Zurarah bin A'yan
Nama Lengkap | Abdurrabih bin A'yan bin Sunsun al-Syaibani al-Kufi |
---|---|
Sahabat dari | Imam Baqir as • Imam Shadiq as |
Julukan | Zurarah |
Populer dengan | Ahli fikih • teolog • dari Anggota Ijma' |
Garis keturunan | Ālu A'yan |
Kerabat termasyhur | Ubaidillah (anak)• Hasan (anak)• Husain (anak) |
Lahir | 70 H/689 |
Tempat Tinggal | Kufah, Irak |
Wafat/Syahadah | 150 H/767 |
Tempat dimakamkan | Kufah |
Murid-murid | Musa bin Bakar Wasithi• Aban bin Taglib Harizi• Hannan bin Sadir• Jamil bin Darraj• Hisyam bin Salim• Tsa'labah bin Maimun dan lain-lain |
Karya-karya | al-Istitha'ah wa al-Jabr wa al-'Uhud |
Zurarah bin A'yan bin Sunsun al-Syaibani al-Kufi (bahasa arab: زُرارَة بن اَعْیَن بن سُنسُن الشَیباني الکوفي) termasuk dari Anggota Ijma' (Ashhab al-Ijma'), sahabat khusus Imam Baqir as dan Imam Shadiq as, Fukaha (ahli hukum-hukum syariat) dan Mutakallim (teolog) Syiah. Imam Ja'far Shadiq as menganggapnya sebagai sahabat terbesar dirinya dan mengatakan, "Jika Zurarah tidak ada, niscaya hadis-hadis ayahku sudah musnah". Dan beliau memberi kabar gembira surga kepadanya dan memasukkannya dalam kelompok orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah swt, paku-paku bumi (Autad al-Ardh), orang-orang yang terdahulu masuk Islam (Sabiqun) dst. Zurarah berasal dari keluarga besar Āl A'yan, dimana banyak pribadi-pribadi dari keluarga ini termasuk bagian dari sahabat-sahabat para Imam as, perawi-perawi hadis ternama dan pakar-pakar fikih Syiah. Diperkirakan Zurarah banyak memiliki karya tulis, namun dalam buku-buku Rijal hanya disebutkan nama kitab al-Istitha'ah wa al-Jabru wa al-'Uhud yang disebutkan, dan nama karya-karya lainnya tidak disinggung. Lebih dari 2000 riwayat dinukil dari Zurarah, yang kira-kira 1200 hadis darinya dinukil langsung olehnya dari para Imam as.
Nama Dan Julukan
Anggota Ijma'
Sahabat Imam Baqir as
Sahabat Imam Shadiq as
Sahabat Imam Kazhim as dan Imam Ridha as |
Nama aslinya Abdurabbih dan julukannya Zurarah. Seperti yang dinukil dalam salah satu riwayatnya, Imam Shadiq as berkata kepadaku: "Hai Zurarah namamu terdaftar dalam nama-nama penduduk surga tanpa huruf Alif ". Aku berkata: "Ia betul, jiwaku menjadi tebusanmu, nama asliku Abdurabbih dan julukanku Zurarah".[1] Ahli hadis menyebut Abu Ali atau Abul Hasan sebagai julukannya.[2]
Nasab
Zurarah berasal dari keluarga besar Āl A'yan. Keluarga yang dinisbahkan kepada A'yan bin Sunsun ini, dilihat dari segi waktu memiliki peran keilmuwan terpanjang diantara keluarga-keluarga Syiah yang lain. Pribadi-pribadi keluarga A'yan, berkebangsaan Kufi dan mayoritas mereka berdomisili di kota Kufah.[3]
Kakek Zurarah bernama Sunsun, seorang kristen dan pendeta, dan sudah barang tentu anaknya, A'yan kristen juga. Setelah penawanan A'yan di tangan kaum Muslminin dan kepergiannya menuju kabilah bani Syaiban ia memeluk agama Islam. Tustari meyakini A'yan bermazhab Sunni, begitu juga anak-anaknya, lalu sekelompok dari mereka menjadi Syiah.[4]
Tingkat Keilmuan
Ibnu Nadim di buku al-Fihrist meyakini Zurarah sebagai ulama terbesar Syiah dalam fikih, hadis, teologi dan pengetahuan mazhab Syiah. Najasyi di dalam Rijalnya memperkenalkan Zurarah sebagai pembesar dan guru Syiah pada masa hidupnya, dimana ia termasuk dari para Qari' Alquran, pakar fikih, teolog, penyair dan sastrawan. Semua spesifikasi-spesifikasi agama dan sifat-sifat keagungan terkumpul pada dirinya, seorang yang jujur, dipercaya, dan pada zamannya didahulukan atas semua sahabat. Dia termasuk dari Anggota Ijma' yang menurut cendikiawan Syiah bahwa semua yang diriwayatkannya benar dan akurat. Imam Ja'far Shadiq as menggolongkan dia kedalam kelompok sahabat-sahabat terbaiknya.
