Turbah Imam Husain as
Turbah (bahasa Arab: :التربة) dalam istilah Syi'ah adalah tanah dan debu yang diambil dari pusara Imam Husain as yang dinamakan dengan "Turbah Karbala" atau "Turbah Imam Husain as". Menurut sebagian riwayat, Turbah Karbala memiliki keutamaan dan disunnahkan sujud di atasnya saat menunaikan salat. Dalam riwayat yang lain diterangkan bahwa turbah ini mempunyai beberapa pengaruh. Orang-orang Syi'ah membuat "turbah salat" dan "tasbih" dari tanah Karbala. Menajiskan turbah haram hukumnya dan makan sedikit darinya untuk pengobatan penyakit dibolehkan. Sebagian orang menyertakan sedikit turbah bersama jenazah ketika akan dikuburkan untuk mengurangi kesulitan dalam alam kubur.
Secara detail, batasan yang darinya dapat diambil turbah tidak bisa ditentukan. Menurut sebagian ulama Syi'ah, sampai jarak 5 Farsakh (± 27.5 KM) dari pusara Imam Husain as masih termasuk turbah.
Turbah Dalam Bahasa
Turbah dalam bahasa bermakna tanah. [1] Sebagian ulama memberikan kemungkinan bahwa tanah yang diambil di sekitar setiap makam suci seperti makam Imam-imam Syiah, para Nabi, syuhada dan orang-orang saleh dinamakan turbah. Tetapi, makna yang umum atau makna khususnya adalah tanah makam Imam Husain as. Dan maksud kata "al-Thin" atau "Thinul Qabr" dalam riwayat-riwayat para Imam as adalah makna ini juga. [2]
Abu Raihan Biruni[3] menyebut tempat berziarah kepada Imam Husain as dengan kalimat "Turbah Mas'udah" (tanah yang dibahagiakan). Bagi Syi'ah, turbah senantiasa terhormat, suci dan menjadi syiar mereka. [4]
Turbah Dalam Hadis
Dalam sebuah hadis, ketika Nabi Isa as mengabarkan kepada Hawariyun tentang kesyahidan Imam Husain as menyinggung kemuliaan turbahnya. [5] [6] Banyak hadis-hadis yang diriwayatkan dalam literatur-literatur Syi'ah dan Ahlusunah yang menerangkan bahwa Nabi saw mengetahui akan kesyahidan Imam Husain as. Pada sebagian riwayat itu diterangkan bahwa Jibril (atau Malaikat yang lain) membawa tanah merah Karbala kepada Nabi saw yang membuat hatinya terenyuh. Karena banyak terjadi perbedaan dalam hadis-hadis ini, khusunya terkait Malaikat yang membawa tanah tersebut, maka sebagian ulama menduga bahwa peristiwa ini terjadi beberapa kali. [7] [8] Hadis-hadis ini diriwayatkan dari Nabi saw melalui jalan sahabat baik laki-laki maupun perempuan termasuk isteri-isteri Nabi saw. [9] [10] [11]
Memerahnya Warna Turbah
Berdasarkan sebagian hadis yang kebanyakan hadis-hadis itu dinukil dari Ummu Salamah[13] diterangkan bahwa Nabi saw memberikan tanah yang dibawa Malaikat kepada beliau kepada Ummu Salamah dan dia meletakannya di dalam botol (atau baju atau kerudung), lalu beliau menjelaskan bahwa berubahnya tanah itu menjadi warna merah darah di hari Asyura sebagai pertanda kesyahidan Imam Husain as. [14] Dalam sebagian referensi, kandungan hadis ini dihitung sebagai bagian dari mukjizat Nabi saw. [15]
