Mukjizat Nabi Muhammad Saw
Mukjizat Nabi Muhammad saw adalah perbuatan-perbuatan luar biasa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw untuk membuktikan kenabiannya. Dikatakan bahwa mukjizat-mukjizat ini berjumlah 4.440 kejadian, dengan 3.000 di antaranya tercatat dalam berbagai tahap kehidupan Nabi. Al-Qur'an merupakan mukjizat terbesar Nabi yang diakui sebagai firman Allah, abadi, dan tak tertandingi karena mengandung berita-berita gaib dan tantangan.
Selain Al-Qur'an yang merupakan mukjizat spiritual, Nabi saw juga memiliki mukjizat-mukjizat indrawi lainnya, seperti peristiwa terbelahnya bulan, pengembalian matahari, pohon yang bergerak mendekati Nabi, bertasbihnya kerikil, dan mengalirnya air dari jari-jari beliau. Mukjizat-mukjizat ini dapat disaksikan dan dipahami oleh masyarakat umum. Bahkan sebelum pengutusan (bi'tsah), telah terjadi peristiwa-peristiwa luar biasa seperti bergoyangnya istana Kisra dan pengenalan Nabi oleh Rahib Bahira yang disebut sebagai Irhash.
Al-Qur'an membuktikan kebenarannya melalui tantangan (tahaddi) dan dalam pandangan Muslim, bersifat universal dan berlaku sepanjang masa. Ulama Muslim sepanjang sejarah telah menulis banyak kitab tentang mukjizat Nabi. Karya-karya penting seperti Al-Khara'ij wa al-Jara'ih karya Quthbuddin ar-Rawandi, Itsbat al-Hudat karya Syekh Hurr al-Amili, serta Dalail an-Nubuwwah karya Ahmad Baihaqi, mengumpulkan dan menganalisis mukjizat-mukjizat ini.
Definisi dan Kedudukan
Mukjizat Nabi saw adalah perbuatan luar biasa yang terjadi dengan izin Allah, berasal dari Nabi saw, dan bertujuan membuktikan klaim kenabian.[1] Mukjizat didefinisikan sebagai perbuatan luar biasa yang disertai klaim kenabian dan tantangan, di mana orang lain tidak mampu melakukannya.[2] Tujuan mukjizat yang terjadi dengan anugerah dan izin khusus Allah ini adalah untuk membuktikan kenabian.[3]
Menurut Manaqib Ibnu Syahr Asyub, Nabi saw memiliki 4.440 mukjizat, dengan 3.000 di antaranya terjadi dalam berbagai fase hidup beliau - sebelum kelahiran, setelah kelahiran hingga sebelum bi'tsah, setelah bi'tsah, dan setelah wafat.[4] Mukjizat-mukjizat Nabi saw telah dikumpulkan dalam beberapa sumber riwayat dan sejarah,[5] dan dalam diskusi teologis tentang kebenaran risalah beliau, mukjizat-mukjizat ini menjadi salah satu bukti yang diajukan.[6]
Al-Qur'an sebagai Mukjizat Nabi saw
Muslim meyakini Al-Qur'an sebagai mukjizat abadi Nabi saw.[7] Kemukjizatan Al-Qur'an berarti manusia tidak mampu menciptakan yang serupa, bahkan satu surah pun, karena kitab ini adalah firman Allah yang Maha Unik dalam Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya, sehingga kalam-Nya pun berbeda dengan ucapan manusia.[8] Syekh Thusi, dalam tafsirnya Al-Tibyan, menyebut Al-Qur'an sebagai mukjizat terbesar dan paling terkenal Nabi.[9]
Kemukjizatan Al-Qur'an juga berarti bahwa kitab ini memiliki karakteristik supra-manusia dalam hal koherensi konten dan gaya, legislasi, berita gaib, kebenaran absolut, serta penjelasan rahasia penciptaan, sehingga manusia tidak mampu menandinginya.[10] Al-Qur'an juga menantang para pengingkar dalam banyak ayat untuk membuat yang serupa jika mereka menganggapnya bukan firman Allah. Menurut keyakinan Muslim, karena tidak ada yang mampu menandinginya, kebenaran kalam Ilahi pun terbukti.[11]
Apakah Al-Qur'an Satu-satunya Mukjizat Nabi saw?
