Keutamaan Sayidah Fatimah sa
Keutamaan Sayidah Fatimah sa (bahasa Arab:فضائل السيدة الزهراء عليها السلام) adalah sifat-sifat dan kemuliaan yang dimiliki oleh Sayidah Fatimah sa, putri Nabi Muhammad saw, menurut keyakinan muslim Syiah sifat-sifat itu telah disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur'an dan riwayat. Beliau termasuk Ashab al-Kisa' serta Ahlulbait as dan semua keutamaan yang sama di antara mereka mencakup pula Sayidah Zahra sa.
Menurut Syiah, ayat-ayat seperti ayat Tathir dan ayat Mawaddah dan hadis-hadis seperti hadis Tsaqalain, hadis Safinah dan hadis al-Aman, mengungkapkan keutamaan seperti ishmah, kecintaan, padanan Al-Qur'an, bahtera keselamatan dan keamanan untuk ashabul kisa' dan Ahlulbait as. Surah Al-Kautsar juga merujuk pada keutamaan serta keberkahan Sayidah Fathimah dan penerus Nabi saw.
Beberapa keutamaan lain dari Sayidah Fatimah sa yang disebutkan dalam hadis adalah, Sayidatu Nisa al-Alamin, hadis Badh'ah, yang pertama masuk surga, berbicara bersama malaikat, panutan Imam Mahdi as dan pemberi syafaat.
Sekelompok ulama Syiah, seperti Allamah Amini dengan bersandar pada beberapa hadis yang menunjukkan keutamaan Sayidah Fatimah sa menganggap ia lebih unggul dari semua Nabi, Imam-imam Syiah dan Malaikat setelah Rasulullah saw dan Imam Ali as .
Ulama Syiah dan Ahlusunnah telah menulis buku-buku yang membahas secara khusus tentang keutamaan dan kedudukan Sayidah Fatimah sa di antaranya adalah, "Manaqib Fatimah az- Zahra wa Waladaha" (Keutamaan Fatimah az-Zahra dan Anak-anaknya), yang ditulis oleh Thabari Imami, "Fatimah Az-Zahra sa" karya Allamah Amini, "Fadhail Fatimah az-Zahra az Didgoh-e Digaran" ( Keutamaan Fatimah az- Zahra dalam pandangan orang lain) yang ditulis oleh Nashir Makarim Syirazi, "Fadhailah Fatimah az-zahra" (Keutamaan Fatimah az-Zahra) yang ditulis oleh Hakim Nisyaburi dan "Al-Tsughuru al-Basimatu fi Manaqib al-Sayidah al-Fatimah" ditulis oleh Jalaluddin Suyuthi.
Urgensi dan Kedudukannya
Keutamaan Fatimah mengacu pada kekhususan dan keistimewaa dari Sayidah Fatimah SA.[1] Fatimah SA.( tahun ke- 5 setelah Bi’tsah – 11 H)[2] putri Nabi saw dan khadijah kubra SA., istri Imam Ali as. dan ibu dari Imam Hasan as. dan Imam Husein as., imam kedua dan ketiga dari Syiah. Dia salah satu dari lima orang yang termasuk dalam Al-Aba (ashabul kisa')[3] dan salah satu misdaq Ahlulbait as.[4] dan termasuk sebagai salah seorang dari empat belas manusia suci as.[5] Menurut ulama Syiah, Fatimah SA. Manusia suci dan terlindungi dari perbuatan dosa dan kesalahan.[6] Syekh Mufid[7] dan Allamah Majlisi[8] kemashuman beliau diakui bersama.