Berubahnya warna turbah menjadi merah darah di hari Asyura juga dimuat dalam sebagian hadis-hadis yang lain. [16] Dalam referensi-referensi Syi'ah, hadis-hadis ini dinukil dari Nabi saw, Imam Baqir as, Imam Shadiq as melalui sekitar 10 perawi. [17] Pada sebagian referensi tersebut diterangkan bahwa Nabi saw memberikan turbah sedikit kepada Ummu Salamah. Di hadis lain dijelaskan bahwa turbah ini masih tersimpan rapi hingga masa kematian Ummu Salamah. [18] Dan menurut sebagian riwayat, turbah itu ada di sisi Imam Baqir as. [19] Pada sebagian doa-doa juga disinggung atau dijelaskan kejadian Jibril membawa turbah tersebut. [20]
Hadis-hadis Imam Ali as Mengenai Turbah
Ada beberapa hadis mengenai turbah dinukil dari Imam Ali as, diantaranya adalah ketika beliau melewati Karbala pada perang Shiffin menukilkan hadis Nabi saw tentang turbah untuk sahabat-sahabatnya. [21] Sepertinya hadis ini terdengar dua kali di Karbala; yaitu ketika Imam Ali as pergi ke perang Shiffin dan sepulang beliau darinya. [22] Dalam hadis lain dijelaskan tentang pengetahuan Imam Ali as akan tanah tempat kesyahidan Imam Husain as. [23] Menurut sebuah hadis, ketika Imam Ali as melewati Karbala selain menangis dan menyinggung peristiwa Asyura juga mengingatkan kemuliaan tanah di sana. [24]
Hadis-hadis Dari Imam-imam Yang lain Terkait Turbah
Imam Husain as ketika sampai di Karbala, menukil hadis Ummu Salamah mengenai turbah. [25] Berdasarkan beberapa riwayat, Ummu Salamah menukilkan hadis ini kepada Imam Husain di saat beliau berangkat dari Madinah. [26] Imam-imam Syiah yang lain juga menyampaikan perihal turbah ini, dan memujinya dengan sifat Mubarakah, Thahirah dan Miskah Mubarakah serta menekankan akan keutamaannya. [27] Ketika Imam Ridha as mengambil turbah maka menciumnya dan menangis. [28] Dalam sebagian hadis dijelaskan tentang kecintaan para Malaikat pada turbah ini. [29]
Pengaruh-pengaruh Turbah Menurut Riwayat
Penyembuhan
Dalam matan hadis dan Fikih disebutkan banyaknya pengaruh terkait turbah. Disebutkan dalam hadis-hadis bahwa turbah dapat menyembuhkan penyakit dengan syarat yakin padanya atau yakin pada kepemimpinan Imam Husain as. [30] Sebagian hadis menerangkan bahwa cara mengambil turbah atau memakannya pun dapat memberikan pengaruh. [31] Mencari kesembuhan melalui turbah disepakati secara ijma' oleh ulama Imamiyah[32] dan ada beberapa pengaruh yg ditulis.
Banyak pernyataan dari para perawi yang dapat dipercaya mengenai pengaruh turbah.[33] Mencari kesembuhan dari turbah Hamzah, paman Nabi saw, para syuhada dan orang-orang saleh sejak dahulu menjadi kebiasaan di kalangan kaum Muslimin. [34]
Aman dari Rasa Takut
Pengaruh lain turbah adalah aman dari rasa takut, dan dalam hadis-hadis sangat ditekankan untuk membawa turbah. [35] Imam Ridha as meletakkan turbah sedikit pada setiap barang bawaan seperti kain. [36] Dan perbuatan ini dilakukan untuk menjaga dan melindungi barang tersebut. [37] Demikian juga dalam sebagian referensi disebutkan bahwa membawa turbah dapat mendatangkan berkah.[38]
Dalam riwayat, dianjurkan mencekoki turbah pada bayi yang baru lahir dan Fukaha memandangnya mustahab (sunah). [39] Dan dianjurkan menghadiahkan turbah. [40]
Sunah Menyertakan Turbah Dengan Mayit
