Jabir bin Abdillah al-Anshari
Info pribadi | |
---|---|
Nama lengkap | Jabir bin Abdillah al-Anshari |
Julukan | Abu Abdillah |
Muhajir/Anshar | Anshar |
Tempat Tinggal | Mekah • Madinah |
Tempat dimakamkan | Madinah |
Informasi Keagamaan | |
Memeluk Islam | Perjanjian 'Aqabah II |
Keikutsertaan dalam Ghazwah | Semua perang kecuali perang Badar dan Uhud |
Aktivitas lain | Orang pertama yang menziarahi Imam Husain as di hari Arbain di Karbala |
Karya penting | Musnad Jabir bin Abdillah • Shaifah Jabir |
Jabir bin Abdillah al-Anshari (bahasa Arab: جابر بن عبدالله الانصاری) adalah sahabat Rasulullah saw dan termasuk orang yang ikut melakukan baiat pada baiat 'Aqabah kedua. Ia termasuk orang yang banyak meriwayatkan hadis. Di antaranya, hadis Lauh dari lisan suci Rasulullah saw yang memuat nama-nama para Imam Syiah. Jabir merupakan orang pertama yang menziarahi Imam Husain as. [1] yang sampai di Karbala pada hari Arbain dan menziarahi Imam. Ia juga orang yang menyampaikan salam Rasulullah saw kepada Imam Baqir as.
Nasab dan Julukan
Kakek Jabir bernama Amru bin Haram bin Ka'ab bin Ghanim yang dinisbatkan kepada suku Khazraj. [2] Ayahnya sudah memeluk Islam sebelum Rasulullah saw hijrah ke Yatsrib dan telah berbaiat kepada Rasulullah saw pada baiat 'Aqabah kedua. Ayah Jabir termasuk 12 pemimpin yang dipilih oleh Rasulullah saw sebagai wakil kabilah mereka. Ia ikut serta dalam perang Badar dan syahid dalam Uhud. [3] Banyak sekali julukan yang disebutkan untuk Jabir, disebabkan nama anak-anaknya. Namun, julukannya yang lebih benar adalah Abu Abdillah. [4]
Kehidupan
Pengenalan kehidupan Jabir dimulai dari kehadirannya bersama ayahnya di baiat 'Aqabah kedua pada tahun 13 setelah kenabian. Ia adalah orang termuda dari kalangan suku Aus dan Khazraj yang berbaiat kepada Rasulullah saw. [5] Dengan memperhatikan tahun wafat dan rentang usianya[6], kemungkinan besar pada waktu itu Jabir berumur 16 tahun.
Pernikahan
Pada tahun ke-3 H/625, sebelum perang Dzat ar-Riqa', Jabir menikah dengan seorang janda bernama Suhaimah binti Mas'ud bin Aus sehingga setelah ayahnya gugur ia dapat mengayomi sembilan saudara perempuannya dengan lebih baik. [7]
Pada waktu itu, Jabir menghadapi kendala keuangan dengan menanggung utang ayahnya. Ketika kembali dari perang Dzat ar-Riqa', (tahun ke-4 H/626) Rasulullah saw mengetahui kondisinya. Rasulullah saw pun menyelesaikan problem keuangan Jabir secara terhormat dan memohonkan ampunan untuknya. [8]
Partisipasi Dalam Perang
Setelah Rasulullah saw hijrah dari Mekah ke Madinah, Jabir termasuk salah seorang yang ikut serta dalam peperangan dan ekspedisi (sariyyah). Ia hanya tidak ikut dalam perang Badar dan Uhud saja. [9] Alasan ketidak-hadiran Jabir dalam dua perang ini karena mentaati ayahnya yang telah menjadikannya sebagai pemimpin keluarga. [10]
Namun, dalam sebagian riwayat, ia disebut sebagai seorang Badri. Diriwayatkan, Jabir sendiri menyebutkan bahwa ia termasuk yang mengantarkan air dalam perang Badar. [11] Perlu disebutkan bahwa Jabir mengikuti sejumlah peperangan yang begitu banyak. Menurut penuturannya sendiri, ia ikut dalam 19 peperangan dari 27 peperangan yang dilakukan Rasulullah saw. [12] Telah disebutkan, Jabir juga ikut dalam beberapa ekspedisi. [13]
Perang Hamra' al-Asad
Perang Hamra' al-Asad, yang terjadi setelah perang Uhud pada tahun 4 H/626, merupakan pengalaman perang pertama Jabir. Menurut sabda Rasulullah saw, hanya orang-orang yang pernah ikut perang Uhud saja yang diizinkan ikut serta dalam delegasi militer ini. Namun, Jabir adalah satu-satunya orang yang ikut serta dalam perang ini meskipun tidak hadir dalam perang Uhud. Hal ini karena Rasulullah saw menerima alasan ketidak-hadirannya pada perang Uhud. [14]
Hubungan dengan Rasulullah
Menurut sebagian data, hubungan antara Rasulullah saw dan Jabir penuh dengan kecintaan dan persahabatan. Suatu hari Jabir jatuh sakit dan Rasulullah saw pun menjenguknya. Jabir yang sepertinya tidak memiliki harapan lagi untuk sembuh bertanya tentang hukum waris atas harta peninggalannya untuk saudari-saudarinya. Rasulullah saw memberi semangat dan harapan kepadanya dan memberi kabar gembira tentang umur panjangnya, dan turunlah sebuah ayat yang terkenal[15] dengan nama ayat Kalalah[16] yang menjawab pertanyaan Jabir.