Dalam beberapa sumber riwayat Syiah[9] dan Ahlusunnah,[10] sebuah bab dikhususkan untuk keutamaan dan keistimewaan Sayidah Fatimah SA., dan banyak puisi telah ditulis tentang keutamaan dan keistimewaan Fatimah SA.[11] Banyak Nama dan Gelar telah disebutkan untuk Sayidah Fatimah SA., seperti Fatimah, as- Siddiqah (sangat jujur), Ath-Tahirah( bersih dan suci), Az- Zakiyah(bersih dari akhlak yang buruk), Ar-Radhiyah( yang ridha kepada Allah), Al-Mardhiyah(seseorang yang Allah rela kepadanya) dan Az- Zahra( terang dan bercahaya).[12] dan telah dikatakan bahwa setiap nama dan gelar – gelar beliau menerangkan pada salah satu keutamaan dan kedudukan Fatimah SA.[13]
Sayidah Fatimah dalam Al-Quran
“ | ابْنَتِي فَاطِمَةُ فَإِنَّهَا سَيِّدَةُ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ مِنَ الْأَوَّلِينَ وَ الْآخِرِينَ وَ هِيَ بَضْعَةٌ مِنِّي وَ هِيَ نُورُ عَيْنِي وَ هِيَ ثَمَرَةُ فُؤَادِي وَ هِيَ رُوحِيَ الَّتِي بَيْنَ جَنْبَيَّ وَ هِيَ الْحَوْرَاءُ الْإِنْسِيَّة
Putriku Fatimah, dia adalah penghulu semua perempuan di seluruh alam dari dulu sampai nanti yang pertama dan yang terakhir, dia bagian dari diriku, ia cahaya mataku, buah hati dan jiwaku, dialah bidadari manusia.[14] |
” |
— Rasulullah saw |
Kebajikan-kebajikan Al-Qur'an adalah sebagian dari keutamaan Sayidah Az- Zahra SA, yang menurut Syiah, berasal dari Al-Qur'an dan mengacu pada ayat-ayat yang menunjukkan keutamaan dan keistimewaanya.[15] Beberapa keutamaan tersebut adalah:
- Kesucian dan kema’suman berdasarkan ayat Ath-Thathir : Menurut riwayat Syiah[16] dan Ahlusunnah,[17]misdak Ahlulbait as. dalam ayat thathir, yang mengacu pada kehendak Tuhan atas kesucian Ahlulbait as. dari semua dosa dan keburukan, mereka ashabul kisa’ dan Sayidah Zahra adalah salah satunya. Para ulama Syiah telah mengutip ayat ini untuk membuktikan kema’shuman Sayiidah Fatimah sa.[18]
- Satu-satunya wanita terpilih dalam kisah Mubahalah: berdasarkan pendapat ahli tafsir Syiah[19] dan Ahlusunnah,[20] turunnya ayat Mubahalah dalam kisah Mubahalah Nabi saw dengan orang-orang Nasrani Najran ayat ini turun dikhususkan untuk ashabul kisa’ dan arti "Nisaana" dalam ayat itu adalah Sayidah Zahra sa. Thabarsi, penulis Tafsir al-Majma al-Bayan, mengklaim kesepakatan ijma mengenai hal ini dan menganggap ayat Mubahalah sebagai dalil keutamaan Sayidah Fatimah sa. atas semua wanita.[21] Jarallah Zamakhshari, salah satu tokoh terkemuka Ulama Ahlusunnah, juga menganggap ayat Mubahlah sebagai bukti keutamaan yang paling kuat, dan menganggap keutamaan para Ashabul kisa’.[22][Catatan 1]
- Misdaq pengorbanan dalam ayat Ith'am: Menurut ayat Atha’am, perbuatan baik (pengorbanan) adalah mereka yang meskipun membutuhkan makanan, memberikannya kepada fakir miskin, anak yatim dan tawanan karena Allah.[23] oleh karena itu Menurut riwayat , ayat ini turun karena pengorbanan Imam Ali as. Dan Sayidah Zahra sa.[24] Menurut hadis, Ali as. dan Fatimah sa. berpuasa selama tiga hari karena penyembuhan penyakit Hasanain as. dan setiap tiga hari berbuka puasa, meskipun mereka lapar, mereka memberikan makanan mereka kepada fakir miskin, anak yatim, dan tawanan.[25]