Fukaha imamiyah sepakat bahwa menyertakan turbah bersama mayit demi keamanan dari azab kubur adalah hal yang mustahab. [41] Namun, mereka berbeda pendapat mengenai cara melakukan itu. [42] Bagi sebagian Fukaha, dalil kesunnahannya adalah semata-mata keberkahan turbah itu[43] tapi sebagian yang lain mendasarkan perbuatan ini pada hadis. [44]
Pengaruh-pengaruh Lain Turbah
Disebutkan pengaruh-pengaruh lain untuk turbah, diantaranya adalah: bertambahnya rizki, ilmu yang bermanfaat, mendapatkan kemuliaan, diangkatnya kefakiran, dan segala pengaruh baik yang muncul. [45] Terkait sebagian pengaruh turbah muncul pertanyaan ini, apakah pengaruh-pengaruh ini terealisasi dengan makan turbah atau muncul dari pembawaannya? [46]
Keutamaan Sujud di Atas Turbah
Menurut hadis-hadis dan kitab-kitab fikih, turbah adalah benda terbagus yang dapat dijadikan tempat sujud. [47] Dalam sebagain riwayat diterangkan bahwa Imam Shadiq as menyimpan sedikit turbah (debu/tanah) Imam Husain as di dalam kantong sutera warna kuning, ketika salat beliau menuang turbah itu di sajadah dan sujud di atasnya. [48] Sesuai tuntunan hadis dan Fikih, sujud di atas turbah dan membaca tasbih dengan menggunakan turbah dapat membuat hati lembut. [49]
Teks terkuno mengenai turbah dengan redaksi "لوحٌ مِنْ طینِ القبر"; papan dari tanah kubur, dimuat pada surat resmi (tauqi') Imam Mahdi afs yang dikeluarkan pada tahun 308 H sebagai jawaban dari pertanyaam-pertanyaan Muhammad bin Abdullah bin Ja'far Himyari. Pada hadis ini dan hadis-hadis lain, kesunnahan membaca zikir dengan tasbih yang terbuat dari turbah sangat ditekankan.[50] Syahid Awal memandang hadis-hadis ini mutawatir. [51]
Membuat Tasbih Dari Turbah
Dalam riwayat Imam Shadiq as, tasbih Sayidah Fatimah sa awalnya diikat dengan benang wol yang jumlah takbir diikatkan padanya. Setelah Hamzah bin Abdul Mutthalib syahid di perang Uhud, Sayidah Fatimah as membuat tasbih dari tanah kuburnya. Setelah Imam Husain as Syahid maka pembuatan tasbih dari tanah kuburnya menjadi hal biasa. Dalam hadis lain dari Imam Shadiq as, "tasbih turbah" Hamzah dan "tasbih turbah" Imam Husain as diperbandingkan, dan turbah Imam Husain diyakini lebih utama.[52]
Dalam riwayat-riwayat ditegaskan pahala memegang "tasbih turbah" Imam Husain as sekalipun tanpa membaca zikir. [53] Secara zahir, menggunakan "tasbih turbah" sebagaimana "turbah salat" hingga tahun 308 (tahun korenpondesi Himyari ke Imam Zaman afs) merupakan sunah yang belum menyebar luas.
Hukum-hukum Fikihnya Turbah
Mengingat kesucian turbah, maka disebutkan hukum-hukum khusus untuknya dalam kitab-kitab Fikih. Antara lain adalah: haram menajiskan turbah dan wajib membersihkan najis darinya. Bahkan boleh jadi menajiskan turbah adalah pertanda kekafiran. [54] Demikian halnya dengan turbah yang diikutsertakan bersama mayit, sedemikian rupa harus dijaga sehingga tidak menimbulkan penghinaan padanya. [55] Menghina turbah memiliki efek-efek duniawi yang tidak diinginkan. [56]
Makan tanah haram hukumnya, dan makan turbah hanya boleh untuk pengobatan. [57] Dalam sebagian hadis dan Fatwa, boleh berbuka (ifthar) dengan turbah. Tentu saja ada sebagian Fukaha yang tidak membenarkan perbuatan ini. [58] Kadar turbah yang boleh dimakan untuk penyembuhan adalah sedikit dan batas maksimal seukuran baji kacang polong. [59]
