Abu al-Aswad al-Du'ali

Prioritas: c, Kualitas: b
Dari wikishia
(Dialihkan dari Abu al-Aswad al-Duali)
Sahabat Imam
Abu al-Aswad al-Du'ali
Nama LengkapZhalim bin Amr bin Sufyan
Sahabat dariImam Ali as
Populer denganAbu al-Aswad al-Du'ali
Garis keturunanBani Kinanah Mudhar
Tempat TinggalBasrah, Irak
Wafat/Syahadah69/688
Dikenal untukPenggagas Ilmu Nahwu


Zhalim bin Amr (bahasa Arab: ظالم بن عمرو) yang terkenal dengan Abu al-Aswad al-Du'ali (أبو الأسود الدُؤَلي) (W. 69 H) adalah seorang penyair dan sahabat tersohor Imam Ali as serta pencetus gagasan ilmu Nahwu. Menyongsong dimulainya Perang Jamal pada saat Aisyah bergerak menuju Basrah, Usman bin Hunaif mengutus Abu al-Aswad al-Duali bersama orang lain untuk mengadakan negosiasi dengan Aisyah.

Abu al-Aswad dalam perang Jamal berada di pasukan Imam Ali as. Ia pandai bersyair dan melantunkan bait-bait syair pujian dan elegi berkenaan dengan Imam Ali dan Imam Husain as.

Menurut sumber-sumber sejarah, ia adalah orang pertama yang memberikan alamat i'rab (harakat) kepada Alquran. Kebanyakan referensi yang ada menyebutkan kematiannya pada tahun 69 H/688 di Basrah.

Garis Keturunan

Zhalim bin Amr bin Sufyan yang lebih dikenal dengan sebutan Abul Al-Aswad al-Duali lahir pada masa Jahiliyah[1] atau pada tahun penaklukan Kota Mekah, yakni tahu ke-8 H.

Dia berasal dari kabilah Bani Kinanah Mudhar, dimana ia di Basrah dikenal sebagai keluarga yang luhur (Ahl al-Aliyah). [2] Kabilahnya dikenal dengan Dual. Orang-orang Hijaz melafazkan kata ini dengan Ad-Dili. [3] Kabilahnya bertempat tinggal di Hijaz dan sekitar kota Mekah, dan nama mereka disinggung pula pada beberapa peristiwa sejarah awal Islam.[4]

Ibu Abu al-Aswad berasal dari kabilah Bani Abd al-Dar. [5] Menurut satu pendapat, ayahnya terbunuh dalam salah satu peperangan bersama kaum musyrikin[6] namun kemungkinan besar ini ada tumpangtindih dan kesalahan dalam bab ini. [7]

Abul Aswad mempunyai dua putra dengan nama Atha dan Abu Harb. Dari Atha tidak ada keturunan tetapi keturunannya berlanjut dari Abu Harb. Ahli sejarah mengatakan, Abu Harb adalah seorang penyair dan ahli ilmu Nahwu serta diangkat menjadi hakim di satu daerah oleh Hajjaj bin Yusuf.[8]

Periode Tiga Khalifah

Sebagian ahli sejarah memposisikan Abu al-Aswad pada barisan sahabat. tetapi Ibnu Atsir meyakini bahwa keyakinan akan kesahabatan Abu al-Aswad bersumber dari terjadinya tashhif (pendistorsian) teks riwayat.[9]Dikatakan bahwa ia meninggal pada usia 85 atau 100 tahun.[10] Ia meninggal dunia di Basrah. Kebanyakan sumber mengatakan, ia meninggal pada tahun 69 H akibat terserang wabah.[11]Terdapat pula beberapa pendapat lain mengenai tanggal kematiannya.[12]Dengan memperhatikan sejarah masyhur wafatnya, harus dikatakan umurnya tidak terlalu tepat untuk sezaman dengan Rasulullah saw. [13]