- Kewajiban cinta dalam ayat Muwaddah: Dalam ayat Muwaddat, pahala risalah Nabi saw. adalah "Mudat al-Qurba". Menurut Makarim Shirazi, seorang ahli tafsir Al-Qur'an, menurut semua ahli tafsir Syiah, mawaddat al- qurba adalah kecintaan kepada Ahlulbait Nabi saw.[26] dan berdasarkan sumber Syiah[27] dan Ahlusunnah[28] Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa yang dimaksud Dari al-Qurba yaitu Ali, Fatimah, Hasan dan Husein. Menurut Fakhru Razi, salah satu ulama Ahlusunnah pada abad ke-6H, ayat Mawaddat menunjukkan kewajiban untuk mencintai dan tunduk kepada Ali, Fatimah, dan Hasanain.[29]
- Keberlangsungan keturunan Nabi saw melalui Fatimah, Fatimah manifestasi dari surah Kautsar: Sebagian mufasir berkeyakinan bahwa Fatimah sa dan keturunannya menjadi manifestasi "Kautsar" (kebaikan yang melimpah) dalam Surah Al-Kautsar.[30] Atas dasar ini menurut Nasir Makarim Syirazi dalam tafsir Nemune, dan kebanyakan dari para ulama syiah berpendapat bahwa salah satu misdaq yang paling jelas dalam surah kautsar adala Sayidah Fatimah kebaikan yang banyak adalah keberlangsungan keturunan Nabi saw melalui Fatimah sa yang mana kedudukan Imamah dipercayakan pada keturunan ini.[31]
- Contoh kepercayaan ilahi: Menurut beberapa riwayat, Fatimah sa. adalah salah satu contoh kepercayaan ilahi dalam ayat amanah, bersama dengan empat belas Ma’sum sa. Salah satu misdaq- misdaq amanah ilahi dalam ayat Amanah dimana langit dan bumi serta gunung menolak amanah tersebut.[32]
- Manifestasi dari kalimatullah: berdasarkan riwayat Sayidah Zahra sa. Adalah contoh (misdaq) dari ‘’kalimatullah “dalam surah At-taubah sewaktu Nabi adam dikeluarkan dari surga, dia bertaubat serta bertawassul dengan menyebut kata – kata tersebut sehingga diterimalah tobatnya oleh allah Swt.[33]
- Cabang pohon suci: Dalam surat Ibrahim ayat 24, kata Tayyaba disamakan dengan “sajaratun tayyibah” (pohon suci), yang asalnya di tanah dan cabang-cabangnya di atas langit. Menurut beberapa riwayat, pohon suci itu adalah Nabi saw, Ali sa. adalah cabang utamanya, Fathimah adalah cabang kedua, dan para Imam adalah buahnya.[34]
- Contoh Misyqat dalam surah nur: Menurut surah nur, cahaya Allah diibaratkan seperti sebuah lubang yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar, pelita itu didalam tabung kaca dan tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilau yang dinyalakan dengan minyak dari pohon zaitun.[35] Dalam beberapa riwayat, Fatimah sa. dianggap sebagai pelita dan bintang yang bersinar di antara para wanita di dunia.[36]
- Misdaq (contoh) Malam Qadr: Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Fatimah adalah contoh Malam Qadr di ayat pertama Surah Al-Qadr dan ayat ketiga Surah Ad- Dukhan[37] dan siapa pun yang mengenalnya sepenuhnya telah memahami malam Qadr[38] Salah satu hal [catatan 2] yang disebutkan dalam analogi Fatimah sa. dengan Malam Qadr adalah bahwa kebenaran Malam Qadr tidak diketahui kecuali Nabi saw. dan para wali ilahi, Fatimah sa. juga tidak diketahui siapa pun kecuali Nabi dan Imam sa. dan tidak akan mencapai otoritas dan kesempurnaannya.[39]
Keutamaanya dalam Riwayat
Dalam sumber-sumber riwayat Syiah dan Ahlusunnah, banyak keutamaan yang disebutkan untuk Sayidah Fatimah sa, beberapa di antaranya adalah:
- Penghulu Wanita Alam Semesta: Dalam hadis dan ziarah Sayidah Fatimah sa., dia diperkenalkan sebagai wanita terbaik di dunia.[40] Dalam salah satu kalimat ziarahnya, juga disebutkan: «السَّلَامُ عَلَیْکِ یَا سَیِّدَةَ نِسَاءِ الْعَالَمِینَ مِنَ الْأَوَّلِینَ وَ الْآخِرِینَ». [41] Juga, dalam sumber riwayat Syiah dan Ahlusunnah interpretasi seperti "Wanita teladan surga", "Teladan wanita muslim" dan teladan para wanita dunia” telah dikutip.[42]
