Husainiyah

Prioritas: b, Kualitas: b
Dari wikishia

Husainiyah (bahasa Arab: الحسينية) adalah tempat untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan mazhab Syiah. Husainiyah lebih sering digunakan untuk mengadakan kegiatan dalam rangka memperingati kesyahidan Imam Husain as dan syuhada Karbala. Pada sebagian besar kantong Muslim Syiah, baik di kota-kota maupun desa-desa, minimal ada satu husainiyah. Dikatakan bahwa di Lucknow, India pada pertengahan tahun 1210 kira-kira terdapat 2000 husainiyah dan di Teheran pada akhir tahun 1961 kira-kira ada 630 husainiyah. Berdasarkan data statistik pada tahun 1996 terdapat 7528 di Iran dimana lebih dari 11 % jumlah tersebut merupakan tempat untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan.

Kegunaan khusus husainiyah adalah untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti majelis duka khususnya majelis duka untuk mengenang pengorbanan Imam Husain as dan penolong setianya. Sedangkan penggunaan secara umum adalah untuk mengadakan acara-acara keagamaan dan kebudayaan. Sebagian besar Husainiyah dihiasi dengan ornamen-ornamen yang sederhana. Husainiyah lebih banyak digunakan pada bulan Muharam dan Shafar. Biaya operasional yang digunakan biasanya berasal dari swadaya masyarakat.

Sejarah

Kata "husainiyah" tidak ada tertulis dalam referensi klasik. Nampaknya, Husainiyah adalah bangunan yang ada di sekitar masjid, di sudut dan bangunan yang menyatu dengan masjid. Kemungkinan besar, Husainiyah pertama kali ada pada masa Safawi dan seterusnya dan dibangun dengan maksud untuk digunakan sebagai tempat melakukan aktivitas-aktivitas kebudayaan Syiah di Iran.

Masyarakat pada periode Bawaih atas perintah Muiz al-Daulah Dailami pada tahun 352 H/964 mendirikan tenda-tenda di jalan-jalan untuk mengadakan majelis duka. [1] Mereka mendirikan tenda menggunakan kayu atau baja dan ditutup dengan menggunakan kain kanvas. Tradisi ini masih ada hingga sekarang. Menurut sumber referensi klasik, tidak ada laporan tentang konstruksi bangunan-bangunan permanen sebagai husainiyah. Sebagian besar majelis duka diadakan di masjid-masjid, haram para Imam Maksum, Haram Keturunan Imam (Imam Zadeh), pasar-pasar dan (tekiye) tempat untuk menyelenggarakan kegiatan keagamaan. Kemungkinan besar, bangunan dengan nama husainiyah dikenal pada zaman Qajar, sebagaimana sejarah pembangunan husainiyah penting dan terkenal yang tidak ada pada masa sebelumnya. [2]

Kegunaan Husainiyah

Untuk Mengadakan Majelis Duka

Meskipun ada masjid, namun penggunaan Husainiyah digunakan untuk mengadakan majelis-majelis khusus guna memperingati acara-acara duka dalam mazhab Syiah seperti menepuk dada, melantunkan kidung duka, dan ceramah-ceramah keagamaan di beberapa tempat dan mengadakan drama kolosal pertempuran Karbala dengan menampilkan beberapa karakter utama. Fungsi yang paling signifikan adalah untuk mengadakan majelis duka pada sepuluh hari pertama bulan Muharram hingga 28 Shafar bagi Imam Husain as, acara-acara keagamaan atau perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad saw dan para Imam as pada waktu-waktu lain selama bulan hijriah, mengadakan acara-acara pada bulan Ramadhan, khususnya acara malam Qadr, mengadakan majelis-majelis pembacaan ayat suci Alquran, mengadakan acara berkabung bagi keluarga yang meninggal bagi penduduk setempat dan acara-acara keagamaan dan kebudayaan lainnya.

Memperkuat Semangat Empati

Husainiyah adalah tempat yang paling ramai dan menjadi pusat perkumpulan penganut Syiah pada bulan Muharam dan Shafar. Kehadiran dan kerja sama masyarakat untuk mempersiapkan dan menyediakan layanan dan mengadakan acara-acara keagamaan, tanpa memperhatikan perbedaan usia, jenis kelamin, kondisi perekonomian dan kedudukan kemasyarakatan menjadikan hal ini sebagai sarana untuk menanamkan dan menguatkan rasa empati dan solidaritas di antara penganut Muslim Syiah. Karena husainiyah di setiap tempat biasanya memiliki identitas khusus tersendiri, maka pemanfaatan fungsi sosial husainiyah dalam skala lingkungan tertentu, membuat hubungan antara sesama warga menjadi menjadi kokoh dan kuat. Rasa solidaritas di Husainiyah terpupuk secara baik entah itu penduduk asli maupun pendatang ataupun para musafir yang berasal dari tempat lain, misalnya yang lebih nampak adalah di Husainiyah Azerbeijan di Teheran dan husainiyah-husainiyah yang ada di komplek pemakaman Atabat Aliyat.

