Lompat ke isi

Surat Imam Husain as Kepada Para Pembesar Basrah

tanpa Kategori
tanpa alih
Dari wikishia

Surat Imam Husain as kepada para bangsawan Basrah (bahasa Arab: رسالة الإمام الحسين إلى وجوه البصرة) adalah sebuah ajakan untuk bergabung dengan Imam, sebelum Peristiwa Karbala. Dalam surat ini, Imam menyatakan bahwa khilafah adalah hak Ahlulbait as dan menyebutkan bahwa diamnya keluarga Nabi dalam menghadapi perebutan kekhalifahan dilakukan demi menjaga persatuan umat Islam. Imam, dengan menyinggung hilangnya sunnah Nabi Muhammad saw dan munculnya bid'ah, mengajak para tokoh Basrah untuk bergabung dengannya. Surat ini dikirim melalui Sulaiman bin Razin.

Mayoritas bangsawan Basrah tidak menanggapi surat Imam Husain as, bahkan tokoh seperti Ahnaf bin Qais menolak ajakan Imam. Munzir bin Jarud, dengan melaporkan surat tersebut kepada Ubaidillah bin Ziyad, gubernur Basrah saat itu, menyebabkan penangkapan dan kesyahidan utusan Imam.

Sebaliknya, Yazid bin Nabith bersama dua putranya melarikan diri dari Basrah untuk mendukung Imam Husain as dan akhirnya syahid di Karbala. Yazid bin Mas’ud Nahsyali juga mengumpulkan kabilahnya, menulis surat kepada Imam as, dan menjanjikan dukungan. Namun, ketika ia hendak berangkat, ia mendengar kabar kesyahidan Imam as.

Para Penerima Surat dan Utusan Imam Husain as

Imam Husain as selama tinggal di Mekah (tahun 60 H) menulis surat kepada penduduk Basrah[1] dan mengajak mereka untuk membantunya.[2] Surat ini ditujukan oleh kepada para pemimpin dan tokoh terkemuka Basrah[3] atau kepada para pengikut Syiah Imam di Basrah.[4]

Thabari awalnya menyebut lima pemimpin Basrah sebagai penerima surat ini, tetapi kemudian ia mencatat enam nama,[5] yang juga disebut dalam beberapa sumber lain.[6] Mereka adalah:

  1. Malik bin Masma' Bakri
  2. Ahnaf bin Qais
  3. Mundzir bin Jarud
  4. Mas'ud bin Amr
  5. Qais bin Haitsam
  6. Amr bin Ubaidillah bin Ma'mar

Selain itu, dalam beberapa sumber lain juga disebutkan Yazid bin Mas'ud Nahsyali.[7]

Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Imam Husain as mengirim teks surat yang sama secara terpisah kepada individu-individu tersebut.[8] Namun, dalam laporan lain dikatakan bahwa dalam satu surat, Imam menyebut beberapa dari mereka dan kemudian meminta dukungan mereka.[9]

Utusan yang membawa surat ini adalah Sulaiman[10] atau Salman,[11] yang dikenal dengan julukan “Abu Razin”[12] dan merupakan salah satu mawali (budak yang telah dibebaskan) Imam Husain as.[13] Ia berusaha secepat mungkin untuk sampai ke Kufah.[14] Dalam beberapa riwayat lain, seorang pria bernama Dza'ra' Sadusi juga disebut sebagai utusan Imam.[15]

Kandungan Surat

Imam Husain as dalam suratnya kepada penduduk Basrah mengajak mereka untuk menghidupkan kembali Kitab Allah dan Sunnah Nabi.[16]

Dalam surat ini, Imam menegaskan bahwa kekhalifahan adalah hak Ahlulbait,[17] serta menyebut upaya Bani Umayyah[18] dalam menghapus Sunnah Rasulullah saw dan menghidupkan bid'ah-bid'ah.[19]

Dinawari, penulis kitab Akhbar al-Thiwal, mengutip ringkasan isi surat ini, di mana Imam Husain as setelah menyebut nama para penerima surat, meminta mereka untuk menghidupkan tanda-tanda kebenaran dan menghapus bid'ah. Dengan demikian, mereka akan terbimbing ke jalan yang benar.[20]