- Belahan jiwa Nabi saw: Menurut hadis Badh'ah, yang dikutip dari Rasulullah (saw) dalam sumber Syiah[43] dan Ahlusunnah,[44] Fatimah adalah belahan jiwa Nabi saw, dan siapa pun yang menyenangkannya, Dia telah menyenangkan Nabi (SAW) dan siapa pun yang mengganggu dan membuatnya marah telah menyinggung dan membuat marah Rasulullah (SAW). Hadist Bid’atun Salah satu alasan untuk membuktikan maksum Sayidah Zahra sa. oleh para ulama Syiah.[45] Menurut hadis Bid’atun dan hadis yang serupa, hukum dan hukuman untuk permusuhan dengan Fatimah sa. dan mengutuknya adalah hukum untuk permusuhan dengan Nabi saw, danBegitu pula dengan Rasulullah SAW dan keluarganya.[46]
- Keridhaan dan kemarahan Fatimah adalah keridhoan dan kemarahan Allah: Menurut beberapa riwayat Nabawi, Tuhan senang dengan kebahagiaan Fatimah sa, dan menjadi marah dengan kemarahannya.[47] menurut Abdulhusein Amini penulis buku Al-ghadir permusuhan dengan Sayidah Zahra sa. Sebagai penyebab kekafiran.[48]
- 'Berbicara dengan Para Malaikat: Menurut hadis, para malaikat ilahi seperti Jibril turun ke Sayidah Fatima sa. dan memberitahunya tentang berbagai hal seperti peristiwa masa lalu dan masa depan. Semua percakapan tersebut ditulis oleh Imam Ali as. dan disebut Mushaf Fatimah sa.[49] Fatimah disebut Al- Muhaddatsah karena percakapannya dengan para malaikat.[50]
Imam Khomeini menganggap turunnya Jibril pada Sayidah Zahra beberapa kali dan berurusan dengannya sebagai keuunggulan khusus di atas keutamaan lainnya; yang dianggapnya sebagai keutamaan dan keunggulan dan lebih tinggi dari keutamaan-keutamaan lainnya; Karena datang dan perginya Jibril, yang merupakan ruh agung, menunjukkan kehormatan dan keagungan spiritual Sayidah Zahra sa.[51][Catatan 4]
- Yang Pertama Masuk Surga: Menurut riwayat Rasulullah saw, Fathimah as adalah orang yang pertama kali masuk surga.[52] Dalam beberapa riwayat juga disebutkan bahwa Fathimah sa. adalah orang pertama yang mengunjungi Nabi saw. di surga.[53]
- Al-Hauraul Insiyah: Nabi Muhammad saw memperkenalkan Fatimah sa. sebagai malaikat yang berwujud manusia.[54]
“ | مَا رَأَيْتُ أَحَدًا قَطُّ أَصَدَقَ مِنْ فَاطِمَةَ غَيْرَ أَبِيهَا
Saya belum pernah melihat orang yang lebih jujur dari Fatima kecuali ayahnya.[55] |
” |
— Aisyah binti Abu Bakar |
- Teladan Imam Mahdi as: Imam Mahdi as. telah memperkenalkan Sayidah Fatimah sa. sebagai teladan kebaikan (اسوة حسنة) untuk dirinya sendiri dalam sebuah balasan surat dari Syiah.[56]
- Samudra ilmu: Menurut riwayat dari Imam Shadiq as., Fatimah sa. dan Ali as. telah diperkenalkan sebagai dua samudra ilmu yang dalam.[57] Menurut beberapa riwayat, Sayidah Fatimah sa. mengetahui semua kejadian di masa lalu, sekarang dan masa depan.[58]
- Pujian ibadah Fatimah dan kehormatan Allah untuk itu: Menurut sebuah riwayat dari Nabi saw, ketika Fatimah SA. berdiri di mihbabnya untuk beribadah kepada Allah, Allah dengan bangga memanggil para malaikat untuk melihat Fatimah yang menyembah-Nya , dengan sepenuh hati dan jiwa.[59] Menurut beberapa riwayat, Fatimah adalah orang yang paling saleh dari umat Islam.[60]
