Nabi Ayub as

Prioritas: c, Kualitas: b
Dari wikishia
Nabi Ayub as
Nama dalam AlkitabJob
Tempat tinggalBatsaniah
PusaraHilla- Irak
KerabatNabi Ibrahim
AgamaMonoteis
Umur200
Peristiwa pentingKesabaran Ayub
-

Ayub (bahasa Arab: أيوب) adalah seorang nabi utusan Ilahi yang mendapat ujian dari Allah swt dengan kehilangan harta dan anak-anaknya serta tertimpa musibah penyakit. Dia tetap bersabar dalam menghadapi ujian Tuhan dan tidak meninggalkan ibadah dan bersyukur kepada Tuhan. Oleh karena itu, dalam Al-Qur'an dia telah dikenang dengan baik.

Al-Qur'an tidak menyebutkan secara rinci tentang musibah Ayub, tetapi kejadian-kejadian tersebut telah diutarakan dalam kitab perjanjian lama dan beberapa hadis Islami yang mana penyakit Ayub telah membuat orang-orang menjauhinya. Yang pasti, umat Islam percaya bahwa pada diri para Nabi tidak ada apa pun yang menyebabkan orang membenci mereka. Dalam kitab perjanjian lama dan beberapa hadis Islami telah diutarakan bahwa Ayub tidak sabar serta tidak bersyukur dalam menghadapi ujian Allah swt, tetapi Al-Qur'an telah menyebutnya sebagai orang yang sabar.

Sebagian orang dengan landasan ayat «واذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ» meyakini pengaruh setan atas Ayub dan meragukan kesuciannya; namun sebaliknya, dikatakan bahwa menurut ayat ini, pengaruh setan ada pada tubuh Ayub bukan pada jiwanya, yang merusak kesuciannya. Begitu juga menurut ayat-ayat Al-Qur'an, setan tidak mengendalikan ruh dan jiwa hamba-hamba Allah swt, dan dalam Al-Qur'an Ayub diutarakan sebagai hamba Allah swt.

Menurut sebagian mufasir, Ayub telah bersumpah untuk mencambuk istrinya sebanyak seratus kali atas kesalahannya, lalu membatalkannya. Setelah membatalkan sumpahnya, karena sumpah yang diucapkannya, Allah swt mewahyukan kepadanya agar memukul istrinya dengan satu ikat kayu-kayu tipis dan jangan melanggar sumpahnya. Ada perbedaan pendapat diantara mufasir tentang mengapa Ayub bersumpah.

Tidak ditemukan informasi yang pasti tentang tempat pemakaman Ayub. Meskipun demikian, beberapa kuburan yang ada di berbagai negara telah dikaitkan kepadanya; di antaranya adalah sebuah kuburan yang terletak di daerah Al-Ranjiyah, sepuluh kilometer di selatan Hilla di Irak.

Nasab dan Keluarga

Ayub adalah salah satu Nabi Allah[1] dan dari keturunan Nabi Ibrahim as.[2] Hubungannya dari pihak bapak dengan empat [3] atau lima [4] perantara sampai ke Nabi Ibrahim as. Dari pihak ibunya dia juga merupakan keturunan Nabi Luth as.[5] Mengenai istrinya terdapat perbedaan. Menurut penuturan Allamah Majlisi, masyhur ulama meyakininya sebagai cucu dari Nabi Yusuf. [6] Tetapi dalam beberapa riwayat ditegaskan bahwa dia adalah putri Nabi Yusuf [7] dan pada sebagian lagi dia dikenal sebagai putri Nabi Ya'qub. [8] Sebagian orang menganggap bahwa Dzulkifli adalah putra Ayub dan termasuk dari salah satu nabi. [9]

Ujian Ilahi

Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an, Ayub diuji oleh Allah dengan penyakit dan kehilangan anak-anaknya dan dia sabar menghadapi ujian-ujian-Nya. [10] Setelah itu kesehatan serta anak-anaknya dikembalikan lagi kepadanya. [11] Begitu juga menurut beberapa riwayat, dia memiliki harta yang sangat banyak yang semuanya habis dalam ujian Ilahi. [12] Al-Qur'an menyebut [13] dia dengan gelar Abdana (hamba kami), Ni'ma al-'Abd (hamba yang baik), penyabar dan bertobat (kembali kepada Tuhan). [14]