Ibnu Katsir dari kalangan ulama Ahlusunah dan Syekh Thusi dari kalangan para fuqaha dan mufasir Syiah sepakat bahwa Nabi saw memiliki mukjizat lain selain Al-Qur'an.[12] Abdullah Jawadi Amuli, seorang mufasir Syiah, menyatakan bahwa mukjizat Nabi saw terbagi menjadi dua jenis: mukjizat qauli (verbal) dan mukjizat fi'li (perbuatan). Al-Qur'an adalah mukjizat qauli Nabi saw.[13] Nabi saw menggunakan mukjizat fi'li untuk meyakinkan masyarakat umum, sedangkan para sahabat dekatnya cukup dengan Al-Qur'an sebagai mukjizat qauli atau aqli dan tidak meminta mukjizat fi'li.[14]
Di sisi lain, Ibnu Katsir dalam bukunya Mu'jizat an-Nabi membagi mukjizat Nabi saw menjadi dua jenis: mukjizat maknawi (spiritual) dan mukjizat hissi (inderawi).[15] Ia menyebut Al-Qur'an sebagai mukjizat maknawi Nabi saw[16] dan juga menganggap akhlak mulia Nabi saw sebagai bagian dari mukjizat maknawi yang membuktikan kenabiannya.[17]
Al-Baqillani, seorang teolog Asy'ari abad ke-4 dan ke-5 Hijriah, dalam kitab I'jaz al-Qur'an, menyatakan bahwa kemukjizatan Al-Qur'an adalah dasar kenabian Nabi saw dan bersifat universal serta abadi.[18] Ia menyebut mukjizat-mukjizat lain Nabi saw terkait dengan individu tertentu dan situasi spesifik.[19]
Mukjizat Hissi Nabi
Mukjizat hissi, berbeda dengan mukjizat maknawi, adalah perbuatan luar biasa Nabi saw yang dapat dirasakan oleh indera manusia.[20] Ulama Muslim berdasarkan riwayat dan catatan sejarah menyebutkan berbagai mukjizat seperti pemberitaan gaib,[21] peristiwa mubahalah dengan kaum Nasrani Najran,[22] Isra' Mi'raj,[23] terkabulnya doa,[24] penyembuhan orang sakit,[25] dan menghidupkan orang mati.[26] Beberapa mukjizat hissi Nabi saw yang paling terkenal antara lain:
Terbelahnya Bulan
Nabi saw dikisahkan membelah bulan di langit menjadi dua bagian yang terpisah, lalu menyatukannya kembali.[27] Mukjizat ini terjadi atas permintaan kaum musyrik sebagai bukti kebenaran kenabiannya.[28] Syekh Thusi menyatakan bahwa terjadinya peristiwa ini disepakati oleh ulama Muslim.[29] Sejumlah mufasir, termasuk Syekh Thusi, Thabarsi, dan Fakhruddin ar-Razi, berpendapat bahwa ayat 1-3 Surah Al-Qamar merujuk pada peristiwa ini.[30] Sayid Muhammad Husain Thabathaba'i, dalam tafsir Al-Mizan, merujuk pada beberapa riwayat yang menyatakan peristiwa ini terjadi pada malam 14 Dzulhijjah tahun kelima sebelum Hijrah.[31]
Rad Syams (Pengembalian Matahari)
Rad asy-Syams (pengembalian matahari) dianggap sebagai salah satu mukjizat Nabi saw.[32] Menurut sumber-sumber Syiah, suatu hari Nabi saw memohon kepada Allah untuk mengembalikan matahari yang telah terbenam agar Imam Ali as dapat melaksanakan salat Ashar pada waktu utama.[33]
