Konsep:Khotbah Imam Ali as di Lailatul Harir
b || b ||
|| - ||
||
||
||
||
| Tema | Memotivasi pasukan untuk berperang |
|---|---|
| Diriwayatkan dari | Imam Ali as |
| Sumber Syiah | Al-Futuh, Waqi'atu Shiffin |
| Sumber Ahlusunah | Al-Imamah wa al-Siyasah |
Khotbah Lailatul Harir (bahasa Arab: خطبة لیلة الهریر) (Malam Jeritan) adalah khotbah yang disampaikan oleh Imam Ali as pada Lailatul Harir, salah satu malam dalam Perang Shiffin, untuk memotivasi pasukannya agar terus berperang melawan pasukan Muawiyah bin Abu Sufyan.[1] Lailatul Harir adalah malam di mana pasukan Muawiyah melolong seperti anjing di bawah hantaman pasukan Imam Ali as.[2]
Khotbah ini disampaikan setelah Salat Isya[3] pada 12 Safar[4] dan menurut nukilan lain pada malam 10 Safar atau 17 Safar tahun 37 H.[5]
Khotbah dimulai dengan puji-pujian kepada Allah.[6] Imam Ali as menasihati para sahabatnya untuk mengingat Allah, salat, membaca Al-Qur'an, dan berdoa[7] serta mengajak mereka untuk waspada dalam perang, bersabar, teguh (istiqamah), dan jujur.[8] Kemudian, dengan menunjuk pada kelemahan musuh, beliau memotivasi pasukannya agar tidak lemah di akhir pertempuran sebagaimana mereka telah berusaha di awal, dan menyerahkan hasilnya kepada takdir Ilahi.[9]
Khotbah Lailatul Harir telah dinukil dalam sumber-sumber Syiah[10] dan Ahlusunah.[11] Penukilan pertama berasal dari Sulaim bin Qais al-Hilali (w. 76 H) dalam Kitab Sulaim bin Qais.[12] Setelahnya, Nashr bin Muzahim (w. 212 H) dalam Waq'atu Shiffin[13] dan Ibnu Qutaibah Dinawari dalam Al-Imamah wa al-Siyasah[14] juga menyebutkannya. Teks lengkapnya terdapat dalam Al-Futuh karya Ibnu A'tsam Kufi (penulis abad ke-4 H).
Dalam Nahjul Balaghah terdapat sebuah khotbah dengan judul Lailatul Harir yang berbeda dengan khotbah ini.[15] Menurut Ibnu Abi al-Hadid, pensyarah Nahjul Balaghah, khotbah tersebut berkaitan dengan hari setelah Lailatul Harir,[16] dan menurut riwayat Imaduddin Thabari (sejarawan abad ke-6 H)[17] berkaitan dengan awal Perang Shiffin.
Teks dan Terjemahan
| Teks Khotbah | Terjemahan |
|---|---|
| خَطَبَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَصْحَابَهُ بَعْدَ أَنْ صَلَّى عِشَاءَ الآخِرَةِ فَقَالَ: | Amirul Mukminin Ali as berkhotbah kepada para sahabatnya setelah mendirikan salat Isya, beliau bersabda: |
| الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي يُبَرِمُ مَا قَضَى وَقَدَّرَ، فَمَا أَبْرَمَ فَلَا يَنْقُضُهُ النَّاقِضُونَ، وَمَا نَقَضَ فَلَنْ يُبَرِمَهُ الْمُبَرِمُونَ، | Segala puji bagi Allah yang mengukuhkan apa yang telah Dia tetapkan dan takdirkan. Apa yang telah Dia kukuhkan, tidak ada seorang pun yang dapat membatalkannya, dan apa yang telah Dia batalkan, tidak ada seorang pun yang dapat mengukuhkannya. |
