Sulaiman bin Shurad al-Khuzai

Prioritas: b, Kualitas: b
Dari wikishia
(Dialihkan dari Sulaiman bin Shurad)
Sulaiman bin Shurad al-Khuzai
Nama LengkapSulaiman bin Shurad bin Jaun al-Khuzai
Sahabat dariNabi Muhammad sawImam Ali asImam Hasan asImam Husain as
JulukanAbu Mutharraf
Garis keturunansuku Khuza'ah
LahirMekah
Tempat TinggalMekah • Kufah
Wafat/Syahadah65 H/684 M
Penyebab
Wafat / Syahadah
Gugur sebagai syahid dalam Kebangkitan Tawwabin
AktivitasPemimpin Gerakan Kebangkitan Tawwabin


Sulaiman bin Shurad bin Jaun al-Khuzai (Bahasa Arab:سليمان بن صُرَد بن جون الخُزاعي) (mati syahid 65 H) salah seorang pemimpin Arab, orang Syiah Kufah dan sahabat dari Nabi Muhammad saw, Imam Ali as, Imam Hasan as dan Imam Husain as. Dalam sebagian peperangan, dia berada di barisan Imam Ali as; pada periode Imam Hasan as ia juga termasuk dari pembesar Syiah Kufah, namun ia menentang perdamaian Imam Hasan dan Muawiyah. Dia orang pertama yang melakukan korespondensi kepada Imam Husain as untuk datang ke Kufah. Namun demikian, dia sendiri tidak hadir pada pertempuran yang terjadi di Karbala. Para sejarawan menyebutkan berbagai alasan untuk ketidakhadiran Sulaiman pada peristiwa Karbala. Setelah kesyahidan Husain bin Ali as, Sulaiman menjadi komandan pergerakan Tawwabin pada tahun 65 H. Pergerakan ini terbentuk untuk membalaskan darah Imam Husein as yang tertumpah. Sulaiman syahid dalam pergerakan ini.

Kelahiran, Nasab, Nama dan Julukan

Sulaiman bin Shurad lahir di Mekah. Meskipun dalam referensi-referensi sejarah, tanggal lahirnya tidak disebutkan, namun karena saat ia mati syahid pada tahun 65 H dilaporkan berusia 93 tahun, [1] maka dapat dikatakan bahwa ia lahir lima tahun sebelum bi'tsah. Nama ayahnya "Jaun", dan dalam kaitannya dengan suku Khuza'ah tidak ada perselisihan. [2] Pada masa jahiliyah ia bernama "Yasar", kemudian Nabi saw menggantiny menjadi Sulaiman setelah ia memeluk Islam. Dia dijuluki "Abu Mutharraf". [3]

Sifat dan Keistimewaan

Syiah dan Sunni memujinya. Dia adalah seorang pria tua yang baik, hamba yang taat, memiliki keutamaan dan kedudukan serta maqam yang istimewa di tengah-tengah kaumnya dan suku Khuza'ah sangat mematuhinya. [4]

Bersama Nabi saw

Fadhl bin Syadzan meyakininya sebagai Tabi'in dan referensi-referensi Sunni menganggapnya sebagai sahabat Nabi saw. Syaikh Thusi juga menghitungnya sebagai sahabat Nabi [5] Ayatullah Khui berkata: Ada kemungkinan Syaikh Thusi mengambil perkataan ini dari Ahlusunah. [6]

Bersama Ali as

Sulaiman bin Shurad termasuk di antara orang-orang pertama yang tinggal di Kufah dan menetap di tempat bernama Khuza'ah. [7] Sulaiman bersama para pembesar Syiah lainnya bersama-sama melakukan baiat pada kekhilafahan Imam Ali as. [8] Sesuai dengan surat Imam Ali as kepadanya, ia menjadi wakil Imam Ali as di daerah Jabal. [9] Ia hadir dalam beberapa peperangan Imam Ali as. Dalam perang Shiffin ia berada di barisan Imam Ali as dan memando pasukan sayap kanan. [10] Dalam perang ini, ia berhasil memukul mati "Hausyab" kepala pasukan orang-orang Yaman yang berada di barisan tentara Muawiyah dengan pedangnya. [11]