Pohon Bergerak Menuju Nabi saw
Dalam Khotbah Qashiah yang diriwayatkan dari Imam Ali as, disebutkan bahwa suatu hari sekelompok pembesar Quraisy meminta Nabi saw membuktikan kenabiannya dengan memerintahkan pohon bergerak. Nabi saw kemudian memerintahkan pohon itu mendekat, dan dengan izin Allah, akar-akarnya tercabut dari tanah dan pohon itu bergerak mendekati mereka. Meski menyaksikan mukjizat ini, mereka tetap tidak beriman dan menuduh Nabi saw sebagai penyihir.[34]
Tasbihnya Kerikil
Peristiwa kerikil yang bertasbih di tangan Nabi saw dan bersaksi atas kenabiannya juga dianggap sebagai mukjizat.[35] Namun, terdapat berbagai versi riwayat tentang detail peristiwa ini.[36]
Salah satu riwayat menyebutkan bahwa sekelompok pemuka Hadramaut bertanya kepada Nabi saw bagaimana mereka bisa tahu bahwa ia utusan Allah. Nabi saw mengambil segenggam kerikil dan berkata, "Kerikil-kerikil ini akan bersaksi bahwa aku utusan Allah." Kerikil-kerikil itu kemudian bertasbih dan bersaksi atas kenabiannya.[37]
Mengalirnya Air dari Jari-jari Nabi saw
Mengalirnya air dari jari-jari Nabi saw juga disebutkan sebagai mukjizat.[38] Namun, terdapat berbagai versi riwayat dalam sumber Syiah dan Sunni.[39]
Salah satu riwayat menyebutkan bahwa dalam perjalanan pulang dari suatu perjalanan, Nabi saw dan para sahabat kehabisan air dan kehausan. Mereka meminta air kepada Nabi saw, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalam wadah yang hampir kosong, dan air mengalir deras dari jari-jarinya hingga semua orang bisa minum hingga puas.[40]
Perbuatan Luar Biasa Sebelum Bi'tsah
Irhash adalah perbuatan-perbuatan luar biasa yang terjadi sebelum bi'tsah (pengutusan) dan berkaitan dengannya, sebagai persiapan untuk kenabian.[41] Dalam teks-teks riwayat dan sejarah, beberapa perbuatan luar biasa seperti ini dinisbatkan kepada Nabi saw, di antaranya:
Peristiwa yang Terjadi Bersamaan dengan Kelahiran
Menurut kitab-kitab Dala'il an-Nubuwwah karya Abu Nu'aim al-Isfahani dan al-Baihaqi,[42] beberapa peristiwa khusus terjadi bersamaan dengan kelahiran Nabi saw yang disebut sebagai irhash.[43] Di antara irhash tersebut adalah:
- Istana Kasra bergetar dan 14 menaranya runtuh
- Kuil Api Persia yang telah menyala selama seribu tahun padam
- Danau Sawa mengering
- Para pendeta dan raja Sasani melihat mimpi-mimpi aneh pada malam yang sama[44]
Peristiwa Setelah Kelahiran Hingga Sebelum Bi'tsah
Dalam Khutbah Qashiah, Imam Ali as meriwayatkan bahwa sejak Rasulullah saw disapih, Allah mengutus malaikat teragung untuk membimbingnya siang dan malam menuju jalan-jalan keutamaan dan akhlak mulia.[45]