- Al-Batul: Dalam beberapa riwayat, Fatimah sa. telah diberi gelar Al- Batul.[61] Alasan penamaan ini adalah karena Fatimah lebih unggul dari wanita lain dalam hal rahmat, agama, perbuatan dan perilaku, sehingga dinamakan Al- Batul.[62] Juga, berdasarkan sebuah hadis, Fatimah SA. Disucikan sesuci-sucinya dari segala jenis kotoran dan tidak pernah haid dan nifas.[63]
- Sekufu dengan Imam Ali as: Dalam beberapa hadis, Fatimah sa. dianggap sekufu dan sederajat dengan Imam Ali as. dan dikatakan bahwa jika bukan karena Ali as., tidak akan ada pendamping yang sekufu untuk Fatimah sa. sampai hari kiamat.[64] Menurut Allamah Amini, fakta bahwa tidak ada dari Nabi Adam as. dan keturunannya kecuali Ali as. sama dengan Fatimah sa., itu berarti bahwa dia lebih utama dari semua Nabi kecuali Nabi Muhammad saw.[65]
- Alasan Penciptaan Semesta: Dalam hadis Laulak, keberadaan Nabi Islam saw. disebutkan sebagai alasan penciptaan dunia[66] dan dalam beberapa riwayat lebih lanjut disebutkan bahwa jika Fatimah sa. tidak ada, Tuhan tidak akan menciptakan Nabi saw dan Ali as.[67] Dalam beberapa hadis, Fatimah SA. bersama dengan Nabi SAW, Ali as dan Hasanain as. disebutkan sebagai alasan penciptaan eksistensi.[68]
- Manifestasi Semua Kebaikan: Dikatakan dalam sebuah hadis Nabi SAW. bahwa jika keindahan dan kebaikan dapat diwujudkan dalam satu orang, maka itu adalah Fatimah sa. Sebaliknya, Fatimah sa. lebih unggul. Dalam kelanjutan hadis tersebut disebutkan bahwa Fatimah sa. adalah manusia terbaik di muka bumi ini dari segi unsur, kehormatan dan martabat.[69]
- Orang yang Paling Dicintai Nabi saw: Menurut Riwayat Syiah dan Ahlusunnah, wanita yang paling dicintai Rasulullah saw adalah Fatimah dan pria yang paling dicintai adalah Ali as.[70]
- Luasnya syafaat dan manifestasi rahmat Allah pada hari kiamat: Dalam sebuah riwayat dari Imam Baqir as., diriwayatkan bahwa Fatimah berhenti di pintu gerbang Neraka pada hari kiamat dan berdoa untuk kekasihnya dan pengikutnya dan keturunannya, dan Allah menerima syafaatnya.[71] Menurut hadis lain dari Imam Baqir as., pada hari kiamat Fatimah sa. berhenti di pintu gerbang surga dan sebagai jawaban atas pertanyaan Tuhan kepadanya mengapa dia berhenti, dia berkata, " ya Allah saya ingin kedudukan dan keutamaanku diketahui pada hari ini, Allah berfirman: Wahai putri kecintaanku! Kembali dan lihat, siapa pun yang memiliki cinta padamu dan anak-anakmu di dalam hatinya, pegang tangannya dan bawa dia ke surga.[72] Abdul Husein Amini, penulis buku Al-Ghadir, berdasarkan riwayat[73] percaya bahwa Fatimah sama dengan Nabi saw. dan Imam Ali as. memiliki kedudukan syafaat terbesar di Hari kiamat dan bahkan memiliki keistimewaan khusus dan tiada bandinganya.[74]
- Hujjah Ilahi: Menurut beberapa riwayat, Sayidah Zahra sa. adalah seperti Nabi dan dua belas imam, Hujjah dan waliyullah atas orang-orang.[75] Dalam sebuah riwayat yang dikaitkan dengan Imam Hasan Askari as, yang tanpa sanad dalam Tafsir Atib al-Bayan, dikutip dari Sayyid Abdul Husein Tayyib, penafsir Quran Syiah abad ke-14 dan ke-15 H, mengatakan bahwa para imam as. adalah Hujjah- Hujjah Allah atas manusia dan Sayidah Fatimah sa. adalah Hujjah ilahi atas para imam as.[76] Menurut Abdullah Jawadi Amuli, kriteria KeHujjahan adalah kemashuman dan kenabian, kerasulan atau imamah tidak diperlukan di dalamnya, dan dengan ini, jika seseorang ma’sum , berarti hujjah ilahi. Dia menganggap kehujjahan Fatimah SA. atas para imam as. dikarenakan Fatimah SA. menjadi mediator (perantara) dan penggunaan mushaf Fatimah oleh para imam dalam hal ilmu- ilmu gaib.[77]