No Urut Teks Ayat Surah Ayat Tentang
1 وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ كُلًّا هَدَيْنَا وَنُوحًا هَدَيْنَا مِنْ قَبْلُ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِ دَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ وَأَيُّوبَ وَيُوسُفَ وَمُوسَىٰ وَهَارُونَ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ al-An'am 74 Dari keturunan Ibrahim atau Nuh [catatan 1]
2 إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَىٰ نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَعِيسَىٰ وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا al-Nisa' 163 Kenabian
3 وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ ﴿۸۳﴾ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَىٰ لِلْعَابِدِينَ al-Anbiya 83-84 Pengabulan doanya dengan dikembalikan anak-anak dan keselamatannya.
4 واذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ ﴿٤١﴾ ارْكُضْ بِرِجْلِكَ ۖ هَٰذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ ﴿٤٢﴾ وَوَهَبْنَا لَهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنَّا وَذِكْرَىٰ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ﴿٤٣﴾ وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِهِ وَلَا تَحْنَثْ ۗ إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا ۚ نِعْمَ الْعَبْدُ ۖ إِنَّهُ أَوَّابٌ ﴿٤٤ Shad 41-44 Terbebas dari penyakit, keluarganya dikembalikan, peristiwa sumpah dan mengacu pada kesabaran Ayub dan pertobatannya.

Peristiwa Ujian

Doa yang dinisbahkan kepada Nabi Ayub as:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ الْيَوْمَ فَأَعِذْنِي وَ أَسْتَجِيرُ بِكَ الْيَوْمَ مِنْ جَهْدِ الْبَلَاءِ فَأَجِرْنِي وَ أَسْتَغِيثُ بِكَ الْيَوْمَ فَأَغِثْنِي وَ أَسْتَصْرِخُك الْيَوْمَ عَلَى عَدُوِّكَ وَ عَدُوِّي فَاصْرُخْنِي وَ أَسْتَنْصِرُكَ الْيَوْمَ فَانْصُرْنِي وَ أَسْتَعِينُ بِكَ الْيَوْمَ عَلَى أَمْرِي فَأَعِنِّي وَ أَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ فَاكْفِنِي وَ أَعْتَصِمُ‏ بِكَ فَاعْصِمْنِي وَ آمَنُ بِكَ فَآمِنِّي وَ أَسْأَلُكَ فَأَعْطِنِي وَ أَسْتَرْزِقُكَ فَارْزُقْنِي وَ أَسْتَغْفِرُكَ فَاغْفِرْ لِي وَ أَدْعُوكَ فَاذْكُرْنِي وَ أَسْتَرْحِمُكَ فَارْحَمْنِي.
Kaf'ami, al-Misbah (Jannatu al-Aman al-Waqiyah) hlm. 296-297.

Berdasarkan sebuah riwayat yang dinukil dari Imam Shadiq as, Allah swt memberikan nikmat kepada Ayub dan dia selalu bersyukur atas pemberian tersebut; sehingga pada suatu hari setan mengetahui rasa syukur Ayub dan menjadi dengki kepadanya dan berkata: Tuhanku, jika Kau ambil dunia dari Ayub, dia tidak akan lagi bersyukur atas nikmat-Mu. Oleh karena itu, Tuhan memberikan kekuasaan kepadanya untuk mengambil harta dan anak-anak Ayub. Tidak lama kemudian kekayaan dan anak-anak Ayub pun lenyap, tetapi Ayub semakin lebih bersyukur. Kemudian ladang dan domba-dombanya dilenyapkan, dia tetap menjadi hamba yang lebih bersyukur. Kemudian Iblis meniup tubuh Ayub, dan kemudian banyak luka dan ulat keluar dan jatuh dari tubuhnya; sehingga dia diusir oleh penduduk dari desa karena badannya yang berbau busuk; tetapi Ayub tetap bersyukur kepada Tuhan. Kemudian setan bersama beberapa sahabat Ayub mendatanginya dan berkata kepadanya: Menurut prasangka kami musibah yang kamu derita adalah karena dosa yang telah kamu lakukan? Ayub bersumpah bahwa dia tidak pernah memakan sesuatu kecuali berbagi dengan para yatim atau orang-orang miskin dan jika ia berada di depan dua jalan yang keduanya sama-sama taat kepada Tuhan, dia tidak memilihnya kecuali dia akan memilih jalan yang lebih sulit untuk taat kepada Tuhan... Kemudian Tuhan mengutus seorang malaikat yang memukul tanah dengan kakinya dan air mengalir lalu dia mencuci Ayub di dalamnya dan luka-lukanya pun sembuh. [15]