Diriwayatkan pula bahwa dalam perjalanan ke Syam sebelum bi'tsah bersama sekelompok Quraisy, ketika mereka singgah di dekat biara Buhaira - seorang rahib Nasrani yang ahli Taurat dan Injil - Buhaira mengundang mereka untuk makan. Ia tidak menemukan ciri-ciri Nabi yang dijanjikan di antara mereka, lalu bertanya: "Apakah masih ada orang lain dari kafilah kalian?" Mereka menunjukkan Nabi saw yang sedang dinaungi awan yang bergerak mengikutinya. Buhaira pun mengenalinya dan berkata: "Dia akan diutus sebagai Nabi di tengah kalian."[46]
Bibliografi
Quthbuddin ar-Rawandi dalam Al-Khara'ij wa al-Jara'ih mengumpulkan beberapa riwayat tentang mukjizat Nabi saw dalam bab berjudul "Fi Mu'jizati Nabiyyina Muhammad saw".[47] Syekh Hurr al-Amili juga menyusun bab khusus dalam kitab Itsbat al-Hudat yang membahas ayat-ayat dan riwayat tentang mukjizat Nabi saw sebagai bukti kenabiannya.[48]
Dalam Bihar al-Anwar, dua belas bab dikhususkan untuk riwayat-riwayat tentang mukjizat Nabi saw.[49] Selain itu, beberapa kitab independen tentang mukjizat Nabi saw telah disusun oleh ulama Muslim, seperti Mashabih al-Anwar karya Sayid Hasyim Bahrani.[50]
Kitab Mu'jizat Hazrat Muhammad saw karya Sa'id Ghariqi memuat 102 mukjizat Nabi saw dari masa kelahiran hingga bi'tsah, dari bi'tsah hingga hijrah, dan dari awal hijrah hingga wafatnya.[51]
Kitab Dala'il an-Nubuwwah karya Ahmad bin Husain al-Baihaqi (w. 458 H), seorang muhaddis Syafi'i, dan Mu'jizat an-Nabi karya Ibnu Katsir (w. 774 H), seorang mufasir dan sejarawan Syafi'i, juga termasuk karya-karya penting tentang mukjizat Nabi saw.
Catatan Kaki
- ↑ Fadhil Miqdad, Al-Lawami' al-Ilahiyyah, 1380 H, hlm. 285.
- ↑ Syekh Mufid, An-Nuqat al-I'tiqadiyyah, 1413 H, hlm. 35.
- ↑ Syekh Mufid, An-Nuqat al-I'tiqadiyyah, 1413 H, hlm. 126-129.
- ↑ Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Al Abi Thalib, 1379 H, jilid 1, hlm. 144.
- ↑ Lihat misalnya Ibnu Katsir, Mu'jizat an-Nabi, 1426 H, hlm. 7; Hurr al-Amili, Itsbat al-Hudat, 1425 H, jilid 1, hlm. 239.
- ↑ Lihat misalnya Fadhil Miqdad, Al-Lawami' al-Ilahiyyah, 1385 H, hlm. 285; Iji, Syarh al-Mawaqif, 1325 H, jilid 8, hlm. 243 dan 256.
- ↑ Lihat misalnya Baqillani, I'jaz al-Qur'an, 1997 M, hlm. 9-10; Ibnu Katsir, Mu'jizat an-Nabi, 1426 H, hlm. 9; Khui, Al-Bayan fi Tafsir al-Qur'an, 1415 H, hlm. 43.
- ↑ Ibnu Katsir, Mu'jizat an-Nabi, 1426 H, hlm. 7-8.
- ↑ Syekh Thusi, At-Tibyan, Dar Ihya at-Turats al-Arabi, jilid 1, hlm. 3.
- ↑ Khui, Marzil I'jaz, 1385 H, hlm. 87, 95, 113, 117, dan 125.
- ↑ Ibnu Katsir, Mu'jizat an-Nabi, 1426 H, hlm. 7-8.
- ↑ Syekh Thusi, At-Tibyan, Dar Ihya at-Turats al-Arabi, jilid 9, hlm. 443; Ibnu Katsir, Mu'jizat an-Nabi, 1426 H, hlm. 27.
- ↑ Jawadi Amuli, Tabyin Barahin Itsbat Allah, 1384 H, hlm. 264.
