Longmarch Arbain

Longmarch Arbain (bahasa Arab: مسيرة الأربعين) adalah salah satu ritual keagamaan Syiah yang diselenggarakan pada hari-hari dan berakhir di tanggal 20 Safar (Hari Arbain Husaini) menuju Kota Karbala dengan tujuan ziarah Arbain. Ritual ini dilakukan dengan berjalan kaki dari berbagai wilayah di Irak serta beberapa kota di Iran. Sebagian besar peziarah berasal dari Iran dan negara-negara seperti Pakistan, yang melakukan perjalanan dari Najaf menuju Karbala (sekitar 80 kilometer) dengan berjalan kaki. Sepanjang rute perjalanan, terdapat pos-pos pelayanan bagi peziarah yang disebut maukib.
Pada masa pemerintahan Saddam Hussein, berbagai pembatasan diberlakukan terhadap pelaksanaan ritual ini. Namun, setelah jatuhnya Partai Ba'ats Irak pada tahun 2003 M, tradisi ini kembali dihidupkan. Setiap tahun, selain penganut Syiah dari Irak, jutaan penganut Syiah dari berbagai negara -khususnya Iran- ikut serta dalam Longmarch Arbain. Menurut laporan, selain penganut Syiah, kelompok-kelompok dari Sunni, Kristen, Yazidi, dan aliran keagamaan lain juga turut berpartisipasi dalam perjalanan ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah peserta longmarch ini mencapai puluhan juta orang, menjadikannya sebagai salah satu pertemuan keagamaan tahunan terbesar di dunia. Estimasi jumlah peserta bervariasi, mulai dari 12 juta hingga lebih dari 20 juta orang. Menurut laporan Atabah Abbasiah, jumlah peziarah pada tahun 2023 mencapai lebih dari 22 juta orang, sedangkan pada tahun 2024 tercatat lebih dari 21 juta peziarah.
Anjuran Ziarah Arbain

Dalam sebuah hadis dari Imam Askari as disebutkan bahwa terdapat lima tanda bagi orang beriman. Salah satunya adalah ziarah Arbain. [1] Sebagaian Ulama menganggap bahwa hadis ini adalah dalil akan peringatan Arbain.[2] Demikian juga terdapat bacaan ziarah terkhusus untuk Arbain yang diriwayatkan dari Imam Shadiq as. [3] Syekh Abbas Qummi mengutip bacaan ziarah ini dalam kitabnya Mafātih al-Jinān bab ketiga setelah ziarah Asyura ghaira ma'rufah, dengan judul ziarah Arbain. [4]
| Bulan Duka Muharram |
|---|
| Peristiwa |
| Tokoh |
| Situs Penting |
| Momentum |
| Ritual |
Sejarah Singkat Arbain
Pada Masa Ahlulbait as
Menurut hasil penelitian, perjalanan menuju Karbala pada hari Arbain telah mentradisi dalam umat Islam Syiah semenjak masa Imam Maksum. Bahkan disebutkan bahwa kaum Syiah tetap menjalankan tradisi ziarah Arbain ini pada masa kekuasaan bani Umayyah dan Bani Abbasiyah. Qadhi Thabathabai dalam kitab Tahqiq darbare Awal Arbain Sayid al-Syuhada' menilai bahwa tradisi ziarah Arbain ini sebagai tradisi setiap tahun kaum Syiah di sepanjang sejarah. [5]
Dikatakan bahwa tradisi ini sempat dilupakan setelah masa Syekh Ansari dan Muhadis Nuri pun menghidupkannya.[6]Penulis buku Adab al-Thaff yang beredar pada tahun 1967 dalam laporannya atas pertemuan besar kaum Syiah pada peringatan Arbain Imam Husain di Karbala menyerupakan pertemuan itu seperti pertemuan kaum Muslim di Mekkah. Dalam buku itu disinggung tentang majelis-majelis duka disampaikan dalam bahasa Turki, Arab, Persia dan bahasa Urdu. Ia menegaskan bahwa tidak berlebihan, pada masa itu, terdapat kurang lebih satu juta orang yang turut serta pada ziarah Arbain Imam Husain as. [7]
Pemerintahan Saddam Husain dan Pelarangan Longmarch
Pada akhir abad ke-14, pemerintahan Ba'tsi memegang kendali kekuasaan di Irak. Mereka tahu bahwa longmarch Arbain ini merupakan simbol kekuatan politik (show force) kaum Muslim Syiah. Pemerintahan Saddam kemudian melarang adanya peringatan Arbain dan terkadang dengan kejam menyerang para peziarah. Larangan dan teror pemerintahan Ba'tsi ini membuat peringatan Arbain tidak begitu ramai. Mereka terkadang menyerang dengan menembakkan senjata dari darat atau menyerang dari udara. Tahun 1977 merupakan klimaks dari serangan ini dimana mereka menembak para peziarah di dekat kota Karbala. Dengan adanya larangan ini, sebagian Syiah secara diam-diam tetap pergi berziarah ke Karbala. Pada tahun itu juga, Ayatullah Sayid Muhammad al-Shadr mengumumkan wajibnya ziarah Arbain.
