Sayidah Nafisah
Nama | Sayidah Nafisah |
---|---|
Ayah | Hasan bin Zaid bin Hasan al-Mujtaba |
Lahir | 11 Rabiul Awal 145 H/9 Juni 762 |
Tempat Lahir | Mekkah |
Tempat Tinggal | Madinah• Mekkah |
Pasangan | Ishaq Mu'taman bin Imam Musa al-Kazhim as |
Anak-anak | Qosim• Ummu Kultsum |
Wafat | Ramadhan 208 H/Januari 824 |
Tempat Dimakamkan | Kairo, Mesir |
Masa Hidup | 63 tahun |
Sayidah Nafisah (bahasa Arab: السيدة نفيسة) adalah termasuk dari cucu-cucu Imam Hasan al-Mujtaba as dan putri dari Hasan bin Zaid bin Hasan yang dimakamkan di Mesir. Sumber-sumber historis menyebutnya sebagai wanita ābid (tekun beribadah), zuhud, muhaddis, baik dan penghafal Alquran al-Karim.
Pada awalnya, Sayidah Nafisah pergi ke Mesir dengan tujuan untuk berziarah ke kuburan Nabi Ibrahim as, namun karena permintaan masyarakat, akhirnya ia menetap hingga akhir usianya di sana. Di dalam sebagian referensi, disebutkan beberapa keramatnya seperti menyembuhkan orang sakit dan juga berhentinya kekeringan Mesir dan sungai Nil karenanya.
Sayidah Nafisah memiliki ilmu tentang tafsir dan hadis, oleh karenanya sebagian ulama hadis seperti, Muhammad bin Idris Syafi'i dan Ahmad bin Hanbal mengikuti majlis-majlis penukilah hadisnya serta menukil hadis darinya. Sayidah Nafisah meninggal pada bulan Ramadan tahun 208 H. Suaminya, Ishaq Mu'taman ingin memindahkan jenazah istrinya itu ke Madinah; namun karena permintaan penduduk Mesir, ia dikuburkan di sana. Kuburannya di Kairo menjadi tempat ziarah kaum Muslim.
Biografi
Nafisah Khatun lahir di Mekah dan tumbuh besar di Madinah.[1]Rumah yang ditinggali Sayidah Nafisah di Madinah berada di bagian barat kota berhadapan dengan rumah yang dinisbatkan kepada Imam Shadiq as.[2]DI dalam kitab ad-Dur al-Mantsur fi Thabaqat Ribat al-Khudur menukil dari kitab Is'af ar-Raghibin dikatakan bahwa Sayidah Nafisah lahir pada tahun 145 H.[3] Azizullah Atharidi mencatat tanggal kelahirannya pada 11 Rabiul Awal tahun 145 H/762.[4] Nasabnya dari sisi ayah berjarak tiga generasi dengan Imam Hasan al-Mujtaba as.[5] Ayahnya, Hasan bin Zaid bin Hasan pernah ditunjuk untuk menjabat sebagai gubernur Madinah oleh Mansur Abbasi selama 5 tahun, kemudian ia diturunkan dari jabatan dan dipenjarakan.[6]Menurut kutipan MUqrizi dari kitab al-Raudhah al-Insiyyah bi Fadhl Masyhad al-Sayyidah Nafisah, ibu Sayidah Nafisah adalah Ummu Walad.[7]hidup di sisi ayahnya Hasan bin Zaid di Madinah.
Menikah
Nafisah Khatun menikah dengan Ishaq Mu'taman bin Imam Shadiq as[8] pada umur 15 tahun.[9] Dalam kitab-kitab sejarah, Ishāq diperkenalkan sebagai manusia bertkawa dan dipercaya dalam menukil hadis.[10] Ishaq termasuk di antara para saksi wasiat imam ketujuh mengenai putranya Imam Ridha as.[11] Sayidah Nafisah melalui pernikahannya dengan Ishaq memiliki dua anak dengan nama Qasim dan Ummu Kultsum.[12]
Silsilah keluarga Ahlulbait as
|
---|
Hijrah ke Mesir
Dalam kitab al-Dur al-Mantsur fi Thabaqat Ribath al-Khudur menukil kitab al-Mazarat Sakhawi, dikatakan bahwa Sayidah Nafisah pada tahun 193 H setelah melakukan manasik haji, pergi ke Baitul Maqdis bersama suaminya untuk berziarah ke kuburan Nabi Ibrahim as, kemudian mereka pergi ke Mesir.