Sebagian sejarawan mengatakan bahwa Sulaiman tidak ikut serta dalam perang Jamal dan Ali as mengutuknya. [12] Meskipun hal ini dalam buku-buku sejarah merupakan hal yang diragukan, [13] akan tetapi Sayid Khui berpendapat bahwa terdapat kemungkinan bahwa ketidakhadirannya dalam perang tersebut dikarenakan perintah Amirul Mukminin sendiri atau mempunyai halangan yang dapat ditolerir.[14]

Protes atas Perdamaian Imam Hasan as

Keterangan para sejarawan menjelaskan tentang kisah pertemuan Sulaiman dengan Imam Hasan as setelah peristiwa damai dengan Muawiyah bahwa ia memprotes Imam Hasan as dengan mengingkari perdamaian tersebut. Imam Hasan as dalam menjawab tindakannya itu berkata kepadanya: Kalian adalah Syiah dan orang-orang yang mencintai kami… Allah menjadi saksi bahwa apa yang aku lakukan ini adalah untuk menjaga darah-darah kalian. Maka relalah atas ketentuan Allah. [15] Dia dalam pertemuannya dengan Imam Husain as juga menyinggung permasalahan ini dan Imam as menekankan untuk senantiasa komitmen dengan perdamaian tersebut, sampai Muawiyah mati. [16]

Periode Imam Husain as

Surat kepada Husain bin Ali as

Setelah kematian Muawiyah dan tidak berbaiatnya Husain bin Ali as dengan Yazid, kaum Syiah berkumpul di rumah Sulaiman bin Shurad dan untuk membaiat Imam Husain as, mereka menulis dua pucuk surat kepadanya. [17] Sulaiman dalam pertemuan itu berkata: Muawiyah telah mati dan Husain pergi beranjak menuju Mekah; Kalian adalah para Syiahnya dan pengikut ayahnya; oleh karena itu, bantulah ia dan berperanglah melawan musuh-musuhnya. [18]

Ketidakhadiran Sulaiman pada Peristiwa Asyura

Sulaiman tidak hadir dalam peristiwa Asyura. Mengenai alasan ketidakhadirannya di Karbala dalam sumber-sumber sejarah tidak diterangkan secara eksplisit dan yang ada hanya beberapa dugaan yang bermacam-macam dari para penulis dan peneliti. Sebagian mengatakan bahwa Sulaiman bersama dengan beberapa pemimpin Syiah lainnya dipenjarakan atas perintah Ubaidillah bin Ziyad, tetapi tidak ada sumber-sumber sejarah yang menjelaskan akan hal ini. [19]

Sebagian dari para peneliti lainnya meyakini bahwa dengan mengingat pengontrolan dan pengawasan ketat terhadap penduduk Kufah dan juga jalan keluar dari Kufah yang telah diterapkan oleh Ibnu Ziyad maka tidak memungkinkan bagi Sulaiman bin Shurad dan kaum Syiah Kufah lainnya untuk hadir di Karbala [20] Namun dengan demikian, sebagian lainnya dengan menyaksikan jumlah yang sedikit dari kaum Syiah yang hadir di Karbala dan menggabungkan diri bersama Imamnya, alasan tersebut tidak memuaskan hati. [21]

Kelompok lain dari para peneliti meyakini bahwa kelemahan penduduk Kufah, termasuk Sulaiman bin Shurad adalah penyebab utama ketidakbergabungannya mereka dengan Imam Husain di Karbala. Pengakuan Sulaiman dan seluruh penduduk Kufah lainnya atas dosa mereka karena tidak membantu Imam dan meluncurkan kebangkitan Tawwabin termasuk salah satu alasan untuk memperkuat pandangan ini. [22] Oleh karena itu, sebagian dari para penulis meyakini bahwa Sulaiman bin Shurad dan penduduk Kufah lainnya adalah kaum Syiah yang tidak punya pendirian dan berperilaku dua sisi. [23] begitu juga pandangan ini diperkuat dengan penyampaian latar belakang penentangan Sulaiman bin Shurad dengan Imam Ali as dan Imam Hasan as. [24] Sebagian dari beberapa sumber lama juga menyinggung semangat skeptisisme dan keraguan Sulaiman bin Shuard dalam peristiwa Asyura. [25]

