Abdullah al-Afthah
Peran | Mengklaim Imam setelah kesyahidan Imam Shadiq as |
---|---|
Nama | Abdullah bin Ja'far Shadiq as |
Lakab | Afthah |
Terkenal dengan | Abdullah al-Afthah |
Ayah | Imam Ja'far Shadiq as |
Ibu | Fatimah binti Husain |
Tempat Tinggal | Madinah |
Anak-anak | Tidak memiliki anak |
Wafat | 70 hari pasca syahidnya Imam Shadiq as tahun 149/766 |
Tempat Dimakamkan | Bab al-Shagir Madinah |
Abdullah bin Ja'far (bahasa Arab: عبد الله بن جعفر الصادق ) terkenal dengan Abdullah Afthah (عبدالله الأفطح) adalah putra kedua Imam Shadiq as yang mengaku imam setelah kesyahidan imam, dan pengikutnya dikenal dengan Fathahiyah. Sebagian pengikutnya setelah mengetahui ia tidak kompeten dalam ilmu-ilmu agama segera berlepas diri darinya. Setelah lewat 70 hari dari pengakuan imamahnya ia meninggal dunia. Karena tidak memiliki anak, para pengikutnya kembali berimam kepada Imam Kazhim as.
Biografi
Abdullah adalah putra kedua Imam Ja'far Shadiq as setelah Ismail.[1] Ibunya adalah Fatimah binti Husain bin Husain bin Hasan bin Ali as[2][catatan 1]Karena ia mempunyai kepala lebar (افطح الرأس )[3] atau kaki lebar (افطح الرِجلَین )[4] dikenal dengan Abdullah al-Afthah.
Menurut penukilan Syaikh Mufid, posisi Abdullah di sisi ayahnya tidak seperti saudara-saudaranya yang lain. Sebab, akidahnya dituduh bertentangan dengan ayahnya dan duduk bersama Hasyawiyah[catatan 2] serta bangkit dan berafiliasi[5]pada mazhab Murjiah.[catatan 3]
Abdullah tidak mempunyai keturunan[6] tapi di sebagian sumber Ismaili[7] dan yang lain ditegaskan, sebagai ganti dari Ismail, para khalifah Fatimiyah pertama-tama mengenalkan saudaranya, Abdullah Afthah sebagai imam dan kakek mereka, kemudian mereka berpindah dari soal ini dan mengetengahkan keimamahan Ismail.
70 hari pasca syahadahnya Imam Shadiq as Abdullah meninggal dunia.[8]
Silsilah keluarga Ahlulbait as
|
---|
Pengakuan Imamah
Ketika Imam Shadiq as syahid, sebagai anak tertua Abdullah mengklaim diri sebagai imam dengan dalih, bahwa keimamahan berpindah kepada anak imam yang paling besar. Pada awalnya sekelompok orang-orang Syiah menjadi pengikutnya. Disebutkan bahwa Imam Shadiq as sebelum wafat sudah mengetahui dakwaan Abdullah soal imamah dan ia berwasiat kepada putranya Imam Kazhim as supaya membiarkan Abdullah, sebab usianya tidak lama.[9]
Tidak Punya Kompetensi Keilmuan
Dalam sumber sejarah disebutkan bahwa orang-orang Syiah untuk mendapatkan keyakinan akan kebenaran dakwaan Abdullah menanyakan beberapa persoalan, namun karena ia tidak bisa menjawab dengan benar maka banyak dari mereka berlepas diri. Pertanyaan-pertanyaan itu disebutkan dalam beberapa sumber. Sebagai contoh:
- Pertanyaan sebagian orang Syiah Khurasan yang datang ke Madinah setelah kesyahidan Imam Shadiq as dan Abdullah tidak mampu menjawabnya.[10]
- Hisyam bin Salim al-Jawaliqi dan Mukmin al-Thaq bertanya padanya tentang zakatnya 100 Dirham. Ia menentukan 2 Dirham.[11]
- Disebutkan bahwa Abdullah pernah ditanya; jika ada orang berkata tanpa saksi pada istrinya: "Aku talak kamu sejumlah hitungan bintang-bintang di langit, benar atau tidak?" Ia menjawab: "talak itu benar".[12]
Fathahiyah
Ketika Abdullah mengaku imam, sekelompok orang Syiah condong padanya. Mereka ini terkenal dengan Fatahiyah.[13] Dengan meninggalnya Abdullah 70 hari setelah syahidnya Imam Shadiq as[14], sisa pengikut-pengikutnya kembali pada keimamahan Imam Kazhim as.
