Muhsin bin Imam Ali as
Nama | Muhsin bin Ali bin Abi Thalib as |
---|---|
Ayah | Ali bin Abi Thalib as |
Ibu | Sayidah Fatimah sa |
Wafat | 11 H (setelah wafatnya Rasulullah saw) |
Tempat Dimakamkan | Berdasarkan riwayat Syiah, makamnya berada di dalam rumah Imam Ali as |
Muhsin bin Ali as (bahasa Arab: محسن بن علی علیه السلام) adalah anak kelima Imam Ali as dan Sayidah Fatimah sa yang pada usia enam bulan kehamilan, syahid keguguran, ketika para pendukung Khalifah Abu Bakar datang menyerang rumah Ali as untuk mengambil baiatnya. Tanggal kesyahidannya tidak jelas namun sesuai berita para sejarawan yang mencatat bahwa peristiwa itu terjadi setelah Rasulullah saw wafat dengan jarak 40 hari atau lebih.
Pengenalan
Riwayat menceritakannya demikian bahwa Nabi saw meletakkan nama anak ketiga laki-laki Sayidah Zahra sa adalah Muhsin.[1][2] Dengan memperhatikan keyakinan Syiah bahwa Muhsin meninggal dunia sebelum dilahirkan maka tidak dibahas tentang tanggal kelahirannya, oleh karena itu, hanya direferensi-referensi Syiah saja hari kesyahidannya dikenang.
Silsilah keluarga Ahlulbait as
|
---|
Namun para cendekiawan Ahlusunah mengenai hari kelahiran dan wafat Muhsin, mereka memberikan dua pandangan; sebagian kecil dari mereka meyakini bahwa kelahiran dan wafatnya terjadi pada zaman hidup Rasulullah saw. Namun kebanyakan sumber-sumber mereka mengenai waktu kelahirannya diam membisu dan hanya memberitakan bahwa ia meninggal di waktu kecil, hal-hal berikut ini adalah sebagian ungkapan yang ditemukan, seperti contoh:
Ibnu Hazm, Ibnu Hajar, Abu al-Fida dan Qunduzi menggunakan ungkapan: «مات صغیرا» yaitu meninggal dalam usia kanak-kanak. [3]
Ibnu Damasyqi dan Ibnu Katsir dengan menggunakan ungkapan: «مات و هو صغیر» dia meningal sementara usia kanak-kanak. [4]
Thabari dan Ibnu Atsir menjelaskan dengan ungkapan: «توفی صغیرا» di usia kanak-kanak wafat. [5]
Ibnu Qutaibah dan Ahmad Thabari dengan menggunakan lafaz: «فهلک و هو صغیر» maka mati sedangkan dia masih kecil[6] dan «هلک صغیرا» mati di usia kanak-kanak. [7]
Baladzuri dengan lafaz: «درج صغیرا» [8]
Sibth bin al-Jauzi dengan kata-kata: «مات طفلا» [9]
Shalihi Syami dan Ibnu Shabbagh Maliki dengan menggunakan ungkapan: «مات سقطا» dia keguguran di usia bayi. [10]
Tidak ada satupun dalam sumber-sumber ini ungkapan «فی حیاه النبی» di zaman Nabi saw hidup. Bahkan dalam ungkapan yang dinukil menunjukkan bahwa dia meninggal ketika Muhsin dilahirkan. Hanya Ibnu Hazm yang memuat ungkapan «مات صغیرا جدا إثر ولادته» meninggal dalam di waktu sangat kecil setelah dilahirkan [11]setidaknya hal ini menunjukkan bahwa dia pernah hidup saat dilahirkan. Dari lafaz-lafaz yang digunakan dalam ungkapannya tidak dapat dianggap bahwa hari kelahiran dan wafat Muhsin di zaman Rasulullah saw hidup, atau setelahnya.
Muhsin dalam Beberapa Referensi
Kebanyakkan sumber-sumber sejarah dan nasab Syiah dan Ahlusunah, mengingat dan mengenang Muhsin dan banyak dari hadis dan catatan sejarah yang meragukan dan mempertanyakan keberadaan pribadi semacam ini, jika ada perselisihan pendapat antara sumber-sumber Syiah dan Ahlusunah pada zaman kelahiran dan bagaimana dia wafat, namun asal keberadaan pribadi semacam ini dengan adanya kapasitas riwayat dan berita-berita sejarah tidak mungkin suatu hal yang dibuat-buat.
