Lompat ke isi

Agama Hanif

Dari wikishia

Agama Hanif; yang berarti agama yang sesuai dengan fitrah, adalah sebutan bagi agama yang para nabi Allah dari Adam as hingga Nabi Muhammad saw diperintahkan untuk menyampaikannya. Hanif dalam istilah umum, adalah sifat bagi agama ilahi yang lurus dan jauh dari jalan serta agama batil dan dalam istilah khusus merupakan deskripsi bagi Nabi Ibrahim dan agamanya.

Hanif dalam Bahasa

Hanaf dalam bahasa berarti condong, bengkok dan miring. [1] dan merupakan kata benda yang dengan berada di samping mudhaf (kata yang disandarkan) atau maushuf (kata yang disifati) atau jar dan majrur, maknanya menjadi sempurna. Sifat musyabbahah-nya adalah hanif yang berarti orang yang condong [2] dan orang yang jari-jarinya miring ke arah luar atau kakinya bengkok dan cacat disebut ahnaf [3], tetapi beberapa orang mengartikan hanif sebagai lurus dan benar. [4] Oleh karena itu, ahnaf adalah orang yang langkahnya lurus dan seluruh kakinya berada di tanah [5] dan jika seseorang yang kakinya bengkok disebut ahnaf, itu adalah dari bab tafa'ul (mengharapkan kebaikan); sama seperti orang sakit disebut salim (sehat). [6]

Berbagai Istilah Hanif

Kata hanif karena berbagai penggunaannya dalam ilmu tafsir, ilmu hadis, dan sejarah Arab pada masa Jahiliyah, telah menemukan berbagai istilah:

Agama Nabi Ibrahim

Pada masa Jahiliyah, siapa pun yang mengikuti agama Nabi Ibrahim as, disebut Hanif. [7] Ayat-ayat Quran juga menekankan hal ini: Templat:Quran baru

Templat:Quran baru Templat:Quran baru [8]

Hunafa berpaling dari kemusyrikan dan penyembahan berhala dan mengikuti agama Ibrahim as:

Templat:Quran baru Templat:Quran baru

Agama Hanif adalah gerakan agama dan reformasi yang para pengkhotbahnya, yang disebut Hanif, digambarkan sebagai pengikut agama Ibrahim as. Hunafa meragukan agama kemusyrikan dan penyembahan berhala dan menjauhinya, mereka berlindung di gua-gua untuk beribadah dan berpikir dan mengajak orang-orang ke jalan agama kuno Ibrahim as. Gagasan-gagasan ini memiliki pengaruh yang luar biasa dalam mengguncang dan menghancurkan fondasi penyembahan berhala di Jazirah Arab dan sedikit demi sedikit menyebabkan kesadaran diri masyarakat, oleh karena itu penentangan dan perlawanan terhadap tuhan-tuhan palsu meningkat pada tahun-tahun sebelum Islam. [9]

Agama Beberapa Orang Arab

Agama beberapa Arab pada masa jahiliyah yang hanya mengikuti beberapa hukum praktis yang tersisa dari agama Nabi Ibrahim (alaihi salam) seperti melaksanakan manasik haji, khitan anak laki-laki dan mandi junub, disebut agama Hanif. [10]

Julukan Musyrik

Ahli Kitab memberi julukan Hunafa kepada orang-orang musyrik dan setiap kali kata Hanifiyyah digunakan, mereka memahami syirik dan penyembahan berhala darinya. [11]

Kecenderungan pada Agama yang Benar

Beberapa orang mengatakan bahwa Hanif adalah orang yang cenderung dari agama batil ke agama yang benar. [12] Istilah ini lebih mengacu pada makna harfiah dan kemudian dimunculkan oleh beberapa mufassir.