Berbagai sumber telah meriwayatkan isi surat ini dengan sedikit perbedaan.[21] Thabari juga menyebutkan versi lengkap surat ini, meskipun beberapa sejarawan meragukannya dan menganggap sebagian isinya sebagai tambahan dari para perawi.[22]

Teks surat berdasarkan riwayat Thabari adalah sebagai berikut:

Teks dan Terjemahan Surat

Teks
Teks dan Terjemahan
Terjemahan

«أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ اَللَّهَ اِصْطَفَی مُحَمَّداً صَلَّی اَللَّهُ عَلَیْهِ [وَ آلِهِ] وَ سَلَّمَ عَلَی خَلْقِهِ، وَ أَکْرَمَهُ بِنُبُوَّتِهِ، وَ اِخْتَارَهُ لِرِسَالَتِهِ، ثُمَّ قَبَضَهُ اَللَّهُ إِلَیْهِ وَ قَدْ نَصَحَ لِعِبَادِهِ وَ بَلَّغَ مَا أُرْسِلَ بِهِ، وَ کُنَّا أَهْلَهُ وَ أَوْلِیَاءَهُ وَ أَوْصِیَاءَهُ وَ وَرَثَتَهُ وَ أَحَقَّ اَلنَّاسِ بِمَقَامِهِ فِی اَلنَّاسِ، فَاسْتَأْثَرَ عَلَیْنَا قَوْمُنَا بِذَلِکَ، فَرَضِینَا وَ کَرِهْنَا اَلْفُرْقَه وَ أَحْبَبْنَا اَلْعَافِیَه، وَ نَحْنُ نَعْلَمُ أَنَّا أَحَقُّ بِذَلِکَ اَلْحَقِّ اَلْمُسْتَحَقِّ عَلَیْنَا مِمَّنْ تَوَلاَّهُ وَ قَدْ أَحْسَنُوا وَ أَصْلَحُوا وَ تَحَرَّوْا اَلْحَقَّ، فَرَحِمَهُمُ اَللَّهُ، وَ غَفَرَ لَنَا وَ لَهُمْ وَ قَدْ بَعَثْتُ رَسُولِی إِلَیْکُمْ بِهَذَا اَلْکِتَابِ، وَ أَنَا أَدْعُوکُمْ إِلَی کِتَابِ اَللَّهِ وَ سُنَّه نَبِیِّهِ ص فَإِنَّ اَلسُّنَّه قَدْ أُمِیتَتْ، وَ إِنَّ اَلْبِدْعَه قَدْ أُحْیِیَتْ، وَ إِنْ تَسْمَعُوا قَوْلِی وَ تُطِیعُوا أَمْرِی أَهْدِکُمْ سَبِیلَ اَلرَّشَادِ، وَ اَلسَّلاَمُ عَلَیْکُمْ وَ رَحْمَه اَللَّه.

«أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ اَللَّهَ اِصْطَفَی مُحَمَّداً صَلَّی اَللَّهُ عَلَیْهِ [وَ آلِهِ] وَ سَلَّمَ عَلَی خَلْقِهِ،

وَ أَکْرَمَهُ بِنُبُوَّتِهِ، وَ اِخْتَارَهُ لِرِسَالَتِهِ،
ثُمَّ قَبَضَهُ اَللَّهُ إِلَیْهِ وَ قَدْ نَصَحَ لِعِبَادِهِ وَ بَلَّغَ مَا أُرْسِلَ بِهِ،
وَ کُنَّا أَهْلَهُ وَ أَوْلِیَاءَهُ وَ أَوْصِیَاءَهُ وَ وَرَثَتَهُ وَ أَحَقَّ اَلنَّاسِ بِمَقَامِهِ فِی اَلنَّاسِ،
فَاسْتَأْثَرَ عَلَیْنَا قَوْمُنَا بِذَلِکَ، فَرَضِینَا وَ کَرِهْنَا اَلْفُرْقَه وَ أَحْبَبْنَا اَلْعَافِیَه،
وَ نَحْنُ نَعْلَمُ أَنَّا أَحَقُّ بِذَلِکَ اَلْحَقِّ اَلْمُسْتَحَقِّ عَلَیْنَا مِمَّنْ تَوَلاَّهُ
وَ قَدْ أَحْسَنُوا وَ أَصْلَحُوا وَ تَحَرَّوْا اَلْحَقَّ، فَرَحِمَهُمُ اَللَّهُ، وَ غَفَرَ لَنَا وَ لَهُمْ
وَ قَدْ بَعَثْتُ رَسُولِی إِلَیْکُمْ بِهَذَا اَلْکِتَابِ،
وَ أَنَا أَدْعُوکُمْ إِلَی کِتَابِ اَللَّهِ وَ سُنَّه نَبِیِّهِ ص فَإِنَّ اَلسُّنَّه قَدْ أُمِیتَتْ، وَ إِنَّ اَلْبِدْعَه قَدْ أُحْیِیَتْ،
وَ إِنْ تَسْمَعُوا قَوْلِی وَ تُطِیعُوا أَمْرِی أَهْدِکُمْ سَبِیلَ اَلرَّشَادِ،