Sumber-sumber Referensi Syiah
Sumber-sumber referensi Syiah meyakini bahwa dalil dan alasan kesyahidan Muhsin bin Ali as adalah keguguran, namun dalam sumber-sumber ini terlihat mereka berselisih dalam bentuk kualitas, masa dan penyebab kejadian tersebut. Sebagian dari sumber Syiah meyakini bahwa nama Muhsin putra Imam Ali as dan Sayidah Fatimah sa dijelaskan sebagai berikut. Sumber-sumber Syiah yang hampir keseluruhannya meyakini bahwa nama Muhsin adalah nama putra Imam Ali as dan Fatimah sa adalah sebagai berikut, yang diantaranya adalah:
- Yakubi (W. 292 H.) dalam Tārikh Yakubi. [12]
- Mas'udi (W.346 H.) dalam Muruj al-Dzahab. [13]
- Muhammad bin Sulaiman Kufi. (hidup di tahun 300 H.) dalam buku Manaqib Amirul Mukminin. [14]
- Khusaibi (W. 334 H.) di dalam al-Hidāyah al-Kubrā. [15]
- Qadhi Nu'man Shahibu Da'aim (W. 363 H) dalam Syarh al-Akhbār. [16]
- Syaikh Mufid (413 H.)al-Irsyad. [17]
- Nasabah Alawi (W. abad 5 H.) dalam al-Majdi fi Ansab al-Thalibin. [18]
- Thabarsi (W. Abad 6 H.) dalam A'lamu al-Wara. [19]
- Ibnu Syahr Asyub ( W. 588 H.) Manaqib Ali bin Abi Thalib. [20]
- Arbali (W. 693 H.) dalam Kasyf al-Ghummah fi Ma'rifah al-Aimmah. [21]
Dan masih banyak lagi dari ulama Syiah lainnya di abad-abad setelahnya yang memuat namanya pada karya-karyanya dalam daftar nama anak-anak dua manusia mulia itu.
Sumber-sumber Referensi Ahlusunnah
Sumber-sumber Referensi Ahlusunah yang menyatakan bahwa Muhsin termasuk dari putra-putra Sayidah Fatimah sa di antaranya adalah:
- Ahmad bin Hambal (W. 241H.) dalam Musnad Ibnu Hanbal.[22]
- Bukhari (W. 256 H.) dalam al-Adab al-Mufrad.[23]
- Ibnu Qutaibah (W. 276 H.) dalam al-Ma'ārif.[24]
- Baladzuri (W. 279 H.) dalam Ansāb al-Asyraf.[25]
- Dulabi (W. 310 H.) al-Dzari'ah al-Thahirah.[26]
- Thabari (W. 310 H.) Tarikh al-Rusul wa al-Muluk.[27]
- Ibnu Hibban Basti (W. 354 H.) dalam buku al-Tsiqat.[28]
- Hakim Neisyaburi (W. 405 H.) dalam al-Mustadrak Ala al-Shahihain.[29]
- Ibnu Hazm Andalusi (W. 456 H.) dalam Jamharah Ansāb al-Arab.[30]
- Baihaqi (W. 458 H.) dalam al-Sunan Al-Kubra.[31]
- Ibnu Abdul Bar Qurtubi (W. 463 H.) dalam al-Isti'ab.[32]
- Syahristani (W. 545 H.) dalam al-Milal wa al-Nihal.[33]
- Ibnu Asakir Dimasyqi (W. 571 H.) dalam Tārikh Dimasyq dalam penjelasan keadaan Imam Hasan as dan Imam Husain as.[34]
- Ibnu Asakir, Tarjumatu al-Imam al-Husain as min Tarikh.[35]
- Ibnu Atsir (W. 630 H.) dalam Usd al-Ghābah.[36]dan dalam al-Kāmil.[37]
- Sibth Ibnu al-Jauzi (W. 654 H.) dalam Tazdkiratu al-Khawash.[38]
- Thabari, Ahmad bin Abdullah (W. 694 H.) Dzahairu al-‘Uqba.[39]
- Abu al-Fida (W. 732 H.) dalam al-Mukhtasar fi Akhbar al- Basyar.[40]
- Syahabuddin Nuwairi (W. 733 H.) dalam Nihayatu al-Irb. [41]
- Syamsuddin Dzahabi (W. 748 H.) dalam Siyar A'lam al-Nubala.[42]
- Ibnu Katsir (W. 884 H.) al-Bidayah wa al-Nihayah.[43]
- Zarandi (W. 750 H.) dalam Nazm Durar al-Simthain.[44]
- Haitsami (W. 807 H.) dalam Majma' al-Zawaid.[45]
- Ibnu Hajar Asqalani (W. 852 H.) dalam al-Ishabah. [46]
- Ibnu Dimasqy (W. 871 H.) dalam Jawahir al-Mathalib. [47]
- Shalihi Syami (W. 942 H) dalam Subu al-Huda wa al-Rasyad. [48]
- Qunduzi (W. 1294 H.) dalam Yanabi'u al-Mawaddah. [49]
- Shafuri Syafi'i, Nuzhah al-Majālis wa Muntakhab al-Nafāis. [50]
Dan masih banyak lagi karya-karyanya yang memuat nama Muhsin dalam daftar sebagai salah satu putra Imam Ali as dan Sayidah Zahra Sa.