Bermakna Muslimin

Kata "hanif" berarti seorang Muslim; yaitu, hanifiyah setara dengan Islam, yang berarti penyerahan diri. Seperti yang dikatakan Al-Qur'an: (Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan juga bukan Nasrani, tetapi dia adalah seorang Hanif yang berserah kepada Allah (Muslim), dan dia bukan dari orang-orang musyrik). Ibrahim bukanlah Yahudi maupun Nasrani, tetapi dia adalah seorang Hanif dan Muslim, dan dia tidak pernah menjadi salah satu dari orang-orang musyrik (Ali Imran: 67). Dari Imam Shadiq as disebutkan bahwa: إنّ الحنیفیة هی الإسلام؛ Hanifiyah itu adalah Islam[13] Dan Imam Baqir ('a) menjelaskan ayat 120 Surah An-Nahl إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِینَ «Ibrahim (sendiri) adalah umatku, taat kepada perintah Allah, bebas dari segala bentuk penyimpangan, dan dia bukan termasuk orang-orang musyrik» dengan mengatakan: القانت المطیع والحنیف المسلم Qanit berarti patuh pada perintah Allah, dan Hanif berarti menyerahkan diri kepada-Nya.[14] Penjelasan bahwa Islam memiliki dua arti: satu adalah arti bahasa, yaitu penyerahan diri, dan yang lainnya adalah arti terminologi, yaitu syariat Al-Qur'an, yang merupakan makna yang muncul setelah penurunan Al-Qur'an dan penyebaran agama Islam. Kadang-kadang para nabi sebelum Nabi Muhammad saw disebut sebagai Muslim dan pengikut Islam[15], maksudnya adalah Islam dalam arti bahasa.

Sifat untuk Agama Ilahi

Hanif adalah sifat untuk agama ilahi yang ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Tinggi untuk membimbing manusia, di mana semua nabi diperintahkan untuk menyebarkan agama tersebut, dan nama itu adalah Islam, yang berarti penyerahan diri kepada Tuhan; seperti yang dikatakan Al-Qur'an: (إِنّ الدِّینَ عِنْدَ اللّهِ الإِسْلام...) ; agama di sisi Allah adalah Islam dan penyerahan diri kepada Yang Benar[16] Karena agama ini sesuai dengan fitrah, lurus, jauh dari kelebihan dan kekurangan, serta memiliki hukum praktis tertentu, maka agama ini digambarkan dengan sifat Hanif. Oleh karena itu, "milla Ibrahim" yaitu agama beliau dengan sifat Hanifiyah, telah dijelaskan[17] dan Al-Qur'an menjelaskan tentang agama dengan mengatakan: (وَأَنْ أَقِمْ وَجْهک لِلدِّینِ حَنِیفاً وَلا تَکونَنَّ مِنَ الْمُشْرِکین); [Dan Aku diperintahkan] untuk menegakkan agama Hanif dan jangan menjadi salah satu dari orang-orang musyrik.[18] Dalam kitab-kitab hadis juga disebutkan dari Pesan Besar saw bahwa beliau juga mendeskripsikan agama dengan sifat Hanif dan berkata: إنّ اللّه أمرنی أن أدعوا إلی دینه الحنیفیه; Allah memerintahkan aku untuk mengundang ke agama Hanif-Nya.[19]