Mereka mendapat sambutan hangat dari masyarakat setempat. Awalnya, masyarakat memberi mereka tempat tinggal di sebuah rumah milik seorang pedagang besar bernama Jamaluddin bin Abdullah Jashshash. Karena berita yang menyebar bahwa Sayidah Nafisah menyembuhkan seorang gadis Yahudi, banyak orang-orang Mesir dan sekitarnya yang datang kepadanya untuk meminta berkah.
Sambutan masyarakat sedemikian besar sehingga Nafisah Khatun merasakan tuan rumah terganggu. Oleh karenanya, ia berniat meninggalkan Mesir dan pindah ke Hijaz. Namun, masyarakat meminta Gubernur Mesir supaya mencegahnya pindah ke Hijaz.
Sayidah Nafisah berkata kepada Gubernur, "Aku adalah seorang wanita lemah, aku tidak bisa lagi beribadah kepada Tuhanku, tempat tinggalku kecil tidak memiliki kapasitas untuk menampung sedemikian banyak orang. Gubernur Mesir kemudian memberinya sebuah rumah yang memiliki tujuh pintu dan memintanya untuk mengkhususkan dua hari dalam seminggu untuk masyarakat dan sisanya untuknya beribadah. Sayidah Nafisah memilih hari Sabtu dan Rabu untuk masyarakat, dengan demikian ia tinggal di Mesir untuk selamanya. [13]
Kedudukan Spiritual dan Keilmuan
Zirikli menyebutkan beberapa sifat untuk Sayidah Nafisah seperti; Taqiyyah, Shalihah, 'Alimah bi al-Tafsir wa al-Hadits.[14] Nafisah al-Darain, Nafisah al-Thahirah, Nafisah al-'Abidah, Nafisah al-Mishriyyah, dan Nafisatul Mishriyyin.[15] merupakan beberapa gelarnya yang lain.
Kedudukan Spiritual
Sebagian referensi menuliskan tentang ibadah, zuhud, dan kedermawanan Sayidah Nafisah. Disebutkan juga bahwa ia memiliki harta yang banyak, sering membantu orang lain khususnya orang sakit.[16] Selama hidupnya ia pergi haji sebanyak 30 kali.[17] Ia sering melaksanakan solat tahajjud dan sering berpuasa.[18] Juga dikatakan bahwa ia menggali kuburnya dengan tangannya sendiri dimana setiap hari ia masuk ke dalamnya kemudian mendirikan solat serta menghatamkan Alquran.[19]
Menurut keterangan kitab Nasikh al-Tawarikh, Sayidah Nafisah memmiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi masyarakat Mesir.[20] Abu Nashr Bukhari mengatakan bahwa masyarakat Mesir untuk membuktikan kebenaran klaimnya bahkan bersumpah atas namanya.[21] Sebagian peneliti Mesir menyebut penyebab kecintaan masyarakat Mesir kepada Sayidah Nafisah karena kehidupannya yang tidak terikat kepada dunia.[22] Keakraban Sayidah Nafisah dengan Alquran sangat besar.[23] Dikatakan bahwa ia meninggal dunia dalam keadaan sedang membaca ayat-ayat ini[24]:
Keilmuan
Sayidah Nafisah sangat mengenal ilmu hadis dan tafsir Alquran[27] sebagian ulama hadis menukil hadis darinya.[28] Muhammad bin Idris Sayfi'i (salah satu faqih dari empat mazhab Ahlusunah) mengambil hadis darinya juga Ahmad bin Hanbal (pemimpin mazhab Hanbali) mengikuti majlis penukilan hadisnya.[29] Ketika Muhammad bin Idris Syafi'i meninggal dunia, jenazahnya dibawa ke rumah Sayidah Nafisah, dan Sayidah Nafisah ikut dalam salat jenazah tersebut.[30]