Kronologi Kesyahidan
Sebagian besar dari sumber-sumber referensi meyakini bahwa kesyahidan Muhsin as bertepatan dengan penyerbuan yang terjadi di rumah Sayidah Zahra sa dalam peristiwa pengambilan baiat terhadap Ali as, Ibrahim bin Sayyar yang dikenal dengan Nizam (W. 230 H) salah seorang pembesar Mu'tazilah dan Syahristani (W. 548 H) dalam buku al-Milal wa al-Nihal menukil bahwa pukulan yang bersarang di sisi pinggang dekat perut Sayidah Zahra sa pada waktu itu, telah menyebabkan Muhsin meninggal dalam perut atau keguguran, dia berkata:
Nizam dengan alasan meyakini hal ini dan sebagian keyakinan-keyakinan yang lainnya dicap sebagai orang kafir dari sebagian Ahlusunah. [52]
Perkataan ini menjelaskan bahwa Nizam Mu'tazili menerima kenyataan ini dan ulama Syiah sendiri menyatakan bahwa hal ini adalah sebagai sebuah pengakuan dari Ahlusunah dan mengeluarkannya untuk dijadikan sebuah bukti dalam karya-karyanya. Begitu juga Ibnu Abi al-Hadid dalam cerita perdebatan dengan gurunya Abu Ja'far Naqib tentang kegugurannya Muhsin dalam kejadian pengambilan baiat yang diisyaratkan. [53]
Dengan memperhatikan permasalahan ini jelas bahwa gugurnya Muhsin as dalam peristiwa pengambilan baiat pada pemerintahan Abu Bakar dari Ali as kejadiannya adalah setelah Rasulullah saw wafat.
Tanggal kesyahidan
Tanggal kesyahidan Muhsin tidak diketahui secara pasti. Namun, dengan penelitian yang dilakukan dari sumber-sumber sejarah dapat diambil kesimpulan bahwa, peristiwa ini terjadi sebulan atau lebih setelah Rasulullah saw wafat. Oleh karena itu, hal masyhur yang dikatakan bahwa penyerbuan ke rumah Imam Ali as terjadi dengan jarak beberapa hari setelah Rasulullah saw wafat tidak dapat dibenarkan.
Kekeliruan ini terjadi karena menurut sumber-sumber sejarah bahwa penyerbuan ke rumah Sayidah Fatimah sa beberapa kali terjadi. Pada penyerbuan awal tidak terjadi pertempuran sehingga mengakibatkan Muhsin syahid. Sebagian dengan menggambarkan bahwa peristiwa pembakaran pintu rumah terjadi pada penyerbuan awal, dan meyakini bahwa kesyahidan Muhsin beberapa hari setelah Nabi saw wafat.
Dengan ungkapan ini maka hari-hari muhsiniyah yang diperingati pada awal-awal bulan Rabiul Awal tidak sesuai dengan sumber-sumber sejarah. Ada beberapa dalil yang membuktikan topik ini; salah satu diantaranya adalah gerakan sosial dan politik Sayidah Zahra sa, kembalinya pasukan Usamah bin Zaid dan kaitannya dengan penyerbuan ke rumah Imam Ali as.
