Lompat ke isi

Nabi Uzair as

Dari wikishia

Uzair adalah salah satu nabi dari kaum bani Israil. Atas perintah Allah, ia meninggal dunia di usia muda dan hidup kembali setelah 100 tahun. Namanya disebutkan sekali dalam Al-Qur'an pada ayat 30 Surah At-Taubah. Menurut para mufasir, ayat 259 Surah Al-Baqarah juga merujuk padanya. Pada masanya, Nebudkanezar seorang raja Babilonia, menghancurkan Baitul Maqdis dan membawa bani Israil ke Babilon sebagai tawanan. Dalam Yudaisme, Uzair dikenal sebagai sosok yang menghidupkan kembali Taurat.

Pengenalan

Uzair adalah keturunan nabi Harun as, saudara nabi Musa as.[1] Ia dilahirkan dari ayah dan ibu yang tinggal di Baitul Maqdis.[2] Dalam beberapa sumber, ia juga disebut sebagai Irmiya.[3] Ia dikenal sebagai salah satu nabi dari kaum bani Israil.[4] Dalam Al-Qur'an, nama Uzair disebutkan sekali.[5] Beberapa mufassir juga menafsirkan ayat 259 Surah Al-Baqarah sebagai kisah tentang Uzair.[6] Uzair hidup pada masa kekuasaan Kekaisaran Persia. Dalam bahasa Ibrani dan teks Yahudi, ia disebut sebagai Ezra.[7] Menurut Allamah Thabathaba'i, status kenabian Uzair tidaklah jelas.[8]

Kematian Selama Seratus Tahun dan Kebangkitan Uzair

Templat:Utama

Berdasarkan Al-Qur'an dan beberapa sumber sejarah, Uzair meninggal di usia muda atas perintah Allah, dan setelah seratus tahun, ia hidup kembali.[9] Kehidupannya setelah kebangkitan berlangsung selama tiga puluh tahun.[10] Namun, menurut sebuah riwayat dari Ali as, ia berusia lima puluh tahun saat itu.[11] Peristiwa ini terjadi ketika Uzair melewati sebuah desa yang penduduknya telah meninggal. Melihat tulang-tulang manusia yang telah mati, Uzair bertanya-tanya tentang bagaimana orang mati akan dibangkitkan. Atas perintah Allah, ia dan kendaraannya meninggal, lalu hidup kembali setelah seratus tahun. Setelah kebangkitan, Uzair ditanya tentang berapa lama ia telah meninggal. Uzair mengira ia hanya tidur sehari atau kurang. Namun, ia diberitahu bahwa seratus tahun telah berlalu, tetapi makanan yang dibawanya masih utuh. Kemudian, Allah memerintahkannya untuk melihat tulang-tulang kendaraannya yang juga telah mati bersamanya, agar ia memahami kebangkitan orang mati dan hari kebangkitan.[12] Setelah peristiwa ini, Uzair mengakui kekuasaan Allah. Kisah ini disebutkan dalam ayat 259 Surah Al-Baqarah.[13] Al-Maraghi, seorang mufasir dari kalangan Ahlus Sunnah, berpendapat bahwa Uzair tidak benar-benar meninggal, melainkan berada dalam keadaan seperti pingsan selama seratus tahun.[14]

Kehidupan Uzair Setelah Kebangkitan

Setelah bangkit, Uzair pergi ke kota asalnya. Karena banyak perubahan yang terjadi, ia mencari rumahnya sendiri. Setelah tiba di rumahnya, untuk memastikan, ia bertanya kepada seorang wanita tua yang buta tentang rumah Uzair. Wanita tua itu, yang sudah lama tidak ada yang menanyakan tentang Uzair, menangis saat mendengar namanya dan berkata bahwa ini adalah pertama kalinya seseorang menanyakan rumah Uzair. Ia menunjukkan tempat yang Uzair duga sebagai rumahnya.[15]