Periode Tiga Khalifah
Mengenai sikap Jabir terhadap khalifah pertama tidak disebutkan dalam literatur sejarah. Kemungkinannya, ia pada mulanya bersama Anshar dan Muhajirin di Madinah, tapi kemudian bergabung dengan Imam Ali as dan Ahlulbait as. [17]
Pada masa Khulafaur Rasyidin, Jabir lebih aktif dalam aktivitas ilmiah, pengajaran dan menjauhkan diri dari urusan politik dan militer. Ia hanya berpartisipasi dalam satu delegasi perang. Itu pun hanya di awal penaklukan kaum muslimin pada masa khalifah pertama. Dalam sebuah laporan, disebutkan mengenai kehadirannya dalam pasukan Khalid bin Walid untuk mengepung Damaskus, membantu pasukan Syam. [18] Namun kemudian tidak diketahui lagi apakah Jabir ikut bersama pasukan Khalid dalam penaklukan Irak ataukah berada di tempat lain.
Jabir adalah seorang arif pada masa kekhilafahan Umar bin Khattab. [19] Seorang arif merupakan seseorang yang berasal dari suatu kabilah yang ditunjuk dan dinobatkan oleh khalifah menjadi pemimpin kabilah atau sukunya. Seorang arif dianggap sebagai perantara khalifah dan orang-orang kabilahnya.
Tidak ada informasi mendetail tentang aktivitas-aktivitas Jabir pada masa khalifah ketiga. Hanya diketahui pada akhir masa kekhilafahan Utsman ketika para demonstran Mesir datang menuju Madinah. Ia bersama 50 orang dari Anshar diperintah khalifah untuk berdialog dengan para penentang dan memulangkan mereka ke rumahnya masing-masing. [20]
Masa Kekhilafahan Imam Ali as
Jabir termasuk pasukan Imam Ali as pada perang Shiffin. [21] Di masa akhir kekhilafahan Imam Ali as, pasukan Muawiyah melakukan perampokan dan penjarahan kota-kota dan memaksa masyarakat untuk berbaiat. Madinah juga tidak luput dari perampokan dan penjarahan ini. Pada tahun 40 Hijriah/661, Busr bin Arthah memberontak di Madinah dan meminta baiat warga Madinah, termasuk memintanya dari kabilah bani Salamah yang merupakan kabilah Jabir.
Jabir yang menganggap sesat baiat kepada Busr berlindung ke rumah Ummu Salamah, istri Rasulullah saw. Namun, pada akhirnya ia terpaksa mengikuti saran Ummu Salamah supaya berbaiat kepada Busr guna menghindari pertumpahan darah. [22]
Peristiwa Pemindahan Mimbar Rasulullah saw
Setelah Muawiyah memegang tampuk pemerintahan, ia hendak memindahkan mimbar Rasulullah saw dari Madinah ke Damaskus pada tahun 50 H/671. Jabir termasuk salah seorang yang mendatangi Muawiyah dan memintanya membatalkan rencana pemindahan mimbar tersebut. [23]
Lawatan-Lawatan Jabir
Pada tahun 50 H/671 Jabir pergi ke Mesir. Sejumlah orang Mesir meriwayatkan dari Jabir. [24] Pada saat itu, Maslamah bin Mukhallad Anshari yang merupakan satu kabilah dengan Jabir, adalah seorang gubernur Mesir. Menurut penuturan Ibnu Mandah, Jabir pergi ke Syam dan Mesir bersama Maslamah. [25]
Menurut laporan sumber-sumber hadis, Jabir pergi ke Syam untuk mendengarkan sebuah hadis tentang qisash dari Abdullah bin Anis[26]. Namun tidak ada data tanggalnya. Ia juga pergi ke Syam pada masa pemerintahan Muawiyah yang mendapat sikap dingin Muawiyah. Jabir yang tidak suka dengan sikap Muawiyah memilih pergi menuju Madinah dan menolak hadiah Muawiyah berupa 600 Dinar. [27] Sikap Muawiyah terhadap Jabir ini dianggap sebagai bukti sikap kelompok bani Umayyah dalam menistakan warga Madinah karena terbunuhnya khalifah ketiga.