Dalam sebagian riwayat, makan turbah para Imam yang lain juga dibolehkan. Tetapi, hal ini tidak diterima oleh Fukaha dan tidak sesuai dengan sebagian hadis yang lain. [60]
Menurut Fukaha, jual beli turbah adalah boleh[61] tetapi dalam sebagian riwayat hal itu dilarang.[62]
Batasan Turbah
Batasan sekitar kubur Imam Husain as yang tanahnya dianggap turbah disebutkan dalam berbagai riwayat berkisar antara 20 Dzira', 25 Dzira', 70 Dzira', 1 mil (1.6 Km), 4 mil, 10 mil, 1 farsakh (± 5.5 Km) dan 5 farsakh (± 27.5 Km). Menurut Fukaha, semua itu bisa benar, artinya semakin dekat tanah itu kepada kubur Imam Husain as maka kehormatan dan pengaruhnya akan semakin besar. [63]
Ada doa-doa dan amalan khusus yang dinukil saat mengambil dan makan turbah atau membawanya seperti mandi, membaca ayat-ayat Alquran, mencium dan meletakkannya di mata. [64] Menurut Fukaha, adab-adab ini memperbesar atau mempercepat efek turbah, tetapi efek turbah itu sendiri tidak bergantung padanya. [65]
Karya-karya Yang Ditulis Mengenai Turbah
Karya-karya Yang Diterbitkan
Hadis-hadis seputar turbah banyak disebutkan dalam sumber-sumber hadis[66] dan juga ada karya-karya yang ditulis secara independen, antara lain adalah: Risalah al-Sujud ala al-Turbah al-Masywiyah (sujud di atas turbah Husaini yang dibakar) karya Muhaqqiq Karaki, Al-Ardh wa al-Turbah al-Husainiyan (Bumi dan tanah Husaini), karya Muhammad Husain Al-Kasyf al-Ghitha, Al-Istisyfa bi al-Turbah al-Syarifah al-Husainiyah (Berobat dengan turbah mulia Husaini) , karya Abu al-Ma'ali Kalbasi, Khak-e Behesyt (Tanah surga), karya Mahdi Shadri, Sajdehgah dar Fadhilate Sajdeh bar Turbat (Tempat sujud terkait keutamaan bersujud di atas turbah), karya Sayid Muhammad Amruhi Hindi, [67] Sajdehgah-e Rasul dar Sajdeh bar Turbat, edisi Urdu, karya Ahmad Sultan Musthafawi Chesyti. [68] • Al-sujud ala al-Turbah al-Husainiyah 'inda al-Syiah al-Imamiyah, karya Alamah Amini. • Al-sujud ala al-Turbah al-Husainiyah 'inda al-Syiah, karya Bagir Syarif Qarasyi. • Sajde bar Turbat Imam Husain as, karya Sayid Abd al-Hadi Syarifi. [69] • Al-Sujud ala al-Turbah al-Husainiyah, karya Sayid Abd al-Ridha Mar'asyi. • Al-Sujud ala al-Turbah al-Husainiyah, karya Sayid Muhammad Mahdi Khurasan.
Karya-karya Yang Tidak Terbit
Diantara karya-karya yang tidak terbit mengenai turbah adalah: Syaraf al-Turbah , karya Muhammad bin Bakran Razi, [70] Syaraf al-Turbah, karya Abu al-Mufaddhal Syaibani , [71]. Lum'ah Ma'ani dar Isbate Fadhilate Sajdeh bar Turbat, karya Sayid Ali Ridhawi Lahuri, [72] Matsnawi Syafanameh dar Bare-e Atsare Turbate Sayyid al-Syuhada, karya Surudeh Taib Tabrizi. [73]
Catakan Kaki
- ↑ Ibnu Manzhur, Firuz Abadi, dibawah kata "ترب"
- ↑ Syahid Tsani, al-Fawāid al-Milliyah li Syarh al-Risalah al-Nafliyah, hlm. 211; Bahrani, al-Hadaiq al-Nādhirah fi Ahkam al-Itrah al-Thahirah, jld. 7, hlm. 261
- ↑ Biruni, Atsar al-Baqiyah, hlm. 329
- ↑ Kasyf al-Ghitha, al-Ardh wa al-Turbah al-Husainiyah, hlm. 32
- ↑ Shaduq, Kamal al-Din, jld. 2, hlm. 531-532.