Meski Zurarah mempunyai karya-karya yang banyak, namun dalam buku-buku Rijal hanya nama salah satu karyanya, al-Istithā'ah wa al-Jabr wa al-'Uhud yang tercatat, dan nama-nama karya lainya tidak disinggung sedikitpun.[5]
Jumlah Riwayat-riwayatnya
Menurut penukilan kitab Mu'jamu Rijal al-Hadits, lebih dari 2094 riwayat yang sampai ke tangan kita melalui Zurarah, dan menurut penukilan kitab Miftah al-Kutub al-Arba'ah, riwayat-riwayat yang dinukil langsung dari Maksumin as dalam Kutub al-Arba'ah mencapai 1254 riwayat.[6]
Murid-murid Zurarah
Sejumlah besar dari para teolog Syiah termasuk dalam barisan murid-muridnya. Para perawi hadis mencatatnya mencapai 100 orang murid, diantaranya: Musa bin Bakar Wasithi, Aban bin Taghlib Harizi, Hannan bin Sadir, Jamil bin Darraj, Hisyam bin Salim, Ibnu Bukair, Ibnu Muskan, Abu Khalid, Tsa'labah bin Maimun, Ali bin 'Athiyah, Umar bin Udzainah, Muhammad bin Humran, Hariz, dan Hasan bin Musa.[7]
Anak-anak Dan Saudara-saudara Zurarah
Zurarah mempunyai beberapa anak dengan nama-nama: Ubaidillah, Abdullah, Hasan, Husain, Yahya dan Rumi.
- Hasan bin Zurarah; dari sahabat Imam Baqir as, Imam Shadiq as, dan masuk dalam barisan ulama, ahli fikih dan ahli hadis Syiah.
- Husain bin Zurarah; dari sahabat Imam Shadiq as, pembesar dan orang yang dipercaya (tsiqah) Syiah.[8] Imam Shadiq as mendoakan dua orang bersaudara ini seraya bersabda:
"Semoga Allah swt meliputi, melindungi, dan menjaga Hasan dan Husain karena kesalehan ayah mereka sebagaimana (Nabi Khidr) menjaga dua anak yatim tersebut"[9].
