Zaid bin Shauhan

Prioritas: b, Kualitas: b
tanpa referensi
Dari wikishia
Zaid bin Shauhan
Nama LengkapZaid bin Shauhan bin Hajar
Sahabat dariNabi Muhammad sawImam Ali as
JulukanAbu Salman dan Abu Abdullah
Garis keturunankabilah Abdul Qais
Kerabat termasyhurSha'sha'ah bin Shauhan
Tempat TinggalKufah
Wafat/Syahadah36 H/656
Dikenal untukkomandan dalam Perang Jamal untuk pasukan dari kabilah Abdul Qais • sosok pribadi yang zuhud dan ahli ibadah


Zaid bin Shauhan (bahasa Arab: زید بن صوحان, wafat 36 H/656) salah seorang syuhada Perang Jamal. Zaid adalah sahabat dari Imam Ali as yang mengajak penduduk Kufah untuk menjadi pasukan Imam Ali as dalam Perang Jamal. Dalam Perang Jamal, ia pemegang panji dari kabilah Abdul Qais dan mendapat kesyahidan. Sebagian sumber menyebutkan, ia sosok pribadi yang zuhud dan ahli ibadah.

Sebagian sumber menyebut, ia termasuk sahabat Nabi Muhammad saw.

Nasab

Zaid bin Shauhan bin Hajar dari kabilah Abdul Qais [1] dan Kunyahnya Abu Salman dan Abu Abdullah. Disebutkan, Kunyahnya Abu Salman disebabkan kecintaannya yang besar pada Salman al-Farisi. [2] Zaid adalah kakak sulung Sha'sha'ah bin Shauhan. [3]

Masa Nabi Muhammad sa dan Khulafah

Sebagian sumber menyebutkan, Zaid adalah juga sahabat Nabi Muhammad saw. [4] Sebagian lain menyebutkan, ia termasuk Tabi'in. [5]

Dalam salah satu hadisnya, Nabi Muhammad saw menyebutkan seseorang bernama Zaid, yang bagian dari tubuhnya lebih cepat masuk ke surga dari dirinya. [6] Disebutkan yang dimaksud Zaid dalam hadis tersebut adalah Zaid yang tangannya terputus saat berperang dengan pasukan Persia. [7]

Zaid termasuk orang Kufah yang diasingkan oleh Khalifah Utsman ke Syam. [8] Namun setelah terjadi dialog dengan Muawiyah, ia dikembalikan kembali ke Kufah. [9]

Ia pernah menasehati Khalifah Utsman, dengan berkata, "Anda telah bertindak terlalu jauh, demikian pula dengan pengikut-pengikut anda. Bertindaklah dengan adil, sehingga mereka juga bisa bertindak adil." Namun, dia menganggap dirinya juga termasuk yang mengikutinya. [10]

Sahabat Imam Ali as

Zaid adalah salah seorang sahabat Imam Ali as, [11] yang juga meriwayatkan hadis dari Imam Ali as. [12]

Sebelum Perang Jamal di mulai, terjadi perselisihan antara penduduk Kufah, apakah menjadi pendukung Imam Ali as dalam berhadapan dengan Aisyah, atau meninggalkan keduanya. Zaid mengajak penduduk Kufah untuk bergabung dengan pasukan Imam Ali as. [13] Aisyah mengirimkan surat kepada Zaid dan mempengaruhinya untuk kerumahnya dan meninggalkan dukungan kepada Ali as, bahkan ia meminta agar ia juga mengajak penduduk Kufah untuk meninggalkan Imam Ali as. Namun Zaid tidak memperdulikan permintaan dalam surat tersebut dan tetap memberikan dukungannya kepada Imam Ali as. [14]

Zaid menjadi komandan dalam Perang Jamal untuk pasukan dari kabilah Abdul Qais [15] dan dialah yang menjadi pemegang panjinya. [15]

Zuhud

Zaid dikenal sebagai orang zuhud di masanya. [16] Ia juga dikenal sebagai Abdal, sebuah istilah dalam irfan yang mengacu pada hamba Tuhan yang sangat tulus. [17]