Hanif dalam Al-Qur'an

Kata "Hanif" muncul sepuluh kali dalam Al-Qur'an, dan bentuk jamaknya, yaitu kata "Hunafa", juga muncul dua kali[20]. Dari sepuluh contoh yang disebutkan, dua kali digunakan untuk mendeskripsikan kata "agama"[21], dan lima kali merujuk pada kondisi atau sifat agama dan milah Ibrahim[22]. Dalam ayat-ayat ini, pengikutan terhadap agama Nabi Ibrahim—agama yang condong kepada kebenaran dan menjauhi semua agama yang bathil—diperintahkan. Kata "Hanif" juga muncul dua kali untuk mendeskripsikan diri Nabi Ibrahim sendiri. Salah satunya dalam deskripsi keyakinannya: (ما کانَ إِبراهیم یهُودیاً وَلا نَصْرانیاً ولکنْ کانَ حَنیفاً مُسْلِماً وَما کانَ مِنَ الْمُشْرِکین); Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan juga bukan Nasrani, tetapi dia adalah seorang Hanif yang berserah kepada Allah (Muslim), dan dia tidak termasuk orang-orang musyrik.[23] Dan dalam bentuk lain, arti yang sama diulang dalam ayat 120 Surah An-Nahl, yang berbunyi: (إِنَّ إِبْراهیمَ کانَ أُمَّةً قانِتاً لِلّهِ حَنِیفاً وَلَمْ یک مِنَ الْمُشْرِکین); Sesungguhnya Ibrahim adalah umat yang taat kepada Allah, seorang Hanif, dan dia bukan termasuk orang-orang musyrik.[24] Dari penggunaan kata "Hanif" dalam Al-Qur'an, dapat disimpulkan bahwa maksudnya adalah tawhid fitrah dan metode serta pandangan para nabi ilahi, khususnya Nabi Ibrahim, dan dalam beberapa hal, dianggap sebagai lawan langsung dari syirik dan orang-orang musyrik. Dari ayat 79 Surah Al-An'am dan 30 Surah Ar-Rum serta ayat-ayat lainnya, jelas bahwa ada hubungan antara Hanif dan fitrah, yaitu sikap suci dan bebas dari noda serta dorongan bawaan secara alami kepada Pencipta alam semesta. Selain itu, Ibrahim sering dianggap sebagai seorang Hanif. Dari ayat 135 Surah Al-Baqarah dan 67 Surah Ali Imran, dua poin dapat dipahami: a) Hanif bukanlah Yudaisme maupun Kristen; b) Hanif setara dengan menjadi Muslim (yaitu menyerahkan diri kepada Allah).[25]

Dalam Hadis

Dalam hadis, kata "Hanif" dan "Hanifiyah" sering digunakan dan dianggap berasal dari fitrah. Imam Baqir as berkata: الحنیفیة من الفطرة التی فطر اللّه الناس علیها لا تبدیل لخلق اللّه...; Hanifiyah berasal dari fitrah yang Allah ciptakan manusia di atasnya, dan tidak ada perubahan pada ciptaan Allah.[26] Penggunaan utama istilah Hanif dalam hadis adalah aplikasinya pada serangkaian kebiasaan kesehatan yang diturunkan Allah kepada Nabi Ibrahim dan kemudian beberapa di antaranya masih dilakukan oleh Arab Jahiliyah di era Jahiliyah[27], hingga akhirnya dihidupkan kembali oleh Nabi Agung saw.[28]