Abu al-Aswad bertemu dengan Abu Dzar al-Ghifari saat diasingkan di Rabadzah dan berbicara dengannya mengenai sebab pengasingannya.[14]Penutur kisah pertemuan ini adalah Musa bin Maisarah dari kabilah Du'al.[15]

Membaiat Imam Imam Ali as

Pada Perang Jamal Abu al-Aswad bersama Imam Ali as.[16]Saat Aisyah bergerak menuju Basrah, Abu al-Aswad bersama seseorang lainnya diutus oleh Utsman bin Hunaif untuk melakukan negoisasi dengan Aisyah. Dalam negoisasinya dengan Aisyah, ia agak sedikit kasar.[17]

Bertugas di Pemerintahan

Pada Perang Shiffin, atas perintah Imam Ali, Ibnu Abbas menyuruh Abu al-Aswad untuk memobilisasi pasukan[18] dan ia (Ibnu Abbas) sendiri bergerak menuju Shiffin bergabung dengan Imam Ali as, sementara Abu al-Aswad dijadikan pengganti dirinya di Basrah.[19]Saat [[Ibnu Abbas] di Basarah, ia menunjuk Abu al-Aswad untuk pelaksanaan salat dan uruasan peradilan dan menunjuk Ziyad bin Abihi dalam urusan administrasi dan keuangan. Maka terjadilah permusuhan antara keduanya dan hal itu menyebabkan Abu al-Aswad melantunkan syair-syair dalam menyindir Ziyad.[20]

Menurut sebuah riwayat, Imam Ali as dalam perang Shiffin pertama-tama berhasrat menunjuk Abu al-Aswad untuk arbitrase.[21]

Pasca perang, Ibnu Abbas kembali ke Basrah dan dengan dimulainya konflik Khawarij di Basrah, ia mengutus Abu al-Aswad untuk menghadapi mereka. [22] Setelah beberapa waktu, Abu Al-Aswad menuduh Ibnu Abbas telah menguasai baitul mal sehingga Imam Ali as mencela Ibnu Abbas.[23] Dengan kejadian ini Ibnu Abbas meninggalkan Basrah dan pergi ke Hijaz.[24]Upaya Abu al-Aswad dan kaumnya untuk mencegah kepergian Ibnu Abbas tidak berfungsi.[25]Tentu sebelum pergi, ia telah menunjuk Ziyad bin Abihi sebagai penggantinya. Abu al-Aswad karena tidak diberi pekerjaan oleh Ibnu Abbas menjadi marah.[26]

Mengajak Masyarakat untuk Berbaiat dengan Imam Hasan as

Ketika kabar kesyahidan Imam Ali as dan baiat dengan Imam Hasan as sampai ke Basrah, Abu al-Aswad naik ke atas mimbar dan mengatakan bahwa salah seorang [[Mariqin] telah menghantarkan khalifah mati syahid dan ia mengajak kesemuanya untuk berbait dengan Imam Hasan bin Ali as. Orang-orang Syiah pun berbait dengannya, namun kelompok Utsman tidak mau berbaiat dan kabur menemui Muawiyah. Muawiyah dengan tipu muslihat mengutus seseorang untuk menemui Abu al-Aswad dan mengatakan bahwa Hasan as telah berdamai denganku dan memintanya supaya mengambil baiat masyarakat Bahsrah untuknya. Abu al-Aswad dalam sebuah elegi yang dilantunkan dalam kesyahidan Imam as, memperkenalkan Muawiyah sebagai penanggung jawabnya.[27]

Periode Bani Umayyah

Pada tahun 44 H, Ibnu 'Amir gubernur Basrah mengirim rombongan dari Basrah ke Muawiyah.[28] Abu al-Aswad ada dalam rombongan tersebut. Dia bersama Ahnaf bin Qais pergi menemui Muawiyah dan berbicara keras dengannya.[29]Pada tahun 45 H, Muawiyah mengangkat Ziyad bin Abihi di pemerintahan Irak[30] dan Abu al-Aswad meskipun tidak memiliki hubungan baik dengannya tetap berkunjung kepadanya. Terkadang Abu al-Aswad merasa tersakiti darinya dan melantunkan syair ejekan kepadanya. Selain semua itu, ada kemungkinan karena Abu al-Aswad memiliki keterikatan dengan Imam Ali as, tidak begitu mendapat perhatian.[31]