Pemerintahan Bani Umayyah
Jabir yang mengalami periode Rasulullah dan mengetahui Al-Qur'an dan sunah, sangat kesal dengan bid'ah dan kebobrokkan-kebobrokan bani Umayyah. Ia berharap menjadi tuli sehingga tidak mendengar berita-berita bid'ah dan perubahan nilai-nilai agama. [28]
Hajjaj bin Yusuf dari bani Umayyah memegang kekuasaan di Hijaz pada tahun 72 H/692 - 75 H/695. Pada tahun 74 H/694 ia pergi ke Madinah dan selama dua bulan berusaha menistakan warga Madinah. Hajjaj menempelkan benda panas ke tubuh para sahabat Rasulullah saw seperti Jabir, laksana para budak. [29] Meskipun demikian, Jabir tidak menunjukkkan reaksi apapun kecuali mengubah sikapnya semata[30] dan berwasiat supaya Hajjaj tidak mensalati jenazahnya. [31]
Wafat Jabir
Di masa akhir hayatnya, Jabir tinggal di samping Baitullah di Mekah selama satu tahun. Selama itu, para pemuka dari tabi'in, seperti Atha' bin Abi Rabah dan Amr bin Dinar bertemu dengannya. Jabir mengalami kebutaan pada masa akhir hayatnya. Ia meninggal dunia di Madinah. [32] Mizzi[33] menyebutkan beberapa riwayat tentang tahun kematian Jabir. Ia menyebutkan sejarah yang berbeda antara tahun 68 H/688 - 79 H/699. Dinukil dalam sebuah riwayat dari sebagian sejarawan dan ahli hadis bahwa Jabir wafat pada tahun 78 H/698 di usia 94 tahun. Disebutkan bahwa Aban bin Utsman, gubernur Madinah, ikut mensalati jenazahnya. [34]
Keturunan
Diantara keturunan Jabir adalah Abdurahman, Muhammad[35], Mahmud, Abdullah[36] dan Aqil. [37] Terdapat laporan adanya keturunan-keturunan yang dinisbatkan kepada Jabir di Afrika[38] dan Bukhara[39]. Terdapat juga sejumlah keturunannya di Iran. Diantaranya yang paling terkenal adalah Syekh Murtadha Anshari, seorang fakih dan ahli ushul terkemuka Syiah kontemporer. [40]
Karakteristik Periwayatan Jabir
Jabir temasuk kelompok sahabat yang banyak meriwayatkan hadis dari Rasulullah saw. Ia disebut sebagai penjaga sunah Nabawi dan pemilik banyak hadis. [41] Sumber-sumber riwayat, sirah dan sejarah, banyak bersandar pada riwayat-riwayat Jabir dan riwayat-riwayatnya menjadi perhatian semua mazhab Islam. Dalam ranah hukum-hukum fikih, Jabir adalah seorang yang memiliki pendapat dan memberi fatwa. [42] Dzahabi[43] menyebutnya sebagai seorang mujtahid dan fakih.
Selain menyampaikan riwayat-riwayat langsung dari Rasulullah saw, Jabir juga meriwayatkan dari sahabat dan tabi'in. Di antara riwayat-riwayat sahabat yang dibawakan oleh Jabir adalah riwayatnya Ali bin Abi Thalib as, Thalhah bin Ubaidillah, Ammar Yasir, Mu'ad bin Jabal dan Abu Said Khudhri. [44]
Jabir sangat berusaha untuk mendapatkan nilai-nilai pengetahuan agama. Ia melakukan lawatan ke Syam untuk mendengar hadis Rasulullah saw secara langsung dari salah seorang sahabat. [45] Antusiasme ini memaksa Jabir di akhir umurnya untuk tinggal selang beberapa lama di samping Baitullah supaya dapat mendengarkan hadis-hadis. [46] Dalam perkara hadis, ia adalah seorang kritikus handal dan dalam menjauhi persaingan dan fanatisme kesukuan dalam menyampaikan berita dan riwayat. Misalnya, meskipun berasal dari kabilah Khazraj, namun ia mengakui bagaimana para perawi Khazraj menyelewengkan sabda Rasulullah saw dalam memuji penghakiman Saad bin Mu'adz tentang bani Quraidhah, karena Saad pemimpin kabilah Aus. [47]
Imam Baqir as, Imam Shadiq as dan Imam Kazhim as yang menukil dari Imam Baqir as menyebutkan beberapa riwayat Rasulullah saw dari Jabir. [48]
Nama Jabir disebutkan dalam periwayatan hadis-hadis populer Syiah, seperti hadis Ghadir[49], Tsaqalain[50], Madinatul 'Ilmi [51], Manzilah [52], Raddus Syams (mengembalikan matahari) [53] dan Sad al-Abwab (penutupan pintu-pintu). [54]
Jabir juga menjadi perawi hadis dimana dalam hadis itu Rasulullah saw menyebutkan nama-nama para Imam sepeninggalnya [55] dan menjelaskan ciri-ciri Imam Mahdi. [56] Hadis Lauh termasuk hadis terkenal yang diriwayatkan oleh Jabir. Dalam hadis Lauh disebutkan nama-nama para Imam dua belas, pengganti Rasulullah saw. [57]
Majelis Ilmu
Jabir memiliki majelis ilmu di masjid Nabawi. Ia menyampaikan hadis, sementara sejumlah tabi'in belajar darinya dan menulis hadisnya. [58] Banyak orang yang mengutip hadis darinya, di antaranya adalah Said bin Musayyib, Hasan bin Muhammad bin Hanafiah, Atha' bin Abi Rabah, Mujahid bin Jabr, Amr bin Dinar Makki, Amir bin Syarahil Sya'bi dan Hasan Bashri. [59]
Mufti Madinah
Sesuai dengan klasifikasi Ibnu Sa'ad dalam al-Thabaqāt al-Kabir, Jabir tidak dimasukkan sebagai seorang mufti dan muqtada (yang diikuti) atau ahli ilmu dan fatwa. Namun, Dzahabi[60] menyebutnya sebagai Mufti Madinah. Musa bin Ali bin Muhammad Amir memberikan laporan lengkap tentang pandangan-pandangan fikih Jabir dalam pelbagai referensi riwayat dan mencatatnya dengan topik Jabir bin Abdullah wa Fiqhuhu (Jabir bin Abdullah dan fikihnya). [61]
Tafsir Al-Qur'an