- ↑ Shadri, "Khak-e Behesyt, hlm. 22
- ↑ Bahrani, Awalim al- Ulum wa al-Ma'arif wa al-Ahwal min al-Ayat wa al-Akhbar wa al-Aqwal, jld. 17, hlm. 124-131
- ↑ Amini, Siratuna wa Sunnatuna, hlm. 53-129
- ↑ Ibnu Hanbal, al-Musnad, jld. 11, hlm. 207-208
- ↑ Mufid, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 129
- ↑ Alawi Syajari,Fadhl Ziyarat al-Husain, hlm. 90-92
- ↑ [ http://hajj.ir/14/35909 ]
- ↑ Muwahhid Abthahi Isfahani, jld.4, hlm. 218-242
- ↑ Abu Ya'la Mushili, jld. 6, hlm. 129-130; Khushaibi, hlm. 202-203; Ibnu Qulawaih, hlm. 59-61; Thabrani, jld. 3, hlm. 108; Ibnu Syajari, jld. 2, hlm. 82, pertemuan ke-29, hlm. 139-140; Hakim Naisyaburi, jld. 5, hlm. 567
- ↑ Abu Naim, hlm. 553; Baihaqi, jld. 6, hlm. 468-470
- ↑ Maitsami Iraqi, hlm. 542; Dastghib, hlm. 123-124
- ↑ Syekh Thusi, hlm. 314-318, 330, 1414 H; Fadhl Thabrisi, jld. 1, hlm. 428
- ↑ Ibnu Qulawaih, Kamil al-Ziarat, hlm. 60
- ↑ Thusi, hlm. 316, 1414
- ↑ Ibnu Qulawaih, hlm. 280, 282, 284, 285; Majlisi, jld. 98, hlm. 118, 129
- ↑ Nashr bin Muzahim, Waqi'ah Shiffin, hlm. 140; Ibnu Sa'd, al-Thabaqat al-Kubra, hlm. 48-49; Ibnu Hanbal, jld. 1, hlm. 446; Abu Ya'la Mushili, jld. 1, hlm. 298; Ibnu Asakir, hlm.234-235
- ↑ Muwahhid Abthahi Isfahani, jld. 4, hlm. 365-366
- ↑ Ibnu Sa'd, al-Thabaqat al-Kubra, hlm. 48; Ibnu Qulawaih, Kamil al-Ziarat, hlm. 72
- ↑ Humayri, hlm. 26; Ibnu Qulawaih, Kamil al-Ziarat, hlm. 269-270
- ↑ Sibth Ibnu Jauzi, hlm. 225
- ↑ Khushaibi, hlm. 203; Mas'udi, hlm. 165; Ibnu Hamzah, hlm. 330-331, 1412; Muwahhid Abthahi Isfahani, jld. 4, hlm. 218-221
- ↑ Ibnu Qulawaih, hlm. 267-268, 270-271; Ushfuri, hlm. 16-17; Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 98, hlm. 128-132
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 98, hlm. 131
- ↑ Ibnu Qulawaih, Kamil al-Ziarat, hlm. 68; Mufid, Kitab al-Mazar, hlm. 151; Shadri, hlm. 49
- ↑ Kulaini, al-Kafi, jld. 4, hlm. 588; Alawi Syajari, hlm. 91; Thusi, hlm. 732-734, 1411; Ibnu Masyhadi, hlm. 361-363; Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 98, hlm. 118
- ↑ Barqi, hlm. 500; Kulaini, jld. 4, hlm. 243; Ibnu Babawaih, hlm. 410, 1386; Thusi, al-Amali, hlm. 317
- ↑ Syahid Awal, al-Bayan, jld.2, hlm. 25
- ↑ Maitsami Iraqi, hlm. 542; Qummi, jld. 2, hlm. 695; A'raji Fahham, jld. 2, hlm. 204-206; Shadri, hlm. 109-110, 115-116
- ↑ Samhudi, jld. 1, hlm. 69, 116, jld. 2, hlm. 544; A'raji Fahham, jld. 2, hlm. 179-182
- ↑ Ibnu Qulawaih, hlm. 278-280;Thusi, Tahdzib al-Ahkam, jld. 6, hlm. 75; al-Amali, hlm. 318, 1414
- ↑ Ibnu Qulawaih, hlm. 278
- ↑ Kalbasi, hlm. 130
- ↑ Ibnu Qulawaih, hlm. 278; Najafi, jld. 18, hlm. 162
