Kenabian Universal
Kenabian Universal (bahasa Arab:النبوة العامة) adalah istilah teologi yang bermakna kumpulan pembahasan tentang kenabian itu sendiri. Kenabian universal lawan dari kenabian khusus yang hanya mengkaji dalil-dalil kenabian sosok tertentu. Sebagian dari persoalan-persoalan kenabian universal adalah: keharusan pengutusan para nabi, kemaksuman para nabi dan jalan-jalan mengenal para nabi. Kaedah Luthf (anugerah) menjadi dalil terpenting penetapan keharusan pengutusan para nabi, sementara mukjizat menjadi dalil terpenting untuk mengenal para nabi dalam kajian kenabian universal.
Definisi
Kenabian universal adalah sebuah istilah teologi. Maksudnya adalah kumpulan kajian-kajian tentang kenabian secara umum.[1] Berbeda dengan kenabian khusus, kenabian universal tidak khusus kepada nabi tertentu[2]dan berbicara tentang masalah-masalah kenabian yang umum seperti filosofi keberadaan para nabi, keharusan pengutusan para nabi,[3]jalan-jalan menetapkan kenabian,[4] dan kemaksuman para nabi.[5]
Pembahasan Kenabian Universal
Masalah tepenting buku-buku teologi terkait kenabian universal adalah: keharusan pengutusan para nabi,[6]jalan-jalan mengenal para nabi,[7]kemaksuman para nabi[8] dan fungsi-fungsi kenabian.[9]
Keharusan Pengutusan Para Nabi
Untuk menetapkan keharusan pengutusan para nabi digunakan argumentasi-argumentasi seperti keharusan adanya undang-undang sosial, ketidakmampuan manusia dalam membuat aturan-aturan yang komprehensip dan adil dan ketidaktahuan manusia tentang jalan menuju kesempurnaan.[10]
Argumentasi kedua terkadang disebut kaedah Luthf.[11] Kaedah Luthf diyakini oleh para teolog sebagai dalil terpenting untuk menetapkan kenabian.[12]
Jalan-jalan Mengenal Para Nabi
Pada kajian ini, dalil yang lebih banyak dibahas dibanding dalil-dalil yang lain adalah mukjizat.[13] Mukjizat adalah perbuatan luar biasa yang dilakukan oleh para nabi untuk menetapkan kenabian dirinya[14] dan tak satupun mampu menandinginya.[15]
Kemaksuman Para Nabi
Kemampuan manusia untuk meninggalkan dosa disebut kemaksuman.[16] Para teolog muslim sepakat bahwa para nabi maksum. Tentu, mereka berbeda pendapat dalam masalah-masalah parsial terkait kemaksuman para nabi.[17] Mereka mengajukan dalil-dalil aqli (rasional) dan naqli atas kemaksuman para nabi.[18] Diantara dalil-dalil aqli adalah bahwa pelaksanaan dosa oleh para nabi akan menghilangkan kepercayaan masyarakat kepada mereka sementara ketidakpercayaan masyarakat kepada para nabi bertentangan dengan tujuan pengutusan mereka untuk memberikan petunjuk kepada masyarakat.[19]
Fungsi Kenabian
