ ثَلَاثِینَ شَاةً فَقَالَ وَ اللَّهِ لَوْ أَنَّ لِی رِجَالًا یَنْصَحُونَ لِلَّهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَ لِرَسُولِهِ بِعَدَدِ هَذِهِ الشِّیَاهِ لَأَزَلْتُ ابْنَ آکِلَةِ الذِّبَّانِ عَنْ مُلْکِهِ
"Ketika malam tiba, 360 orang berbaiat kepada beliau untuk mati (berjanji untuk bertahan hingga akhir). Amirul Mukminin as berkata kepada mereka: Besok pagi, semuanya hadir dengan kepala yang dicukur di samping "Ahjar al-Zait" (nama suatu tempat di sekitar Madinah). Beliau sendiri mencukur kepalanya, tetapi pada hari berikutnya, dari 360 orang tersebut, hanya Abu Dzar, Miqdad, Hudzaifah bin Yaman, Ammar bin Yasir dan Salman yang datang dengan kepala dicukur. Ketika Ali as melihat keadaan itu, beliau mengangkat tangannya ke langit dan berkata: Ya Allah, orang-orang ini merendahkan diriku, sebagaimana Bani Israil merendahkan Harun. Ya Allah, Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami nyatakan, dan tidak ada sesuatu pun di langit dan bumi yang tersembunyi bagi-Mu. Matikanlah aku sebagai seorang Muslim dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh."
قَالَ فَلَمَّا أَمْسَی بَایَعَهُ ثَلَاثُمِائَةٍ وَ سِتُّونَ رَجُلًا عَلَی الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمْ أَمِیرُ الْمُؤْمِنِینَ ع اغْدُوا بِنَا إِلَی أَحْجَارِ الزَّیْتِ مُحَلِّقِینَ وَ حَلَقَ أَمِیرُ الْمُؤْمِنِینَ ع فَمَا وَافَی مِنَ الْقَوْمِ مُحَلِّقاً إِلَّا أَبُو ذَرٍّ وَ الْمِقْدَادُ وَ حُذَیْفَةُ بْنُ الْیَمَانِ وَ عَمَّارُ بْنُ یَاسِرٍ وَ جَاءَ سَلْمَانُ فِی آخِرِ الْقَوْمِ فَرَفَعَ یَدَهُ إِلَی السَّمَاءِ فَقَالَ- اللَّهُمَّ إِنَّ الْقَوْمَ اسْتَضْعَفُونِی کَمَا اسْتَضْعَفَتْ بَنُو إِسْرَائِیلَ هَارُونَ اللَّهُمَّ فَإِنَّکَ تَعْلَمُ ما نُخْفِی وَ ما نُعْلِنُ وَ ما یَخْفی عَلَیْکَ شَیْءٍ فِی الْأَرْضِ وَ لا فِی السَّماءِ ... تَوَفَّنِی مُسْلِماً وَ أَلْحِقْنِی بِالصَّالِحِینَ
"Demi Ka'bah dan demi orang yang menuju Ka'bah (atau yang menyentuh Ka'bah) - dan dalam redaksi lain disebutkan: dan demi Muzdalifah dan mereka yang bersegera untuk melempar jumrah - jika bukan karena pesan yang diberikan oleh Nabi yang ummi kepadaku, pasti aku akan mencampakkan musuh-musuh ke dalam lautan kematian dan menurunkan hujan petir kematian atas mereka dan mereka akan segera mengetahuinya."
أَمَا وَ الْبَیْتِ وَ الْمُفْضِی إِلَی الْبَیْتِ- [وَ فِی نُسْخَةٍ وَ الْمُزْدَلِفَةِ] وَ الْخِفَافِ إِلَی التَّجْمِیرِ- لَوْ لَا عَهْدٌ عَهِدَهُ إِلَیَّ النَّبِیُّ الْأُمِّیُّ ص لَأَوْرَدْتُ الْمُخَالِفِینَ خَلِیجَ الْمَنِیَّةِ وَ لَأَرْسَلْتُ عَلَیْهِمْ شَآبِیبَ صَوَاعِقِ الْمَوْتِ وَ عَنْ قَلِیلٍ سَیَعْلَمُونَ.

Catatan Kaki

Daftar Pustaka