Aktivitas-aktivitas Kesejahteraan Umum

Pada masa-masa akhir, husainiyah menjadi pusat bagi program-program kesejahteraan umum seperti untuk membuat lembaga dana pinjaman.

Menjadi Tempat Bermukim Sementara bagi Peziarah

Di kota-kota yang menjadi tempat tujuan ziarah yang sangat penting seperti Karbala dan Najaf, husainiyah juga digunakan untuk menerima musafir sebagai tempat penginapan dan persinggahan peziarah seperti Husainiyah orang-orang Tehran yang ada di Karbala, di mana husainiyah ini merupakan salah satu husainiyah terbesar yang dibangun dengan menggunakan dana swadaya dari masyarakat. Husainiyah ini disamping memiliki serambi yang luas di lantai pertama dan memiliki ruangan di bawah tanah yang luas dan banyak, juga memiliki lebih dari 200 kamar untuk menampung peziarah. Sayangnya, pada tahun 1370 S dihancurkan oleh rezim Bahts dalam peristiwa perlawanan kaum Syiah di Irak. [3]

Model Arsitektur

Sebagian Husainiyah dibangun dengan gaya arsitektur yang sederhana dan tertutup dengan atap untuk digunakan sebagai tempat berkumpul, namun sebagian dari husainiyah itu ada yang memiliki model arsitektur yang dari sisi penggunaan dekorasi interior dan eksterior memiliki sisi penting seperti Husainiyah Muhammad Taqi Farihi dan Husainiyah Agha Syaikh Ali di Busyehr Mazandaran serta Husainiyah Masyir. [4] Husainiyah Irsyad yang dibangun dengan tujuan kebudayaan dan kemasyarakatan pada tahun 1345 S di Teheran juga memiliki gaya arsitektur yang modern dan memiliki aula untuk mengadakan berbagai ceramah. Bangunan husainiyah biasanya dibangun secara terpisah tapi kadang-kadang juga merupakan serangkaian bangunan yang meliputi kebun, masjid, pelataran, kamar mandi, pasar dan lainnya seperti Husainiyah Masyir di Shiraz[5] dan Husainiyah Amir Sulaimani di Tehran. [6]

Peran Husainiyah dalam Arsitektur Perkotaan

Dalam banyak hal, dari sisi tata kota (misalnya di kota Nain, Zavarah, Taft dan Maibad) husainiyah memiliki titik hubungan asli dengan jalan-jalan, membentuk bagian penting dari kesatuan arsitektur kota dan merupakan bangunan tertutup paling penting disetiap tempat. [7]

Perkembangan Sejarah Kata Husainiyah

Penamaan husainiyah yang digunakan untuk tempat-tempat khusus guna menyelenggarakan majelis duka Imam Husain as di daerah-daerah berpenduduk penganut Syiah, pada mulanya mengikuti kebiasaan-kebiasan dan adat istiadat setempat. Misalnya di Iran dan Irak, kebanyakan dengan menggunakan nama "tekiye" dan dalam perkembangannya, Husainiyah digunakan untuk kata-kata seperti "meidan" dan "cahar syuq". Pada masa kini, kebanyakan tempat-tempat yang dibangun untuk mengadakan majelis duka Imam Husain as disebut dengan husainiyah. [8]

Kira-kira tidak ada tempat yang baru dibangun dengan tujuan ini yang kemudian disebut dengan tekiye, bahkan jika tekiye itu direnovasi, maka namanya diganti dengan Husainiyah atau masjid, bukan tekiye lagi. [9]

Kaum Syiah Aman dan Bahrain menyebut Husainiyah dengan "maktam" dan kaum Syiah India atau Pakistan dengan "Imam bara atau Imam barah", rumah Asyura atau rumah duka sedangkan di Afganistan mereka menyebut "mimbar". [10]