Keramat-keramat
Banyak keramat disebutkan dalam literatur dan dinisbatkan kepada Sayidah Nafisah. Di antaranya, menyembuhkan orang sakit[31] dan bahkan terselamatkannya Mesir dan sungai Nil dari paceklik dan kekeringan.[32] Jamaluddin bin Thaghra Burdi mengatakan keramat-keramat Sayidah Nafisah terkenal dimana-mana. Ahmad Abu Kaf mengatakan bahwa Sayidah Nafisah mendapat gelar Karimah al-Darain karena masyarakat Mesir sering kali melihat keramat-keramatnya baik di masa hidupnya maupun setelah wafatnya.[33] Di dalam sebagian referensi, disebutkan juga keramat-keramat setelah wafatnya.[34] Dzabihullah Mahallati dalam kitab Rayahin al-Syari'ah setelah menyebutkan beberapa keramat Sayidah Nafisah, mengatakan bahwa sumber yang mencatat sejarah dan biografi sayidah Nafisah adalah kitab Ahlusunah dan tidak menutup kemungkinan untuk dipermasalahkan.[35]
Wafat
Nafisah Khatun meninggal pada bulan Ramadan tahun 208 H/284 M.[36] Ishaq Mu'taman ingin membawa jenazah istrinya itu ke Madinah, namun karena permintaan masyarakat Mesir, ia dikuburkan di sana.[37]
Namun menurut beberapa sumber sejarah, Ishaq tidak menerima permintaan mereka. Masyarakat Mesir pergi menghadap penguasa mesir saat itu memohon untuk merayu Ishaq agar tidak membawa jenazah Sayidah Nafisah ke Madinah. Namun, penguasa Mesir tidak berhasil merayunya. Masyarakat kemudian mengumpulkan harta yang banyak dan memberinya kepada Ishaq agar menerima permohonan mereka. Ishaq pun menolaknya, namun berkat mimpinya ia menerima permintaan mereka. Dalam mimpi itu, Rasulullah saw mengatakan kepadanya "Kuburlah istrimu di sini."[38]
Pusara Sayidah Nafisah
Sayidah Nafisah dimakamkan di rumahnya di tempat yang dikenal sebagai Darb Al-Sab'ah (tujuh pintu) dan Darb Yazrab. Muqrizi menganggap tempat pemakamannya sebagai salah satu dari empat tempat[catatan 1] yang dikenal untuk mengabulkan doa di Mesir.[39] Ubaidullah bin Siri bin Hakam dikatakan sebagai orang pertama yang membangun monumen di atas makamnya, ia adalah penguasa Mesir saat itu, catatan yang berada di pintu masuk makam, menunjukkan bahwa makam ini dibangun pada bulan Rabiul Tsani tahun 482 H.[40] Dan pada tahun 533 H, Hafidz Khalifah merenovasi tempat itu dan membangun sebuah dharih dan kubah.[41] Yaqut Hamawi (ahli geografi abad ke-7) melaporkan tentang adanya kubah di makam sayidah Nafisah pada waktu itu.[42]
Pusara Sayidah Nafisah adalah salah satu tempat ziarah terkenal di Mesir.[43] Ibnu Katsir, yang menganggap ziarah kuburan sebagai syirik, mengatakan, "Masyarakat Mesir menggunakan kata-kata tentang dia yang mengarah pada kekafiran dan kesyirikan." Dari pernyataannya, terlihat bahwa orang-orang Syiah dan Ahlusunah Mesir pada waktu itu sangat menghormati Nafisah Khatun dan berziarah ke makamnya.[44] Diketahui juga dari laporan Dzahabi yang dinisbatkan kepada masyarakat Mesir bahwa mereka meminta pengampunan melalui Sayidah Nafisah, dari sini bisa disimpulkan bahwa masyarakat mesir bertawasul kepadanya.[45]
