Pengguna anonim
Zainab binti Jahsy: Perbedaan antara revisi
→Jawaban
imported>E.amini Tidak ada ringkasan suntingan |
imported>E.amini |
||
Baris 72: | Baris 72: | ||
Ulama-ulama Islam memberikan sejumlah jawaban dan bantahan dari syubhat-syubhat tersebut. Sumber penolakan kaum Musyrikin dan [[Munafikin]] atas pernikahan [[Nabi Muhammad saw]] dengan mantan istri anak angkatnya dikarenakan tradisi [[Jahiliyah]] penduduk [[Mekah]] yang memberlakukan anak angkat sebagaimana anak kandung, sehingga hukum-hukum yang berkaitan dengan anak angkat juga berlaku untuk anak asuh. Kisah tersebut termuat dalam ayat 36-39 surah [[Surah Al-Ahzab|Al-Ahzab]]. <ref>Lih. Sayid Murtadha Allamalhuda, hlm. 175-177.</ref> | Ulama-ulama Islam memberikan sejumlah jawaban dan bantahan dari syubhat-syubhat tersebut. Sumber penolakan kaum Musyrikin dan [[Munafikin]] atas pernikahan [[Nabi Muhammad saw]] dengan mantan istri anak angkatnya dikarenakan tradisi [[Jahiliyah]] penduduk [[Mekah]] yang memberlakukan anak angkat sebagaimana anak kandung, sehingga hukum-hukum yang berkaitan dengan anak angkat juga berlaku untuk anak asuh. Kisah tersebut termuat dalam ayat 36-39 surah [[Surah Al-Ahzab|Al-Ahzab]]. <ref>Lih. Sayid Murtadha Allamalhuda, hlm. 175-177.</ref> | ||
Menikah dengan sepupu adalah tindakan yang sah dalam Islam, sehingga perkawinan Nabi Muhammad saw dengan putri bibinya bukan masalah. Namun mengenai apa yang telah disebutkan bahwa Nabi saw menikahi Zainab karena tertarik dengan kecantikannya, <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 101-102; Qomi, jld. 2, hlm. 172-173.</ref> maka harus dikatakan bahwa Nabi saw tahu bahwa Zainab adalah perempuan yang santun dan cantik sebelum pernikahannya dengan Zaid bin Haritsah; bahkan saat itu Nabi saw sendiri yang meminta Zaid menikahi Zainab. | Menikah dengan sepupu adalah tindakan yang sah dalam Islam, sehingga [[perkawinan]] Nabi Muhammad saw dengan putri bibinya bukan masalah. Namun mengenai apa yang telah disebutkan bahwa Nabi saw menikahi Zainab karena tertarik dengan kecantikannya, <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 8, hlm. 101-102; Qomi, jld. 2, hlm. 172-173.</ref> maka harus dikatakan bahwa Nabi saw tahu bahwa Zainab adalah perempuan yang santun dan cantik sebelum pernikahannya dengan Zaid bin Haritsah; bahkan saat itu Nabi saw sendiri yang meminta Zaid menikahi Zainab. | ||
Nabi saw memiliki rasa kasih sayang secara khusus pada Zaid <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 3, hlm. 40, 42-44; Ibnu Abd al-Barr, jld. 2, hlm. 543, 546.</ref>, yang satu atau dua tahun setelah [[Bi'tsah]], Ia memerdekakan budaknya, [[Ummu Aiman]] untuk kemudian dinikahkan dengan Zaid. Dari pernikahan Zaid dan Ummu Aiman, lahirlah Usamah bin Zaid. <ref>Lih. Ibnu Sa'ad, jld. 3,hlm. 45; Ibnu Abd al-Barr, jld. 2, hlm. 546.</ref> | Nabi saw memiliki rasa kasih sayang secara khusus pada Zaid <ref>Ibnu Sa'ad, jld. 3, hlm. 40, 42-44; Ibnu Abd al-Barr, jld. 2, hlm. 543, 546.</ref>, yang satu atau dua tahun setelah [[Bi'tsah]], Ia memerdekakan budaknya, [[Ummu Aiman]] untuk kemudian dinikahkan dengan Zaid. Dari pernikahan Zaid dan Ummu Aiman, lahirlah Usamah bin Zaid. <ref>Lih. Ibnu Sa'ad, jld. 3,hlm. 45; Ibnu Abd al-Barr, jld. 2, hlm. 546.</ref> |