Ramainya Peringatan Arbain di Tahun-tahun Terakhir
Setelah jatuhnya pemerintahan Ba'tsi (Saddam Husain) di Irak yang menjadi penghalang utama terselenggaranya pelbagai jenis majelis duka Imam Husain as, untuk pertama kalinya pada tahun 2003, kaum Syiah bergerak menuju Karbala. Pada permulaan acara peringatan ini terdapat tiga juta orang yang hadir. Pada tahun-tahun setelahnya, jumlah peziarah dan peserta longmarch ini semakin membludak sehingga disebutkan terdapat lebih dari 10 juta orang yang turut meramaikan peringatan Arbain Imam Husain as.[8] Pada tahun 2013 yang bertepatan dengan Arbain tahun 1435 H sebagian melaporkan bahwa terdapat 15 juta peziarah yang berpartisipasi pada ritual Arbain ini. [9]
Adab-adab dan Tradisi Ziarah
Membaca Huseh
Huseh adalah qasidah khusus yang dibacaka oleh masyarakat Arab dari Irak bagian selatan. Qasidah ini berisikan syair-syair yang menerangkan keberanian dan epik kepahlawanan yang membangkitkan semangat dan tekad untuk menunaikan pekerjaan-pekerjaan sulit dan besar. Setelah mendengarkan syair-syair ini, pendengar akan mengulang-ngulang satu lirik dari syair tersebut dan bergerak ke depan dengan membuat lingkaran-lingkaran. Membaca Huseh ini merupakan salah satu tradisi orang-orang Arab Irak dalam menyemarakkan peringatan Arbain dalam perjalanannya menuju Karbala.
Permulaan Acara
Peringatan duka ini dimulai lima hari sebelum puncak hari Arbain dengan takziyah dan setelah menepuk-nepuk dada dan menganyungkan rantai puncak peringatan Arbain dimulai dua jam setelah waktu Dhuhur. Para peziarah akan berdiri di dekat pintu gerbang Haram Imam Husain as. Mereka mulai bergerak masuk dengan menepuk-nepuk dada dan membacakan kidung-kidung duka. Akhir acara menepuk-nepuk dada, mereka mengangkat tangannya sebagai tanda salam dan penghormatan kepada Imam Husain as.
Pemberian Hidangan kepada Para Peziarah
Para kabilah yang tinggal di tepian sungai Furat mendirikan tenda-tenda yang disebut sebagai Maukib atau Mudhif di sepanjang jalan yang dilewati para peziarah. Mereka mendirikan tenda-tenda ini dengan tujuan untuk memberikan hidangan dan tempat istirahat kepada para peziarah. Para kabilah dan paguyuban-paguyuban banyak mendirikan tenda-tenda untuk memberikan pelayanan gratis kepada para peziarah. Mereka melakukan pelayanan dan mendirikan tenda-tenda ini dengan dana yang bersumber dari mereka sendiri (swadaya) bukan dari pemerintah.
Catatan Kaki
- ↑ Syekh Thusi, Tahdzib al-Ahkam, jld. 6, hlm. 62.
- ↑ Ja'fariyan, Dalil Buzurdasyt Arbain Chist? Boztab Andisye, no 84
- ↑ Syekh Thusi, Tahdzib al-Ahkam, jld. 6, hlm. 113.
- ↑ Mafatih al-Jinan, Ziarah Arbain, Bab Ziarah, hlm. 642
- ↑ Qadhi Thabathabai, Tahqiq darbare Awal Arbain Sayid al-Syuhada' hlm. 2.
- ↑ Zandeghi Name Mirza Husain Nuri, Website Balagh
- ↑ Syubbar, Adab al-Thaf wa Syu'ara' al-Husain jld. 1, hlm. 41.
- ↑ Khabarguzari Tasnim
- ↑ Site Fardanew
Daftar Pustaka
- Qadhi Thabathabai, Sayid Muhammad Ali. Tahqiq Darbāreh Awwal Arba’in Hadhrat Sayyid al-Syuhada as. Qom: Bunyad Ilmi wa Farhanggi Syahid Ayatullah Qadhi Thabathabai, 1409 H.
- Qummi, Abbas. Mafātih al-Jinān.
- Syabbar, Sayid Jawad. Adab al-Thaff wa Syu'ara al-Husain as. Beirut: Dar al-Murtadha.
- Thusi, Muhammad bin al-Hasan. Tahdzib al-Ahkām. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1407 H.