- ↑ Kulaini, al-Kafi, jld. 6, hlm. 24; Mufid, al-Muqni'ah, hlm. 521; Sallar Dailami, hlm. 156; Ibnu Barraj, jld. 2, hlm. 259; Ibnu Hamzah, al-Wasilah ila Nail al-Fadhilah, hlm. 372; Yusuf Bahrani, al-Hadaiq al-Nadhirah, jld. 7, hlm. 131
- ↑ Syahid Awal, al-Durus al-Syar'iyah fi Fiqh al-Imamiyah, jld. 2, hlm. 26
- ↑ Thusi, al-Khilaf, jld.1, hlm. 706; Muhaqqiq Hilli, al-Mu'tabar fi Syarh al-Mukhtashar, jld. 1, hlm. 299-300
- ↑ Al-Fiqh al-Mansub li al-Imam al-Ridha as, hlm. 184; Thusi, Mishbah al-Mutahajjid, hlm. 20; Thusi, al-Iqtishad al-Hadi ila Thariq al-Rasyad, hlm. 250; Ibnu Idris Hilli, jld. 1 Hlm. 165; Muhaqqiq Hilli, al-Mu'tabar fi Syarh al-Mukttashar, jld. 1, hlm. 301; Allamah Hilli, Tadzkirah al-Fuqaha, jld. 2, hlm. 94-95; Syahid Awal, Dzikra al-Syi'ah fi Ahkam al-Syari'ah, jld. 2, hlm. 21
- ↑ Syahid Awal, Dzikra al-Syi'ah fi Ahkam al-Syari'ah, jld. 2, hlm. 21; Musawi Amili, jld. 2, hlm. 139
- ↑ Thusi, Tahdzib al-Ahkam, jld. 6, hlm. 76; Thusi, Mishbah al-Mutahajjid, hlm. 735; Ahmad Thabrisi, jld. 2, hlm. 582; Yusuf Bahrani, jld. 4, hlm. 112; Hur Amili, jld. 3, hlm. 30; Allamah Hilli, Tadzkirat al-Fuqaha, jld. 2, hlm. 95; Syahid Awal, Dzikra al-Syi'ah fi Ahkam al-Syari'ah jld. 2, hlm. 21
- ↑ Ibnu Qulawaih, Kamil al-Ziarat, hlm. 277, 282-285; Ibnu Bastham, hlm. 52; Nuri, jld. 8, hlm. 237, 1408; Kalbasi, hlm. 109; Farhad Mirza Qajar, hlm. 6
- ↑ Naraqi, jld. 15, hlm.163; Kalbasi, hlm. 67, 77
- ↑ Ibnu Babawaih, Man la Yahduruhu al-Faqih, jld. 1, hlm. 268; Syahid Awal,al-Durus al-Syar'iah fi Fiqh al-Imamiyah, jld.2, hlm. 26; Yusuf Bahrani, jld. 7, hlm 260; Naraqi, jld. 5, hlm. 266
- ↑ Thusi, Mishbah al-Mutahajjid, hlm. 733; Dailami, jld. 1, hlm. 115; Muhammad Baqir Majlisi; jld. 82, hlm. 153; Al-Kasyf al-Ghitha, hlm. 39
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, jld.2, hlm. 177
- ↑ Mufid, Kitab al-Mazar, hlm. 150-151; Hasan Thabrisi, hlm. 281; Ibnu Masyhadi, hlm. 366-368; Hur Amili, jld. 6, hlm. 455-45; Mjlisi, jld. 82, hlm. 333-340
- ↑ Syahid Awal, al-Durus al-Syar'iyah fi Fiqh al-Imamiyah, jld. 2, hlm. 26
- ↑ Syekh Mufid, al-Irsyad, hlm. 150-151
- ↑ Syekh Thusi, Mishbah al-Mutahajjid, hlm. 735; Syekh Thusi, Tahdzib al-Ahkam, jld. 6, hlm. 75-76; Ahmad Thabrisi, jld. 2, hlm. 583; Mufid, Kitab al-Mazar, hlm. 152
- ↑ Allamah Hilli, Mukhtalaf al-Syi'ah fi Ahkam al-Syari'ah, jld. 1, hlm. 267; Allamah Hilli, Tadzkirat al-Fuqaha, jld. 1, hlm. 127; Najafi, jld. 8, hlm. 335; Al-Kasyf al-Ghitha, hlm. 175; Sabzawari, hlm. 18
- ↑ Thabathabai Yazdi, jld. 1, hlm. 315, masalah 9; Hakim, jld. 4, hlm. 199
- ↑ Syekh Thusi, al-Amali, hlm. 320; Nuri, jld. 2, hlm. 283, 1387
- ↑ Kulaini, jld. 6, hlm. 265-266; Ibnu Barraj, jld. 2, hlm. 433; Ibnu Hamzah, hlm. 433; Muhaqqiq Hilli, Syarayi' al-Islam fi Masail al-Halal wa al-Haram, jld. 3, hlm. 176; Naraqi, jld. 15, hlm. 162; Kalbasi, hlm. 2830