Allamah Thabathabai menganggap riwayat ini tidak sesuai dengan beberapa riwayat lain yang dinukil dari Ahlulbait as. [16] Diriwayatkan dari Imam Muhammad Baqir as bahwa dalam tubuh Ayub tidak ada infeksi, cacing dan keburukan wajah, tetapi alasan orang-orang berpaling dari Ayub adalah karena dia tidak memiliki uang dan kelemahan fisiknya; karena meraka tidak mengetahui kedudukannya di sisi Allah dan mereka tidak tahu bahwa dalam waktu dekat dia akan sembuh. [17] Riwayat tersebut juga bertentangan dengan riwayat yang mengatakan Ayub dan para Nabi lainnya adalah maksum. [18] Karena salah satu derajat ishmah adalah bahwa tidak ada sesuatu dalam diri para nabi yang menyebabkan orang menjauh dari mereka; karena menjauhkan diri dari para nabi bertentangan dengan tujuan bi'tsah (menyampaikan pesan Tuhan kepada masyarakat).[19]

Keterangan Alkitab

Kitab Ayub adalah salah satu dari 39 kitab Perjanjian Lama. Buku itu menceritakan tentang nikmat-nikmat Tuhan kepada Ayub, [20] kisah cobaannya, kekuasaan setan atas jiwa dan hartanya [21] serta upaya beberapa pemuda untuk membujuk Ayub berbuat kesalahan. [22] Dikatakan bahwa apa yang dikatakan tentang Ayub dalam Perjanjian Lama, bertentangan dengan Al-Qur'an yang menggambarkan dia sebagai orang yang sabar, sebab Perjanjian lama menceritakan tentang ketidaksabaran Ayub dalam menghadapi penderitaan dan rasa tidak bersyukurnya. [23] Kisah sumpahnya juga tidak disebutkan dalam Alkitab. [24]

Falsafah Musibah Ayub

Penyakit Ayub dan kehilangan anak-anaknya adalah ujian dari Tuhan. Menurut pernyataan Qurtubi, seorang mufasir Sunni, keadaan Ayub sebelum, selama dan setelah mendapatkan cobaan adalah sama, dan selalu bersyukur kepada Tuhan dalam segala keadaan. [25] Selain itu, menurut riwayat yang dinukil oleh Allamah Thabathabai, Ayub diberi ujian agar orang-orang tidak mengklaim ketuhanan atasnya dan tidak memanggilnya Tuhan karena nikmat yang telah Tuhan berikan padanya; begitu juga agar menjadi pelajaran bagi mereka untuk tidak merendahkan orang yang lemah, miskin dan sakit lantaran kelemahan, kemiskinan dan penyakitnya. Sebab, mungkin saja Tuhan membuat yang lemah menjadi kuat, yang miskin menjadi kaya, dan yang sakit menjadi sembuh. Dan juga supaya mereka tahu bahwa Tuhanlah yang akan memberi penyakit kepada siapapun yang Dia inginkan, meskipun dia adalah seorang nabi, dan memberi kesembuhan kepada siapa saja yang Dia inginkan. [26]

Sumpah Ayub

Ayub semasa sakitnya, bersumpah akan mencambuk istrinya seratus kali ketika dia sembuh; [27] namun setelah sembuh, dia memutuskan untuk memaafkannya karena kesetiaan dan pelayanannya, tetapi sumpahnya telah menghalangi hal tersebut.[28] Karena itu, diwahyukan kepadanya agar mengambil kayu-kayu tipis untuk dipukulkan kepada istrinya dan jangan melanggar sumpahnya. [29]