Gerakan Sosial Politik Sayidah Zahra sa
Peristiwa mencari bantuan Imam Ali as pada malam hari dan Peristiwa Fadak tidak mungkin terjadi setelah Sayidah Zahra sa jatuh sakit. Sebuah riwayat yang dinukil dari Imam Shadiq as menceritakan bahwa Sayidah Zahra sa jatuh sakit keras setelah terkena pukulan, [54] riwayat ini menceritakan bahwa sebagian gerakan sosial Fatimah Zahra sa terhadap komisi pemerintah sebelum ia sakit. Gerakan sosialnya antara lain adalah sebagai berikut:
Meminta Bantuan dari Anshar dan Muhajirin
Salah satu gerakan sosial Sayidah Zahra sa adalah pergi ke rumah Muhajirin dan Anshar untuk merekrut kekuatan. Sesuai dengan penukilan Salman Farsi, setelah perebutan kekhalifahan dan Fadak, Ali as bersama Sayidah Zahra sa dan kedua putranya Hasan dan Husain pada malam hari datang ke rumah Muhajirin dan Anshar dan mengajak mereka untuk bersama-sama mengambil kembali hak mereka. Dan menurut riwayat Salman, setelah kejadian penyerbuan, para penyerbu ke rumah Sayidah Zahra sa dan terjadinya peristiwa keguguran, dia senantiasa berbaring sampai datang kesyahidannya, dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa hingga saat pertemuan-pertemuan yang dilakukannya dengan para Muhajir dan Anshar pada malam hari, ketika itu penyerbuan masih belum terjadi; [55] karena ketika hal itu terjadi, Sayidah Zahra sa sudah tidak memiliki kekuatan untuk berjalan dari satu rumah ke rumah sebagian orang-orang Muhajirin dan Anshar yang jumlahnya tidak sedikit, bahkan jika hanya untuk Ahli Badar[56] saja dia sudah tidak mampu.
Pidato Fadak
Pidato Fadak dan cara bentuk gerakan Sayidah Zahra sa menuju ke arah masjid, menunjukkan bahwa dia tidak dalam keadaan sakit. Ibnu Abi al-Hadid dalam menggambarkan bagaimana perginya Sayidah Fatimah sa menuju ke masjid adalah karena dia ingin menyampaikan pidato Fadaknya bahwa dia datang dengan pakaian yang lengkap di antara kaum wanita dalam keadaan hijab sempurna karena panjangnya sampai menjulur ke bawah kakinya. Dengan memperhatikan ungkapan ini bahwa: ما تخرم من مشیه رسولالله؛ cara berjalannya tidak ada bedanya dengan berjalannya Rasulullah saw. Dengan berita tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa hingga Sayidah Zahra sa menyampaikan pidatonya, ketika itu penyerbuan ke rumahnya belum terjadi, karena jika penyerbuan dan pemukulan itu telah terjadi maka cara berjalannya tidak mungkin terlihat seperti biasa sehingga cara berjalannya disamakan dengan cara Rasulullah saw berjalan. [57]
Kembalinya Pasukan Usamah bin Zaid
Menurut sebagian pembuktian dikatakan bahwa penyerbuan ke rumah Sayidah Zahra sa terjadi setelah kembalinya pasukan Usamah bin Zaid. Adanya seorang bernama Buraidah bin Hashib Aslami yang dimuat dalam peristiwa penyerbuan tersebut dan juga nama tersebut ada dalam pasukan Usamah, seakan-akan hal ini tidak terjadi pada permulaan bulan Rabiul Awal. [58] karena pasukan Usamah kembali ke Madinah kira-kira lebih dari satu bulan setelah Rasulullah saw wafat. [59] Buraidah dalam peristiwa ini termasuk pendukung Imam Ali as. [60].
Tempat Pemusaraan
Tidak ada satupun dari sumber-sumber yang valid dan referensi-referensi pertama sejarah dan kronologi yang mengisyaratkan tempat pusara pemakaman Muhsin as. Namun ada sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa: Setelah Umar menedang perut samping perempuan mulia itu, Sayidah Fatimah sa jatuh di atas tanah, kemudian bagaimanapun caranya dia cepat-cepat bangun, berjalan dan masuk ke rumah dan kembali jatuh ke tanah dan berseru: Umar telah membunuhku. Imam Ali as maju ke depan ketika melihat keadaannya sedemikian rupa dia pun berseru memanggil Fiddhah, wahai Fidhdah, cepat angkat dan urus Fatimah dia sudah mulai merasakan sakit; Fidhdah lari dan membantu Fatimah; beberapa saat berlalu, kemudian ia berjalan pergi ke arah Ali as, sambil memegang sesuatu di tangannya, kemudian Ali bertanya: "Gerangan apakah ini wahai Fiddhah?" Dia menjawab: Jiwa tanpa nyawa Muhsin.. Imam berkata: "Aku tidak bisa pergi keluar rumah dan aku tidak memiliki siapa-siapa yang bisa membawanya ke Baqi untuk memusarakannya, kamu pusarakanlah di pekarangan rumah". [61]
Siksaan Bagi Pembunuhnya
Ibnu Qulawaih dalam Kāmil al-Ziyārat menukil sebuah hadis yang menurut hadis tersebut dikatakan bahwa orang pertama dari anak-anak Rasulullah saw yang perkaranya akan diusut pada hari Kiamat adalah perkara Muhsin, kemudian pembunuhnya akan disiksa. Setelah itu tiba giliran Qunfudz. [62]
Catatan Kaki
- ↑ Kulaini, al-Kafi, jld. 6, hlm. 18.