Terdapat beberapa kisah yang dinukilkan terkait hubungan Abu al-Aswad dengan Ziyad dan masalah pencetusan ilmu Nahwu. Sebagian sejarawan mengatakan bahwa yang mengajar adalah anak-anak Ziyad.[32]

Dengan munculnya insiden Karbala, telah dikatakan bahwa Abu al-Aswad membacakan puisi elegi kesyahidan Imam Husain as dan mencela Ibnu Ziyad. [33] Menurut beberapa kutipan yang menurut sebagian peneliti kutipan itu tampaknya agak tidak dapat diandalkan, [34] ia membantu Durrah al-Shadaf di dekat kota Aleppo untuk merebut kembali kepala Imam Husain as, dan ribut dengan para tentara Khuli [35]Menurut beberapa laporan, pada masa pemerintahan Ibnu Ziyad, Abu al-Aswad juga meminta dia[36] untuk membantunya dan bahkan dari salah satu agennya di wilayah selatan Iran. Dari puisi-puisinya dipahami bahwa ia pergi ke Jindi Shapur, Jay dan Isfahan untuk tujuan ini, meskipun ia tidak diperhatikan. [37]

Pada tahun 65 H, Ibnu Zubair mengangkat Harits bin Abdullah Makhzumi, yang dikenal dengan sebutan Quba' untuk Basrah. Dan, Abu Al-Aswad, dalam sebuah puisi mencela gubernur baru. [38]

Kedudukan Ilmu dan Sastranya

Abu Al-Aswad telah meriwayatkan hadis dari Umar dan Imam Ali as dan Abu Dzar Ghifari. [39] Putranya, Abu Harb, Yahya bin Ya'mur dan Abdullah bin Buraidad dll.. telah meriwayatkan hadis darinya. [40] Sumber-sumber telah menegaskan ketsiqahan Abu al-Aswad. [41]

Abu al-Aswad memiliki tulisan dalam ilmu teologi. Abdul Qahir Baghdadi menisbatkan satu risalah tentang pencelaan kelompok Qadariah- julukan kelompok Mu'tazila pertama- kepada Abu al-Aswad. [42] Kelompok Mu'tazilah sendiri membawa Abu al-Aswad di antara Mu'tazilah sebagai orang yang percaya pada keadilan dan tauhid. [43]

Pemberian Harakat (I'rab) Alquran

Disebutkan bahwa Abu al- Aswad adalah orang pertama yang meletakkan tanda-tanda i'rab. [44] Ia juga orang pertama yang memberi tanda i'rab kepada Alquran. Menurut Abu al-Faraj Isfahani, Ziyad bin Abih memerintahkan Abu al-Aswad untuk memberi tanda "titik" pada mushaf-mushaf, dan dia melakukannya. [45] Berdasarkan sumber-sumber ini, ia memilih orang yang pintar dan cerdas dari suku Abdul Qais dan membacakan kepadanya Alquran. Ia meminta darinya: ketika mengucapkan huruf-huruf itu, jika dia membuka mulutnya, letakkan sebuah titik di bawah kata itu, dan jika dia menurunkan mulutnya, letakkan sebuah titik di bawahnya dan, dan jika dia merapatkan kedua bibirnya, letakkan satu titik di depannya. Demikian juga kadang-kadang pembuatan tanda-tanda dinisbatkan kepada Abu al-Aswad dan berikutnya ditambahkan riwayat. [46] Qalqasyandi percaya bahwa sebagian besar ilmuan hanya menganggap tiga harokat (fathah, kasroh dan dhommah) dan tanda Tanwin sebagai penemuan Abul al-Aswad. [47]