وَ اَلسَّلاَمُ عَلَیْکُمْ وَ رَحْمَه اَللَّه.
Amma ba'du : Sesungguhnya Allah telah memilih Muhammad (s.a.w.) dari antara makhluk-Nya, memuliakannya dengan kenabian, dan menetapkannya sebagai utusan-Nya. Kemudian Allah memanggilnya kembali kepada-Nya setelah beliau menyampaikan nasihat kepada hamba-hamba-Nya dan menunaikan risalah yang diembannya. Kami adalah keluarga, sahabat, penerus, dan pewarisnya, serta yang paling berhak atas kedudukan beliau di tengah umat manusia. Namun, kaum kami telah mendahulukan yang lain atas kami. Kami pun menerima hal itu dan tidak menyukai perpecahan, serta memilih keselamatan, meskipun kami tahu bahwa hak kami terhadap perkara ini lebih besar dibandingkan mereka yang telah mengambilnya, meskipun mereka telah berbuat baik, memperbaiki keadaan, dan menjaga kebenaran. Semoga Allah merahmati mereka dan mengampuni kami serta mereka.

Kini, aku mengirimkan utusanku kepada kalian dengan membawa surat ini. Aku mengundang kalian kepada Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya (s.a.w.), karena sunnah telah dimatikan dan bid'ah telah dihidupkan. Jika kalian mendengarkan perkataanku dan menaati perintahku, aku akan membimbing kalian ke jalan yang benar dan lurus.

Wassalamu 'alaikum wa rahmatullah."

Amma ba'du : Sesungguhnya Allah telah memilih Muhammad (s.a.w.) dari antara makhluk-Nya, memuliakannya dengan kenabian, dan menetapkannya sebagai utusan-Nya. Kemudian Allah memanggilnya kembali kepada-Nya setelah beliau menyampaikan nasihat kepada hamba-hamba-Nya dan menunaikan risalah yang diembannya. Kami adalah keluarga, sahabat, penerus, dan pewarisnya, serta yang paling berhak atas kedudukan beliau di tengah umat manusia. Namun, kaum kami telah mendahulukan yang lain atas kami. Kami pun menerima hal itu dan tidak menyukai perpecahan, serta memilih keselamatan, meskipun kami tahu bahwa hak kami terhadap perkara ini lebih besar dibandingkan mereka yang telah mengambilnya, meskipun mereka telah berbuat baik, memperbaiki keadaan, dan menjaga kebenaran. Semoga Allah merahmati mereka dan mengampuni kami serta mereka. Kini, aku mengirimkan utusanku kepada kalian dengan membawa surat ini. Aku mengundang kalian kepada Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya (s.a.w.), karena sunnah telah dimatikan dan bid'ah telah dihidupkan. Jika kalian mendengarkan perkataanku dan menaati perintahku, aku akan membimbing kalian ke jalan yang benar dan lurus. Wassalamu 'alaikum wa rahmatullah."

🌞
🔄

Berbagai Reaksi

Berbagai laporan mencatat respons para pemimpin Basrah setelah menerima surat dari Imam Husain as. Umumnya, mereka tidak memberikan tanggapan positif kepada Imam Husain as dan bahkan ada yang melaporkan surat tersebut kepada gubernur Basrah. Namun, beberapa orang menyambut panggilan Imam dan bergabung dengannya.