- Ubaidillah bin Zurarah yang disebagian referensi disebut Ubaid termasuk dari sahabat Imam Baqir as dan Imam Shadiq as. Ia memiliki kepribadian agung dan kedudukan tinggi, dan di referensi-referensi hadis ada sebuah hadis yang menyebutkan bahwa ia banyak bersahabat dengan Imam Shadiq as.[10] Najasyi menyebut nama Abdullah bin Zurarah dalam barisan para penulis Syiah yang memiliki karya tulisan, sahabat Imam Shadiq as dan termasuk orang-orang yang dipercaya.[11]
- Berkenaan dengan Rumi bin Zurarah diriwayatkan dari Imam Shadiq as dan Imam Musa al-Kazhim as bahwa ia orang yang tsiqah. Najasyi juga meyakini bahwa dia mempunyai buku dan karya.[12]
- Muhammad bin Zurarah termasuk dari sahabat Imam Shadiq as. Dari beliau dan ayahnya, Zurarah, menukilkan riwayat, dan namanya disebutkan dalam daftar para perawi hadis.[13]
- Yahya bin Zurarah termasuk sahabat Imam Shadiq as, memiliki banyak riwayat, pemilik buku Usul dan karya-karya tulis.[14]
Saudara-saudara Zurarah selain Malik dan Qa'nab seperti Abdurrahman, Bukair dan Humran semuanya termasuk orang-orang terhormat dan para pembesar.[15]
Saudara lain dari Zurarah adalah Abdul Malik yang kuburannya pernah diziarahi oleh Imam Shadiq as dan dimohonkan rahmat untuknya.[16] Putra Abdul Malik yang bernama Dharis termasuk dari perawi hadis yang dipercaya. [17] Ahmad bin Ali Najasyi dalam memperkenalkan keluarga Zurarah mengarang sebuah buku berjudul Akhbar Bani Sunsun
Zurarah dalam Pandangan Para Imam as
Ada dua kelompok riwayat Ahlulbait as berkenaan dengan Zurarah:
- Sebagian riwayat mengandung pujian terhadap Zurarah. Hadis-hadis pujian para Imam as terhadapnya mencapai batas Mutawatir. Terkadang dia disebutkan sebagai paku bumi dan pemegang panji Islam dan terkadang pula disebutkan sebagai Sabiqun (orang-orang yang terdahulu masuk Islam) dan Muqarrabun (orang-orang yang dekat kepada Allah swt), kadang juga disebut dengan Mukhbitin (orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah swt), penjaga agama dan orang yang amanat dalam menyampaikan hukum halal dan haram. Diantara riwayat-riwayat itu adalah:
- Diriwayatkan dari Imam Shadiq as bahwa beliau pernah berkata mengenai Zurarah: "Andai kata Zurarah tidak ada, niscaya aku katakan bahwa hadis-hadis ayahku akan sirna".[18]
- Jamil bin Darraj meriwayatkan dari Imam Shadiq as dimana beliau bersabda: "Paku-paku bumi dan pemegang panji-panji agama empat orang diantaranya adalah Zurarah bin A'yan, Muhammad bin Muslim ....".[19]
- Sulaiman bin Khalid meriwayatkan dari Imam Shadiq as dimana beliau bersabda: "Aku tidak menemukan seorang pun yang menghidupkan apa yang telah kami sampaikan dan hadis-hadis ayahku selain Zurarah, Abu Bashir, Muhammad bin Muslim, dan Buraid bin Muawiyah al-'Ijli, andai kata mereka tiada niscaya tidak ada orang yang akan menyimpulkan riwayat-riwayat ayahku dan menghidupkan urusan kami; mereka adalah para penjaga agama dan pengemban amanat ayahku dalam hukum halal dan haramnya Allah swt, dan merekalah termasuk orang-orang yang lebih cepat menuju kami di dunia dan akhirat". ".[20]
- Diriwayatkan dari Jamil bin Darraj bahwasanya ia pernah berkata: aku mendengar Imam Shadiq as bersabda: "Berilah kabar gembira orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah swt (Mukhbitin) dengan surga: Buraid bin Muawiyah 'Ajli, Abu Bashir Laits bin Bakhtari, Muhammad bin Muslim dan Zurarah, mereka berempat ini adalah kepercayaan Allah swt dalam hukum halal dan haram-Nya, andai kata mereka tidak ada niscaya setiap ajaran yang terkandung dalam hadis-hadis Nabi saw akan terputus".