Zaid melakukan puasa pada siang hari dan menghabiskan malam-malamnya dengan ibadah. Ia terus melakukan amalan-amalan tersebut, sampai Salman al-Farisi menasehatinya agar bersikap moderat dan mengingatkannya akan hak-hak tubuhnya dan hak-hak keluarganya. [18]

Zaid mengalami luka saat berperang dengan tentara Persia dan disaat darahnya menetes, ia malah tertawa. Seseorang menegurnya dan heran terhadap sikapnya, ia berkata itu bukan kondisi yang layak untuk tertawa. Zaid berkata, "Aku menunggu pahala yang akan aku dapatkan, lantas dalam kondisi tersebut apa saya harus merusaknya dengan teriakan rasa sakit?". [19]

Kesyahidan

Pada tahun 36 H/656 Zaid syahid dalam Perang Jamal [20] ditangan Amr bin Yatsri dan atau 'Amtu bin Sabra. [21] Sesaat sebelum kesyahidannya, Imam Ali as datang dan membaringkannya di sisinya. Zaid menegaskan kebenaran ada pada pihak Imam Ali as dan ia mengatakan, secara sadar memberikan dukungannya pada Imam Ali as. Untuk menguatkan argumennya, Zaid bersandar pada hadis Ghadir. [22]

Mengenai Zaid, Imam Ali as berkata, "Wahai Zaid, Allah swt merahmatimu, yang engkau belanjakan sedikit, namun penuh dengan manfaat."[23]

Menurut sebagian sumber, Aisyah turut bersedih ketika mendapatkan kabar mengenai kesyahidan Zaid, dan ia mendoakan rahmat Ilahi untuk Zaid. [24]

Zaid menuliskan wasiat, bahwa sebeum ia dimakamkan, jangan membersihkan darah dari wajahnya dan jangan melepaskan pakaiannya. Karena ia menginginkan ia dibangkitkan pada hari kiamat dengan tetap menggunakan pakaian tersebut. [25]

Masjid Zaid bin Shauhan di kota Kufah, Irak.

Masjid Zaid bin Shauhan

Pada bagian selatan Masjid Sahlah, didekat Masjid Sha'shah di kota Kufah, terdapat sebuah masjid bernama Masjid Zaid bin Shauhan dan termasuk salah satu masjid tua di Kufah. Masjid tersebut telah berkali-kali mengalami renovasi dan perbaikan. Pada kitab-kitab doa, disebutkan terdapat amalan-amalan khusus yang bisa dilakukan di masjid tersebut.

Catatan Kaki

  1. Zirikli, al-A'lam, jld. 3, hlm. 59
  2. Ibnu Hajar, al-Ashabah, jld. 2, hlm. 533
  3. Mamiqani, Tanqih al-Maqal, jld. 29, hlm. 210
  4. Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld. 2, hlm. 139
  5. Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damsyiq, jld. 19, hlm. 432
  6. Abu Na'im Isfahani, Ma'rifah al-Shahabah, jld. 2, hlm. 366
  7. Abu al-Farj Isfahani, al-Aghani, jld. 5, hlm. 98
  8. Ibnu Hajar Asqalani, al-Ashabah, jld. 2, hlm. 533
  9. Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damsyiq, jld. 19, hlm. 431
  10. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 6, hlm. 177
  11. Mamiqani, Tanqih al-Maqal, jld. 29, hlm. 210
  12. Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damsyiq, jld. 19, hlm. 434
  13. Ibnu A'tsam al-Kufi, al-Futuh, jld. 2, hlm. 460
  14. Kasyi, Ikhtiar Ma'rifah al-Rijal, jld. 1, hlm. 284
  15. Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld. 2, hlm. 139
  16. Kasyi, Ikhtiar Ma'rifah al-Rijal, jld. 1, hlm. 284
  17. Allamah Hilli, Rijal, hlm. 73
  18. Ibnu Jauzi, al-Muntazham, jld. 5, hlm. 111
  19. Amin, A'yan al-Syi'ah, jld. 7, hlm. 103
  20. Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damsyiq, jld. 19, hlm. 431
  21. Amin, A'yan al-Syi'ah, jld. 7, hlm. 101
  22. Kasyi, Ikhtiar Ma'rifah al-Rijal, jld. 1, hlm. 284
  23. Kasyi, Ikhtiar Ma'rifah al-Rijal, jld. 1, hlm. 284
  24. Ibnu Abd al-Barr, al-Isti'ab, jld. 2, hlm. 557
  25. Sam'ani, al-Ansab, jld. 9, hlm. 197