Mengenai mengapa Ayub bersumpah, terjadi perbendaan pendapat di antara para mufasir: Dinukil dari Ibnu Abbas, mufasir abad pertama, bahwa setan telah menampakkan dirinya kepada istri Ayub dan berkata kepadanya: Aku akan menyembuhkan suamimu, asalkan setelah dia sembuh dia berkata bahwa aku (Setan) adalah satu-satunya faktor yang telah menyembuhkannya. Istri Ayub yang telah lelah dengan penyakit Ayub, menerima tawaran Setan. Oleh karena itu, Ayub bersumpah akan mencambuknya. [30] Sebagian lainnya mengatakan bahwa Ayub mengirim istrinya untuk mengerjakan sesuatu dan dia pun terlambat. Ayub, yang menderita karena penyakit, merasa kesal dan mengucapkan sumpah tersebut. [31] Sebagian juga mengatakan bahwa alasan sumpah tersebut adalah adanya permasalahan antara Ayub dan istrinya, [32] dan dia telah menyinggung perasaan Ayub dengan kata-katanya.[33]

Berdasarkan suatu riwayat, kisah sumpah Ayub terkait setelah kesembuhannya: Ketika Ayub sakit dan dia tinggal di luar desa, istrinya pergi ke desa untuk membeli roti dan untuk dapat membeli roti, dia menjual rambutnya. Ketika dia kembali ke sisi Ayub, dia telah sembuh dari penyakitnya dan Ayub melihat rambut istrinya telah dipotong. Oleh kerena itu, dia bersumpah akan mencambuk istrinya seratus kali, tetapi ketika dia mengetahui apa penyebabnya, dia menyesali keputusannya.[34] Tentu saja, kebenaran riwayat ini masih diragukan; karena kontradiksi dengan perinsip keyakinan Syiah tentang kemaksuman para Nabi, [35] bertentangan dengan beberapa riwayat lainnya, [36] mengadili sebelum bertindak (prasangka buruk Ayub yang mencurigai istrinya dan menentukan hukuman untuknya sebelum menanyakannya) dan juga salah satu perawi hadis tidak dikenal.[37]

Sebagian dari para mufasir Sunni telah menyimpulkan dari kisah sumpah Ayub bahwa seorang pria dapat memukuli istrinya dengan tujuan mendidik istri. [38]

Ismah (Terjaga dari Dosa)

Sebagian dengan bersandar pada ayat «واذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ» [39] mengisyaratkan pengaruh setan terhadap Ayub dan meragukan kemaksumannya. Dalil mereka adalah berdasarkan ayat tersebut di atas, Ayub karena pengaruh sentuhan setan, dia tertimpa derita dan azab, sementara pengaruh setan tidak sesuai dengan kemaksuman.[40] Sebagai jawaban dikatakan bahwa setan tidak mengendalikan jiwa Ayub sehingga merusak kemaksumannya; akan tetapi itu hanya berpengaruh pada badan, harta dan anak-anaknya; [41] karena sesuai dengan ayat إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ sesungguhnya hamba-hambaKu, kamu (Setan) tidak dapat berkuasa atas mereka [42] Setan tidak dapat menguasai hamba-hamba Allah dan berdasarkan ayat 41 surah Shad, Ayub adalah hamba Tuhan.[43]

Dalam kitab Tanzih al-Anbiya yang ditulis berkenaan dengan kemaksuman para Nabi, juga dibahas tentang kemaksuman Ayub. [44]

Tempat Pemakaman

Makam yang dinisbahkan kepada Nabi Ayub di Bukhara.