- ↑ Jawadi Amuli, Tabyin Barahin Itsbat Allah, 1384 H, hlm. 264.
- ↑ Ibnu Katsir, Mu'jizat an-Nabi, 1426 H, hlm. 7.
- ↑ Ibnu Katsir, Mu'jizat an-Nabi, Al-Maktabah at-Taufiqiyyah, hlm. 7.
- ↑ Ibnu Katsir, Mu'jizat an-Nabi, 1426 H, hlm. 17.
- ↑ Baqillani, I'jaz al-Qur'an, 1997 M, hlm. 8.
- ↑ Baqillani, I'jaz al-Qur'an, 1997 M, hlm. 8.
- ↑ Suyuthi, Al-Itqan fi Ulum al-Qur'an, 1394 H, jilid 4, hlm. 3.
- ↑ Baihaqi, Dala'il an-Nubuwwah, 1405 H, jilid 6, hlm. 312; Ibnu Katsir, Mu'jizat an-Nabi, 1426 H, hlm. 251.
- ↑ Ibnu Katsir, Mu'jizat an-Nabi, 1426 H, hlm. 221; Subhani, Mansyur Javid, Muassisah Imam Shadiq as, jilid 3, hlm. 365.
- ↑ Muthahhari, Majmu'ah Atsar, 1390 H, jilid 2, hlm. 201.
- ↑ Ibnu Jauzi, Mu'jizat Rasulullah, 1425 H, hlm. 180.
- ↑ Ibnu Katsir, Mu'jizat an-Nabi, 1426 H, hlm. 193.
- ↑ Qutbuddin Rawandi, Al-Khara'ij wa al-Jara'ih, 1409 H, jilid 1, hlm. 37-38.
- ↑ Syekh Thusi, At-Tibyan, Dar Ihya at-Turats al-Arabi, jilid 9, hlm. 443; Thabarsi, Majma' al-Bayan, 1415 H, jilid 9, hlm. 310; Ibnu Katsir, Mu'jizat an-Nabi, 1426 H, hlm. 25.
- ↑ Thabarsi, Majma' al-Bayan, 1415 H, jilid 9, hlm. 310.
- ↑ Syekh Thusi, At-Tibyan, Dar Ihya at-Turats al-Arabi, jilid 9, hlm. 443.
- ↑ Syekh Thusi, At-Tibyan, jilid 9, hlm. 442-443; Thabarsi, Majma' al-Bayan, jilid 9, hlm. 309-310; Fakhruddin ar-Razi, At-Tafsir al-Kabir, 1420 H, jilid 29, hlm. 337.
- ↑ Thabathaba'i, Al-Mizan, 1363 H, jilid 19, hlm. 64.
- ↑ Syekh Mufid, Al-Irsyad, 1413 H, jilid 1, hlm. 346; Ibnu Katsir, Mu'jizat an-Nabi, 1426 H, hlm. 30.
- ↑ Syekh Mufid, Al-Irsyad, 1413 H, jilid 1, hlm. 346; Kulaini, Al-Kafi, 1407 H, jilid 4, hlm. 562; Syekh Shaduq, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, 1413 H, jilid 1, hlm. 203.
- ↑ Nahj al-Balaghah, tahqiq Subhi Shalih, Khutbah 192 (Khutbah Qasi'ah), hlm. 301-302.
- ↑ Ibnu Katsir, Mu'jizat an-Nabi, 1426 H, hlm. 133-137; Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jilid 17, hlm. 379; Hurr al-Amili, Itsbat al-Hudat, 1425 H, jilid 4, hlm. 24.
- ↑ Qutbuddin Rawandi, Al-Khara'ij wa al-Jara'ih, 1409 H, jilid 1, hlm. 47; Ibnu Katsir, Mu'jizat an-Nabi, 1426 H, hlm. 133-137; Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jilid 17, hlm. 379; Hurr al-Amili, Itsbat al-Hudat, 1425 H, jilid 4, hlm. 24.