- ↑ Irsyad fi Ma'rifati hujajullah ala al-Ibad, jld. 1, hlm. 355.
- ↑ Ibnu Hazm, jld. 16 hlm. 37; Ibnu Hajar, al-Ishabah, jld. 1, hlm.244; Abu al-Fida, jld. 1, hlm.252; Qunduzi,jld.2, hlm 67.
- ↑ Ibnu Damesyqi, jld. 2, hlm. 121; Ibnu Katsir, jld.7, hlm. 367
- ↑ Thabari, jld. 4, hlm.118; Ibnu Atsir, jld.3, hlm. 397.
- ↑ Ibnu Qutaibah, hlm. 211.
- ↑ Ibnu Qutaibah, hlm. 210, Thabari, Dzakhair al-‘Uqba, hlm. 55.
- ↑ Baladzuri, jld. 2, hlm. 411.
- ↑ Sibth bin al-Jauzi, hlm. 57
- ↑ Shalihi Syami, jld. 1, hlm. 50; Ibnu Shabbagh, al-Fushul al-Muhimmah, hlm. 125.
- ↑ Ibnu Hazm, hlm. 16.
- ↑ Tārikh Yakubi, jld. 2, hlm. 213.
- ↑ Masudi, Muruj al-Dzahab, jld. 3, hlm. 63. .
- ↑ Muhammad bin Sulaiman Kufi, hlm. 221 dan 253.
- ↑ Khusaibi, al-Hidāyah al-Kubrā, hlm. 392 dan 417 .
- ↑ Qadhi Nu'man, jld. 3, hlm. 88. .
- ↑ Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 1, hlm. 354-355 .
- ↑ Nasabah Alawi (W. abad 5 H.) dalam al-Majdi fi Ansab al-Thalibin, hlm. 12. .
- ↑ Thabari, I'lamu al-Wara bi I'lami al-Huda, jld.1, hlm.395.
- ↑ Ibnu Syar Asyub, Manaqib Ali bin Abi Thalib, jld.3, hlm. 133.
- ↑ Arbali, Kasyf al-Ghummah fi Ma'rifat al-Aimmah, jld.2, hlm. 67 .
- ↑ Ahmad bin Hambal (W. 241H.) dalam Musnad, jld.1, hlm.98.
- ↑ al-Adab al-Mufrad, hlm.177.
- ↑ al-Ma'ārif, hlm.211.
- ↑ Ansāb al-Asyraf, jld. 2, hlm.411 dan jld.3, hlm361.
- ↑ al-Dzariah al-Thahirah, hlm. 61-62.
- ↑ Tarikh Thabari, jld.4, hlm. 118.
- ↑ Ibnu Hibban Basti al-Tsiqat, jld.2, hlm. 142.
- ↑ al-Mustadrak Ala al-Shahihain, jld.4, hlm. 165 dan 168.
- ↑ Ibnu Hazm, hlm. 16.
- ↑ Baihaqi, al-Sunan Al-Kubra, jld.6, hlm. 166 dan jld. 7. Hlm. 168.
- ↑ Ibnu Abdul Bar, jld.4, hlm. 448.
- ↑ Syahristani, al-Milal wa al-Nihal, jld.1, hlm. 77.
- ↑ al-Mustadrak Ala al-Shahihain, jld.4, hlm. 165 dan 168.
- ↑ al-Mustadrak Ala al-Shahihain, jld.4, hlm. 165 dan 168.
- ↑ Ibnu Atsir, Usd al-Ghābah, jld.4, hlm. 308
- ↑ Ibnu Atsir, al-Kāmil, jld.3, hlm. 397
- ↑ Sibth Ibnu al-Jauzi, Tazdkiratu al-Khawash, hlm. 57
- ↑ Dzahairu al-'Uqba, hlm. 119
- ↑ al-Mukhtasar fi Akhbar al- Basyar, jld.1, hlm. 252
- ↑ Nuwairi Nihayatu al-Irb, jld.3, hlm. 397.