- Daud bin Sarhan menukil dari Imam Shadiq as bahwa beliau pernah bersabda:"Para sahabat ayahku semuanya orang-orang baik dan hiasan kami, saat mereka hidup ataupun setelah meninggal. Mereka adalah Zurarah, Muhammad bin Muslim, Laits Muradi dan Buraid 'Ajli. Empat orang ini senantiasa tegak dalam keadilan dan kejujuran, dan mereka termasuk dari orang-orang yang terdahulu masuk Islam dan orang-orang yang dekat kepada Allah swt".".[21]
- Imam Musa bin Ja'far as bersabda: "Di hari Kiamat saat seorang penyeru meneriakkan: dimanakah para pendukung/penolong Muhammad bin Abdullah, Rasulullah saw, yaitu mereka yang tidak ingkar janji dan mengikuti beliau? Tiba-tiba Salman, Abu Dzar dan Miqdad berdiri. Lalu penyeru itu menyerukan lagi: dimanakah para penolong Ali bin Abi Thalib as, washi Rasulullah saw? Amr bin Hamaq Khuza'i, Muhammad bin Abu Bakar, Maitsam Tammar dan Uwais al-Qarni berdiri, (Lalu Imam as menyebutkan nama-nama imam satu persatu dan para pendukung mereka, dan diujung pembicaraannya berkata): pada saat itu seorang penyeru meneriakkan: dimanakah para pendukung Muhammad bin Ali as dan Ja'far bin Muhammad as? berdirilah Abdullah bin Syarik 'Amiri, Zurarah bin A'yan, Buraid bin Muawiyah 'Ajli, Muhammad bin Muslim, Abu Bashir, Abdullah bin Abi Ya'fur dan Hamran bin A'yan".[22]
- Kelompok kedua adalah riwayat-riwayat yang mengisyaratkan adanya pencelaan terhadap Zurarah. Para ahli hadis Syiah menghukumi riwayat-riwayat ini sebagai riwayat dalam bentuk Taqiyyah dan mengatakan bahwa keluarnya riwayat-riwayat semacam ini dalam rangka menjaga nyawa Zurarah. Hal ini bisa dipahami dari sebagian riwayat-riwayat tersebut. Sebagai contoh akan disebutkan dua riwayat dibawah ini:
- Imam Shadiq as berkata kepada Abdullah bin Zurarah:"Sampaikan salamku kapada ayahmu dan katakan kepadanya bahwa celaanku terhadapmu semata-mata untuk membela dan melindungimu, sebab musuh-musuh kami tidak akan membiarkan orang yang cinta dan dekat kepada kami dari segala bentuk gangguan, dan mereka akan mencemoohnya atas kecintaan dan kedekatannya kepada kami, dan akan memuji orang yang kami cela. Karena kamu ditengah-tengah masyarakat dikenal dengan kecintaan dan kedekatanmu kepada kami dan dari sisi ini, kamu selalu menjadi perhatian musuh dan mendapatkan celaan masyarakat, maka aku dengan mencelamu ingin membuat masyarakat memujimu dalam urusan agama dan aku ingin menepis pikiran-pikiran keji musuh darimu, sebab Allah swt dalam Alquran berfirman: "Adapun perahu itu adalah milik orang miskin yang bekerja di laut; aku bermaksud merusaknya, karena dihadapan mereka ada seorang raja yang akan merampas setiap perahu" (Q.S. al-Kahf: 79), pahamilah permisalan ini, semoga Allah swt merahmatimu, sungguh kamu paling aku cintai diantara manusia, dan sahabat paling disayangi diantara sahabat-sahabat ayahku saat masih hidup ataupun setelah meninggal, karena kamu sebaik-baik bahtera Imamah yang mana dibelakangmu ada seorang raja lalim perampas yang mengawasi setiap perahu yang berlalu dan siap merampas perahu-perahu bagus. Rahmat Allah swt atasmu, yang telah menyelamatkan para penumpang dari orang-orang zalim. Rahmat Allah swt atasmu saat hidup, dan rahmat serta ridha-Nya atasmu saat meninggal. Sebagaimana anak-anakmu, Hasan dan Husain, telah menyampaikan risalahmu kepadaku, mudah-mudahan juga Allah swt melindungi dan menjaga mereka berdua atas kebaikan ayah mereka...".[23]