Penamaan Husainiyah

Kadang-kadang nama orang yang mewakafkan atau pendiri ditulis pada nama husainiyah itu, misalnya Husainiyah Sayid Muhammad Saleh di Karbala, Husainiyah Isthahbanati di Najaf, Husainiyah Mu'min Ali Yazdi di Kazhimain, dsb. [11] Kadang kala husainiyah-husainiyah itu disebut dengan nama perhimpunan pekerjaan orang-orang yang memakainya seperti Husainiyah Para Penjait, Husainiyah Para Penyamak Kulit, Husainiyah Para Pelukis yang ketiganya ini ada di Birjand, [12]atau Husainiyah Para Penjual Manik-manik, Husainiyah Para Penjual Kue Manis dan Husainiyah Para Penjual Pakaian semuanya ada di Sabzawar. [13]

Husainiyah-husainiyah yang dibangun oleh penduduk suatu kota tertentu di kota lain, diberi nama dengan nama kelompok pendatang itu atau peziarah misalnya Husainiyah Warga Isfahan, Husainiyah Warga Teheran, Husainiyah Warga Qom, Husainiyah Azerbeijan yang semuanya ada di Karbala. [14] Sebagian husainiyah diberi nama dengan nama tempat husainiyah itu berada seperti Husainiyah Nain, Abyane dan Kasyan.[15] Penamaan husainiyah dengan nama-nama para Imam dan putra-putra juga merupakan hal yang umum dilakukan oleh masyarakat.[16]

Biaya dan Pendapatan

Untuk memenuhi biaya-biaya operasional dan pelaksanaan acara-acara di husainiyah sebagian dipenuhi oleh pihak penyandang dana dan biasanya ada pula pendapatan atau terdapat suatu kepemilikian yang diwakafkan untuk memenuhi kebutuhan hal ini. Kadang-kadang masyarakat menopang biaya-biaya ini secara kolektif. Sebagian warga menggunakan rumahnya sebagai husainiyah secara permanen atau sementara. Selain untuk tujuan bersama dan keagamaan, husainiyah baik yang permanen maupun sementara juga digunakan untuk melaksanakan nazar bagi kesembuhan orang-orang yang sakit, keberhasilan pekerjaan-pekerjaan penting dan lainnya. [17]

Catatan Kaki

  1. Faqihi, hlm. 466.
  2. Silahkan lihat: Dāirah al-Ma'ārif Tasyayu, madkhal husainiyah.
  3. Anshar Qumi, Waqf, tahun ke-2, no. 3, hlm. 84.
  4. Silahkan lihat: Hamayuni, ibid, Sutude, jil, 4, bag. 1, hlm. 690-691.
  5. Hamayuni, hlm. 10-14, Dāirah al-Maārif Tasyayu, madkhal husainiyah.
  6. Silahkan lihat: Tabande, hlm. 249-255; Dāirah al-Ma'ārif Tasyayu, madkhal Husainiyah Amir Sulaimani.
  7. Sultan Zadeh, 1374, hlm. 131.
  8. Silahkan lihat: Mu'tamidi, jld. 1, hlm. 145-351.
  9. Silahkan lihat: Mu'tamidi, jld. 1, hlm. 510; Syathiri, hlm.33.
  10. Silahkan lihat: Tawasuli, hlm. 82; Jenabullahi, hlm.15-20; Islam cet.2, "Imam Bara"; Dāirah Ma'ārif Buzurg Islāmi, madkhal Imam Bara, Dāirah Ma'ārif Jahān Islām Oxford, madkhal "Tasi", 53; Farhang, hlm. 308-318; Wali, hlm. 125-126.
  11. Silahkan lihat: Anshari Qumi, Waqf, tahun 2, vol. 1, hlm. 77, no. 3, hlm. 84, tahun3, no. 1, hlm. 101.
  12. Redzai, hlm. 126-127.
  13. Muhammadi, hlm. 261.
  14. Anshari Qumi, Waqf, tahun ke-2, no. 3, hlm. 83-84.
  15. Sultan Zade, 1374 S, hlm. 130; BuluKabasyu, hlm. 59 dan 61; Masyhadi Nusy Abadi, hlm. 10.
  16. Silahkan lihat: Mu'tamidi, jld. 1, hlm. 151, 165, 168, 180 dan ditempat lain.
  17. Silahkan lihat: Anshari Qumi, Waqf, tahun ke-2, No. 3, 83-84; Syahri Baf, jil. 2, hlm. 360, Tha'mah, hlm. 180-181; Dairah al-Ma'ārif Jahān Islāmi Oxford, Ibid.