| مَعَ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَوْ شَاءَ لَمَا اخْتَلَفَ اثْنَانِ مِنْ خَلْقِهِ، وَلَا تَنَازَعَتِ الْأُمَّةُ فِي شَيْءٍ مِنْ أَمْرِهِ، وَلَا جَحَدَ الْمَفْضُولُ حَقَّ الْفَاضِلِ، وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا، وَلَكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ، | Padahal jika Allah berkehendak, niscaya tidak akan ada dua orang dari makhluk-Nya yang berselisih, dan umat tidak akan bertikai dalam urusan-Nya, dan orang yang lebih rendah tidak akan mengingkari hak orang yang lebih utama. Dan jika Allah berkehendak, niscaya mereka tidak akan saling membunuh, akan tetapi Allah melakukan apa yang Dia kehendaki. |
| وَقَدْ سَاقَتْنَا وَهَؤُلَاءِ الْمَقَادِيرُ إِلَى هَذَا الْمَكَانِ، وَنَحْنُ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى بِمَنْظَرٍ وَمَسْمَعٍ، | Takdir-takdir ini telah menggiring kita ke tempat ini, dan kita berada dalam penglihatan dan pendengaran Allah Ta'ala. |
| وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَانْتَقَمَ وَكَانَ مَعَهُ التَّغْيِيرُ وَلَكِنَّهُ جَعَلَ الدُّنْيَا دَارَ الْأَعْمَالِ وَالْآخِرَةَ دَارَ الْقَرَارِ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى، | Jika Allah berkehendak, niscaya Dia akan membalas (menghukum) dan perubahan ada pada sisi-Nya, akan tetapi Dia menjadikan dunia sebagai tempat beramal dan akhirat sebagai tempat menetap, agar Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). |
| أَلَا وَإِنَّكُمْ تُقَاتِلُونَ عَدُوَّكُمْ غَدًا فَاطْلُبُوا اللَّيْلَةَ الْقِيَامَ وَأَكْثِرُوا فِيهَا مِنْ تِلَاوَةِ الْقُرْآنِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ وَاسْأَلُوهُ النَّصْرَ، وَعَلَيْكُمْ بِالْحَذَرِ وَالْحَزْمِ وَالْصَّبْرِ وَكُونُوا صَادِقِينَ، | Ketahuilah! Sesungguhnya kalian akan memerangi musuh kalian besok, maka hidupkanlah malam ini (dengan ibadah), perbanyaklah membaca Al-Qur'an di dalamnya, berzikirlah kepada Allah, dan mintalah pertolongan kepada-Nya. Hendaklah kalian waspada, teguh, dan bersabar, serta jadilah orang-orang yang jujur (benar). |
| أَلَا! وَقَدْ بَلَغَ بِكُمْ وَبِعَدُوِّكُمْ مَا قَدْ رَأَيْتُمْ وَلَمْ يَبْقَ مِنْهُمْ إِلَّا آخِرَ نَفَسٍ | Ketahuilah! Sungguh keadaan kalian dan musuh kalian telah sampai pada apa yang telah kalian lihat, dan tidak tersisa dari mereka kecuali napas terakhir (sisa-sisa tenaga). |
| فَإِنَّ الْأُمُورَ إِذَا أَقْبَلَتْ اعْتَبِرُوا آخِرَهَا بِأَوَّلِهَا | Sesungguhnya urusan-urusan itu apabila datang, maka nilailah akhirnya dengan awalnya (jangan sampai semangat di awal namun kendor di akhir). |
| وَقَدْ صَبَرَ لَكِنَّ الْقَوْمَ عَلَى غَيْرِ دِينٍ حَتَّى بَلَغُوا فِيكُمْ مَا بَلَغُوا، وَأَنَا غَادٍ عَلَيْهِمْ غَدًا وَمُحَاكِمُهُمْ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ | Sungguh (kalian) telah bersabar, namun kaum itu tidak berada di atas agama hingga mereka mencapai apa yang mereka capai terhadap kalian. Dan aku akan mendatangi mereka besok pagi dan menyerahkan hukum mereka kepada Tuhan semesta alam.[18] |
Catatan Kaki
- ↑ Ibnu A'tsam Kufi, Al-Futuh, 1411 H, jld. 3, hlm. 171.