- ↑ Dzahabi, jld.3, hlm. 425.
- ↑ Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, jld.7, hlm. 364.
- ↑ Al-Zarandi al-Hanafi al-Madani, Nazm Duraru al-Simthain, hlm. 37.
- ↑ Haitsami, jld.8, hlm. 52.
- ↑ Ibnu Hajar Asqalani, al-Ishabah, jld.6, hlm. 191.
- ↑ Ibnu Dimasqy, jld.2, hlm. 121.
- ↑ Shalihi Syami, jld.6, hlm. 358, > jld.11, hlm. 50-55 .
- ↑ Qunduzi , jld.2, hlm. 67, 142.
- ↑ Nuzhah al-Majālis wa Muntakhab al-Nafāis, jld.2, hlm. 177.
- ↑ Syahristani, jld. 1, hlm. 57-58.
- ↑ Ibid
- ↑ Syarh Nahjul Balaghah, jld.14, hlm.192-193.
- ↑ Thabari, Dalāilu al-Imāmah, hlm. 134.
- ↑ Kitab Sulaim bin Qais Hilali, hlm. 153.
- ↑ Ibid, hlm. 146 dan 148.
- ↑ Ibnu Abi al-Hadid, jld.16 hlm.263
- ↑ Yusufi Gharawi, hlm.146 dan 148.
- ↑ Yakubi, jld.1, hlm.127.
- ↑ Yusufi Gharawi, hlm.146 dan 148.
- ↑ Jāmi al-Nurain, hlm.206.
- ↑ Kāmil al-Ziyārat, al-Nash, hlm. 334.
Daftar Pustaka
- Abu al-Fida', Ismail bin Ibad, al-Mukhtashar fi Akhbar al-Basyar.
- Ahmad bin Hanbal, Musnad wa Bahamisyihi, Muntakhab Kanz al-Ummal fi Sunan al-Aqwal wa al-Af'al, Beirut, Dar Shadir, Tanpa tanggal.
- Alawi, Ali bin Muhammad al-Alawi al-Umari al-Nasabah, al-Majdi fi Ansāb al-Thalibin, Riset. Ahmad Mahdawi Damaghani, Qom, cet. 1, Maktabah al-Mar'asyi, 1409 H.
- Arbali, Abul Hasan Ali bin Isa bin Abi al-Fath al-Arbali (m 693 H), Kasyf al-Ghimmah fi Ma'rifah al-Aimmah, Beirut, Dar al-Adhwa', cet. 2, 1405 H/1985.
- Baihaqi, Ahmad bin al-Hasan bin Ali (m 458 H), al-Sunan al-Kubra, Beirut, Dar al-Fikr, Tanpa tanggal.
- Baladzuri, Ahmad bin Yahya, Ansāb al-Asyraf, Riset. Suhail Zakar dan Riyadh Zarkali, cet. 1, Beirut, Dar al-Fikr, 1417 H/ 1996.
- Bukhari, Imam Muhammad bin Ismail (m 256 H), al-Adab al-Mufrad, Beirut, Muassasah al-Kutub al-Tsaqafiyyah, cet. 1, 1406 H – 1986.
- Dulabi, Abu Basyar Ahmad bin Hamad (m 310), al-Dzurriyyah al-Thahirah, Riset. Sa'ad al-Mubarak Hasan, cet. 1, Kuwait, Dar al-Salafiyyah, 1407 H, hlm. 61-62.
- Dzahabi, Syamsuddin Muhammad bin Utsman (m 748 H), Sair A'lam al-Nubala, Riset. Syuaib al-Arnauth, Ibrahim az-Zabiq, cet. 9, Beirut, Muassasah al-Risalah, 1413 H.
- Haitsami, al-Hafiz Nuruddin Ali bin Abi Bakr (W. 807 H.) Majma' al-Zawaid wa Manba' al-Fawaid, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1408 H./ 1988.
- Hilali, Sulaim bin Qais, Kitab Sulaim bin Qais al-Hilali, riset: Muhammad Baqir Anshari, Hadi, Qum, cetakan pertama, 1405 H.
- Ibnu Abdul Barr, Yusuf bin Abdullah Qurtubi, (W. 463 H.) al-Istiāb fi Ma'rifati al-Ashāb, riset: al-Syaikh Ali Muhammad Muawadh-al-Syaikh Adil Ahmad Abdul Maujud, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1415 H./ 1995.