Riwayat-riwayat dari Jabir banyak dikutip dalam tafsir Al-Qur'an, dimana riwayatnya menjadi sandaran tafsir. [62]. Pandangan penafsiran Jabir terhadap sebagian ayat Al-Qur'an selaras dengan pandangan tafsir Syiah. [63]
Dalam Referensi Imamiah
Sehubungan dengan referensi rijal Imamiyah, Jabir adalah orang yang dihormati dan mendapat penegasan sebagai perawi. Ia termasuk sahabat para Imam, mulai dari Imam Ali as sampai Imam Baqir as. [64] Namun perlu diperhatikan bahwa Jabir wafat pada masa keimamahan Imam Sajjad as dan ketika itu usia Imam Baqir as masih kecil atau remaja. Dengan demikian, Jabir tidak bisa dikategorikan sebagai salah seorang sahabat Imam Baqir as. [65]
Dalam sebagian referensi rijal disebutkan bahwa karena pujian atas popularitas riwayat-riwayatnya, dalam periwayatannya, Jabir tidak lagi memerlukan pengesahan. [66] Meskipun Jabir dalam peristiwa Saqifah bukan termasuk sahabat Imam Ali as, namun setelah itu ia bergabung dengan Imam Ali dan termasuk sahabat Ahlulbait as yang setia dan ikhlas. [67] Kasysyi[68] menilai Jabir sebagai anggota kelompok yang berkorban untuk Imam Ali as dan senantiasa mentaati perintahnya. Kelompok ini populer dengan nama Syurtah al-Khamis. [69]
Kecintaan Ahlulbait as
Menurut perspektif Jabir, Imam Ali as memiliki sedemikian kedudukan di masa hidup Rasulullah saw yang dikategorikan sebagai tolok ukur kebenaran. Orang-orang munafik teridentifikasi dengan kebencian kepada Imam Ali as. [70] Jabir melewati gang-gang Madinah dan ikut serta dalam majelis-majelis Anshar. Jabir menasihati mereka supaya mendidik keturunan-keturunannya dengan kecintaan kepada Ali as. Ia berkali-kali mengatakan bahwa barang siapa yang tidak mengenal Ali as sebagai makhluk terbaik, maka dia tidak bersyukur. [71] Ucapan populer Jabir tentang Imam Ali as: "Ali Khairul Basyar"—Ali adalah sebaik-baik manusia—menjadi inspirasi para penulis Syiah. Salah satunya adalah Ja'far bin Ahmad Qummi yang mengutip sepertiga riwayatnya dari Jabir, dalam bukunya yang berjudul Nawadir al-Atsar fi Ali Khair al-Basyar,. [72]
Jabir dan Peristiwa Asyura
Dalam tragedi Karbala dan kesyahidan Imam Husain as, Jabir bin Abdullah salah satu dari orang-orang yang berusia lanjut di kota Madinah yang gelisah terhadap keturunan Rasulullah saw. Imam Husain as ketika berargumentasi kepada para tentara Ubaidillah bin Ziyad mengenalkan Jabir sebagai saksi dalam ucapannya. [73] Dalam Arbain kesyahidan Imam Husain as, Jabir adalah orang pertama yang menziarahi Imam. [74]
Perlindungan Atas Imamah Imam Sajjad as
Imam Sajjad as memiliki sahabat yang sangat sedikit pada masa keimamahannya. Jabir termasuk salah satu dari sahabat Imam Sajjad yang sedikit tersebut. Karena usianya yang lanjut, ia luput dari pengejaran Hajjaj bin Yusuf. [75]
Pertemuan Dengan Imam Baqir as
Dalam hadis-hadis, disebutkan peristiwa pertemuan Jabir bin Abdillah dengan Imam Baqir as. [76] Jabir mendengar Rasulullah saw berkata, "Engkau akan memiliki umur panjang yang akan bertemu dengan putraku dari keturunanku dan namanya sama denganku. Ia adalah pembelah ilmu (Yabqur al-Ilmu Baqran). Maka sampaikanlah salamku kepadanya." [77] Jabir senantiasa mencari keturunan Rasulullah ini, sampai akhirnya di masjid Madinah ada panggilan, "Wahai Baqirul Ilm!" Suatu hari akhirnya Jabir menemukan Muhammad bin Ali dan ia teringat sabda Rasulullah saw. Jabir pun mencium Muhammad bin Ali dan menyampaikan salam Rasulullah saw kepadanya. [78]
Karya
Hadis-hadis musnad Jabir yang dikutip melalui jalur referensi riwayat Ahlusunah mencapai 1540 hadis, dimana Bukhari dan Muslim menukil 58 hadis darinya. [79] Ahmad bin Hanbal mengumpulkan riwayat-riwayat Jabir dalam musnadnya. [80] Terdapat naskah-naskah khat musnad Jabir bin Abdullah di Khazanah al-Ribath (Maroko) dengan riwayat Abu Abdirrahman Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Hanbal [81], yang mungkin merupakan riwayat-riwayat Jabir dalam musnad Ahmad bin Hanbal. Husain Watsiqi juga mengutip riwayat-riwayat Jabir dari referensi-referensi riwayat Syiah dan menuliskan dalam bukunya "Jabir bin Abdullah al-Anshari, Hayatuhu wa Musnaduhu"—Jabir bin Abdullah Anshari; Kehidupan dan Musnadnya.
Karya terpenting Jabir yang dikenal dalam kepustakaan adalah Sahifah Jabir. Sahifah ini—yang merupakan contoh bentuk penulisan hadis terkuno—dikumpulkan oleh Sulaiman bin Qais Yasykari. Namun, karena pendeknya usia Sulaiman, para perawi lain mengutipnya tanpa membaca dan mendengar teks sahifah tersebut [82]. Naskah sahifah ini terdapat dalam antologi Syahid Ali Pasha di perpustakaan Sulaimaniyah (Sulaimaniya Library) Istanbul. [83]
Catatan Kaki
- ↑ Al-Amin, A'yān al-Syiah, jld. 4, hlm. 46.
- ↑ Rujuk, Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 3, bagian 2, hlm. 1-4-105; Ibnu 'Asakir, Tārikh Madinah Dimasyq, jld. 11, hlm. 208.