Keutamaan Umum Ahlulbait as
Menurut para ulama Syiah, karena Fatimah adalah salah satu dari Ashabul kisa' dan salah satu Ahlulbait as., maka setiap keutamaan yang disebutkan untuk mereka juga termasuk di dalamnya Sayidah Fatimah sa. Beberapa keutamaan tersebut adalah:
- Ahlulbait as. adalah padanan Al-Qur'an: hadis Saqalain yang terkenal adalah tentang posisi Al-Qur'an dan Ahlulbait as. Nabi saw bersabda: "Aku meninggalkan dua hal di antara kamu yang jika kamu berpegang padanya, kamu tidak akan pernah tersesat: Kitab Allah dan Ahlul baitku.[78] hadis ini telah diriwayatkan dalam sumber-sumber Syiah dan Ahlusunnah.[79]
- Dalam hadis Kisa' : Hadis Kisa' adalah tentang keutamaan lima orang dan disebutkan dalam sumber-sumber Syiah[80] dan Ahlusunnah.[81] Menurut riwayat ini, Nabi Islam SAW. menutupi keluarganya dengan kain sutra (kisa’) dan berdoa: "Ya Tuhan, inilah keluargaku." Bersihkan kotoran dari mereka dan sucikan mereka.” [82]
- Bahtera Penyelamat: Dalam hadis Safina, Nabi Islam membandingkan Ahlulbait-nya dengan bahtera Nuh, bahwa siapa pun yang memasukinya akan selamat dan siapa pun yang tertinggal akan tenggelam.[83] Hadis ini telah dikutip dalam Sumber-sumber syiah dan Ahlusunnah.[84]
- Keselamatan bagi Penduduk Bumi: Dalam Hadis Aman, Nabi SAW. memperkenalkan Ahlulbait (as) sebagai Aman Ahl al-Zamin; Sebagaimana bintang Aman berasal dari langit.[85]
- Kesaksian pada wilayah Ahlulbait as sebagai syarat kesempurnaan para nabi: Menurut sebuah riwayat dari Nabi (saw), di alam Arwah para nabi tidak akan mencapai kesempurnaan kecuali ketika mengakui wilayah Ahlulbait-nya yang disampaikan kepada mereka dan mereka menerima dan mengakuinya.[86] Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa pengakuan atas keutamaan dan kecintaan (atau ma’rifat) Sayidah Zahra SA. dinyatakan sebagai syarat kesempurnaan para nabi.[87]
- Kehadiran dalam posisi A'raf: Allamah Tehrani percaya bahwa Sayidah Fatimah SA. tidak diragukan lagi dalam status anak-anaknya yang ma’sum, dan alasan mengapa tidak ditentukan dalam riwayat ini bahwa dia berdiri di atas Aaraf adalah karena ada Orang yang kurang bijak berpikir bahwa Araaf benar-benar sebuah gunung yang didaki oleh Sayidah Zahra SA. Ini tidak sesuai dengan kehormatan dan kemaksumannya. Dia juga mengklarifikasi bahwa alasannya adalah karena dalam riwayat yang telah dijelaskan di hadapan para imam; Nama Fatimah sa. tidak disebutkan untuk menghormati martabatnya, terutama dalam riwayat, disebutkan bahwa nama tersebut tidak disebutkan karena kurangnya persepsi dan pemahaman masyarakat, mereka tidak memahami fakta bahwa tidak ada jenis kelamin pada kedudukan Aaraf yang lebih tinggi dari surga.Kewanitaan tidak bertentangan dengan maskulinitas dan semua gelar tersebut dihilangkan karena gelar tersebut terkait dengan tingkat ilmu yang lebih rendah dan milik surga dan neraka, yaitu mengapa nama suci Sayidah Fatimah SA. disebutkan dalam gelar laki-laki Seperti dalam ayat 36 dan 37 Surah An- Nur, laki-laki bukan hanya para Imam, tetapi tentu termasuk Sayidah Zahra SA.[88][Catatan 5]
Fatimah lebih Unggul dari para Nabi dan Imam