Uzair dan Pembuktian Identitasnya kepada Bani Israil

Setelah seratus tahun, tidak ada yang mengenali Uzair. Untuk membuktikan identitasnya kepada bani Israil, ia memenuhi permintaan mereka. Misalnya, ketika seorang wanita buta meminta kesembuhan, Uzair berdoa untuknya, dan penglihatannya pun pulih.[16] Selain itu, untuk meyakinkan anak-anaknya yang sudah tua, Uzair menunjukkan tanda yang ada di bahunya.[17] Bani Israil yang masih ragu memintanya untuk membaca Taurat yang telah dilupakan setelah dibakar oleh Nebudkanezar.[18] Uzair pun membacakan Taurat dari hafalannya.[19] Zamakhsyari dalam kitabnya al-Kasyaf menyatakan bahwa sebelum Uzair, tidak ada yang membaca Taurat, sehingga ia menjadi tanda bagi manusia (وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِلنَّاسِ: Kami menjadikanmu sebagai tanda bagi manusia).[20] Uzair juga menunjukkan lokasi penguburan Taurat yang disembunyikan oleh ayahnya, Saruha, pada masa Nebudkanezar.[21] Setelah mengeluarkan Taurat, mereka membandingkannya dengan apa yang dibacakan Uzair dan tidak menemukan perbedaan.[22] Hal ini menyebabkan sebagian Bani Israil menganggap Uzair sebagai anak Allah sebagai bentuk penghormatan.[23]

Mengembalikan Yahudi Setelah Masa Pembuangan Babilonia

Menurut beberapa tafsir, Uzair adalah orang yang mengembalikan bani Israil ke Palestina setelah serangan Nebudkanezar ke Baitul Maqdis, penawanan, dan pengasingan Yahudi ke Babilon selama sekitar seratus tahun. Nebudkanezar, yang dalam teks sejarah digambarkan sebagai raja yang kejam di Babilonia, menyerang Baitul Maqdis. Selain menghancurkan kuil-kuil Yahudi di kota itu, ia membakar Taurat dan membunuh banyak orang bani Israil, sementara yang tersisa dibawa sebagai tawanan ke Babilon. Periode ini dikenal sebagai pembuangan Babilonia. Uzair, setelah Koresh menaklukkan Babilonia, meminta izin untuk mengembalikan Yahudi ke Baitul Maqdis.[24] Beberapa sumber hanya menyebutkan kepemimpinan Uzair dalam mengembalikan Bani Israil ke Baitul Maqdis.[25]

Menghidupkan Kembali Taurat

Uzair dikenal sebagai sosok yang menghidupkan kembali Taurat yang telah dilupakan.[26] Taurat dibakar dan dilupakan setelah Baitul Maqdis dihancurkan oleh Nebudkanezar. Uzair, yang menghafal Taurat, menghidupkannya kembali. Ia membacakan Taurat untuk orang-orang, dan sekelompok orang menuliskannya kembali.[27]

Debat Imam Baqir as dengan Ilmuwan Kristen tentang Uzair

Dalam sebuah debat antara seorang ilmuwan Kristen dengan Imam Baqir as, orang Nasrani tersebut mengajukan pertanyaan yang ia kira Imam tidak akan mampu menjawabnya.[28] Ia bertanya kepada Imam Baqir as tentang dua orang yang lahir bersamaan dan meninggal pada waktu yang sama, tetapi satu berusia 50 tahun dan yang lain 150 tahun.[29] Imam menjawab: Mereka adalah "Uzair" dan "Azrah", yang lahir bersamaan dan hidup selama tiga puluh tahun.[30] Setelah itu, Allah mencabut nyawa "Uzair" dan ia berada di antara orang mati selama seratus tahun, sementara "Azrah" tetap hidup di dunia.[31] Setelah seratus tahun, Allah menghidupkan kembali "Uzair" dan mengembalikannya ke dunia, di mana ia hidup bersama "Azrah" selama dua puluh tahun.[32] Kemudian, keduanya meninggal pada saat yang sama.[33] Dengan demikian, "Uzair" berusia lima puluh tahun, sedangkan "Azrah" berusia seratus lima puluh tahun.[34] Ilmuwan Kristen itu terkejut mendengar jawaban Imam dan kagum akan ilmunya.[35]