- ↑ Baladzuri, Ansāb al-Asyraf, jld. 1, hlm. 286; Ibnu 'Asakir, Tārikh Madinah Dimasyq, jld. 11, hlm. 208, 211; Qais Ibnuu Hibban, Masyāhir Ulamā al-Amshār wa A'lām Fuqahā al-Aqthār, hlm. 30 yang menyebutkan kehadiran Abdullah dan putranya, Jabir dalam baiat 'Aqabah pertama dan kedua.
- ↑ Rujuk, Ibin 'Abd al-Barr, al-Isti'āb fi Ma'rifah al-Ashāb, 1412, jld. 1, hlm. 220; Ibnu Atsir, Usud al-Ghābah fi Ma'rifah al-Shahābah, 1417, jld. 1, hlm. 377.
- ↑ Ibnu Qutaibah, al-Ma'ārif, hlm. 307; Dzahabi, Siyar A'lām al-Nubalā, jld. 3, hlm. 192.
- ↑ Lihatlah kelanjutan makalah.
- ↑ Rujuk, Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 8, hlm. 248; Ibnu Katsir, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld. 4, hlm. 99-100.
- ↑ Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-kubrā, jld. 2, bagian 1, hlm. 43-44.
- ↑ Ibnu Qutaibah, al-Ma'ārif, hlm. 307.
- ↑ Dzahabi, Siyar A'lām al-Nubalā, jld. 3, hlm. 191.
- ↑ Rujuk, Ibnu 'Asakir, Tārikh Madinah Dimasyq, jld. 11, hlm. 216-217.
- ↑ Ibnu 'Asakir, Tārikh Madinah Dimasyq, jld. 11, hlm. 214, 216-217; Qais, hlm. 219 di sana diisyaratkan partisipasi Jabir dalam 16 peperangan.
- ↑ Misalnya, untuk sariyyah (ekspedisi) Khabt dapat merujuk ke Thabari, Tārikh Thabari, jld. 3, hlm. 32-33.
- ↑ Rujuk, Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 1, bagian 1, hlm. 34; Baladzuri, Ansāb al-Asyraf, jld. 1, hlm. 402-403.
- ↑ Rujuk, Thabari, Jami Thabari; dan Muhammad bin Thusi, al-Tibyān fi Tafsir al-Qurān, di bawah ayat.
- ↑ Rujuk, QS. Al-Nisa: 176.
- ↑ Rujuk, Muhammad bin Umar Kasyi, Ikhtiyār Ma'rifah al-Rijāl, hlm. 38.
- ↑ Rujuk, Ibnu 'Asakir, Tārikh Madinah Dimasyq, jld. 11, hlm. 210; dan Dzahabi, Siyar A'lām al-Nubalā, jld. 3, hlm. 192.
- ↑ Dzahabi, Siyar A'lām al-Nubalā, jld. 3, hlm. 194.
- ↑ Ibnu Syabbah Namiri, Tārikh al-Madinah al-Munawwaroh, Akhbar al-Madinah al-Nabawiyyah, jld. 3, hlm. 1134-1136; Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubraā jld. 3, bagian 1, hlm. 44-45; Ahmad bin Yahya Baladzuri, Ansāb al-Asyraf, jld. 5, hlm. 193.
- ↑ Rujuk, al-Amin, A'yān al-Syiah, jld. 4, hlm. 46; Ibnu Babwaih, Man Lā Yahdhur al-faqih, jld. 1, hlm. 232.
- ↑ Tārikh Ibrahim bin Muhammad Tsaqafi, al-Gharat, jld. 2, hlm. 602-607; Ibnu 'Asakir, Tārikh Madinah Dimasyq, jld. 11, hlm. 235.
- ↑ Rujuk, Thabari, Tārikh Thabari, jld. 5, hlm. 239.
- ↑ Rujuk, Ibnu 'Asakir, Tārikh Madinah Dimasyq, jld. 11, hlm. 213-214.
- ↑ Ibid.,
- ↑ Rujuk, Ibnu Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, jld. 3, hlm. 495.
- ↑ Mas'udi, Muruj al-Dzahab, jld. 3, hlm. 318-319.
- ↑ Ibnu 'Asakir, Tārikh Madinah Dimasyq, jld. 11, hlm. 235; Dzahabi, Siyar A'lām al-Nubalā, jld. 3, hlm. 193.
- ↑ Rujuk, Baladzuri, Ansāb al-Asyraf, jld. 1, hlm. 288; Thabari, Tārikh Thabari, jld. 6, hlm. 195.
- ↑ Rujuk, Ibnu 'Asakir, jld. 11, hlm. 234.
- ↑ Ibnu Hajar Askalani, al-Ishābah fi Tamyiz al-Shahābah, jld. 1, hlm. 435.
- ↑ Dzahabi, Siyar A'lām al-Nubalā, jld. 3, hlm. 191-192.
- ↑ Mizzi, Tahdzib al-Kamāl fi Asmā al-Rijāl, jld. 4, hlm. 453-545.
- ↑ Rujuk juga, Ibnu Qutaibah, al-Ma'ārif, hlm. 307.
- ↑ Ibid.,
- ↑ Rujuk, Ibnu Hazm, Jumhurah Ansāb al-'Arab, hlm. 359.
- ↑ Rujuk, Yusuf bin Abdur Rahman Mazzi, Tahdzib al-Kamāl fi Asmā' al-Rijāl, jld. 4, hlm. 446.
- ↑ Daerah Tunisia sekarang ini; Rujuk, Ibnu Hazm, Jumhurah Ansāb al-'Arab, hlm. 359.