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jilid 17, hlm. 379.
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jilid 18, hlm. 27; Ibnu Jauzi, Mu'jizat Rasulullah saw, 1425 H, hlm. 85.
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jilid 18, hlm. 27; Ibnu Jauzi, Mu'jizat Rasulullah saw, 1425 H, hlm. 84-86; Ibnu Katsir, Mu'jizat an-Nabi, 1426 H, hlm. 57.
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jilid 18, hlm. 27; Ibnu Jauzi, Mu'jizat Rasulullah saw, 1425 H, hlm. 85.
- ↑ Fadhil Miqdad, Al-Lawami' al-Ilahiyyah, 1422 H, hlm. 284.
- ↑ Lihat misalnya Abu Nu'aim al-Isfahani, Dala'il an-Nubuwwah, 1412 H, jilid 1, hlm. 139, hadis 82; al-Baihaqi, Dala'il an-Nubuwwah, 1405 H, jilid 1, hlm. 126.
- ↑ Fadhil Miqdad, Al-Lawami' al-Ilahiyyah, 1422 H, hlm. 284.
- ↑ Abu Nu'aim al-Isfahani, Dala'il an-Nubuwwah, 1412 H, jilid 1, hlm. 139, hadis 82; al-Baihaqi, Dala'il an-Nubuwwah, 1405 H, jilid 1, hlm. 126-127; Thabarsi, I'lam al-Wara, 1417 H, jilid 1, hlm. 57; Bahrani, Mashabih al-Anwar, 1426 H, jilid 1, hlm. 35-36.
- ↑ Nahj al-Balaghah, tahqiq Subhi Shalih, Khutbah Qasi'ah, hlm. 300.
- ↑ Al-Baihaqi, Dala'il an-Nubuwwah, 1405 H, jilid 2, hlm. 24-25; Ibnu Katsir, Mu'jizat an-Nabi, 1426 H, hlm. 312.
- ↑ Qutbuddin Rawandi, Al-Khara'ij wa al-Jara'ih, 1409 H, jilid 1, hlm. 21.
- ↑ Hurr al-Amili, Itsbat al-Hudat, 1425 H, jilid 1, hlm. 239.
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jilid 17, hlm. 159 dan jilid 18, hlm. 144.
- ↑ Argani Bahbahani, "Muqaddimah", dalam Mashabih al-Anwar, 1426 H, jilid 1, hlm. 20-21.
- ↑ "Mu'jizat Hazrat Muhammad saw: 102 Mu'jizat", Situs Vista.
Daftar Pustaka
- Al-Qur'an al-Karim, terjemahan Muhammad Mahdi Fuladwand.
- Nahj al-Balaghah. tahqiq Subhi Shalih, Qom: Markaz al-Buhuts al-Islamiyah, 1374 HS.
- Abu Nu'aim al-Isfahani, Ahmad bin Abdullah. Dala'il an-Nubuwwah. tahqiq Muhammad Rawwas Qal'aji wa Abdul Barr Abbas, Beirut: Dar an-Nafa'is, 1412 H/1991 M.
- Argani Bahbahani, Mahmud. "Muqaddimah", dalam kitab Mashabih al-Anwar. karya Sayid Hasyim Bahrani, Qom: Dar al-Mawaddah, 1426 H.
- Bahrani, Sayid Hasyim. Mashabih al-Anwar. Qom: Dar al-Mawaddah, 1426 H.
- Baihaqi, Ahmad bin Husain. Dala'il an-Nubuwwah. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1405 H.
- Baqillani, Muhammad bin Thayyib. I'jaz al-Qur'an. Mesir: Dar al-Qur'an, 1997 M.
- Fadhil Miqdad, Miqdad bin Abdullah. Al-Lawami' al-Ilahiyah. Qom: Daftar Tablighat Islami Hauzah Ilmiyah Qom: 1422 H.
