Ali bin Muhammad al-Baqir as

Prioritas: c, Kualitas: c
tanpa navbox
Dari wikishia
Keturunan Imam
Ali bin Muhammad al-Baqir as
NamaAli bin Muhammad Baqir as
LakabSultan Ali
AyahImam Baqir as
IbuUmmu Walad (Diantara nama-namanya: Zainab, Laila dan Ummu Hakimah)
LahirAbad ke-1 H
Tempat LahirMadinah
Tempat TinggalKawasan Kasyan
Anak-anakAhmad dan Fatimah (Fatimah salah seorang istri dari Imam Kazim as)
Wafat27 Jumadil Akhir, kira-kira 55 tahun pasca tragedi Karbala
Tempat DimakamkanMasyhad Ardahal, di 45 kilo meter Kasyan

Ali bin Muhammad Baqir (bahasa Arab: علي بن محمد الباقر عليه السلام) adalah putra Imam Baqir as. Pada umumnya dalam literatur-literatur ia disebut dengan Sultan Ali. Berdasarkan beberapa laporan historis, atas permintaan para pecinta Ahlulbait dari warga Chehel Hisharan dan Fin Kasyan ia berhijrah ke daerah tersebut pada tahun 113 H dan selama 3 tahun ia aktif melakukan tablig dan memberi petunjuk kepada masyarakat. Pada akhirnya Ali bin Muhammad bersama sejumlah orang dari warga setempat pada tahun 116 H gugur sebagai syahid di tangan militer pemerintahan. Jasadnya dimakamkan di "Masyhad Ardahal". Seremoni "pencucian karpet" setiap tahun pada Jum'at kedua bulan Mehr (bulan Persia) yang disertai dengan acara duka, diadakan tiap tahun di Masyhad Ardahal guna memperingati kesyahidan Ali bin Muhammad.

Nasab

Ali bin Muhammad Baqir as adalah putra Imam Baqir as. Syekh Mufid mengatakan bahwa anak keturunan Imam Baqir as berjumlah 7 orang:

"Abu Abdillah Jakfar bin Muhammad as dan Abdullah yang ibunya bernama Farwah binti Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar.Ibrahim dan Ubaidillah yang ibunya bernama Ummu Hakim dan mereka berdua meninggal diwaktu ayahnya masih hidup. Ali dan Zainab yang ibunya bernama Ummu Walad dan Ummu Salamah yang ibunya bernama Ummu Walad."[1]

Anak Keturunan

Mush'ab Zubairi menulis:

"Ali bin Muhammad mempunyai seorang putri bernama Fatimah yang ibunya bernama Ummu Walad, dan Musa bin Jakfar bin Muhammad Baqir as menikah dengan gadis ini."[2]

Ada putra lain dari beliau bernama Ahmad bin Ali bin Baqir as. Kuburnya berada di Isfahan di kebun, di awal jalan daerah Khaju.[3]

Komentar Ulama

Pemilik kitab Riyadh al-Ulama menulis:

"Tuan mulia Sayid Ali bin Maulana Imam Baqir as termasuk pembesar keturunan Imam Baqir as, dan keagungannya tidak perlu dijelaskan secara panjang lebar. Kuburnya berada di sekitar Kasyan dan terkenal dengan "Masyhad Barkurs". Kubur itu memiliki kubah tinggi nan megah dan sekelompok ulama Syiah terkait kedudukannya memaparkan beberapa keutamaan serta mengisahkan keramat-keramat dan pusaranya.[4]

Hijrah ke Iran

Meminta Da'i dan Guru

Sejumlah orang dari pecinta Ahlulbait as dari warga Chehel Hisharan dan Fin di Kasyan menulis surat kepada Imam Baqir as: Mengingat bahwa jarak kami jauh dari Anda, kami mohon Anda mengutus salah seorang dari keturunan Anda untuk memberi petunjuk, mendidik dan mengajari kami hukum-hukum Allah.[5]

Imam Baqir as mengutus putranya Ali bin Muhammad beserta rombongan ke Kasyan. Persiapan dan perlengkapan safarnya disiapkan oleh saudaranya, Imam Shadiq as.[6]