Kepemimpinan Tawwabin

Setelah peristiwa Asyura, dia menerima kepemimpinan sebuah kelompok yang disebut dengan Tawwabin yang mana pada tahun 65 H bangkit melawan tentara Umar bin Sa'ad dan membalaskan dendam darah Imam Husain as. [26] Ibnu Nama al-Hilli berkata: Orang pertama yang melakukan gerakan kebangkitan di Kufah adalah Sulaiman bin Shurad Khuzai. [27]

Syahadah

Dia mati syahid dengan tombak Yazid bin Hushain dalam kebangkitan Tawwabin dan perang melawan tentara Syam di wilayah Ainul Wardah. Dikatakan bahwa ketika ajal menjemputnya ia berkata: Demi Tuhan Ka'bah aku beruntung. [28]Ia ketika syahid berusia 93 tahun [29] Imam Ali as dalam perang Shiffin berkata kepada Sulaiman: Kamu termasuk di antara orang-orang yang menunggu kesyahidan dan sama sekali tidak mengubah perjanjian dan sumpah mereka. [30]

Telah dikutip bahwa Sulaiman dalam alam mimpinya melihat Sayidah Khadijah sa, Fatimah Zahra sa, Hasan as dan Husain as. Dan Khadijah sa berkata kepadanya: Wahai Sulaiman! Allah menghargai kamu dan saudara-saudaramu dan kalian semua pada Hari kiamat akan bersama kami.[31]

Catatan Kaki

  1. Thabaqāt al-Kubrā, jld.6, hlm.26.
  2. Ibnu Abdul Bar, al-Isti'āb, jld.2, hlm.649.
  3. Ibnu Atsir, Usdul Ghābah, jld.2, hlm.351; Ibnu Sa'ad, Thabaqāt Ibnu Sa'ad, jld.4, hlm.292.
  4. Mustadrak, jld.3, hlm.530; Khatib Baghdadi, Tārikh Baghād, jld.1, hlm.215; Ibnu Abdul Bar, al-Isti'āb, jld.2, hlm.650.
  5. Thusi, Rijāl, hlm.94.
  6. Khui, Mu'jam Rijāl al-Hadits, jld.9, hlm.284.
  7. Ibnu Sa'ad, Thabaqāt Ibnu Sa'ad, jld.6, hlm.25; Ibnu Atsir, Usdul Ghābah, jld.2, hlm.351.
  8. Mufid, al-Jamal, hlm.52.
  9. Baladzuri, Ansabul Asyrāf, hlm.166.
  10. Nashr bin Muzahim, Waq'atu Shiffin, hlm.205.
  11. Nashr bin Muzahim, Waq'atu Shiffin, hlm.400-401; Ibnu 'Atsam, Kitāb al-Futuh, jld.3, hlm.121-122.
  12. Al-Mushannif, jld.8, hlm.721; Baladzuri, Ansabul Asyrāf, hlm.271-272; Nashr bin Muzahim, Waq'atu Shiffin, hlm.6.
  13. Al-Muntakhab, hlm.73.
  14. Khui, Mu'jam Rijāl al-Hadist, jld.9, hlm.283.
  15. Ibnu Qutaibah, al-Imāmah wa al-Siyāsah, jld.1, hlm.141.
  16. Ibnu Qutaibah, al-Imāmah wa al-Siyāsah, jld.1, hlm.142.
  17. Ibnu 'Atsam, Kitāb al-Futuh, jld.5, hlm.27-30.
  18. Majlisi, Bihār al-Anwār, jld.44, hlm.332.
  19. Tārikh Syiah, hlm.17; lihat: Arab Abu Zaid Abadi, Barresi Ellate Adame hudhure Sulaiman bin Shurad dar Karbala, hlm.129-131.
  20. Ja'fari, Tasyayu' dar Masir Tārikh, hlm.234-235.
  21. Ja'farian, Tārikh Siyāsi Islām, jld.2, hlm.494; lihat: Arab Abu Zaid Abadi, Barresi Ellate Adame hudhure Sulaiman bin Shurad dar Karbala, hlm.131-132.
  22. lihat: Ja'farian, Tārikh Siyāsi Islām, jld.2, hlm.580-581; Arab Abu Zaid Abadi, Barresi Ellate Adame hudhure Sulaiman bin Shurad dar Karbala, hlm.134-135.
  23. Zargari Nejad, Nahdhate Imam Husain wa Qiyame Karbala, hlm.276-277.
  24. Arab Abu Zaid Abadi, Barresi Ellate Adame hudhure Sulaiman bin Shurad dar Karbala, hlm.136-137.
  25. Ibnu Sa'ad, Thabaqāt Ibnu Sa'ad, jld.6, hlm.25.
  26. Ibnu Atsir, al-Kāmil fi al-Tārikh, jld.4, hlm.160.
  27. Ibnu Nama al-Hilli, Dzaubun Nidhar, hlm.72.
  28. Ibnu Atsir, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld.8, hlm.279.
  29. Ibnu Sa'ad, Thabaqāt Ibnu Sa'ad, jld.6, hlm.26.
  30. Nashr bin Muzahim, Waq'atu Shiffin, hlm.519.
  31. Namazi, Mustadrakāt Ilmu Rijāl, jld.4, hlm.138.