- Ibnu Asakir, al-Hafiz Abi al-Qasim Ali bin al-Hasan bin Hibbatullah al-syafi'i terkenal dengan Ibnu Asakir, (W. 571 H.), Tarjumatu al-Imam al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib As min Tārikh Madinah Dimasyq, riset: Muhammad Baqir al-Mahmudi, Muassasah al-Mahmudi untuk percetakan dan penyebaran, cetakan pertama, Beirut, 1400 H/1980.
- Ibnu Atsir, al-Kāmil fi al-Tārikh, Beirut, Dar Shadir, 1385 H/1965.
- Ibnu Dimasyqi, Syamsuddin Abi al-Barakat Muhammad bin Ahmad al- Dimasqy al-Bauni al-Syafi'i (W. 871 H.) Jawāhir al-Mathālib fi Manāqib al-Imam Ali bin Abi Thalib As, reiset: al-Syaikh Muhammad Baqir al-Mahmudi, Qum, Majma' Ihya al-Tsaqafah al-Islamiyah, cetakan pertama, 1415 H.
- Ibnu Hazm, Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Hazm al-Andalusi (W. 456 H.), Jamharatu Ansāb al-Arab, Tahqiq, komisi dari al-Ulama, cetakan 1, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1403 H./ 1983.
- Ibnu Hibban Basti (W. 354 H) Kitāb al-Tsiqāt, cetakan pertama, Beirut, Muassasah al-Kutub al-Tsaqafiah, (Majlis Dairatu al-Ma;arif al-Utsmaniyah. Bi Haidar Abad al-Dukn al-Hind), 1393 H.
- Ibnu Shabbagh, Ali bin Muhammad al-Maliki al-Makki (W. 855 H.), al-Fushul al-Muhimmah fi Ma'rifati al-Aimmah, riset: Aliah Sami al-Ghariri, Darul Hadis, Qum, 1379 HS.
- Ibnu Syahr Asyub, Muhammad bin Ali Mazandarani (W. 588 H.) Manaqib Ali bin Abi Thalib, riset: Komisi para Ustadz al-Najaf, Najaf, Maktabah al-Haidariyah, 1376 H./1956.
- Ibid., Dalail al-Imamah, Riset. Riset. Qism al-Dirasat al-Islamiyyah Muassasah al-Bi'tash, Bi'tsat, Qom, 1413 H.
- Ibn Katsir, Abul Fida' Ismail bin Katsir al-Damisyqi (m 774 H), Al-Bidayah wa al-Nidayah, Riset. Ali Syiri, cet. 1, Beirut, Dar Ihya al-Turats al-Arabi, 1408 H.
- Ibn Qutaibah, Abdullah bin Muslim al-Dinuri, al-Ma'arif, Riset. Tserwat Akkasheh, cet. 1, Qom, Mansyurat Al-Syarif al-Rashi, 1415 H/1373 HS.
- Ibnu Abi al-Hadid (W. 656 H.), Syarh Nahjul Balaghah, riset: Muhammad Abu al-Fadhl Ibrahim, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiah, Kairo, cetakan 2, 1387H./1967, cet. Offset Qom 1404 H.
- Ibnu Asakir, Tarjumatu al-Imam al-Husain bin Ali bin Abi Thalib As min Tārikh Madinah Dimasyq, riset: Muhammad Baqir al-Mahmudi, Qum, Majma' Ihya al-Tsaqafah al-Islamiyah, cetakan kedua, 1414 H.
- Ibnu Atsir, Izzuddin Ali bin Abi al-Karam (W. 630 H.) Usdu al-Ghābah, fi Ma'rifati al-Shahābah, Ismailiyan, Tehran, tanpa tanggal.
- Ibnu Hajar, Ahmad bin Ali al-‘Asqalani (W., 852 H.), al-Ishabah fi Tamizi al-Shahabah,Tahqiq, al-Syaikh Adil Ahmad Abdul Maujud al-Syaikh Ali Muhammad Mu'awadh, cetakan 1, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1415 H./ 1995 M.
- Khashibi, Abi Abdillah al-Husain bin Hamdan (m 334 H), al-Hidayah al-Kubra, Beirut, Muassasah al-Balagh lil Tiba'ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi', Lebanon, cet. 4, 1411 H- 1991 M, hlm. 392, dan 417.
- Kufi, Muhammad bin Sulaiman al-kufi al-Qadhi, Manaqib al-Imam Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, Riset. al-Syaikh Baqir al-Mahmudi, Qom, Majama' Ihya al-Tsaqofah al-Islamiyyah, cet. 1, Muharram, 1412 H.