- ↑ Rujuk, Ibnu Atsir, al-Kāmil fi al-Tārikh, 1385-1386, jld. 10, hlm. 545.
- ↑ Rujuk, Qummi, Abbas Qummi, Tukhfah al-Ahbāb fi Nawadir Atsar al-Ashāb, hlm. 40; untuk mengetahui lebih lanjut tentang keturunan-keturunan Jabir di Iran, dapat merujuk ke Watsiqi, Husein, Jabir bin Abdullah Anshari, hlm. 31-34.
- ↑ Rujuk, Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 2, bagian 2, hlm. 127; Ibnu 'Abd al-Barr, al-Isti'āb fi Ma'rifah al-Ashāb, 1412, jld. 1, hlm. 220.
- ↑ Rujuk, Ibnu Qayyim Jauzi, A'lām al-Mauqi'in 'an Rabbi al-'Ālamin, jld. 1, hlm. 12 yang menuturkannya dalam sederetan sahabat-sahabat yang menukilkan sejumlah fatwa-fatwa sedang dari mereka.
- ↑ Dzahabi, Siyar A'lām al-Nubalā', jld. 3, hlm. 189.
- ↑ Rujuk, Ibnu 'Asakir, Tārikh Madinah Dimasyq, jld. 11, hlm. 208-209; Mazzi, Tahdzib al-Kamāl fi Asmā' al-Rijāl, jld. 4, hlm. 444.
- ↑ Khatib Baghdadi, al-Rihlah fi Thalab al-Hadis, 1395, hlm. 109-118; Ibnu 'Abd al-Barr, Jāmi' Bayān al-'Ilm wa Fadhlihi wa ma Yanbaghi fi Riwayatihi wa Hamlihi, 1402, hlm. 151-152.
- ↑ Rujuk, Dzahabi, Siyar A'lām al-Nubalā, jld. 3, hlm. 191.
- ↑ Rujuk, Ibnu Atsir, Usud al-Ghābah fi Ma'rifah al-Shahābah, 1417, jld. 1, hlm. 378.
- ↑ Semisalnya rujuk, Ibnu Asy'ats Kufi, al-Asy'atsiyāt (al-Ja'fariyyah), hlm. 22, 44, 47; Kulaini, al-Ushul min al-Kāfi, jld. 1, hlm. 532, jld. 2, hlm. 373, jld. 3, hlm. 233-234, jld. 5, hlm. 528-529, jld. 8, hlm. 144, 168-169; Ibnu Babawaih, 'Uyun Akhbār al-Ridhā, 1404, jld. 1, hlm. 47, jld. 2, hlm. 74.
- ↑ Rujuk, Abdul Husein Amini, al-Ghadir fi al-Kitāb wa al-Sunnah wa al-Adab, jld. 1, hlm. 57-60.
- ↑ Shaffar Qummi, Bashāir al-Darajāt fi Fadhail Āli Muhammad Saw, hkan lm. 414.
- ↑ Rujuk, Ibnu Syahr Asyub, Manāqib Ali Abi Thālib, jld. 2, hlm. 34.
- ↑ Rujuk, Ibnu Babawaih, Ma'ani al-Akhbar, 1361 S, hlm. 74.
- ↑ Rujuk, Mufid, al-Irsyād fi Ma'rifah Hujajillah 'ala al-'Ibād, jld. 1, hlm. 345-346.
- ↑ Rujuk, Ibnuu Syahr Asyub, Manāqib Ali Bin Abi Thālib, jld. 2, hlm. 189-190.
- ↑ Rujuk, Ibnu Babwaih, Kamāluddin wa Tamām al-Ni'mah, 1363 S, jld. 1, hlm. 258-259; Ibnu Syahr Asyub, Manāqib Ali bin Abi Thālib, jld. 1, hlm. 282.
- ↑ Rujuk, Ibnu Babwaih, Kamaluddin wa Tamam al-Ni'mah, 1363 S, jld. 1, hlm. 253, 286, 288.
- ↑ Rujuk, Muhammad bin Ya'qub Kulaini, al-Ushul min al-Kāfi, jld. 1, hlm. 527-528; Ibnu Babwaih, Kamāluddin wa Tamām al-Ni'mah, 1363 S, jld. 1, hlm. 308-313.
- ↑ Rujuk, Ibnu 'Asakir, Tārikh Madinah Dimasyq, jld. 11, hlm. 233; Khatib Baghdadi, Taqyid al-'Ilm, 1974, hlm. 104; Ibnu Hajar Askalani, al-Ishābah fi Tamyiz al-Shahābah, jld. 1, hlm. 435.
- ↑ Untuk mengetahui nama-nama lengkap para perawi hadis dari Jabir dapat merujuk ke Yusuf bin Abdur Rahman Mizzi, Tahdzib al-Kamāl fi Asmā' al-Rijāl, jld. 4, hlm. 444-448; Husein Watsiqi, Jabir bin Abdullah al-Anshari, hlm. 108-118.
- ↑ Dzahabi, Siyar A'lām al-Nubalā', jld. 3, hlm. 190.
- ↑ Beirut, 1421.
- ↑ Semisalnya Rujuk, Abdur Razzaq bin Hammam Shin'ani, Tafsir al-Qurān, jld. 1, hlm. 89, 129, 131, jld. 2, hlm. 211, 231-232; Muhammad bin Ahmad Qurthubi, al-Jāmi' li Ahkām al-Qurān, jld. 2, hlm. 112, 302, jld. 4, hlm. 155, 166.