- Kassyi berkata: Muhammad bin Qulawaih dengan sanadnya sendiri menukil dari Husain bin Zurarah bahwasanya ia berkata: Aku berkata kepada Imam Shadiq as bahwa ayahku memberikan salam kepadamu dan berkata: Semoga Allah swt menjadikanku sebagain tebusanmu! Mereka yang datang dari sisimu mengabarkan bahwa Anda berkata sesuatu tentang diriku, dan kabar ini membuatku gelisah", Imam as menjawab: Sampaikan salamku kepada ayahmu dan katakan kepadanya: Sungguh aku menginginkan kebaikan dunia dan akhirat untukmu, demi Allah aku rela terhadapmu; maka setelah ini janganlah kamu perhatikan omongan orang-orang".[24]
Zurarah dalam Pandangan Ulama Syiah
Allamah Hilli dalam kitab Khulashah al-Aqwal berkenaan dengan Zurarah berkata: "Zurarah adalah dari pembesar kami (Imamiyah) dizamannya, yang diutamakan atas sahabat-sahabat lainnya. Dia seorang Qari', Fakih, Mutakallim, penyair dan sastrawan, terkumpul dalam dirinya sifat-sifat mulia, tergolong dari orang-orang yang dipercaya dan jujur dalam penukilannya". [25]
Begitu juga Najasyi menyifati Zurarah sebagaimana yang tertera dalam buku Khulashah al-Aqwal, hanya saja ia tidak menyebutkan kata tsiqah (dipercaya). [26]
Syekh Thusi dalam kitab rijalnya, bab Ashhabu Imam Musa bin Ja'far as mengatakan, "Zurarah bin A'yan Syaibani tergolong orang-orang yang dipercaya (Muwatssaqin) dan meriwayatkan dari Imam Baqir as dan Imam Shadiq as". [27]
Abu Ghalib Zurari dalam suratnya tentang Zurarah yang ditulis untuk cucunya, Muhammad bin abdullah, menyatakan: "Dia berwajah putih, berbadan besar dan gemuk serta berbekas hitam didahinya akibat sujud. Setiap hari Jum'at dimana ia keluar rumah untuk menunaikan salat, orang-orang berdiri menepi dijalannya dengan wajah gembira menyaksikan tampilan spritual dan keagungannya. Dalam fikih dan hadis ia termasuk dalam barisan para perawi hadis ternama Syiah Imamiyah, dan dalam ilmu teologi juga sangat kuat dan kompeten, tak seorang pun mampu mengalahkannya dalam dialog, namun kegigihannya dalam urusan ibadah sedikit menghalangi dirinya untuk banyak berkecimpung dalam ilmu teologi. Sekian banyak dari pakar teologi Syiah termasuk dari murid-muridanya. Ia mempunyai umur 70 atau 90 tahun. Keluarga besar A'yan memiliki banyak keutamaan, dan sesuatu yang dijelaskan tentang hak mereka jauh lebih banyak dari apa yang aku tulis untukmu".
Telah dinukil dari Ibnu Abi Umair, salah seorang pembesar Syiah, bahwasanya ketika dikatakan kepada Jamil bin Darraj, salah seorang pembesar dari Fukaha dan Muhadditsin, "begitu indah nan agung majlismu", ia berkata: "ya benar, namun aku bersumpah kepada Allah swt, bahwa kami dihadapan Zurarah ibarat anak-anak kecil SD yang sedang duduk bersimpuh di depan gurunya".[28]
Wafat
Mayoritas ahli hadis meyakini bahwa wafatnya Zurarah terjadi pada tahun 147 H/764 setelah wafatnya Imam Shadiq as selisih dua bulan atau kurang dari itu, dan mereka mengatakan: "Saat beliau wafat, ia sedang jatuh sakit dan dengan sakitnya itu ia meninggal dunia".[29] akan tetapi sebagian ahli hadis menyebutkan wafatnya Zurarah pada tahun 150 H/767. [30]
Catakan Kaki
- ↑ Zurari, Abu Ghalib, Tarikhu Āle A'yan, hlm. 35.
- ↑ Ibnu Nadim, al-Fihrist, hlm. 308-309.
- ↑ Zurari, Tarikhu Āle A'yan, mukaddimah, hlm. D
- ↑ Tustari, Qamus al-Rijal, jld. 2, hlm. 172.
- ↑ Mehri, Sayid Muhammad Jawad, Yarane Imaman, Zurarah bin A'yan.
- ↑ Baqiri Bidhindi, Nasir, "Ashhab Ijma'", Fashlname Ulume Hadits, Vol. 9.
- ↑ Ibid.
- ↑ Zurari, Tarikhu Āle A'yan, hlm.88.
- ↑ Kassyi, Rijal, hlm. 139.
- ↑ Zurari, Tārikhu Āle A'yan, hlm. 92.