Penyambutan Masyarakat

Saat tiba di Kasyan, ada sekitar 6 ribu orang di Fin datang menyambutnya. Dalam beberapa saat ia berhenti di Jasib dan Khaveh memberikan petunjuk kepada masyarakat dan kebanyakan waktuknya digunakan untuk ibadat di masjid Jami' Kasyan yang kini terletak di bundaran Kuhneh. Orang-orang Syiah datang kepadanya saat menunaikan salat Jumat dan mereka menyaksikan berbagai keramat darinya.[7]

Korespondensi

Ali bin Muhammad mengirim beberapa surat kepada ayahnya di Madinah dan mengabarkan tentang keadaan dirinya dan orang-orang Syiah, hingga pada tahun 114 H sampai kepadanya berita kesyahidan sang ayah yang mulia.[8]

Kesyahidan

Haram Sultan Ali bin Muhammad

Setelah sekitar 3 tahun dari kesyahidan Imam Baqir as, yaitu pada tahun 116 H, para musuh membunuh Ali bin Muhammad beserta sejumlah sahabat dan para pecintanya hingga gugur sebagai syahid.

Mengingat bahwa tanggal 28 Jumadil Akhir yang bertepatan dengan 17 Mehr adalah hari kesyahidan Ali bin Muhammad, maka tiap tahun pada peringatan haulnya di Jumat kedua bulan Mehr diadakan seremoni "pencucian karpet" disertai dengan acara duka di pinggir kuburnya.[9]

Dinukilkan bahwa disaat menjelang wafatnya ia berwasiat kepada seseorang bernama Khajah Malik Syah:

"Teman setiaku! Aku mewasiatkan beberapa hal yang harus Anda laksanakan:
  1. Saudara dan cahaya mataku (Sultan Mahmud) bersembunyi di rumah Abdul Karim Barkursi karena takut musuh, hantarkan dia ke warga Chehel Hisharan dan Fin hingga ia selamat dan tidak terancam bahaya.
  2. Tunjukkan sepucuk surat kepada saudaraku Imam Shadiq as dan kabarkan kepadanya semua kejadian, keterasingan dan keteraniayaanku serta sampaikan perlakuan masyarakat denganku dimana mereka tidak membiarkan aku bertemu denganmu untuk sekali lagi.
  3. Sampaikan salamku kepada sahabat-sahabat di Fin dan Chehel Hisharan dan katakan kepada mereka supaya menggali kuburku di tempat yang pernah aku tunjukkan kepada kalian dan janganlah melanggar."[10]

Tempat Kuburan

Terkait tempat kuburan Ali bin Muhammad terjadi perbedaan pendapat. Sekelompok orang menyakini bahwa tempat kuburannya berada di Masyhad Ardahal (Masyhad Qali) di 40 km barat Kasyan dan di jalan Kasyan menunju Delejan.[11] Bahkan penggunaan kata "Masyhad" untuk kuburnya memiliki backgraound sejarah panjang dan di dalam kitab Naqdh, tempat itu disebut dengan kata "Masyhad".[12]Sebagian orang mengatakan bahwa nasab imam zadeh ini tidak diragukan.[13] Para pengunjung haramnya di Masyhad Ardahal menukilkan beberapa keramat, seperti sembuhnya orang-orang yang sakit.[14]

Pada periode Saljuqi kuburan imam zadeh ini menjadi makmur dan Sayid Abu al-Ridha Fadhlullah Rawandi membacakan qasidah-qasidah yang banyak mengenai banguan ini dan para pembangunnya.[15]

Seremoni Pencucian Karpet

Ruang Bawah Haram

Di haram Sultan Ali terdapat ruang bawah tanah dengan panjang kira-kira 6 meter, lebar 3 meter dan tinggi 5,3 meter. Mengenai ruang bawah tanah ini dan peti-peti mayit yang ada di dalamnya terdapat beberapa pernyataan di sebagian kitab-kitab kontemporer.