Beberapa ulama Syiah, mengutip beberapa hadis, percaya bahwa Fatimah setelah Rasulullah dan Imam Ali as. lebih unggul dari semua Nabi, para imam dan makhluk setelah Rasulullah saw.[89] Misalnya menurut pendapat Abdul Husein Tayyib dalam tafsir Atib al-Bayan, hadis Fathimah sa. sama dengan Imam Ali as. dan hadis «نحن حجج الله علی خلقه و جدتنا فاطمة حجة الله علینا “Kami adalah Hujjatullah atas semua manusia dan Fatimah sa. adalah Hujjatullah atas kami" menunjukkan bahwa setelah Nabi saw. dan Imam Ali as., Sayidah Fatimah sa. lebih unggul dari semua Nabi dan Waliyullah.[90] Ismail Ansari Zanjani dalam bukunya "Al-Masua'ah al-Kubra an Fatimah az-Zahra" juga memiliki riwayat seperti hadis Fatimah sa. yang sama kedudukannya dengan Imam Ali as., Fatimah sa. menjadi Hujjah para imam as., Fatimah teladan bagi Imam Mahdi as. dan hadis Mufradh At- thaa’ tentang dalil keunggulan Fatimah sa. Dari semua makhluk, semua Nabi dan Imam kecuali Nabi Muhammad saw. dan Imam Ali as.[91]
Menurut Allamah Amini dalam kitab Fatimah Az-Zahra sa, berdasarkan riwayat , penciptaan dunia ini karena lima manusia suci , dan masing-masing dari mereka lebih unggul dari semua Nabi, Malaikat dan semua makhluk. Karena jika mereka tidak diciptakan, tidak ada yang akan diciptakan. Menurutnya, setiap orang yang memasuki alam semesta, setiap Nabi, setiap penerus, setiap khalifah dan setiap Imam, diberkahi dengan kehadiran lima manusia suci tersebut.[92] Ia juga menyatakan bahwa Sayidah Zahra sa lebih unggul dari sebelas Imam. kecuali Imam Ali as.[93] Menurut Amini, sama seperti ditetapkannya keunggulan Nabi saw. atas semua Nabi dan Malaikat, dengan cara yang sama pula keunggulan Zahra sa. atas semua makhluk adalah tertentu dan tertulis.[94]
Bibliografi
Keutamaan Fatimah sa telah disebutkan dalam sumber-sumber riwayat Syiah dan ahlusunnah, dan di samping itu, buku-buku independen (khusus) telah ditulis tentangnya, beberapa di antaranya adalah: • Manaqib Fatima Az-Zahra dan Waladha, ditulis oleh Tabari Imami.[95] • Al-Rawdha Az-Zahra fi Manaqib Fatimah Az-Zahra, ditulis oleh Abu Said Muhammad bin Ahmad (kakek dari Abul Fatuh Razi).[96] • Al-Khasaisu al-Fatimiah, ditulis oleh Baqir bin Ismail.[97] • Ar-Rissalah al-Bahira fi Tafdil as-Syyidah Fatimah Az-Zahra al-Thahira, ditulis oleh Sayyid Abu Muhammad Hasan bin Tahir Qaini[98] • Al-Arbaun haditsan fii fadhail Fatimah Az-zahra Biriwayati Ahl al-Sunnah, ditulis oleh Najmuddin Tehrani Askari.[99] • Fatimah Az- Zahra SA, oleh Allamah Amini.[100] • Fadhail Fatimah Az-Zahra az Negaha Digaran , ditulis oleh Nasir Makarim Shirazi.[101] • Fadhail Az-Zahra SA. Va Manaqibu al-Ansiya al-Hawra, oleh Sayyid Muhammad Taqi Muqaddam[102] • Manaqibu Az-Zahra sa. Al-Mustakhrijah minal Kutub-e as-Sihah, oleh Ghulamreza Kasani Kaviani[103] • Purtu-e az Israr-e Fadhail Fatimah SA., oleh Muhammad Husein Yusefi[104] • Fatimah Az-Zahra Az Nazar-e riwayat Ahlusunnah , ditulis oleh Muhammad Wasif[105] • Fadhail Az-Zahra, karya Pusat Penelitian Yayasan Be’sath, antara lain karya tentang Manaqib va Fadhail Hazrat Zahra SA.[106] Para Ulama Ahlusunnah juga telah menulis buku-buku khusus tentang keutamaan Fatimah, putri Nabi saw, beberapa di antaranya adalah: • Fadhail Fatimah Az-Zahra, ditulis oleh Hakim Neishaburi[107] • Al-Thawghur al-Basima fi Fadhail as-Sayidah Al-Fatimah, ditulis oleh Jalaluddin Suyuti.[108] • Al-Ithaf al-sa'il ditulis oleh Muhammad bin Abdullah Akrawi Qalqashandi (wafat 1035 H).[109]