Ayub tinggal di wilayah Uwas, barat daya Laut Mati dan utara Teluk Aqabah, atau di Batsaniah wilayah Damaskus dan Azariat.[45] Begitu juga sebuah gua di kota Orfe, Turki, di mana dikatakan bahwa Ayub selama sakitnya pernah berada di sana. [46]

Dikatakan bahwa Ayub hidup sampai 200 tahun,[47] berdasarkan Kitab Perjanjian Lama dia hidup selama 140 tahun setelah sembuh dari penyakitnya. [48] Begitu juga menurut riwayat, dia menderita penyakitnya selama tujuh [49] atau delapan belas tahun [50] dan dia dimakamkan di dekat mata air dimana dia disembuhkan. [51] Tidak diketahui pasti tempat pemakamannya, tetapi beberapa kuburan di beberapa negara dinisbahkan kepadanya seperti negara Irak, Lebanon, Palestina dan Oman.[52] Salah satu kuburannya terletak di daerah Ranjiyah, sepuluh kilometer selatan Hilla di Irak, yang dikatakan lebih terkenal karena kedekatannya dengan kediaman Ayub. [53]

Begitu juga beberapa kuburan dinisbahkan kepadanya seperti di tujuh kilometer dari pelabuhan Salalah, di ketinggian Gunung Etienne di Oman, di desa Garmab sekitar Bujnourd di Iran, dan di Bukhara di Uzbekistan.[54] Tetapi ada kemungkinan bahwa kuburan yang diatribusikan kepadanya di Bukhara ini adalah salah satu buatan dari zaman Teimuri dan Teimurlang. [55]

Karya-Karya Seni

Kisah Ayub tercermin dalam karya seni. Film Nabi Ayub, yang disutradarai oleh Farajullah Salahshour, yang diproduksi pada tahun 1993 dan telah ditayangkan di televisi Iran adalah berkenaan dengan kehidupan Ayub dan terjangkitnya dengan sebuah penyakit.[56]

catatan

  1. Allamah Thabathabai mengembalikan kata ganti pada kata "Dzurriyyatihi" kepada Nuh. Tentu, pendapat ini tidak bertentangan walaupun Ayub dari keturunan Nabi Ibrahim as (Thabathabai, al-Mizan, jld.7, hlm. 242).