Topik Terkait

Catatan Kaki

  1. Ibnu Manzur, Lisan al-Arab, 1414 HQ, Jilid 9, hal. 56; Tharihi, Majma' al-Bahrayn, 1408 HQ, Jilid 5, hal. 40.
  2. Ibnu Manzur, Lisan al-Arab, 1414 HQ, Jilid 9, hal. 57; Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur'an al-Azhim, 1408 HQ, Jilid 2, hal. 402; Ibnu Asyur, Al-Tahrir wa al-Tanwir, Jilid 1, hal. 716.
  3. Ibnu Manzur, Lisan al-Arab, 1414 HQ, Jilid 9, hal. 57; Abul Futuh Razi, Raudh al-Jinan, Masyhad, Jilid 2, hal. 184.
  4. Mawardi, Al-Nukat wa al-'Uyun, Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, Jilid 1, hal. 194; Thusi, Al-Tibyan, Dar Ihya' al-Turath al-'Arabi, Jilid 1, hal. 479; Thabari, Jami' al-Bayan, Dar Ibnu Hazm, Jilid 1, hal. 740-741.
  5. Abul Futuh Razi, Raudh al-Jinan, Masyhad, Jilid 2, hal. 184.
  6. Fakhr Razi, Tafsir Kabir, Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, Jilid 3, hal. 81; Mawardi, Al-Nukat wa al-'Uyun, Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, Jilid 1, hal. 194.
  7. Nawawi, Syarh Muslim, 1407 HQ, Jilid 6, hal. 57; Tharihi, Majma' al-Bahrayn, 1408 HQ, Jilid 5, hal. 40.
  8. Surah Ali Imran, ayat 67; juga lihat: Surah Al-Baqarah, ayat 37; Surah Ali Imran, ayat 95; Surah An-Nisa', ayat 124; Surah Al-An'am, ayat 79 dan 162; Surah Yunus, ayat 105.
  9. Salim, Sejarah Arab sebelum Islam, 1380 HS, hal. 396.
  10. Thusi, Al-Tibyan, Dar Ihya' al-Turath al-'Arabi, Jilid 1, hal. 479-480; Ibnu Abd al-Barr, Al-Istidzkar, 2000 M, Jilid 3, hal. 104.
  11. Thusi, Al-Tibyan, Dar Ihya' al-Turath al-'Arabi, Jilid 1, hal. 479-480; Rasyid Ridha, Al-Manar, Jilid 1, hal. 480-481.
  12. Masyhadi, Kanz al-Daqa'iq, Muassasah al-Nasyr al-Islami, Jilid 1, hal. 350.
  13. Bahrani, Al-Burhan, Muassasah Al-B'ethah, Jilid 1, hal. 560; Masyhadi, Kenz Ad-Daqaiq, Muassasat An-Nashr Al-Islami, Jilid 1, hal. 350.
  14. Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 HQ, Jilid 66, hal. 357.
  15. Surah Yusuf, Ayat 101; Surah Ali Imran, Ayat 67.
  16. Surah Ali Imran, Ayat 19 dan 85.
  17. Lihat: Thabarsi, Majma' Al-Bayan, Penerbit Farahani, Jilid 2, hal. 71; Kashani, Minhaj As-Sadiqin, 1344 HS, Jilid 1, hal. 326.
  18. Surah Yunus, Ayat 105; Surah Ar-Rum, Ayat 30.
  19. Ibnu Shahr Ashub, Manaqib, 1379 SH, Jilid 1, hal. 58.
  20. Surah Al-Hajj, Ayat 31; Surah Al-Bayyinah, Ayat 5.
  21. Surah Yunus, Ayat 105; Surah Ar-Rum, Ayat 30.
  22. Surah Al-Baqarah, Ayat 135; Surah Ali Imran, Ayat 95; Surah An-Nisa, Ayat 125; Surah Al-An'am, Ayat 161; Surah An-Nahl, Ayat 123.
  23. Surah Ali Imran, Ayat 67.
  24. Surah An-Nahl, Ayat 120.
  25. Al-Qur'an, terjemahan, penjelasan, dan kamus: Bahauddin Khorramshahi, hal. 21.
  26. Kulini, Al-Kafi, 1365 HS, Jilid 2, hal. 12; Majlisi, Bihar Al-Anwar, 1403 HQ, Jilid 3, hal. 281.
  27. Hurr Ameli, Wasail Al-Syi'ah, 1409 HQ, Jilid 13, hal. 237; Saduq, Man La Yahduruhu Al-Faqih, 1413 HQ, Jilid 1, hal. 53.
  28. Majlisi, Bihar Al-Anwar, 1403 HQ, Jilid 12, hal. 56.