- ↑ Rujuk, Thabrisi, di bawah surat Al-Ahzab: 33; QS. An-Nisa': 24.
- ↑ Rujuk, Khu'i, jld. 4, hlm. 16; Tustari, jld. 2, hlm. 519-521.
- ↑ Rujuk, Khu'i, jld. 4, hlm. 16; Tustari, jld. 2, hlm. 519-521.
- ↑ Rujuk, Mazandarani Ha'iri, Muntaha al-Maqāl fi Ahwāl al-Rijāl, jld. 2, hlm. 212; Khu'i, Mu'jam Rijāl al-Hadis, jld. 4, hlm.12, 15.
- ↑ Rujuk, Muhammad bin Umar Kasyi, Ikhtiyār Ma'rifah al-Rijāl, hlm. 38.
- ↑ Muhammd bin Umar Kasyi, Ikhtiyār Ma'rifah al-Rijāl, hlm. 5.
- ↑ Rujuk, Ahmad bin Muhammad Barqi, Kitāb al-Rijāl, hlm. 4.
- ↑ Muhammd bin Umar Kasyi, Ikhtiyār Ma'rifah al-Rijāl, hlm. 40-41; rujuk juga Ibnu 'Asakir, Tārikh Madinah Dimasyq, jld. 42, hlm. 284.
- ↑ Ibnu 'Asakir, Tārikh Madinah Dimasyq, jld. 42, hlm. 44.
- ↑ Tustari, Qāmus al-Rijāl, jld. 2, hlm. 525.
- ↑ Rujuk, Mufid, al-Irsyād fi Ma'rifah Hujajillah 'ala al-'Ibād, jld. 2, hlm. 97; Ibnu Atsir, al-Kāmil fi al-Tārikh, 1385-1386, jld. 4, hlm. 62.
- ↑ Thusi, Mishbāh al-Mutahajjid, hlm. 787; rujuk juga Muhammad bin Abu al-Qasim 'Imaduddin Thabari, Bisyārah al-Musthafā li Syiati al-Murtadhā, hlm. 74-75.
- ↑ Kasyi, Ikhtiyar Ma'rifah al-Rijal, hlm. 123-124.
- ↑ Rujuk, Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubrā, jld. 5, hlm. 164.
- ↑ Rujuk, Kulaini, al-Ushul min al-Kafi, jld. 1, hlm. 304, 450-469; Mufid, al-irsyad fi Ma'rifah Hujajillah 'ala al-'Ibad, jld. 2, hlm. 159.
- ↑ Kasyi, Ikhtiyar Ma'rifah al-Rijal, hlm. 41-41; Rujuk juga, Kulaini, al-Ushul min al-Kafi, jld. 1, hlm. 469-470; Ibnu 'Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 54, hlm. 275-276.
- ↑ Dzahabi, Siyar A'lam al-Nibala, jld. 3, hlm. 194.
- ↑ Musnad Ahmad bin Hanbal, jld. 3, hlm. 292-400.
- ↑ Khairuddin Zarkali, al-A'lam, jld. 2, hlm. 104.
- ↑ Rujuk, Khatib Baghdadi, al-Kifayah fi 'Ilm al-Riwāyah, 1406, hlm. 392, Sazgin, jld. 1, hlm. 85; Tarjumah Arabi, jld. 1, juz, 1, hlm. 154-155.
- ↑ Rujuk, Najm Abdurrahman, Khalaf, Istidrākāt 'ala Tārikh al-Turāts al-'Arabi li Fuad Sazqin fi 'Ilm al-Hadis, hlm. 32.
Daftar Pustaka
- Abbas Qummi. Tuhfah al-Ahbāb fi Nawādir Ātsār al-Ashhāb. Tehran: 1369 H.
- Abdul Husain Aminin. Al-Ghadir fi al-Kitāb wa al-Sunnah wa al-Adab. Qom: 1416-1422 H/ 1995-2002.
- Abdur Razzaq bin Hammam Shin'ani. Tafsir al-Qurān. Riyadh: Cet. Musthafa Muslim Muhammad, 1410 H/ 1989.
- Abul Qasim Khu'i. Mu'jam Rijāl al-Hadis.
- Ahmad bin Ali Khatib Baghdadi. Taqyid al-'Ilm. Beirut: Cet. Yusuf 'Isy, 1974.
- Ahmad bin Ali Khatib Baghdadi. Al-Kifāyah fi 'Ilm al-Riwāyah. Beirut: Cet Ahmad Umar Hasyim, 1406 H/ 1986.
- Ahmad bin Ali Khatib Baghdadi. Al-Rihlah fi Thalab al-Hadits Beirut: Cet. Nuruddin 'Atr, 1395 H/ 1975.
- Ahmad bin Muhammad Barqi. Kitab al-Rijal. Tehran: 1383 H.
- Ahmad bin Yahya Baladhuri. Ansāb al-Asyraf. Damaskus: Cet. Mahmud Firdaus al-'Adzm, 1996-2000.
- Dzahabi. Siyar A'lām al-Nubalā.
- Fuad Sazgin. Tārikh al-Turāts al-'Arabi. Penukil ke bahasa Arab, Mahmud Fahmi Hijazi. Riyadh: 1403 H/ 1983.
- Fuat Sezgin, Geschichte des arabischen Schrifttums , Leiden 1967-1984.
- Husain Watsiqi, Jabir bin Abdullah al-Anshari. Hayātuhu wa Musnaduhu. Qom: 1378 HS.