"Pada tahun 1313 HS, I'tidhad al-Daulah, penguasa kota Qom berkunjung ke Masyhad Ardahal (salah satu daerah bagian dari Qom) dan memberi perintah supaya ruang bawah itu dibuka. Secara pribadi ia memasuki ruangan bawah tanah dan menyaksikan sekitar 100 peti yang masing-masing darinya berisi jasad utuh dan tidak hancur, dalam keadaan mengenakan pakaian biasa yang di atas sebagian pipi mereka nampak bekas darah kering. Dia menganggap mereka para sahabat dan penolong Sultan Ali.[16]

Pada tahun 1341 HS, Ayatullah Mar'asyi Najafi melihat ruang bawah tersebut, seraya mengatakan:

Di sebelah timur ruang bawah tanah terdapat lebih dari 100 buah peti dengan ukuran dan warna berbeda-beda yang ditumpuk dalam tiga baris, yang mana sebagian papannya retak dan di dalam setiap peti nampak jasad dengan pakaian biasa, muka terbuka dan rambut merekat, yang bila sedikit kejatuhan sesuatu maka akan seperti bubuk dan berhamburan. Di bagian belakang ruang bawah tanah persis di bawah gudang penyimpanan ditempel papan dari batu yang tercantum di atasnya nama Sayid Ruknuddin Mas'udi dan tahun 954 H.[17]

Pencucian Karpet

Bertahun-bertahun berlansung seremoni "pencucian karpet" pada Jumat kedua bulan Mehr demi memperingati hari syahadahnya Sultan Ali bin Muhammad yang dibarengi dengan acara duka di Masyhad Ardahal.[18]

Catatan Kaki

  1. Syaikh Mufid, al-Irsyād, hlm.394
  2. Zubairi, Nasabu Quraisy, dinukil oleh Husaini Zarbathi, Bunghyah al-Hāir fi Ahwāli Awlād al-Imam Baqir as, hlm. 148/ Al-Masyāhid al-Itrah ath-Thahirah, hlm.270
  3. Husaini Zarbathi, Bughyah al-Hāir fi Ahwāl Aulād al-Imam Baqir as, hlm.146/ Majmu'ah Tarikhi, Madzhabi Masyhad Ardahal, hlm.36
  4. Dinukil dari Husaini Zarbathi, Bughyah al-Hāir fi Ahwāl Awlād al-Imam Baqir as, hlm.143
  5. Majmu'ah Tarikhi, Madzhabi Masyhad Ardahal, Husain Farrukhyar, hlm.37
  6. Nur Baqir, hlm.54
  7. Nur Baqir, hlm.57
  8. Taufiq, Syahid Ardahal, hlm.40
  9. Taufiq, Syahid Ardahal, hlm.37-44
  10. Majmu'ah Tarikhi, Madzhabi Ardahal, hlm.57
  11. Abdul Jalil Qazwini, Naqdh, hlm.199; Syaikh Abbas Qummi, Muntaha al-Āmāl, hlm.1330
  12. Abdul Jalil Qazwini, Naqdh,hlm.199
  13. Majmuah Tarikhi, Madzhabi Masyhadi Ardahal, hlm.26-34, disadur dari Tarikh Tasyayyu', karya Rasul Jakfariyan, hlm.215
  14. Majmuah Tarikhi, Madzhabi Masyhad Ardahal, hlm.166
  15. Diwan as-Sayid al-Imam Fadhlullah Rawandi, hlm.52-53, disadur dari Tarikh Tasyayyu', karya Rasul Jakfariyan, hlm.215
  16. Syahid Ardahal, hlm.46
  17. Nur Baqir, hlm.93
  18. Syahid Ardahal, hlm.47-49

Daftar Pustaka

  • Taufiq, Sayid Muhammad Mahdi. Syahid Ardahal. Qom: Payam Mahdi 4, cet. I, 1376 HS.
  • Husaini Zarbathi, Husain. Bughyah al-Hāir fj Ahwāl Awlād al-Imam Baqir as. Qom: Pustaka Ayatullah Mar'asyi Najafi.
  • Qazwini, Abdul Jalil. Naqdh. Teheran: Silsilah Intisyarat Ātsāri Melli, 1358 HS.
  • Qummi, Syaikh Abbas. Muntaha al-Āmāl. Peneliti: Nasir Baqiri Bidhindi. Qom: Intisyarati Dalile ma, cet. I, 1379 HS.
  • Farrakhyar, Husain. Majmu'ah Tarikhi, Madzhabi Masyhad Ardahal. Haiati Umana Sultan Ali bin Muhammad Baqir as, cet. I, 1369 HS.
  • Syekh Mufid. Al-Irsyād. Qom: penerbit Said bin Hubair, cet. I, 1428 H.
  • Muhsini, Sayid Ali. Nur Baqir. Penerbit Masyhur, cet. I, 1383 HS.
  • Al-Masyāhid al-Itrah ath-Thahirah. Beirut: muassasah al-Balagh, cet. I, 1408 H.