Daftar Pustaka

  • Qur'an Karim, Tarjumeh, Tuzihat va Vajehnameh: Baha'uddin Khurramshahi, Tehran, Jami, Nilufar, 1376 HS.
  • Abu al-Futuh Razi, Rawd al-Jinan wa Ruh al-Jinan fi Tafsir al-Qur'an, Masyhad, Bonyad-e Pazhuhesyha-ye Islami-ye Astan-e Qods-e Razavi, 1366-1374 HS.
  • Bahrani, Sayid Hasyim, Al-Burhan fi Tafsir al-Qur'an, Tahqiq Qism al-Dirasat al-Islamiyyah, Qom, Mu'assasat al-Ba'thah, bi-ta.
  • Fakhr Razi, Muhammad Ibnu Umar, Al-Tafsir al-Kabir, Tehran, Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, bi-ta.
  • Hurr 'Amili, Syaikh Muhammad, Wasa'il al-Syi'ah, Qom, Mu'assasat-e Al al-Bayt, 1409 HQ.
  • Ibnu Abd al-Barr, Yusuf Ibnu Abdullah, Al-Istidzkar, Tahqiq Salim Muhammad Ata, Beirut, Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 2000m.
  • Ibnu Asyur, Muhammad Tahir, Al-Tahrir wa al-Tanwir, Beirut, Mu'assasat-e Tarikh, bi-ta.
  • Ibnu Kathir Dimasyqi, Ismail Ibnu Umar, Tafsir al-Qur'an al-'Azim, bi-ja, Maktab al-Nashr al-Thaqafa al-Islamiyyah, 1408 HQ.
  • Ibnu Manzur, Muhammad Ibnu Makram, Lisan al-'Arab, Beirut, Dar Sader, Cet.3, 1414 HQ.
  • Ibnu Syahr Asyub, Al-Manaqib, Qom, Mu'assasat-e Entesyarat-e Allameh, 1379sh.
  • Kasyani, Mulla Fath Allah, Manhaj al-Sadiqin fi Ilzam al-Mukhalifin, Tehran, Ketabfurusyi-ye Islamiyyah, 1344 HS.
  • Kulaini, Muhammad Ibnu Ya'qub, Al-Kafi, Tehran, Dar al-Kutub al-Islamiyyah, 1365 HS.
  • Majlisi, Muhammad Baqir, Bihar al-Anwar, Beirut, Mu'assasat al-Wafa', 1404 HQ.
  • Masyhadi, Mirza Muhammad, Kanz al-Daqa'iq, Qom, Mu'assasat al-Nashr al-Islami, bi-ta.
  • Mawardi, Ali Ibnu Muhammad Ibnu Habib, Al-Nukat wa al-'Uyun, Beirut, Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, bi-ta.
  • Nawawi, Yahya Ibnu Syaraf, Syarh Muslim, Beirut, Dar al-Kutub al-'Arabi, 1407 HQ.
  • Rasyid Rida, Muhammad, Al-Manar, Beirut, Dar al-Fikr lil-Tiba'ah wa al-Nashr wa al-Tauzi', bi-ta.
  • Salim, Abd al-'Aziz, Tarikh-e 'Arab-e Qabl az Eslam, Mutarjem Baqir Sadri-niya, Tehran, Syerkat-e Entesyarat-e 'Ilmi va Farhangi, Cet.1, 1380 HS.
  • Shaduq, Muhammad Ibnu Ali, Man la Yahduruhu al-Faqih, Qom, Entesyarat-e Jame'eh-ye Modarrasin, 1413 HQ.
  • Tarihi, Fakhr al-Din Ibnu Muhammad, Majma' al-Bahrayn, bi-ja, Maktab al-Nashr al-Thaqafa al-Islamiyyah, 1408 HQ.
  • Thabari, Muhammad Ibnu Jarir, Jami' al-Bayan, Beirut, Dar Ibnu Hazm va Dar al-I'lam, bi-ta.
  • Thabarsi, Fazl Ibnu Hasan, Majma' al-Bayan, Tehran, Entesyarat-e Farahani, 1350-1360 HS.
  • Thusi, Muhammad Ibnu Hasan, Al-Tibyan fi Tafsir al-Qur'an, Beirut, Dar Ihya' al-Turath al-'Arabi, bi-ta.