Puisi-Puisi

Telah dinukilkan beberapa puisi dari Abu al-Aswad. [48] Kumpulan puisi yang dikaitkan dengannya dari berbagai sumber telah diterbitkan dengan judul Divan Abu al-Aswad . [49] Tentu saja, beberapa orang telah mempertanyakannya mengenai kebenaran penisbahan semua puisi ini kepadanya[50], dan mengklaim bahwa dalam beberapa kasus, isi puisi-puisi ini tidak sesuai dengan kepribadian Abu al-Aswad yang telah diperkenalkan dalam beberapa riwayat. [51] Para peneliti kontemporer tidak memiliki banyak minat pada puisinya. [52]Namun, kata-kata mutiaranya telah dinukil oleh Ibnu Salam, Ibnu Sa'ad, Jahizh, Ibnu Qutaibah dan Ibnu Abdurabbah, dan hingga pada sumber-sumber abad ke -19 pun dimuat. [53] Ia juga menulis puisi tentang pujian atau elegi Imam Ali as dan Imam Husain as. [54] Dilaporkan dari beberapa laporan bahwa ia tidak diperhatikan karena kecintaannya kepada Imam Ali as. [55]

Ada beberapa riwayat tentang pengetahuan Abu al-Aswad kepada puisi: Ibnu Abbas, yang dirinya memiliki puisi Arab, memintanya untuk memperkenalkan puisi terbaik. [56] Ia juga mengomentari puisi terbaik di hadapan Imam Ali as [57] serta Menurut Ibnu Arabi, Yaghmuri menganggapnya salah satu dari empat orang Arab yang memiliki lisan yang fasih. [58]