Catatan Kaki

  1. Q.S. al-Nisa, ayat 163.
  2. Q.S. al-An'am, ayat 84.
  3. Ibnu Habib, al-Muhabbar, hlm. 5.
  4. Majlisi, Hayatu al-Qulub, jld.1, hlm. 555; Tsa'labi, al-Kasyf wa al-Bayan, jld.6, hlm.287.
  5. Majlisi, Hayatu al-Qulub, jld.1, hlm. 555; Tsa'labi, al-Kasyf wa al-Bayan, jld.6, hlm.287.
  6. Majlisi, Hayatu al-Qulub, jld.1, hlm. 555.
  7. Qummi, Tafsir al-Qummi, jld.2, hlm. 239-242.
  8. Majlisi, Hayatu al-Qulub, jld.1, hlm. 555.
  9. Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, jld.1, hlm. 325.
  10. Q.S. Shad, ayat 44.
  11. Q.S. al-Anbiya, ayat 84.
  12. lihat: Qummi, Tafsir al-Qummi, jld.2, hlm. 239-242.
  13. Q.S. Shad, ayat 44; Thabathabai, al-Mizan, jld. 17, hlm. 210-211.
  14. Jazairi, Qashash al-Anbiya, hlm. 198.
  15. Qummi, Tafsir al-Qummi, jld.2, hlm. 239-242; Majlisi, Hayatu al-Qulub, jld.1, hlm. 559-565.
  16. Thabathabai, al-Mizan, jld. 17, hlm. 210-211.
  17. Syekh Shaduq, al-Khisal, jld.2, hlm. 399-400.
  18. Thabathabai, al-Mizan, jld. 17, hlm. 214-217.
  19. Abu al-Futuh Razi, Raudhu al-Jinan, jld.13, hlm. 213; Subhani, Mansyur Aqaid Imamiyah, hlm.114.
  20. Kitab Muqaddas, Ayub, 1:1-6.
  21. Kitab Muqaddas, Ayub, 1-2.
  22. Kitab Muqaddas, Ayub, 3-27.
  23. Kalbosi, "Naqd va Barresi Arae Mufassiran dar Tafsire Ayeh 44 Sureh Shad va Tazyanezadane Ayyub be Hamsaresh", hlm. 120.
  24. Kalbosi, "Naqd va Barresi Arae Mufassiran dar Tafsire Ayeh 44 Sureh Shad va Tazyanezadane Ayyub be Hamsaresh", hlm. 120.
  25. Qurtubi, al-Jami' li Ahkami al-Qur'an, jld.16, hlm. 216.
  26. Thabathabai, al-Mizan, jld. 17, hlm. 214-217.
  27. Thabathabai, al-Mizan, jld. 17, hlm. 210.
  28. Makarim, Tafsir Nemuneh, jld.19, hlm. 299.
  29. Q.S. Shad, ayat 44; Thabathabai, al-Mizan, jld. 17, hlm. 210.
  30. Makarim, Tafsir Nemuneh, jld.19, hlm. 299; Jazairi, Qashash al-Anbiya, hlm. 198.
  31. lihat: Makarim Shirazi, Tafsir Nemuneh, jld.19, hlm. 299.
  32. Mughniyah, Tafsir al-Kasyif, jld.6, hlm. 382.
  33. Thabrisi, Majma' al-Bayan, jld.8, hlm. 746.
  34. Qummi, Tafsir al-Qummi, jld.2, hlm. 239-242; Majlisi, Hayatu al-Qulub, jld.1, hlm. 559-565.
  35. Abu al-Futuh Razi, Raudhu al-Jinan, jld.13, hlm. 213; Subhani, Mansyur Aqaid Imamiyah, hlm.114.
  36. Thabathabai, al-Mizan, jld. 17, hlm. 214-217.
  37. Kalbosi, "Naqd va Barresi Arae Mufassiran dar Tafsire Ayeh 44 Sureh Shad va Tazyanezadane Ayyub be Hamsaresh", hlm. 118.
  38. Jashash, Ahkam al-Qur'an, jld.5, hlm. 260.
  39. Q.S. Shad, ayat 41.
  40. lihat: Nashri, Mabani Resalate Anbiya dar Qur'an, hlm. 260-261.
  41. Thabathabai, al-Mizan, jld. 17, hlm. 209.
  42. Q.S. al-Isra', ayat 65.
  43. Nashri, Mabani Resalate Anbiya dar Qur'an, hlm. 260-261.
  44. Sayid Murtadho, Tanzih al-Anbiya, hlm. 59-64.
  45. Syauqi, Atlas Qur'an, hlm. 109.
  46. Bi Azar Shirazi, Bastanshenasi va Jugrafiyae Tarikhi Qashashe Qur'an, hlm. 350.
  47. Ibnu Habib, al-Muhabbar, hlm. 5.
  48. Kitab Muqaddas, Ayub, 1: 42.
  49. Jazairi, Qashash al-Anbiya, hlm. 198 dan 200.
  50. Bahrani,al-Burhan, jld.4, hlm.672; Jazairi, Qashash al-Anbiya, hlm. 207.
  51. Bahrani,al-Burhan, jld.4, hlm.675.
  52. « Center Turast al-Hillah»
  53. Raminnejad, Mazare Peyambaran, hlm.59-63.
  54. Raminnejad, Mazare Peyambaran, hlm.59-63.
  55. Raminnejad, Mazare Peyambaran, hlm.59-63.
  56. Ringkasan cerita film Nabi Ayub