Masyarakat Mesir merayakan hari lahir Sayidah Nafisah sejak tahun 889 H pada masa Malik Asyraf Qaytbay (memerintah 872-901 H) dari dinasti Mamluk Sirkasia. Pada malam ulang tahunnya, kerumunan besar Syiah dan Sunni melantunkan qasidah dan bersuka cita di pusaranya hingga larut malam. Masyarakat Mesir bertawasul kepada Sayidah Nafisah untuk memenuhi kebutuhan mereka dan mencium pusara untuk mendapat berkah. Merupakan adat masyarakat setempat untuk mengadakan perayaan pernikahan di sekitar pusara dan pengantin wanita mengelilingi pusaranya.[46]
Selama era Qajar, beberapa Syiah Iran pergi ke Damaskus dan Mesir selama haji dan mengunjungi makam Sayidah Nafisah. Ziarah ini tercermin dalam beberapa catatan perjalanan haji Iran yang memberikan informasi tentang pusara dan kepercayaan masyarakat Mesir tentangnya.[47]
Doa Ziarah
Dalam kitab-kitab biografi religi disebutkan doa ziarah untuk wanita ini. Dalam doa ziarah-ziarah ini disebutkan kedudukan spritual dan kemulian nasab Sayidah Nafisah serta diucapkan salam kepadanya sebagai wanita dari keluarga suci Nabi (itrah).[48]
Menurut sebagian catatan sejarah, kaum Muslimin pada abad-abad dahulu ketika berziarah kepada Sayidah Nafisah membaca teks ziarah khusus yang di dalamnya terkandung makna; dengan perantara keagungan dan kemuliaan nasabnya kami memohon kepada Allah swt untuk mengkabulkan hajat kami. Doa ziarah ini disebutkan dalam kitab Durar al-Ashdāf. Potongan doa ziarah ini adalah:
Masyarakat Mesir meyakini hari Rabu sebagai hari ziarah kepada Sayidah Nafisah.[50]
Catatan Kaki
- ↑ Zirikli, al-A'lām, jld.8, hlm.44
- ↑ Golizawwarah, Banu-e Karamat, hlm. 3
- ↑ Fawwaz al-'Amili, ad-Dur al-Mantsur, hlm. 521
- ↑ Atharidi, Gowhar Khandan-e Emamat, hlm.7
- ↑ Ibn Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, 1408 H, jld. 10, hlm. 262
- ↑ Ibn Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, 1408 H, jld. 10, hlm. 262
- ↑ Muqrizi, al-Khitath al-Muqriziyah, 1998, jld. 3, hlm. 637
- ↑ Muqrizi, al-Khitath al-Muqriziyah, 1998, jld. 3, hlm. 638
- ↑ Atharidi, Gowhar Khandan-e Emamat, hlm.10;Abu Kaf, Ālu Baiti al-Nabi fi Mishr, hlm.101-102;
- ↑ Muqrizi, al-Khitath al-Muqriziyah, 1998, jld. 3, hlm. 637
- ↑ Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 316
- ↑ Muqrizi, al-Khitath al-Muqriziyah, 1998, jld. 3, hlm. 637
- ↑ Fawwaz al-'Amili, al-Durr al-Mantsur, 1312 H, hlm. 522
- ↑ Zirikli, al-'A'lam, 1989, jld. 8, hlm. 44
- ↑ Abu Kaf, Alu Bayt al-Nabi fi al-Mishr, 1975, hlm. 111
- ↑ Ibn Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, 1408 H, jld. 10, hlm. 262; Muhammad al-Hasun, A'lam Nisa' al-Mu'minat, 1411 H, hlm. 626-627
- ↑ Zirikli, al-A'lam, jld.8, hlm.44; Muqrizi, al-Khitath al-Muqriziyah, 1998, jld. 3, hlm. 639
- ↑ Muqrizi, al-Khitath al-Muqriziyah, 1998, jld. 3, hlm. 639