- ↑ Al-Fiqh al-Mansub li al-Imam al-Ridha as, hlm. 210; Ibnu Syu'bah, hlm. 488; Ibnu Babawaih, jld. 2, hlm. 174; Mufid, Masar al-Syi'ah fi Mukhtashar Tawarikh al-Syari'ah, hlm. 31; Ibnu Thawus, Iqbal, hlm. 281; Syahid Awal, al-Bayan, hlm. 203; Syahid awal, Dzikra al-Syi'ah fi Ahkam al_syari'ah, jld. 4, hlm. 175-176; Muhammad Baqir Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 57, hlm. 158-161
- ↑ Kulaini, jld. 6, hlm. 378; Ibnu Barraj, jld. 2, hlm. 429-430; Ibnu Idris Hilli, jld. 1, hlm. 318; Muhaqqiq Hilli, Syarayi', jld. 3, hlm. 176; Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 57, hlm. 161-162; Kalbasi, hlm. 45-47
- ↑ Ibnu Qulawaih, hlm. 280-281; Ibnu Babawaih, Uyun Akhbar al-Ridha, jld. 1, hlm. 104; Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 57, hlm. 156
- ↑ Syahid awal, al-Durus, jld. 2, hlm. 26; Al-Kasyf al-Ghitha, hlm. 376
- ↑ Ibnu Qulawaih, hlm. 286
- ↑ Thusi, Tahdzib al-Ahkam, jld. 6, hlm. 71-72; Thusi, Mishbah al-Mutahajjid, hlm. 731-732; Ibnu Fahad Hilli, jld. 4, hlm. 220; Syahid Tsani, al-Raudhah al-Bahiyyah fi Syarh al-Lum'ah al-Dimasyqiyah, jld. 7, hlm. 327; Muqaddas Ardabili, jld. 2, hlm. 313; Majlisi, jld. 5, hlm. 370-371; Naraqi, jld. 15, hlm. 165-167
- ↑ Ibnu Qulawaih, bab 93-94; Syekh Thusi, al-Amali, hlm. 318; Ibnu Thawus, al-Aman, hlm. 47; Ibnu Thawus, Falah al-Sail, hlm. 62, 224-225; Ibnu Masyhadi, hlm. 363-366
- ↑ Muqaddas Ardabili, jld. 11, hlm. 236
- ↑ Ibnu Qulawaih, bab 17, hlm. 91, 95
- ↑ Agha Buzurg Tehrani, jld. 12, hlm. 147
- ↑ Agha Buzurg Tehrani, jld. 12, hlm. 147
- ↑ Kitabkhane Milli
- ↑ Najjasyi, hlm. 394; Agha Buzurg Tehrani, jld. 14, hlm. 180
- ↑ Najjasyi, hlm. 396; Agha Buzurg Tehrani, al-Dzari'ah, jld. 14, hlm. 180
- ↑ Agha Buzurg Tehrani, al-Dzari'ah, jld. 18, hlm. 354
- ↑ Agha Buzurg Tehrani, al-Dzari'ah, jld. 19, hlm. 84
Daftar Pustaka
- Abd al-Husain Amini. Siratuna wa Sunnatuna. Beirut: 1992/1412.
- Abu Raihan Biruni. Atsar al-Baqiyah.
- Abu Nu'aim, Ahmad bin Abdullah. Dalail al-Nubuwah. Beirut: percetakan Muhammad Rawas Qu'ah Chi wa Abd al-Bar Abbas, 1412/1991.
- Abu Ya'la Mushili. Musnad. Beirut: Percetakan Husain Sulaim Asad, 1410/1412.
- Bahrani, Andullah bin Nurullah. 'Awalim al-'Ulum wa al-Ma'arif wa al-Ahwal min al-Ayat wa al-Akhbar wa al-Aqwal. Qom: 1407.
- Bahrani, Yusuf bin Ahmad. Al-hadaiq al-Nadhirah fi Ahkam al-'Itrah al-Thahirah. Qom: 1363/1367 S.
- Baihaqi, Ahmad bin Husain. Dalail al-Nubuwah. Beirut: Percetakan Abd al-mu'thi Qal'achi, 1405/1985.
- Barqi, Ahmad bin Muhammad. Kitab al-Mahasin. Qom: Percetakan Muhaddis Armawi, 1331 S.
- Da'i al-Islam, Muhammad Ali. Farhang-e Nidham. Percetakan Sangh-e Haidarabad Dekan, 1305/1318 S, Percetakan Offset Teheran, 1362/1364 S.