Berbagai Tempat yang Dikaitkan dengan Uzair

Pada masa kini, terdapat dua tempat yang dikaitkan dengan Uzair. Di kota Al-'Izariyah di Tepi Barat Sungai Yordan, Palestina, terdapat makam yang diyakini sebagai makamnya, dan di sebelahnya terdapat sebuah masjid yang dinamakan Masjid Uzair.[36] Selain itu, di kota Amarah, Provinsi Maysan, di selatan Irak, terdapat sebuah makam yang dikaitkan dengan Uzair.[37]

Catatan Kaki

  1. Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa An-Nihayah, 1407 H, jilid 2, hlm. 43.
  2. At-Thabari, Muhammad bin Jarir, 1356 H, jilid 1, hlm. 164; Zhuhur Barzegar, "Kisah Qurani; Uzair Sang Nabi", hlm. 26-27.
  3. Da'irat al-Ma'arif al-Qur'an al-Karim, 1382 H, jilid 2, hlm. 534.
  4. Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa An-Nihayah, 1407 H, jilid 2, hlm. 46; Ibnu Khumair, Tanzih al-Anbiya' , 1420 H, hlm. 116.
  5. Surah At-Taubah, ayat 30.
  6. Al-Zuhaili, al-Tafsir al-WasiT, 1422 H, jilid 1, hlm. 151.
  7. Perjanjian Lama, Kitab Ezra, bab 3, ayat 7.
  8. Thabathaba'i, al-Mizan, 1417 H, jilid 2, hlm. 141.
  9. Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa al-Nihayah, 1407 H, jilid 2, hlm. 44.
  10. Al-Qummi, Tafsir al-Qummi, 1404 H, jilid 1, hlm. 99.
  11. Al-Fattal An-Naisaburi, Rawdat al-Wa'iẓin, 1375 H, jilid 1, hlm. 14.
  12. Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, 1407 H, jilid 2, hlm. 44.
  13. Surah Al-Baqarah, ayat 252.
  14. Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jilid 3, hlm. 23.
  15. Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa al-Nihayah, 1407 H, jilid 2, hlm. 45.
  16. Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, 1407 H, jilid 2, hlm. 45.
  17. Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa al-Nihayah, 1407 H, jilid 2, hlm. 45.
  18. Al-Suyuthi, al-Durr al-Mantsur, 1404 H, jilid 1, hlm. 332.
  19. Al-Suyuthi, al-Durr al-Mantsur, 1404 H, jilid 1, hlm. 332.
  20. Zamakhsyari, Al-Kasyshaf, jilid 1, hlm. 307.
  21. Al-Suyuthi, Al-Durr al-Mantsur, 1404 H, jilid 1, hlm. 332.
  22. Al-Maqdisi, Penciptaan dan Sejarah, 1374 H, jilid 1, hlm. 480-481.
  23. Al-Hasyimi Al-Bashri, al-Thabaqat al-Kubra, 1410 H, jilid 1, hlm. 216; al-Maqdisi, Penciptaan dan Sejarah, 1374 H, jilid 2, hlm. 579.
  24. Makarem Shirazi, Tafsir Nemuneh, 1371 H, jilid 7, hlm. 362.
  25. Al-Syabistari, A'lam al-Qur'an, 1379 H, hlm. 663.
  26. Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa al-Nihayah, 1407 H, jilid 2, hlm. 45; Ibnu al-Jauzi, Al-Muntaẓam, 1412 H, jilid 1, hlm. 412.
  27. Ibnu Katsir al-Dimasyqi, Al-Bidayah wa al-Nihayah, 1407 H, jilid 2, hlm. 45-46; Bal'ami, Tarikh-nama-ye Tabari, 1378 H, jilid 1, hlm. 468.
  28. Al-Kulaini, Al-Kafi, 1407 H, jilid 8, hlm. 123.
  29. Al-Kulaini, Al-Kafi, 1407 H, jilid 8, hlm. 123.
  30. Al-Qummi, Tafsir al-Qummi, 1404 H, jilid 1, hlm. 99.
  31. Al-Qummi, Tafsir al-Qummi, 1404 H, jilid 1, hlm. 99.
  32. Al-Qummi, Tafsir al-Qummi, 1404 H, jilid 1, hlm. 99.
  33. Al-Qummi, Tafsir al-Qummi, 1404 H, jilid 1, hlm. 99.
  34. Al-Qummi, Tafsir al-Qummi, 1404 H, jilid 1, hlm. 99.
  35. Al-Kulaini, Al-Kafi, 1407 H, jilid 8, hlm. 123.
  36. «Al-'Izariyah».
  37. «Maysan, Maqam Nabi Uzair».