- ↑ Sepehr, Nasikh al-Tawārikh, jld.3, hlm.126
- ↑ Sepehr, Nasikh al-Tawarikh, jld. 3, hlm. 120
- ↑ Abu Nashr Bukhari, Sirr al-Silsilah al-'Alawiyah, 1381 H, hlm. 29
- ↑ Syeikh Muhammad Shubban, Is'af al-Raghibin, tulisan tangan, hlm. 81
- ↑ Muqrizi, al-Khitath al-Muqriziyah, 1998, jld. 3, hlm. 637
- ↑ Ghulam Ridha Guli Zawwareh, hlm. 12
- ↑ QS. Al-An'am: 12
- ↑ QS. Al-An'am: 127
- ↑ Al-Wardani, al-Syiah fi Mishr, 1414 H, hlm. 109
- ↑ Ibn Khalkan, Wafiyat al-A'yan, Dar al-Shadir, jld. 5, hlm. 423-424
- ↑ Atharidi, Gowhar Khandan-e Emamat, hlm. 12-29; Abu Kaf, Alu Bait al-Nabi fi Mishr, 1975, hlm. 107
- ↑ Ibn 'Imad Hanbali, Syadzarat al-Dzahab, 1406 H, jld. 3, hlm. 43; Ibn Khalkan, Wafiyat al-A'yan, jld. 5, hlm. 424; Fawwaz al-'Amili, al-Durr al-Mantsur, 1312 H, hlm. 521
- ↑ Abu Kaf, Alu Bayt al-Nabi fi Mishr, 1975, hlm. 107; Mahallati, Rayahin al-Syariah, Dar al-Kutub al-Islamiyah, jld. 5, hlm. 87-88; Muqrizi, al-Khitath al-Muqriziyah, 199, jld. 3, hlm. 641
- ↑ Syablanji, Nur al-Abshar, Kairo, hlm. 256; Mahallati, Rayahin al-Syariah, Dar al-Kutub al-Islamiyah, jld. 5, hlm. 85; Muqrizi, al-Khitath al-Muqriziyah, 199, jld. 3, hlm. 641
- ↑ Abu Kaf, Alu Bayt al-Nabi fi Mishr, 1975, hlm.107
- ↑ Sebagai contoh, lihat: Fawwaz, al-Durr al-Mantsur, 1312 H, hlm. 522
- ↑ Mahallati, Rayahin al-Syari'ah, Dar al-Kutub al-Islamiyah, jld. 5, hlm. 94
- ↑ Ibn Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, 1408 H, jld. 10, hlm. 262; Ibn Khalkan, Wafiyat al-A'yan, Dar al-Tsaqafah, jld. 5, hlm. 424; Muqrizi, al-Khitath al-Muqriziyah, 1998, jld. 3, hlm. 640
- ↑ Ibn Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, 1408 H, jld. 10, hlm. 262; Al-'Amili, Fawwaz, al-Durr al-Matsur 1312 H, hlm. 521
- ↑ Syablanji,Nur al-Abshar fi Manaqib Āli al-Bait al-Nabi al-Mukhtar, Kairo, hlm. 258; Abu Kaf, Ālu Baiti al-Nabi fi Mishr, 1975, hlm.104; Shabban, Muhammad, Is'āf al-Rāghibin, Tulisan Tangan, hlm. 81; al-Sayyidah Nafisah, Taufiq Abu Alam, hlm.13; Qumi,Muntaha al-Amal, jld.2, hlm. 1418; Al-Hasun, Muhammad, A'lam al-Nisa, hlm. 189
- ↑ Muqrizi, al-Khitath al-Muqriziyah, 1998, jld. 3m hlm. 640
- ↑ Muqrizi, al-Khitath al-Muqriziyah, 1998, jld. 3m hlm. 640
- ↑ Muqrizi, al-Khitath al-Muqriziyah, 1998, jld. 3m hlm. 640
- ↑ Hamawi, Mu'jam al-Buldan, 1995, jld. 5, hlm. 142
- ↑ Zirakli, al-A'lam, 1989, jld. , hlm. 44
- ↑ Lihat: Ibn Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, 1408, jld. 10, hlm. 262
- ↑ Ibn 'Imad Hanbali, Syadzarat al-Dzahab, 1406 H, jld. 3, hlm. 43
- ↑ Al-Wardani, al-Syi'ah fi Mishr, 1414 H, hlm. 110-113
- ↑ Sebagai contoh, lihat: Ja'fariyan, Safarnameh Haj Jazairi Iraqi, hlm. 271
- ↑ Syablanji, Nur al-Abshar, Kairo, hlm. 259
- ↑ Al-'Amili, Fawwaz, al-Durr al-Mantsur, 1312 H, hlm.522
- ↑ Atharidi, Gowhar Khandan-e Emamat, hlm. 62
Daftar Pustaka
- Abu Kaf, Ahmad. Ālu Bait an-Nabī fī Mishr. Kairo: Dar al-Ma'arif, 1975.