- Ibnu 'Abd al-Barr. Al-Isti'āb fi Ma'rifah al-Ashhāb. Beirut: Cet. Ali Muhammad Bajawi, 1412 H/ 1992.
- Ibnu 'Abd al-Barr. Jami' Baān al-'Ilm wa Fadhlihi wa ma Yanbaghi fi Riwāyatihi wa Hamlihi. Kairo: 1402 H/ 1982.
- Ibnu 'Asakir. Tārikh Madinah Dimasyq. Beirut: Cet. Ali Syiri, 1415-1421 H/ 1995-2000.
- Ibnu Asy'ats Kufi. Al-Asy'atsiyyāt (al-Ja'fariyyah). Cet. Sanggi. Tehran: Maktabah Nainawa al-Haditsah, tanpa Tahun.
- Ibnu Atsir. Al-Kāmil fi al-Tarikh. Beirut: 1385-1386 H/1965-1966.
- Ibnu Atsir. Usd al-Ghābah fi Ma'rifah al-Shahābah. Beirut: Cet. Adil Ahmad Rifa'i, 1417 H/ 1996.
- Ibnu Babawaih. Kamāluddin wa Tamām al-Ni'mah. Qom: cet. Ali Akbar Ghaffari, 1363 HS.
- Ibnu Babawaih. Ma'āni al-Akhbār. Cet. Ali Akbar Ghaffari. Qom: 1361 HS.
- Ibnu Babawaih. Man Lā Yahdhur al-Faqih. Qom: Cet. Ali Akbar Ghaffari, 1414 H.
- Ibnu Babawaih. 'Uyun Akhbār al-Ridhā. Beirut: Cet. Husein A'lami, 1404/1984.
- Ibnu Hajar Askalani. Al-Ishābah fi Tamyiz al-Shahābah. Beirut: cet. Ali Muhammad Bajawi, 1412 H/ 1992.
- Ibnu Hazm. Al-Ahkām fi Ushul al-Ahkām. Kairo: cet. Ahmad Syakir, tanpa Tahun.
- Ibnu Hibban. Masyāhir Ulamā al-Amshār wa A'lām Fuqahā al-Aqthār. Beirut: cet. Marzuq Ali Ibrahim, 1408 H/ 1987 M.
- Ibnu Katsir. Al-Bidāyah wa al-Nihāyah. Beirut: Cet. Ali Syiri, 1408 H/1988.
- Ibnu Qayyim Jauzi. A'lam al-Mauqi'in 'an Rab al-'Alamin. Beirut: cet. Thaha Abdur Rauf Sa'ad, 1973.
- Ibnu Qutaibah. Al-Ma'ārif. Kairo: Cet. Tserwat Akkaseh, 1960.
- Ibnu Sa'ad (Leiden).
- Ibnu Syabbah Namiri. Tārikh al-Madinah al-Munawwaroh, Akhbār al-Madinah al-Nabawiyyah. Jeddah: cet. Fahim Muhammad Syaltut, 1399 H/ 1979. Qom: cet. Offset, 1368 HS.
- Ibnu Syahr Asyub. Manāqib Ali bin Abi Thalib. Qom: cet. Hasyim Rasuli Mahallati, tanpa tahun.
- Ibrahim bin Muhammad Tsaqafi. Al-Ghārāt. Tehran: cet. Jalaluddin Muhaddits Armawi, 1355 HS.
- Khairuddin Zirikli. Al-'Alām. Beirut: 1986 H.
- Kulaini, Muhammad bin Ismail Mazandarani Hairi. Muntahā al-Maqāl fi Ahwāl al-Rijāl. Qom: 1416 H.
- Syekh Mufid, Muhammad bin Muhammad Mufid. Al-Irsyād fi Ma'rifah Hujajillah 'ala al-'Ibād. Qom: 1413 H.
- Muhammad bin Ahmad Qurthubi. Al-Jāmi' li Ahkām al-Qurān. Beirut: 1405 H/1985.
- Muhammad bin Hasan Shaffar Qummi. Bashāir al-Darajāt fi Fadhāil Ali Muhammad Saw. Qom: cet. Muhsin Kuceh Baghi Tabrizi, 1404 H.
- Muhammad bin Umar Kasyi. Ikhtiyār Ma'rifah al-Rijāl. Ringkasan Muhammad bin Hasan Thusi. Masyhad: cet. Hasan Mustafavi, 1348 HS.
- Muhammd bin Abul Qasim 'Imaduddin Thabari. Bisyārah al-Mushtafā li Syiah al-Murtadhā. Najaf: 1383 H/1963.
- Najm Abdur Rahman Khalaf. Istidrākat 'ala Tārikh al-Turāts al-'Arabi li Fuad Sazgin fi 'Ilm al-Hadis. Beirut: 1421 H/2000.
- Thabrasi. Jāmi'
- Thusi, Muhammad bin Hasan Thusi. Al-Tibyān fi Tafsir al-Qurān. Beirut: Cet. Ahmad Habib Qashir Amali, tanpa tahun.
- Thabrasi. Kitāb al-Khilāf. Qom: 1407-1417 H.
- Thabrasi. Mishbah al-Mutahajjid. Beirut: 1411 H/ 1991.
- Thabrasi. Rijāl al-Thusi. Qom: Cet. Jawab Qayyumi Ishfahani, 1415 H.
- Thabrasi, Thabari. Tārikh. Beirut.
- Tustari. Qāmus al-Rijāl.
- Yusuf bin Abdur Rahman Mazzi. Tahdzib al-Kāmal fi Asmā al-Rijāl. Beirut: cet. Bisyar Awad Ma'ruf, 1422 H/ 2002.