Buku-buku teologi berbicara juga soal fungsi-fungsi kenabian. Misalnya, Nashiruddin Thusi dalam kitab Tajrid al-I'tiqād menyebutkan sembilan fungsi dari kenabian.[20] Di antaranya adalah sebagai berikut: mendukung akal dan mengutarakan pengetahuan-pengetahuan agama, mengembangkan potensi keilmuan manusia, mengajarkan hukum-hukum syariat dan membuat hukum-hukum sosial.[21]
Catatan Kaki
- ↑ Mutahhari, Majmue-e Ātsār, jld.4, hlm.546, 527; Subhani, Aqāid Islami, hlm.226; Saidi Mehr, Āmuzisye Kalame Islami, jld.2, hlm.14
- ↑ Mutahhari, Majmue-e Ātsār, jld.4, hlm.526, 527; Saidi Merh, Āmuzisye Kalame Islami, jld.2, hlm.14
- ↑ Rabbani Gulpaigani, Aqāide Istidlāli, jld.2, hlm.29
- ↑ Saidi Mehr, Āmuzisy Kalame Islami, jld.2, hlm.37
- ↑ Rabbani Gulpaigani, jld.2, hlm.34; Saidi Mehr, Āmuzisye Kalame Islami, jld.2, hlm.14
- ↑ Subhani, Aqāidi Islami dar Partuye Quran, Hadits wa Aql, hlm.228
- ↑ Lihat: Saidi Mehr, Āmuzisy Kalame Islami, jld.2, hlm.36
- ↑ lihat: Subahni, Aqāid Islami dar Partuye Quran, Hadits wa Aql, hlm.284
- ↑ Lihat, Saidi Mehr, Āmuzisy Kalame Islami, jld.2, hlm.15
- ↑ Subhani, Aqāide Islami dar Partuye Quran, Hadits wa Aql, hlm 228, 233, 234
- ↑ Saidi Mehr, Āmuzisye Kalame Islami, jld.2, hlm.23
- ↑ Rabbani Gulpaigani, Qāidah Luthf wa Wujube Imamat, hlm.111; Saidi Mehr, Āmuzisye Kalame Islami,jld.2, hlm.23
- ↑ Sebagai contoh lihat: Saidi Mehr, Āmuzisye Kalame Islami, jld.2, hlm.38; Subhani, Aqāidi Islami dar Partuye Quran, Hadits wa Aql, hlm.243
- ↑ Makarim Syirazi, Tafsir Nimuneh, jld.8, hlm.358
- ↑ Mufid, al-Nukat al-I'tiqādiyah, hlm.35; Jurjani, al-Ta'rifāt, hlm.96
- ↑ Saidi Mehr, Āmuzisye Kalame Uslami, jld.2, hlm.70
- ↑ Saidi Mehr, Āmuzisye Kalami Islami, jld.2, hlm.70
- ↑ Lihat: Saidi Mehr, Āmuzisye Kalame Islami, jld.2, hlm.75
- ↑ Lihat: Saidi Mehr, Āmuzisye Kalame Islami, jld.2, hlm.76
- ↑ Saidi Mehr, Āmuzisye Kalame Islami, jld.2, hlm.15
- ↑ Saidi Mehr, Āmuzisye Kalame Islami, jld.2, hlm.15, 16
Daftar Pustaka
- Jurjani, Mir Sayid Syarif. At-Ta'rīfāt. Tehran: Nashir Khosru, 1412 H.
- Makarim Syirazi, Nashir. Tafsīr Nemūneh. Tehran: Dar al-Kutub al-Islamiyyah. Cet. I, 1374 HS (1996).
- Mufid, Muhammad bin Muhammad. An-Nukat al-I'tiqādiyyah. Qom: Muktamar Syeikh Mufid, 1413 H.
- Musawi, Sayid Jamaluddin dan Muhammad Taqi Syakir Asytije, Muhammad Taqi. Qāede-ye Luthf wa Adille-ye Naqli-ye On. Majalah Ma'rifat. No. 195, 1392 HS (2014).
- Muthahhari, Murtadha. Majmū'e-ye Ātsār-e Ustād Syahīd Muthahharī. Cet. IV. Tehran: Entesyarat-e Shadra, 1377 HS (1999).
- Rabbani Gulpaigani, Ali. 'Aqāid-e Estidlālī. Cet. IV. Qom: Markaz-e Naysr-e Hajer, 1392 HS (2014).
- Rabbani Gulpaigani, Ali. Qā'ede-ye Luthf wa Wujūb-e Emāmat. Majalah Entezhar-e Mau'ud. No. 5, 1381 HS (2003).
- Sa'idi Mehr, Muhammad. Āmūzesy-e Kalām-e Islāmī. Cet. VI. Qom: Ketab-e Thaha, 1388 HS (2010).
- Subhani, Ja'far. 'Aqāid-e Islāmi dar Partū-ye Qur'ān, Hadīts wa 'Aql. Cet. II. Qom: Muassisah Bustan-e Ketab, 1386 HS (2008).