Daftar Pustaka

  • Al-Qur'an Al-Karim.
  • Zhuhur Barzegar, Ru'ya, "Kisah Qurani; Uzair Sang Nabi", Majalah Basyarat, no. 75, Bahman dan Esfand 1388 H.
  • Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Abul Fida' Ismail bin Umar, Al-Bidayah wa al-Nihayah, Beirut, Darul Fikr, 1407 H.
  • Ibnu al-Jauzi, Abul Faraj Abdurrahman bin Ali bin Muhammad, Al-Muntaẓam fi Tarikh al-Umam wa al-Mulūk, tahqiq oleh Muhammad Abdul Qadir Ata / Mustafa Abdul Qadir Ata, Beirut, Darul Kutub al-Ilmiyah, cetakan pertama, 1412 H.
  • Ibnu Khumair, Ali bin Ahmad, Tanzih al-Anbiya' 'amma Nusiba Ilaihim Huthalatu al-Aghbiya', tahqiq oleh Muhammad Ridhwan Dayah, Darul Fikr, Damaskus, cetakan kedua, 1420 H.
  • Penciptaan dan Sejarah, Muthahhar bin Thahir Al-Maqdisi, terjemahan oleh Muhammad Ridha Syafi'i Kadkani, Teheran, Agah, cetakan pertama, 1374 H.
  • Bal'ami, Tarikh-nama-ye Tabari, tahqiq oleh Muhammad Rausyan, Teheran, Surush, cetakan kedua, 1378 H.
  • Da'irat al-Ma'arif al-Qur'an al-Karim, Qum, Bustan Kitab, cetakan ketiga, 1382 H.
  • Al-Zuhaili, Wahbah, At-Tafsir al-WasiT, Damaskus, Darul Fikr, cetakan kedua, 1422 H.
  • Al-Syabistari, Abdul Husain, A'lam al-Qur'an, Penerbitan Kantor Tabligh Islami Hauzah Ilmiyah Qum, Qum, cetakan pertama, 1379 H.
  • Thabathaba'i, Muhammad Husain, Al-Mizan fi Tafsir al-Qur'an, cetakan kelima, Qum: Penerbitan Jami'ah Mudarrisin, 1417 H.
  • Al-Thabari, Muhammad bin Jarir, Terjemahan Tafsir At-Thabari, penerjemah, Habib Yaghma'i, Teheran, Tus, 1356 H.
  • Perjanjian Lama, Kitab Ezra.
  • Al-Fattal An-Naisaburi, Muhammad bin Ahmad, Rawdat al-Wa'iẓin wa Baṣirat al-Muta'ẓin, Qum, Penerbitan Radi, 1375 H.
  • Al-Qummi, Ali bin Ibrahim, Tafsir al-Qummi, Qum, Darul Kitab, 1404 H.
  • Al-Kulaini, Muhammad bin Ya'qub, Al-Kafi, Teheran, Darul Kutub al-Islamiyah, 1407 H.
  • Al-Maraghi, Ahmad Mustafa, Tafsir al-Maraghi, Beirut, Dar Ihya' at-Turats al-'Arabi, tanpa tahun.
  • Makarem Shirazi, Naser, Tafsir Nemuneh, Darul Kutub al-Islamiyah, Teheran, cetakan kesepuluh, 1371 H.
  • Al-Hasyimi Al-Bashri, Muhammad bin Sa'ad bin Mani' Al-Hasyimi Al-Bashri, Al-Tabaqat al-Kubra, tahqiq oleh Muhammad Abdul Qadir Ata, Beirut, Darul Kutub al-Ilmiyah, cetakan pertama, 1410 H.
  • «Al-'Izariyah», Situs Web Al-Judhur asy-Sya'biyah al-Muqaddasah, tanggal kunjungan: 07-03-1397 H.
  • «Maysan, Maqam Nabi Uzair», Perhimpunan Mahasiswa Irak Cabang Iran, tanggal publikasi: 10-05-1395 H, tanggal kunjungan: 27-03-1397 H.