- Fakhruddin ar-Razi, Muhammad bin Umar. At-Tafsir al-Kabir. Beirut: Dar Ihya at-Turats al-Arabi, 1420 H.
- Hurr al-Amili, Muhammad bin Hasan. Itsbat al-Hudat bi an-Nushush wa al-Mu'jizat. Qom: Intisharat Muhallati, 1425 H.
- Ibnu Jauzi, Abdurrahman bin Ali. Mu'jizat Rasulillah saw. Damaskus: Dar Sa'aduddin, 1425 H.
- Ibnu Katsir, Ismail bin Umar. Mu'jizat an-Nabi. tahqiq Ibrahim Amin Muhammad, Kairo: Al-Maktabah at-Taufiqiyah, tanpa tahun.
- Ibnu Syahr Asyub, Muhammad bin Ali. Manaqib Al Abi Thalib. Qom: Nashr Allamah, 1379 H.
- Iji, Abdurrahman bin Ahmad. Syarh al-Mawaqif. tashih Badruddin Na'sani, Qom: Asy-Syarif ar-Radhi, 1325 H.
- Jawadi Amuli, Abdullah. Tabyin Barahin Itsbat Allah. Qom: Intisharat Shadra, 1384 HS.
- Khui, Sayid Abul Qasim. Al-Bayan fi Tafsir al-Qur'an. Qom: Mansyurat Anwar al-Huda, [tanpa tahun].
- Khui, Sayid Abul Qasim. Marzil I'jaz. Qom: Muassisah Imam Shadiq as, 1385 HS.
- Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. Al-Kafi. tahqiq Ali Akbar Ghaffari wa Muhammad Akhundi, Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1407 H.
- Majlisi, Muhammad Baqir. Bihar al-Anwar. Intisyarat Mu'assasah al-Wafa, 1403 H.
- Muthahhari, Murtadha. Majmu'ah Atsar. Qom: Intisharat Shadra, 1390 HS.
- Qutbuddin Rawandi, Sa'id bin Hibatullah. Al-Khara'ij wa al-Jara'ih. Qom: Mu'assasah al-Imam al-Mahdi, 1409 H.
- Subhani, Ja'far. Mansyur Jawid. Qom: Intisharat Muassisah Imam Shadiq as, tanpa tahun.
- Suyuthi, Abdurrahman bin Abi Bakr. Al-Itqan fi Ulum al-Qur'an. Mesir: Al-Hai'ah al-Mishriyah al-'Ammah lil Kitab, 1394 H.
- Syekh Mufid, Muhammad bin Muhammad. Al-Irsyad. Qom: Kongres Syekh Mufid, 1413 H.
- Syekh Mufid, Muhammad bin Muhammad. An-Nuqat al-I'tiqadiyah. Beirut: Dar al-Mufid, 1414 H.
- Syekh Shaduq, Muhammad bin Ali. Man La Yahdhuruhu al-Faqih. Qom: Daftar Intisharat Islami wa Jami'ah Mudarrisin Hauzah Ilmiyah Qom: 1413 H.
- Syekh Thusi, Muhammad bin Hasan. At-Tibyan fi Tafsir al-Qur'an. Beirut: Dar Ihya at-Turats al-Arabi, tanpa tahun.
- Thabarsi, Fadhl bin Hasan. I'lam al-Wara. Qom: Muassisah Al al-Bait, 1417 H.
- Thabarsi, Fadhl bin Hasan. Majma' al-Bayan. Beirut: Mu'assasah al-A'lami lil Mathbu'at, 1415 H.
- Thabathaba'i, Sayid Muhammad Husain. Al-Mizan fi Tafsir al-Qur'an. Qom: Intisharat Ismailiyan, 1363 HS.
- "Mu'jizat Hazrat Muhammad saw: 102 Mu'jizat", Situs Vista, tanggal kunjungan: 25 Azar 1403 HS.