- ↑ Najasyi, Rijal, hlm. 223.
- ↑ Ibid, 166.
- ↑ Zurari, Tarikhu Āle A'yan, hlm. 95.
- ↑ Ibid, hlm. 96.
- ↑ 15 Kassyi, Ikhtiyaru Ma'rifah al-Rijal, hlm. 161.
- ↑ Ibid, hlm.175.
- ↑ Ibid, hlm. 313.
- ↑ Thusi, Fihrist, hlm. 74; Kassyi, Ikhtiyaru Ma'rifat al-Rijal, hlm. 122.
- ↑ Kassyi, Ikhtiyaru Ma'rifat al-Rijal, hlm. 238.
- ↑ Syekh Mufid, Ikhtishash, hlm. 66; Kassyi, Rijal, hlm. 124; Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 47, hlm. 390.
- ↑ Kassyi, Rijal, hlm. 170.
- ↑ Kassyi, Ikhtiyaru Ma'rifat al-Rijal, hlm. 9.
- ↑ Kassyi, Rijal, hlm. 125; Syusytari, Nurullah, Majalis al-Mukmini, jld. 1, majlis 5, hlm. 344; Name Danisywaran, jld. 9, hlm. 87.
- ↑ Kassyi, Rijal, hlm. 128.
- ↑ Allamah Hilli, Khulashatul Aqwal, hlm. 152.
- ↑ Najasyi, Rijal, hlm. 175.
- ↑ Thusi, Rijal, hlm. 350.
- ↑ Kassyi, Rijal, hlm. 123.
- ↑ Kassyi, Ikhtiyaru Ma'rifah al-Rijal, hlm. 143; Syusytari, Nurullah, Majalis al-Mukminin, jld. 3, hlm. 462; Qummi, Syekh Abbas, Safinah al-Bihar, jld. 1, hlm. 547.
- ↑ Najasyi, Rijal, hlm. 175; Allamah Hilli, Khulashah al-Aqwal, hlm. 38.
Daftar Pustaka
- Ibnu Nadim, Muhammad bin Ishak, al-Fihrist, Dār al-Ma'rifah, Bairut, 1398 Q.
- Baqiri Bid Hindi, Nasir, "Ashābu Ijma'", Fashl Nameh Ulume Hadits, Vol. 9.
- Tustari, Muhammad Taqi, Qamus al-Rijal, Daftare Nasyre Islami, Qom, 1410 Q.
- Allamah Hilii, Khulashah al-Aqwāl, riset: Jawad Qayyumi Isfahani, Qom, Muassasah al-Nasyr al-Islami al-Tabi'ah Li Jama'ah al-Mudarrisin, tanpa tahun.
- Zurari, Abu Ghalib, Tārikhu Āle A'yan, riset: Sayid Muhammad Ridha Husaini Jalali, Markaz al-Buhuts Wa al-Tahqiqat al-Islamiyah, Qom, 1369 S.
- Syusytari, Nurullah, Majālis al-Mukminin, Tehran, Intisyarat Islamiyah, cetakan ke-4, 1377 S.
- Syekh Thusi, al-Rijal, riset: Muhammad Jawad Qayyumi Isfahani, Qom, Muassasah al-Nasyr al-Islami al-Tabi'ah Li Jama'ah al-Mudarrisin, tanpa tahun.
- Syekh Thusi, al-Fihrist, Najaf Asraf, Maktabah al-Murtadhawiyah, tanpa tahun.
- Qommi, Syekh Abbas, Safinah al-Bihār, Qom, Intisyarate Uswah, 1414 Q.
- Kassyi, Ikhtiyāru Ma'rifah al-Rijal, revisi: Hasan Mustafawi, Nasyre Danisygoh Masyhad, 1390 Q.
- Majlisi, Muhammad Baqir, Bihār al-Anwār, Muassasah al-Wafa', Bairut, 1983 M.
- Syekh Mufid, al-Ikhtishash, Qom, Muassasah al-Nasyr al-Islami al-Tabi'ah Li Jama'ah al-Mudarrisin, tanpa tahun.
- Muwahhid Abthahi, Sayid Muhammad Ali, Tārikh Āle Zurarah, Isfahan, 1400 Q.