- Mas'udi, Ali bin al-Husein (m 364 H), Muruj al-Dzahab wa Ma'adin al-Jauhar, Qom, cet. 2, Dar al-hijrah, 1363 S/ 1965 M.
- Nisyaburi, Muhammad bin Muhammad Hakim (m 405 H), al-Mustadrak ala al-Shahihain, Riset. Dr. Yusuf al-Mar'asyali, Beirut, Dar al-Ma'rifah, 1406 H.
- Nuwairi, Ahmad bin Syahab, Nihayah al-Arab (Persi), jild. 5, hlm. 257-258.
- Qadhi Nu'man, Abu Hanifah Nu'man bin Muhammad al-Tamimm al-Maghrabi (m 363 H), Syarkh al-Akhbar fi Fadhail al-Aimmah al-Athhar, Riset. al-Sayid Muhammad al-Huseini al-Jalali, Qom,cet. 2, Muassasah al-Nasyr al-Islami, 1414 H, Jild. 3, hlm. 88.
- Qunduzi, al-Syaikh Sulaiman bin Ibrahim al-Hanafi (1220- 1294 H), Yanabi' al-Mawaddah li Dzawi al-Qurba, Riset. Sayid Ali Jamal Asyarf al-Huseini, Tehran, Dar al-Uswah lil Thiba'ah wa al-Nasyr, cet. 1, 1416 H.
- Sabzewari, Mulla Ismail, Jami' al-Nurain, Tehran, Ilmiyyah Islamiyyah, tanpa tanggal, hlm. 206.
- Shafuri Syafi'i, Abdurrahman bin Abdus Salam (m 894 H), Nuzhat al-Majālis wa Muntakhab al-Nafais, al-Mathba'ah al-Kastaliyyah, Mesir, 1283 H.
- Sibth bin Jauzi, Tazkirah al-Khawash.
- Syahristani, Abi al-Fath Muhammad bin Abdul Karim bin Abi Bakr Ahmad (m 479-548), al-Milal wa al-Nihal, Riset. Muhammad Sayid Gilani, Beirut, Dar al-Ma'rifah, tanpa tanggal.
- Syaikh Mufid, Muhammad bin Nu'man (m 413 H), al-Irsyad, Riset. Muassasah Āl al-Bait li Tahqiq al-Turats, Qom, cet. 1, Dar al-Mufid, Qom, tanpa tanggal.
- Syami, Muhammad bin Yusuf Shalihi (m 942 H), Subul al-Hudā wa al-Rasyād fi Sirati Khair al-‘Ibad, Riset. Syaikh Adil Ahmad Abdul Maujud, Beirut, cet. 1, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1414 H, jild. 6, hlm. 358 dan jild. 11, hlm. 50 dan 55.
- Thabari, Ahmad bin Abdullah (m 694 H), Dzahair al-‘Uqba, Kairo, Maktabah al-Qudsi li Shahibiha Hasamuddin al-Qudsi, an Nuskhah Dar al-Kutub al-Mishriyyah, dan Nuskhah al-Khazanah al-taimuriyyah, Tehran, Intisyarat Jahan, 1356.
- Thabari, Muhammad bin Jurair (m 310 H), Tarikh al-Rusul wa al-Umam wa al-Mulk, Riset. Nukhbah min al-Ulama al-Ajilla, cet. 4, Beirut, Muassasah al-A'lami lil Mathbu'at, 1403 – 1983 M, cetakan ini diterima dengan naskah cetakan Braille kota London pada tahun 1879).
- Thabarsi, Al-Fadh bin al-Hasan (m 548 H), I'lamal-Wara fi A'lam al-Huda, Riset. Muassasah Āl al-Bait li Ihya al-Turats, Qom, cet. 1, Muassasah Alul Bait, 1417 H.
- Yakubi, Ahmad bin Wadhih (W. 282 H.) Tārikh Yakubi, Beirut, Dar Shadir, Tanpa tanggal.
- Yusufi Gharawi, Muhammad Hadi, Mausu'atu al-Tārikh al-Islami, Qum, Majma al-Fikr al-Islami, 1429 H.
- Zarandi, Jamaluddin Muhammad bin Yusuf bin al-Hasan bin Muhammad al-Zarandi al-Hanafi al-Madani (m 750 H), Nadzm Durar al-Simtain fi Fadhail al-Mushtafa wa al-Murtadha wa al-Bathul wa al-Simthain, Bi Ja, cet. 1, 1377 H – 1958.