- 'Amili, Zaenab binti Yusuf Fawwaz. Ad-Durr al-Mantsūr fī Ath-Thabaqāt Rabbāt al-Khudūr.
- 'Atharudi, Azizullah. Gauhare Khandāne Imāmat ya Zandegī Name-ye Sayyidah Nafīsah. Entesyarat-e 'Atharud, 1373 HS (1994).
- Guli Zawware, Ghulam Ridha. Bānūye bā Karāmat.Qom: Entesyarat-e Hasanain, 1382 HS (2003).
- Guli Zawware, Ghulam Ridha. Nafīsah Gauharī az Nasl-e Imām. Majalah farhangg-e Kautsar. No 55, 1381 HS (2002).
- Hāfedzan-e Parde Nesyīn (Nafīsah Dukhtar-e Hasan bin Zaid bin Hasan as) . Majalah Surusy-e Wahy. No 11, 1383 HS (2004).
- Ja'fariyan, Rasul. Safar Nāme-ye Haj Jazāirī Irāqī : Ketāb Panjo Safar Nāme Haj Qājāri. Tehran: Nasyr-e Ilm, 1389 HS ().
- Kahhalah, Umar Ridha. A'lām an-Nisā' . Beirut: Muassisah ar-Risalah, 1412 H.
- Khānewāde wa Zanān. Majalah Payam-e Zan. No 117, 1380 HS(2001).
- Khānewāde wa Zanān. Majalah Payam-e Zan. No 119, 1380 HS(2001).
- Khānewāde wa Zanān. Majalah Payam-e Zan. No 122, 1381 HS (2002).
- Mahallati, Dzabihullah. Rayāhīn asy-Syarī'ah. Tehran: Dar al-Kutub al-Islamiyyah.
- Maqrizi, Taqi ad-Din. Al-Mawā'idz wa al-I'tibār. Riset Madihah asy-Syarqawi. Kairo: Maktabah Madbuli, 1997.
- Qummi, Abbas. Tatimmah al-Muntahā. Cet I.Tehran: Mahtab. 1377 HS (1998).
- Sepehr, Abbas Qali Khan bin Muhammad Taqi Khan. Nāsikh at-Tawārīkh (Daurān-e Imām Kazhim as) . Tehran: Islamiyyah, 1352 HS(1973).
- Syablanji, Mukmin bin Hasan. Nūr al-Abshār fi Manāqib Āli Bait an-Nabī al-Mukhtār. Cetakan Litografi. Kairo.
- Taufiq, Abu 'Ilm. As-Sayyidah Nafīsah. Riset Muhammad Syauqi. Tehran: Al-Majma' al-'Alami li at-Taqrib baina al-Madzahib al-Islamiyyah, 1428 H.
- Taufiq, Abu 'Ilm. As-Sayyidah Nafīsah. Kairo:Dar al-Maarif.
- Zirikli, Khairuddin bin Mahmud. Al-A'lām. Cet VIII. Beirut: Dar al-'Ilm li al-Malayin, 1989.
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref>
untuk kelompok bernama "catatan", tapi tidak ditemukan tag <references group="catatan"/>
yang berkaitan