Daftar Pustaka

  • Abu al-Faraj al-Isfahani, Ali bin Husain. Al-Aghānī. Beirut: Daru Ihya' at-Turats al-'Arabi, 1415 H.
  • Abu Na'im Isfahani, Ahmad. Ma'rifah ash-Shahābah. Riset 'Adil bin Yusuf Azazi. Cet. I. Riyadh: Dar al-Wathon, 1419 H.
  • Amin, as-Sayid Muhsin. A'yān asy-Syi'ah. Diedit oleh Hasan Amin. Beirut: Dar at-Ta'aruf li al-Mathbu'at, 1403 H.
  • 'Asqalani, Ibnu Hajar. Al-Ishābah fī Tamyīz ash-Shahābah. Riset 'Adil Ahmad 'Abdul Maujud dan Ali Muhammad Muawwidh. Cet. I. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1415 H.
  • Fasawi, Yaqub bin Sufyan. Al-Ma'rifah wa at-Tārīkh. Riset Akram Dhiya` al-Umari. Cet. II. Beirut: Muassisah ar-Risalah, 1401 H.
  • Hilli, Hasan bin Yusuf. Rijāl. Diedit oleh Muhammad Shadiq Bahrul Ulum. Qom: Asy-Syarif ar-Radhi, 1402 H.
  • Ibnu 'Abdil Barr, Yusuf bin Abdullah. Al-Istī'āb fī Ma'rifah al-Ashhāb. Cet.I. Diedit oleh Ali Muhammad al-Bajawi. Beirut: Dar al-Jil, 1412 H.
  • Ibnu 'Asakir, Ali bin al-Hasan. Tārīkh madīnat Dimasyq. Beirut: Dar al-Fikr, 1415 H.
  • Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad al-Jazari. Usd al-Ghābah fī Ma'rifat al-Shahābah. Beirut: Dar al-Fikr, 1409 H.
  • Ibnu Jauzi, Abdurrahman bin Ali. Al-Muntazham fī Tārīkh al-Umam wa al-Mulūk. Riset Muhammad Abdul Qodir 'Atha. Cet. I. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1412 H.
  • Ibnu Muhammad, Ahmad bin A'tsam al-Kufi. Al-Futūh. Cet I. Riset Ali Syiri. Beirut: Dar al-Adhwa', 1411 H.
  • Kasyi, Muhammad bin Umar. Ikhtiyār Ma'rifah ar-Rijāl. Riset Muhammad bin Hasan Thusi. Diedit oleh Hasan Mushthafawi. Cet. I. Masyhad: Muassisah Nasyr-e Danesygah-e Masyhad,1409 H.
  • Mamaqani, Abdullah. Tanqīh al-Maqāl fī 'Ilm ar-Rijāl. Riset Muhyiddin al-Mamaqani dan Muhammad Ridha al-Mamaqani. Qom: Muassisah Alul Bait li Ihya' at-Turats, 1431H.
  • Sam'ani, Abdul Karim bin Muhammad . Al-Ansāb. Cet. I. Riset Abdurahman bin Yahya al-Mu’allimi al-Yamani. Hyderabad: Majlis Dairah al-Ma’arif al-'Ustmaniyyah, 1382 H.
  • Zirikli, Khairuddin bin Mahmud. Al-A'lām. Cet VIII. Beirut: Dar al-'Ilm li al-Malayin, 1989.