Daftar Pustaka

  • Al-Quran Al-Karim
  • Alkitab
  • « Center Turast al-Hillah». Al-Atabah al-Abbasiyah al-Muqaddasah. Dilihat pada 15 Urdibehesyt 1399 HS
  • Abu al-Futuh Razi, Hasan bin Ali. Raudhah al-Jinan wa ruh al-Jinan fi Tafsir al-Quran. Riset: Muhammad Ja'far Yahaqqi dan Muhammad Mahdi Nasih. Masyhad, Bunyade Pajoheshhaye Astane Quds Razawi. 1408 H.
  • Bahrani, Sayid Hasyim. Al-Burhan fi Tafsir al-Quran. Riset: Kelompok Riset Islam al-Bi’sat. Teheran, Bunyade Bi’sat. 1416 H.
  • Bi Azar Shirazi, Abdul Karim. Bastanshenasi va Jugrafiyae Tarikhi Qashashe Quran. Teheran, Kantor Penerbitan Farhang. 1386 HS.
  • Ibnu Habib Baghdadi, Muhammad bin Habib. Al-Muhabbar. Riset: Eliza Likhten Shetitr. Beirut, Dar Afaq al-Jadidah. Tanpa tahun.
  • Jashash, Ahmad bin Ali, Ahkam al-Quran. Riset: Muhammad Shadiq Qumhari. Beirut, Dar Ihya al-Turats al-Arabi.1405 H.
  • Jazairi, Ni'matullah bin Abdullah. Al-Nur al-Mubin fi Qashash al-Anbiya wa al-Mursalin. Qom, Perpustakaan Ayatullah al-Mar'asyi al-Najafi.1404 H.
  • Kaf’ami, Ibrahim bin Ali. Al-Misbah (Jannatu al-Aman al-Waqiyah). Qom, Dar al-Radhi(Zahidi).1405 H.
  • Kalbosi, Zahra dan teman-teman. Naqd va Barresi Arae Mufassiran dar Tafsire Ayeh 44 Sureh Shad va Tazyanezadane Ayyub be Hamsaresh. Amuzehha-e Qurani. No.22. 1394 HS.
  • Majlisi, Muhammad Baqir. Bihar al-Anwar li Durari Akhbar al-Aimmah al-Athhar. Beirut, Dar Ihya al-Turats al-Arabi.1403 H.
  • Majlisi, Muhammad Baqir. Hayatu al-Qulub. Riset: Ali Imamiyan. Qom, Sarwar. 1384 HS.
  • Makarim Shirazi, Nashir. Tafsir Nemuneh. Teheran, Dar al-Kutub al-Islamiyah. 1373 HS.
  • Mughniyah, Muhammad Jawad. Tafsir al-Kasyif. Teheran, Dar al-Kutub al-Islamiyah. 1424 H.
  • Nashri, Abdullah. Mabani Resalate Anbiya dar Quran. Teheran, Surush. 1388 HS.
  • Qummi, Ali bin Ibrahim. Tafsir al-Qumi. Editor: Tayyib Musawi Jazairi. Qom, Dar al-Kitab. 1404 H.
  • Qurtubi, Muhammad bin Ahmad. Al-Jami' li Ahkami al-Qur'an. Teheran, Penerbitan Nashir Khusru. 1364 HS.
  • Raminnejad, Ramin. Mazare Peyambaran. Masyhad, Bunyade Pajoheshhaye Astane Quds Razawi. 1387 HS.
  • Ringkasan cerita film Nabi Ayub. Bank Jami Itthilaat Sinemaye Iran. Dilihat pada 15 Farwardin 1399 HS
  • Sayid Murtadho, Tanzih al-Anbiya. Qom, al-Syarif al-Radhi. 1250 H.
  • Subhani, Ja'far. Mansyur Aqaid Imamiyah. Qom, Muassasah al-Imam al-Shadiq as. Tanpa tahun.
  • Syauqi, Abu Khalil. Atlas Quran. Terjemah: Kermani. Masyad, Astane Quds Razawi. 1388 HS.
  • Syekh Shaduq, Muhammad bin Ali. Al-Khisal. Editor: Ali Akbar Ghaffari. Qom, Jamiah Mudarrisin. 1362 HS.
  • Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk. Riset: Muhamamd Abulfadhl Ibrahim. Beirut, Dar al-Turats. 1967/1405 H.
  • Thabathabai, al-Mizan fi Tafsir al-Quran. Qom, Kantor penerbitan Islami Jamiah Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qom. 1417 H.
  • Thabrisi, Fadhl bin Hasan. Majma' al-Bayan fi Tafsir al-Quran. Muqaddimah Muhamamd Jawad Balagi. Teheran, Nashir Khusru. 1372 HS.
  • Tsa'labi, Ahmad bin Ibrahim. Al-Kasyf wa al-Bayan an Tafsir al-Quran. Beirut, Dar Ihya al-Turats al-Arabi.1422 H.

Pranala Luar