- Hakim Naisyaburi, Muhammad bin Abdullah. Al-Mustadrak ala al-Shahihain. Beirut: 1418/1998.
- Humairy, Abdullah bin Ja'far. Qarb al-Asnad. Qom: 1413.
- Ibnu Babawaih. Al-Amali. Teheran: 1362 S.
- Ibnu Babawaih. Ilal al-Syarayi. Najaf: percetakan Offset. Qom: tanpa tahun.
- Ibnu Babawaih. 'Uyun Akhbar al-Ridha. Qom: Percetakan Mahdi Lajurdi, 1404 H.
- Ibnu Babawaih. Man la Yahduruhu al-Faqih. Qom: Percetakan Ali Akbar Ghaffari, 1414 H.
- Ibnu Babawaih. Kamal al-Din wa Tamam al-Ni'mah. Qom: Percetakan Ali Akbar Ghaffari, 1363 S.
- Ibnu Barraj. Al-Muhadzzab. Qom: 1406 H.
- Ibnu Bastham (Husain bin Bastham) dan Ibnu Bastham (Abdullah bin Bastham). Thibb al-Aimmah. Najaf: 1385 H. Qom: Percetakan Offset, 1404 H.
- Ibnu Hamzah. Al-Tsaqib fi al-Manaqib. Qom: Percetakan Nabil Ridha Alwan, 1412 H.
- Ibnu Hamzah. Al-Wasilah ila Nail al-Fadhilah. Najaf: Percetakan Abd al-Adzim Bakka', 1399 H.
- Ibnu Hanbal. Al-Musnad. Kairo: Percetakan Ahmad Muhammad Syakir, 1416 H.
- Ibnu Idris Hilli. Kitab al-Sarair al-Hawi li Tahrir al-Fatawa. Qom: 1411 H.
- Ibnu Saad. Tarjumah al-Imam al-Husain as wa Maqtaluhu, bagian yang tidak dicetak dari kitab al-Thabaqat al-Kabir, karya Ibnu Sa'd. Qom: Percetakan Abd al-Aziz Thabathabai, 1415 H.
- Ibnu Syajari. Kitab al-Amali yang terkenal dengan al-Amali al-Khamisiyah. Beirut: 1403 H.
- Ibnu Syu'bah. Tuhaf al-'Uqul an Al al-Rasul. Teheran: Percetakan Ali Akbar Ghifari, 1376 S.
- Ibnu Syahr Asyub. Manaqib Al Abi Thalib. Beirut: Percetakan Yusuf Baqa'i, 1412/1991.
- Ibnu Thawus. Al-Iqbal bi al-A'mal al-Hasanah. Teheran: Percetakan Fadhlullah Nuri, 1312 S.
- Ibnu Thawus. Al-Aman min Akhthar al-Asfar wa al-Azman. Qom: 1409.
- Ibnu Thawus. Kitab Falah al-Sail. Beirut: Al-Dar al-Islamiyah, tanpa tahun.
- Ibnu Asakir. Tarjumah Raihanah Rasulillah al-Imam al-Mafda fi Sabilllah al-Husain bin Ali bin Abi Thalib Shalawatullah 'Alaihim min Tarikh Madinah Dimisyq. Beirut: 1398/1978.
- Ibnu Fahd Hilli. Al-Muhadzzab al-Bari'fi Syarh al-Mukhtashar al-Nafi'. Qom: 1413/1407.
- Ibnu Qulawaih. Kamil al-Ziarat. Najaf: Percetakan Abd al-Husain Amini, 1356.
- Ibnu Masyhadi. Al-mazar al-Kabir. Qom: Percetakan Jawad Qayumi Isfahani, 1419.
- Khurasan, Hadi Hairi. Mu'jizat va Karamat Aime Athhar as. Qom: 1417.
- Khushaibi, Husain bin Hamdan. Al-hidayah al-Kubra. Beirut: 1406/1986.
- Muhammad A'raji Fahham. Ahsan al-Jaza' fi Iqamah al-Aza' ala Sayid al-Syuhada' as. Qom: 1401.
- Muhammad Husain al-Kasf al-Ghita'. Al-Ardh wa al-Turbah al-Husainiyah. Qom: 1416/1995.
- Muhsin Hakim. Mustamsik al-'Urwah al-Wutsqa. Beirut: Percetakan Offset, tanpa tahun.