Daftar pustaka

  • Arab Abu Zaid Abadi, Abdur Ridha, Barresi Ellate Adame Hudhur Sulaiman bin Shurad dar Karbala, Tārikh dar Ayeneh pajohesy, no 20, musim dingin, 2008.
  • Balādzuri, Ahmad bin Yahya, Ansabul Asyrāf, Muassasah al-'Alami, 1394 H.
  • Ibnu 'Atsam, Ahmad, Kitāb al-Futuh, Dar al-Adhwa', 1411H.
  • Ibnu Abdul Bar, Ahmad bin Abdullah, al-Isti'āb fi Ma'rifati al-Ashab, Beirut, Dar al-Jil, 1412 H.
  • Ibnu Atsir, Ali bin Abi al-Karam, Usdul Ghābah fi Ma'rifatis Shahabah, Beirut, Dar al-Kitab al-Arabi, tanpa tanggal.
  • Ibnu Sa'ad, Muhammad, al-Thabaqāt al-Kubra, Beirut, Dar Shadir, tanpa tanggal.
  • Ja'fari, Sayid Husain Muhammad, Tasyayyu' dar Masir Tārikh, terjemah Sayid Muhammad Taqi Ayatullahi, Tehran, kkantor penerbitan Farhang Islami, 2008.
  • Ja'farian, Rasul, Tārikh Siyāsi Islām, (jilid kedua Tārikh Khulafa), Qum, Dalile ma, 2004.
  • Khui, Abul Qasim, Mu'jam Rijāl al-Hadist, 1413H.
  • Majlisi, Muhammad Baqir, Bihār al-Anwār, Beirut, Muassasah al-Wafa', 1403 H.
  • Mufid, Muhammad bin Nu'man, al-Jamal, Maktabatut Dawiri, tanpa tanggal.
  • Namazi Syahrusi, Ali, Mustadrakāt Ilmi Rijālul Hadits, Tehran, 1412 H.
  • Thusi, Muhammad bin Hasan, Rijāl Thusi, Qum, Jamiah Mudarrisin, 1415H.
  • Zargari Nejad, Ghulam Husain, Nahdhate Imam Husain wa Qiyame Karbala, Tehran, Simat, 2007.
  • Asqalani, Ibnu Hajar Ahmad bin Ali, al-Ishabah fi Tamyizis Shahabah, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1415H.
  • Dainawari, Ibnu Qutaibah, al-Imāmah wa al-Siyāsah, riset: Thaha Muhamamd al-Zaini, Muassasah al-Halabi, tanpa tanggal.
  • Ibnu Nama Hilli, Ja'far bin Muhammad, Dzub al-Nidhar fi Syarhi al-Tsar, Qum, Jamiah al-Mudarisin, 1416H.
  • Minqari, Nashr bin Muzahim, Waq'atu Shiffin, Kairo, al-Muassasatul Gharibah, 1382H.
  • Thabari, Muhammad bin Jarir, al-Muntakhab min Kitābil Mudzil, Beirut, Muassasah al-A'lami, Tanpa tanggal.