Catatan Kaki

  1. Lughawi, Maratib al-Nahwiyyin, hlm. 8
  2. Palater, hlm. 125.
  3. Ibn 'Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 5, hlm. 332.
  4. Rujuklah, Waqidi, al-Maghazi, jld. 2, hlm. 781, hlm. 823.
  5. Ibnu Qutaibah, al-Ma'arif, hlm. 434-435; Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 2, hlm. 355 b; Ibnu Makula, al-Ikmal, jld. 3, hlm. 348.
  6. Ibnu Hajar, Al-Ishabah, jld. 3, hlm. 304.
  7. Bandingkan, Waqidi, al-Maghazi, jld. 1, hlm. 151; Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 2, hlm. 712.
  8. Lihat: Baldzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 2, hlm. 257; Ibnu Qutaibah, al-Ma'arif, hlm. 434-435; Qafthi, Anbah al-Ruwah, jdl. 1, hlm. 21; Ibnu Adim, Bughyah al-Thalab, jld. 6, hlm. 2683
  9. Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld. 3, hlm. 70; Ibnu Hajar, al-Ishabah, jld. 7, hlm. 15
  10. Lihat: Yaghmouri, Nur al-Qais, hlm. 21; Abu al-Faraj, al-Aghani, jld. 12, hlm. 334; bandingkanlah: Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld, .2, hlm. 357.
  11. Lihat: Zubaidi, Thabaqat al-Nahwiyyin wa al-Lughawiyyin, hlm. 26; Yagmuri, Nur al-qais, hlm.21; Abu al-Faraj, al-Aghani, jld. 12, hlm. 324; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 5, hlm. 341
  12. Lihat: Abu al-Faraj, al-Aghani, jld. 12, hlm. 334; Qafthi, Anbah al-Ruwat, jld.1, hlm. 20; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 5, hlm. 341; Ibnu Hajar, Tahdzib al-Tahdzib, jld. 12, hlm. 10; Baihaqi, al-Mahasin wa al-Masawi, hlm. 422; Yafi'i, Mir'at al-Jinan, jld. 1, hlm. 203
  13. Ibn Hajar, al-Ishabah, jld, 3, hlm. 305.
  14. Lihat: Sayid Murtadha, al-Syafi, jld. 4, hlm. 298
  15. Ibnu Hajar, al-Ishabah, jld. 1, hlm. 373
  16. Dzahabi, Sair A'lam al-Nubala, jld. 4, hlm. 82
  17. Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 2, hlm. 225; Thabari, jld. 2, hlm. 461-462, menurut riwayat Saif bin Umar Tamimi, lihat juga: Al-Imamah wa al-Siyasah, jld. 1, hlm. 65-66
  18. Thabari, jld. 5, hlm. 78-79
  19. Nashr bin Muzahim, Waq'ah Shiffin, hlm. 117; Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 2, hlm. 355; Dinawari, al-Akhbar al-Thiwal, hlm. 166
  20. Bandingkanlah: Yaghmouri, hlm. 8; Abu al-Faraj, jild. 12. hlm. 311-312.
  21. Abnu Abdi Rabbah, al-'Aqd al-Farid, jld. 4, hlm. 346-349; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah, jld. 5, hlm. 229
  22. Rujuklah, Dinawari, hlm. 205; Thabari, jld. 5, hlm. 76-77.
  23. Ya'qubi, Tarikh Ya'qubi, jld. 2, hlm. 205; Thabari, jld. 5, hlm. 141; Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 2, hlm. 169-170; Ibnu Abdi Rabbah, al-'Aqd al-Farid, jld. 4, hlm. 354-355; Ibnu Jauzi, Tadzkirah al-Khawash, hlm. 150-151
  24. Lihat: Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 2, hlm. 169-170; Ibnu Abdi Rabbah, al-'Aqd al-Farid, jld. 4, hlm. 354-355; Ibnu Jauzi, Tadzkirah al-Khawash, hlm. 150-151
  25. Ibnu Atsir, al-Kamil, jld. 3, hlm. 287
  26. Ibnu Atsir, al-Kamil, jld. 3, hlm. 287
  27. Baladzuri, Ansab al-asyraf, jld. 2, hlm. 508; Thabari, jld. 5, hlm. 150-151; Mas'udi, jld. 2, hlm. 416.
  28. Ibnu atsir, al-Kamil, jld. 3, hlm. 440
  29. Ibnu Abdi Rabbah, al-Aqd al-Farid, jld. 4, hlm. 349; Ibnu Asakir, jld. 5, hlm. 327-329; Lihat juga: Ibnu Adim, Bughyah al-Thalab, jld. 3, hlm. 1315
  30. Ibnu Atsir, al-Kamil, jld. 3, hlm. 447
  31. Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 2, hlm. 356; Abu al-Faraj, al-Aghani, jld. 12, hlm. 312-313
  32. Dzahabi, Siyar A'lam al-Nubala, jld. 4, hlm. 82; Shafdi, al-Wafi bi al-Wafayat, jld. 16, hlm. 535; bandingkan ;Afandi, Riyadh al-Ulama, jld. 3, hlm. 27
  33. Abu al-Aswad, hlm. 180-182; Masudi, Muruj al-Dzahab, jld. 3, hlm. 68; Yaghmuri, Nur al-Qais, hlm. 9; bandingkan dengan riwayat Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 3, hlm. 221
  34. Lihat: Amin, A'yan al-Syiah, jld. 10, hlm. 343
  35. Lihat: Fadhil Darbandi, Iksir al-Ibadat, jld. 3, hlm. 221
  36. Lihat: Abu al-aswad, hlm. 167-168
  37. Abu al-aswad, hlm. 164-165; Abu al-Faraj Isfahani, al-Aghani, jld. 12, hlm. 314-315
  38. Abu al-Faraj Isfahani, al-Aghani, jld. 1, hlm. 110; lihat juga: Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 5, hlm. 256' 277
  39. Lihat: Ibnu Hanbal, Musnad, jld. 5, hlm. 166; Bahsyal, Tarikh Wasith, hlm. 115
  40. Sairafi, Akhbar al-Nahwiyyin wa al-Bashriyyin, hlm. 22; Dzahabi, Siyar A'lam al-Nubala, jld. 12, hlm. 10
  41. Jahizh, al-Bukhala, jld. 1, hlm. 44; Jahizh, al-Burshan, hlm. 122, 279; Jahizh, al-Bayan, jld. 1, hlm. 258
  42. Baghdadi, Ushuluddin, hllm. 316
  43. Lihat: Qadhi Abul Jabbar, Firaq wa Thabaqat al-Mu'tazilah, hlm. 31; IbnuMurtadha, Thabaqat al-Mu'tazilah, hlm. 16
  44. Misalnya: Askari, Awail, jld. 1, hlm. 296-297
  45. Abu al-Faraj Isfahani, al-Aghani, hlm. 298
  46. Lihat: Lughawi, Maratib al-Nahwiyyin, hlm. 10-11
  47. Qalqasyandi, Shub al-A'sya, jld. 3, hlm. 157
  48. Lihat: Fihrist al-Kitab; Ibu Duraid, Jamharah al-Lughah, jld.1, hlm. 121, 202; Raghib Isfahani, Muhazharat al-Udaba, jld. 3, hlm. 367; Maidani, Majma al-Amtsal, jld. 1, hlm. 306
  49. Azarnusy, Abu al-Aswad, jld. 5, hlm. 190
  50. Balasyar, III, hlm. 508. Pila, hlm. 148
  51. Azarnusy, Abu al-Aswad, jld. 5, hlm. 190
  52. Sebagai contoh lihat: Nuldakeh, hlm. 232-240
  53. Azarnusy, Abu al-Aswad, jld.5, hlm. 191
  54. Sebagai contoh lihat: Jahizh, ;;al-Burshan, hlm. 122, 279; Shadr, Ta'sis al-Syiah, hlm. 43-46
  55. Lihat: Abu al-faraj Isfahani, al-Aghani, jld. 12, hlm. 323-324, 226
  56. Abu al-faraj Isfahani, al-aghani, jld. 11, hlm. 5
  57. Abu al-Faraj Ifahani, al-Aghani, jld. 16, hlm. 376
  58. Yaghmuri, Nur al-Qais, hlm. 8