Daftar Pustaka

  • Anshari Qumi, Muhammad Ridha, "Mauqufāt Iraniyān dar Arāq", Waqf, Miratas Jawidan, tahun 2, no. 1 (Musim semi 1373 HS), No. 3 (Musim gugur 1373 HS), tahun ke-3, no. 1 (Musim semi 1374 HS).
  • Bulukasyi, Ali, Nahl Gardani: Namāyesyi Tafshili az Jawedanegi Hayāt Syahidān, Tehran, 1380 HS.
  • Dāirah al-Ma'ārif Buzurg Islāmi, dibawah pengawasan Kadhim Musawi Bejunurdi, Tehran, 1367 HS.
  • Dāirah al-Ma'arif Tasyayu, dibawah pengawasan Ahmad Shadr Haj Jawadi, Kamran Fani, Wahauddin Khuramsyahi, Tehran, 1366 HS, tentang Husainiyah Irsyad, tulisan Hasan Yusufi Asykuri, Husainiyah Amir Sulaimani, Husainiyah Masyir, tulisan Parwiz Warjawand.
  • EI2, s.v. "Imam-bara", (by K. A. Nizami).
  • Faqihi, Ali Asghar, Al Bawaih wa Audha'e Zamānisyan ba Nemudāri az Zendegi Mardum on ‘Ashr, Tehran, 1375 HS.
  • Farhang, Muhammad Husain, Jāmiah Syenāsi wa Mardum Syenāsi Syi'ayān Afganistan, Qum, 1380 HS.
  • Garcin de Tassy, Muslim Festival in India and other essays, tr. and ed M. Waseem, Delhi 1997.
  • Humayuni, Shadiq, Husainiyah Masyir, ‘Akāsi az Abas Bahmani wa Manuchehr Negar Syirazi, Tehran, 1371 HS.
  • Ibid, Nain: Syahr Hezarehhai Tarikhi, 1374 HS.
  • Janibullahi, Muhammad Sa'id, Ta'tsir Amākin Madzhabi bar Baft Mahalāt Sunati Syahrestān Taft, dar Majmu Mardum Syenasi, buku ke-2, Teheran, Sazman Mirats Farhanggi Kisywar, Markaz Mardum Syenasi, 1366 HS.
  • Masyhadi Nusy Abadi, Muhammad, Nusy Abad dar Aine Tārikh, Atsar Tarikhi wa Farhang, Kasyan, 1378 HS.
  • Mir Muhammadi, Hamid Ridha, Parākandegi Jughrāfiyāi Amakin Madzhabi Kisywar dar Qaleb Ustāni, Masjid, no. 58, (Mehr dan Aban 1380).
  • Muhammadi, Mahmud, Farhang Amākin wa Jughrāfiyāi Tārikhi Baihaq (Sabzawar) bar asasi Mu'jam al-Buldān Yaqut wa Tārikh Baihaqi, Sabzawar, 1381 HS.
  • Mu'tamadi, Husain, Azādari Sunnati Syi'ayān dar Buyut Ulama wa Hauzahhai Ilmiyah wa Kisywarhāi Jahan, jld. 1, Qum, 1378 HS.
  • Redhai, Air Sulaimani, Birjand Nāmeh, Birjand dar Aghaz Sade Cahardahum Khursyidi, Mahmud Rafi'i, Tehran, 1381 HS.
  • Sultan Zade, Husain, Rawand Syekl Syahr wa Marakez Madzhabi dar Iran, Tehran, 1362 HS.
  • Sutude, Manucher, Az Astārā ta Istārbād, Tehran, 1349 HS.
  • Syahri Baf, Ja'far, Tehran Qadim, Tehran, 1381 HS.
  • Syathiri, Ali Asghar, Buletin Nāme Muharam (Kasyan), Kasyan, 1383 HS.
  • Tabandeh, Ali, Khursyid Tabandeh, Syarh Ahwāl wa Atsar Rabbani wa Arif Samadāni, Hadhrat Aghajan Sultan Husain Tabande Gunabadi, Ridha Ali Syah, Tehran, 1373 HS.
  • Tawasuli, Mahmud, Husainiyahhā-Tekaye-Mushalāhā dar Me'māri Irān, Daure Islami, Muhammaf Yusuf Kiyani, jld. 1, Tehran, Jahad Sazandegi, 1366 S.
  • Tha'mah, Salman Hadi, Karbalā fi al-Dzakirah, Baghdad, 1988.
  • The Oxford encyclopedia of the Modern Islamic world, ed. John L. Esposito, New York 1995, s.v. "Husayniyah" (by Gustav Thaiss).
  • Wali, Muhammad Thaha, Al-Masājid fi al-Islām, Beirut, 1409/1988.