Terbongkarnya Surat dan Penangkapan Utusan

Menurut sumber-sumber, sebagian besar tokoh Basrah menyembunyikan surat dari Imam Husain as setelah menerimanya.[23] Namun, Mundzir bin Jarud, yang putrinya adalah istri Ubaidillah bin Ziyad,[24] membawa surat tersebut kepada Ubaidillah.[25] Pada saat itu, Ubaidillah, atas perintah Yazid, menjabat sebagai gubernur Basrah sekaligus Kufah.[26] Sejarawan Baqir Syarif Qurasyi (w. 1433 H) menyebut bahwa Mundzir menyerahkan surat tersebut untuk menunjukkan kesetiaannya kepada Ubaidillah.[27]

Sumber lain mencatat bahwa Mundzir khawatir surat itu adalah jebakan Ubaidillah untuk menguji kesetiaannya.[28] Setelah membaca surat tersebut, Ubaidillah menjadi marah dan memerintahkan penangkapan utusan Imam.[29] Utusan Imam, yang bersembunyi di tengah komunitas Syiah,[30] ditangkap oleh Mundzir[31] atau orang lain.[32] Ubaidillah memerintahkan agar utusan tersebut dieksekusi dan tubuhnya digantung.[33] Setelah itu, Ubaidillah naik mimbar di masjid utama kota,[34] memperingatkan rakyat agar tidak menentangnya, dan mengumumkan persiapannya untuk menuju Kufah. Ia menunjuk saudaranya, Utsman, sebagai penggantinya di Basrah.[35]

Penolakan

Ahnaf bin Qais, salah satu penerima surat Imam Husain as, menjawab dengan mengutip ayat 60 dari Surah Ar-Rum (فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلاَ يَسْتَخِفَّنَّكَ الَّذِينَ لاَ يُوقِنُونَ): "Maka bersabarlah, sesungguhnya janji Allah itu benar. Jangan sampai orang-orang yang tidak meyakini kebenaran membuatmu menjadi lemah." [36]

Jawaban singkat ini dianggap sebagai penolakan untuk membantu Imam Husain as dan sebagai peringatan agar tidak terlalu percaya kepada orang-orang dalam memulai pemberontakan.[37]

Upaya Mendukung Imam

Beberapa tokoh Basrah, seperti Yazid bin Nabith, meskipun Ubaidillah bin Ziyad telah memerintahkan penutupan jalur dari Basrah ke Kufah untuk mencegah siapa pun membantu Imam, berhasil melarikan diri bersama dua putranya, Abdullah dan Ubaidillah, menuju Mekkah. Mereka bergabung dengan Imam Husain as dan gugur sebagai syahid di Karbala.[38]

Tokoh lain, Yazid bin Mas’ud Nahsyali, mengumpulkan suku Bani Tamim, Bani Hanzhalah, dan Bani Sa’ad setelah menerima surat dari Imam Husain as. Ia memberi tahu mereka tentang panggilan Imam dan meminta pendapat mereka. Semua suku kecuali Bani Sa’ad, yang meminta waktu untuk mempertimbangkan, segera menyatakan dukungan mereka. Yazid bin Mas’ud kemudian menulis surat kepada Imam Husain as untuk menyampaikan kesiapannya. Imam mendoakan kebaikan untuk Yazid bin Mas’ud.[39]

Namun, beberapa sumber menyebut surat ini baru sampai kepada Imam Husain as pada hari 10 Muharram, setelah sahabat-sahabat dan keluarga Imam gugur.[40] Ketika Yazid bin Mas’ud bersiap untuk berangkat, ia mendengar kabar syahidnya Imam Husain as dan sangat menyesal.[41]

Tujuan Imam

Sebagian penulis berpendapat bahwa meskipun tidak satu pun dari penerima surat Imam Husain as memberikan jawaban yang memadai,[42] dan kecenderungan politik mereka bertentangan dengan Ahlulbait as,[43] Imam memiliki sejumlah tujuan dalam mengirimkan surat kepada mereka, yaitu:

  • Berupaya menggerakkan masyarakat umum melalui pengaruh para tokoh besar dan kaum elit.
  • Menuntaskan hujjah dengan penduduk Basrah, sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk mengaku tidak mengetahui Revolusi Imam Husain as
  • Mencegah tokoh-tokoh yang ragu membantu Imam dari bergabung dengan barisan musuh Imam Husain as.
  • Menyampaikan informasi tentang dimulainya revolusi kepada para pengikut setia Ahlulbait di Basrah, seperti Yazid bin Mas’ud Nahsyali dan lainnya.[44]

Catatan Kaki

  1. Samaawi, Absar al-'Ain, 1419 H, hlm. 94.
  2. Ibnu Thawus, Al-Luhuf, 1348 H, hlm. 38.
  3. Thabari, Tarikh Thabari, 1967 M, jil. 5, hlm. 357.
  4. Dinawari, Akhbar al-Thiwal, 1368 H, hlm. 231.
  5. Thabari, Tarikh Thabari, 1967 M, jil. 5, hlm. 358.
  6. Ibnu A'tsam, Al-Futuh, 1411 H, jil. 5, hlm. 37.
  7. Amin, A'yan al-Syi'ah, 1403 H, jil. 1, hlm. 590.
  8. Thabari, Tarikh Thabari, 1967 M, jil. 5, hlm. 357; Amin, A'yan al-Syi'ah, 1403 H, jil. 1, hlm. 590.
  9. Dinawari, Akhbar al-Thiwal, 1368 H, hlm. 231.
  10. Thabari, Tarikh Thabari, 1967 M, jil. 5, hlm. 357; Ibnu A'tsam, Al-Futuh, 1411 H, jil. 5, hlm. 37.
  11. Dinawari, Akhbar al-Thiwal, 1368 H, hlm. 231; Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa Al-Nihayah, 1407 H, jil. 8, hlm. 157.
  12. Amin, A'yan al-Syi'ah, 1403 H, jil. 1, hlm. 590; Qurasyi, Hayat al-Imam al-Husain as, 1413 H, jil. 2, hlm. 323.
  13. Ibnu Thawus, Al-Luhuf, 1348 H, hlm. 38.
  14. Qurasyi, Hayat al-Imam al-Husain as, 1413 H, jil. 2, hlm. 323.
  15. Amin, A'yan al-Syi'ah, 1403 H, jil. 1, hlm. 590.
  16. Qurasyi, Hayat al-Imam al-Husain as, 1413 H, jil. 2, hlm. 322–323.
  17. Qurasyi, Hayat al-Imam al-Husain as, 1413 H, jil. 2, hlm. 322.
  18. Qurasyi, Hayat al-Imam al-Husain as, 1413 H, jil. 2, hlm. 322.
  19. Baladzuri, Ansab al-Asyraf, 1417 H, jil. 2, hlm. 78.
  20. Dinawari, Akhbar al-Thiwal, 1368 H, hlm. 231.
  21. Muqarram, Maqtal al-Husain, 2007 M, hlm. 141-142; Abu Mikhnaf, Waq'ah al-Thaf, 1417 H, hlm. 107.
  22. Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa Al-Nihayah, 1407 H, jil. 8, hlm. 158.
  23. Baladzuri, Ansab al-Asyraf, 1417 H, jld. 2, hlm. 78; Ibnu A'tsam, Al-Futuh, 1411 H, jld. 5, hlm. 37; Thabari, Tarikh Thabari, 1967 M, jld. 5, hlm. 357.
  24. Muqarram, Maqtal al-Husain, 2007 M, hlm. 142; Amin, A’yan al-Syi’ah, 1403 H, jld. 1, hlm. 590.
  25. Baladzuri, Ansab al-Asyraf, 1417 H, jld. 2, hlm. 78.
  26. Mas'udi, Muruj al-Dzahab, 1409 H, jld. 3, hlm. 57.
  27. Qurasyi, Hayat al-Imam al-Husain as, 1413 H, jld. 2, hlm. 323.
  28. Thabari, Tarikh Thabari, 1967 M, jld. 5, hlm. 357-358; Qurasyi, Hayat al-Imam al-Husain as, 1413 H, jld. 2, hlm. 323-324.
  29. Ibnu A'tsam, Al-Futuh, 1411 H, jld. 5, hlm. 37.
  30. Ibnu A'tsam, Al-Futuh, 1411 H, jld. 5, hlm. 37.
  31. Thabari, Tarikh Thabari',1967 M, jld. 5, hlm. 357-358; Muqarram, Maqtal al-Husain, 2007 M, hlm. 142.
  32. Dinawari, Akhbar al-Thiwal, 1368 H, hlm. 231.
  33. Ibnu A'tsam, Al-Futuh, 1411 H, jld. 5, hlm. 37; Amin, A’yan asy-Syi’ah, 1403 H, jld. 1, hlm. 590.
  34. Dinawari, Akhbar al-Thiwal, 1368 H, hlm. 232.
  35. Thabari, Tarikh Thabari, 1967 M, jld. 5, hlm. 358; Baladzuri, Ansab al-Asyraf, 1417 H, jld. 2, hlm. 78.
  36. Muqarram, Maqtal al-Husain, 2007 M, hlm. 142; Qurasyi, Hayat al-Imam al-Husain as, 1413 H, jld. 2, hal. 323.
  37. Sekelompok penulis, Ma'a al-Rakb al-Husaini, jld. 2, hlm. 357.
  38. Thabari, Tarikh Thabari, 1967 M, jld. 5, hlm. 353-354; Muqarram, Maqtal al-Husain, 2007 M, hlm. 144.
  39. Ibnu Thawus, Al-Luhuf, 1348 H, hlm. 38-44; Muqarram, Maqtal al-Husain, 2007 M, hlm. 142-144.
  40. Qurasyi, Hayat al-Imam al-Husain as, 1413 H, jld. 2, hlm. 327.
  41. Ibnu Thawus, Al-Luhuf, 1348 H, hlm. 44; Muqarram, Maqtal al-Husain, 2007 M, hlm. 144.
  42. Sekelompok Penulis, Ma’a al-Rakb al-Husaini, 1428 H, jld. 2, hlm. 361.
  43. Sekelompok Penulis, Ma’a al-Rakb al-Husaini, 1428 H, jld. 2, hlm. 361-363.
  44. Sekelompok Penulis, Ma’a al-Rakb al-Husaini, 1428 H, jld. 2, hlm. 363-364.