- ↑ Subhani, Furug-e Welayat, 1380 HS, hlm. 601.
- ↑ Ibnu A'tsam Kufi, Al-Futuh, 1411 H, jld. 3, hlm. 171.
- ↑ Baladzuri, Ansab al-Asyraf, 1417 H, jld. 2, hlm. 323.
- ↑ Subhani, Furug-e Welayat, 1380 HS, hlm. 601.
- ↑ Ibnu A'tsam Kufi, Al-Futuh, 1411 H, jld. 3, hlm. 171.
- ↑ Ibnu A'tsam Kufi, Al-Futuh, 1411 H, jld. 3, hlm. 171.
- ↑ Ibnu A'tsam Kufi, Al-Futuh, 1411 H, jld. 3, hlm. 171.
- ↑ Ibnu A'tsam Kufi, Al-Futuh, 1411 H, jld. 3, hlm. 171.
- ↑ Al-Minqari, Waq'atu Shiffin, 1404 H, hlm. 476.
- ↑ Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa al-Nihayah, Beirut, jld. 7, hlm. 261.
- ↑ Qais Hilali, Kitab Sulaim bin Qais al-Hilali, 1405 H, jld. 2, hlm. 807.
- ↑ Al-Minqari, Waq'atu Shiffin, 1404 H, hlm. 476.
- ↑ Ibnu Qutaibah Dinawari, Al-Imamah wa al-Siyasah, 1410 H, jld. 1, hlm. 143.
- ↑ Nahjul Balaghah, Koreksi: Subhi Shalih, Khotbah 66, hlm. 97.
- ↑ Ibnu Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah, 1404 H, jld. 5, hlm. 175.
- ↑ Thabari, Bisyarah al-Mushthafa li Syi'ah al-Murtadha, 1383 H, hlm. 141.
- ↑ Mustaufi Heravi, Terjemahan Al-Futuh Ibnu A'tsam, 1411 H, jld. 3, hlm. 171.
Daftar Pustaka
- Ibnu Abi al-Hadid, Abdul Hamid bin Hibatullah. Syarh Nahj al-Balaghah, koreksi: Muhammad Abul Fadhl Ibrahim. Qom: Perpustakaan Umum Ayatullah Mar'asyi Najafi. Cetakan pertama, 1404 H.
- Ibnu A'tsam Kufi, Ahmad. Al-Futuh. Telaah: Ali Syiri. Beirut: Dar al-Adhwa'. Cetakan pertama, 1411 H.
- Ibnu Qutaibah Dinawari, Abdullah bin Muslim. Al-Imamah wa al-Siyasah, penelaah: Ali Syiri. Beirut: Dar al-Adhwa'. Cetakan pertama, 1410 H.
- Ibnu Katsir, Ismail bin Umar. Al-Bidayah wa al-Nihayah. Beirut: Dar al-Fikr, tanpa tahun.
- Al-Minqari, Nashr bin Muzahim. Waq'atu Shiffin. Disunting: Abdus Salam Muhammad Harun. Qom: Maktabah Ayatullah al-Mar'asyi al-Najafi. Cetakan kedua, 1404 H.
- Subhani Tabrizi, Ja'far. Furugh-e Welayat: Tarikh-e Tahlili-ye Zendegani-ye Amirul Mukminin Ali as. Qom: Muassasah Imam Shadiq as, 1380 HS.
- Thabari, Muhammad bin Abi al-Qasim. Bisyarah al-Mushthafa li Syi'ah al-Murtadha. Najaf: Al-Maktabah al-Haidariyah. Cetakan kedua, 1383 H.
- Qais Hilali, Sulaim. Kitab Sulaim bin Qais al-Hilali, disunting: Muhammad Anshari. Qom: Al-Hadi. Cetakan pertama, 1405 H.
- Mustaufi Herawi, Muhammad bin Ahmad. Terjemahan Al-Futuh Ibnu A'tsam, disunting: Ghulam Ridha Thabathabai Majd. Teheran: Sazman-e Intesyarat wa Amuzesy-e Inqelab-e Islami, 1372 HS.