catatan
- ↑ Abdullah dan Ismail adalah saudara seayah dan seibu
- ↑ Golongan ini adalah kelompok ekstrim Ahlusunah yang tidak mementingkan pandangan akal dan meyakininya sebagai bid'ah.(Mu'tazili, Ibu Abil Hadid, Syarah Nahjul Balaghah, jld.6, hlm.436)
- ↑ Salah satu aliran teologi yang meyakini bahwa ibadah yang disertai dengan kekafiran tidak akan bermanfaat. Begitu juga berbuat dosa tidak akan mengurangi keimanan. Kelompok ini meyakini niat dan akidah sebagai pokok utama dan ucapan serta perilaku tidak memiliki nilai apa-apa. (Syahristani, Milal wa Nihal, jld.1, hlm. 125)
Catatan Kaki
- ↑ Mufid, al-Irsyad, jld 2, hlm.210
- ↑ Syahristani, al-Milal wa al-Nihal, jld.1, hlm.96
- ↑ Ibnu Hazm, Jamharah Ansab al-Arab, hlm.59
- ↑ Syaikh Mufid,al-Irsyad, jld.2, hlm. 211
- ↑ Syaikh Mufid, al-Irsyad, jld.2, hlm. 211
- ↑ Ibnu Hazm, Jamharah Ansab al-Arab, hlm. 59
- ↑ Lihat! Hamadani, 9-12; Ibnu Hazm, 59
- ↑ Qadhi Nukman, Syarhul Akkbar, jld.3, hlm. 310
- ↑ Masudi, Isbatul Washiyah, hlm.198
- ↑ Muhaddis Nuri,Mustadrak al-Wasail, jld.15, hlm. 467
- ↑ Nabathi Bayadhi, al-Shiratul Mustaqim, jld.2, hlm191
- ↑ Nabathi Bayadhi, al-Shiaratul Mustaqim, jld.2, hlm.192
- ↑ Subhani, Buhutsun fi al-Milal wa al-Nihal, jld.8, hlm. 78
- ↑ Syahristani, Milal wa Nihal, jld.1, hlm. 148
Daftar Pustaka
- Ibnu Hazm Andalusi, Jamharatu Ansab al-Arab, Darul Kutub al-Ilmiyah, cetakan 1, Bairut, Lebanon, 1418 H
- Mas'udi, Isbatul Washiyah li al-Imam Ali bin Abi Thalib, cet. III, Anshariyan, 1426 H
- Mufid, al-Irsyad fi Makrifati Hujajillah Ala al-Ibad, cet. I, Qom, Kongres Syaikh mufid, 1413 H
- muhaddis Nuri, Mustadrak al-Wasail, Muassasah Al al-Bait as, Qom, 1408 H
- Nabathi Bayadhi, Ali bi Yunus, al-Shiratul Mustaqim, Pustaka Haidariyah, Najaf, 1484 H
- Qadhi Nukman Magribi, Syarhul Akhbar fi Fadhail al-Aimmah al-Athhar, cet. I, Qom, Jami'ah Mudarrisin, 1409 H
- Subahani, Ja'far, Buhutsun fi al-Milal wa al-Nihal, Qom, Yayasan Imam Shadiq as, 1418 H
- Syahristani, al-Milal wa al-Nihal, cetakan 4, Bairut, Darul Makrifah, 1415 H