Daftar Pustaka

  • Abu Mikhnaf, Lut bin Yahya. Waq’ah al-Tuf, ed. Muhammad Hadi Yousefi Ghorawi, Qom: Jam’iah Modarresin, 3rd ed., 1417 H.
  • Amin, Sayyid Mohsen. A’yān al-Syi'ah, ed. Hassan Amin, Beirut: Dar al-Ta’aruf, 1403 H.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Ansab al-Asyraf, ed. Suhail Zakkar & Riyadh Zarkali, Beirut: Dar al-Fikr, 1417 H.
  • Dinawari, Ahmad bin Dawud. Akhbar al-Thiwal, ed. Abd al-Mun’im Amir & Jamal al-Din Shiyal, Qom: Manshurat Razi, 1368 SH.
  • Ibn A’tham, Ahmad. Al-Futuh, ed. Ali Shiri, Beirut: Dar al-Adhwa, 1411 H.
  • Ibn Katsir, Ismail bin Umar. Beirut: Dar al-Fikr, 1407 H.
  • Ibn Thawus, Ali bin Musa. Al-Luhuf ‘Ala Qatl al-Tuffuf, Tehran: Jahān, 1348 SH.
  • Mas’udi, Ali bin Husain Muruj al-Dzahab wa Ma’adin al-Jauhar, ed. As’ad Dagher, Qom: Dar al-Hijrah, 2nd ed., 1409 H.
  • Muqarram, Abdul Razzaq. Maqtal al-Husain as, Beirut: Al-Khursan Institution for Publications, 2007 CE.
  • Quresyi, Baqir Syarif. Hayat al-Imam al-Husain as, Qom: Sekolah Ilmiah Irawani, 4th ed., 1413 H.
  • Samawi, Muhammad bin Thahir. Abshar al-‘Ain fi Anshar al-Husain as, Qom: Syahid Mahallati University, 1419 H.
  • Sekelompok penulis, Ma’ al-Rakb al-Husaini, Qom: Tahsin, 2nd ed., 1428 H.
  • Thabari, Muhammad bin Jarir. Tarikh al-Thabari, ed. Muhammad Abu al-Fadl Ibrahim, Beirut: Dar al-Turats, 2nd ed., 1967 CE.