Daftar Pustaka

  • Azarnusy. Abu al-Aswad, Dairah al-Ma'arif Buzurge Islami. Teheran: 1354 HS.
  • Absyihi, Muhammad bin Ahmad. Al-Mustadhraf, Kairo, 1306 H.
  • Ibnu Abi Hatim Razi, Abdur Rahman bin Muhammad, Al-Jarh wa Al-Ta'dil, Heyderabad Dakan, 1372 H/1952 M.
  • Ibnu Abi Al-Hadid, Abdul Habin bin Hibatullah, Syarh Nahjul Balāghah, Riset. Muhammad Abul Fadhl Ibrahim, Kairo, 1959 M.
  • Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad. Usdu al-Ghābah. Kairo: 1280 H.
  • Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad.Al-Kāmil.
  • Ibnu Anbari, Abdur Rahman bin Muhammad. Nuzhat al-Alba'. Riset. Ibrahim Samarrai. Baghdad: 1959 M.
  • Ibnu Jauzi, Yusuf bin Qazawaghuli. Tadzkirah al-Khawash.Najaf: 1369 H.
  • Ibnu Hajar Asqalani, Ahmad bin Ali. Al-Ishabah. Kairo: 1327 H
  • Ibnu Hajar Asqalani, Ahmad bin Ali. Tahdzib al-Tahdzib. Heydarabad, Dekan, 1327 H.
  • Ibnu Duraid, Muhammad bin Hasan. Jamharah al-Lughah. Heydarabad Dekan:

1345 H.

  • Ibnu Abdi Rabbah, Ahmad bin Muhammad. Al-Aqd al-Farid. Riset: Ahmad Amin Dkk. Beirut: 1402 H/1982.
  • Ibnu Adim, Umar bin Ahmad. Bughyah al-Thalab. Riset: Suhail Zikar. Damasykus: 1409 H/1988.
  • Ibnu Asakir, Ali bin Husain. Tarikh Madinah Dimayq. tulisan tangan Perpustakaan Ahmad Tsalits Istanbul, no. 2887.