Catatan Kaki
- ↑ Rafi'i Muhammadi dan Shalih Abadi, Manaqib va Karamat-e Fatemeh (sa), hlm. 171
- ↑ Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 458; Syekh Thusi, Misbah al-Mutahajjid, hlm. 793; Ini merupakan pandangan Syiah yang masyhur, namun terdapat juga pandangan lain terkait tahun kelahiran Sayidah Fatimah sa. diantaranya: Tahun ke 2 Bi'tsah (Syekh Mufid, Masar al-Syariah, hlm. 54; Kaf'ami, al-Mishbah, hlm. 512) dan tahun ke 5 sebelum Bi'tsah yang merupakan pandangan Ahlusunah (Ibnu sa'ad, al-Thabaqat al-Qubra, jld. 8, hlm. 19; Baladzuri, Ansab al-Isyraf, jld. 1, hlm. 403
- ↑ Syekh Shaduq, Ilal al-Syara'i, jld. 1, hlm. 226
- ↑ Anshari Zanjani, Mausu'ah al-Kubra, jld. 18, hlm. 8 & 9
- ↑ Anshari Zanjani, Mausu'ah al-Kubra, jld. 20, hlm. 508
- ↑ Syekh Mufid, al-Fushul al-Mukhtarah, hlm. 88; Sayid Murtadha, al-Syafi fi al-Imamah, jld. 4, hlm. 95; Ibnu Syahr Asyub, manaqib Ali Abi Thalib, jld. 3, hlm. 332; Thabarsi, Fadhl bin Hasan, I'lam al-wara bi A'lam al-Huda, jld. 1, hlm. 293; Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 29, hlm. 335
- ↑ Syekh Mufid, al-Fushul al-Muktarah, hlm. 88
- ↑ Allamah Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 29, hlm. 335
- ↑ Ibnu Syahr Asyub, manaqib Ali Abi Thalib, jld. 3, hlm. 318-366; Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 43, hlm. 19-80
- ↑ Ibnu Maghazili, Manaqib al-Imam Ali bin Abi Thalib, hlm. 277-319
- ↑ Anshari Zanjani, Mausu'ah al-Kubra, jld. 21, hlm. 548-571
- ↑ Syekh Shaduq, al-Amali, hlm. 592; Ilal al-Syara'i, jld. 1, hlm. 178; Thabari Amili, dalail al-Imamah, hlm. 79-81
- ↑ Yusufi, Partui az Asrar-e Fazail-e Hazrat-e Fatemeh, hlm. 51
- ↑ Syekh Shaduq, al-Amali, hlm. 113; Hamawi Juwaini, Faraid al-Simthain, jld. 2, hlm. 35; Thabari Amali, Bisyarah al-Musthafa, hlm. 198
- ↑ Rafi'i Muhammadi dan Shalihabadi, Manaqib wa Karamat Fatimah (s), hlm. 172
- ↑ Qummi, Tafsir al-Qummi, jld. 2, hlm. 193; Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 287; Syekh Thusi, al-Amali, hlm. 448 & 449; Bahrani, Ghayah al-Maram, jld. 3, hlm. 193-211
- ↑ Muslim Neisyaburi, Shahih Muslim, jld. 4, hlm. 1883, hadis no. 61; Tirmidzi, Sunan Tirmidzi, jld. 5, hlm. 351 & 352 & 663; Thabari, Tafsir Thabari, jld. 22, hlm. 5-7; Fakhr Razi, al-Tafsir al-Kabir, jld. 8, hlm. 247
- ↑ Syekh Mufid, al-Fusul al-Mukhtarah, hlm. 88; Sayid Murtadha, al-Syafi fi al-Imamah, jld. 4, hlm. 95; Thabarsi, I'lam al-Wara, jld. 1, hlm. 293; Majlisi, bihar al-Anwar, jld. 29, hlm. 335
- ↑ Qummi, Tafsir al-Qummi, jld. 1, hlm. 104; Kufi, Tafsir Furrat al-Kufi, hlm. 86-89; Syekh Thusi, al-Tibyan fi Tafsir al-Quran, jld. 2, hlm. 485
- ↑ Wahidi, Asbab al-Nuzul al-Quran, hlm. 107; Zamakhsyari, al-Kasyaf, jld. 1, hlm. 370; Fakhr Razi, al-Tafsir al-Kabir, jld. 8, hlm. 247
- ↑ Thabarsi, Majma al-Bayan, jld. 2, hlm. 763
- ↑ Zamakhsyari, al-Kasyaf, jld. 1, hlm. 370
- ↑ Syekh Thusi, al-Tibyan fi Tafsir al-Quran, jld. 10, hlm. 210
- ↑ Kufi, Tafsir Furrat al-Kufi, hlm. 527-529; Syekh Thusi, al-Tibyan fi Tafsir al-Quran, jld. 10, hlm. 210; Haskani, Syawahid al-Tanzil, jld. 2, hlm. 402-408; Bahrani, Ghayah al-Maram wa Hujjah al-Khisham, jld. 4, hlm. 91-106
- ↑ Kufi, Tafsir Furrat al-Kufi, hlm. 527-529; Zamakhsyari, al-Kasyaf, jld. 4, hlm. 670; Bahrani, Ghayah al-Maram wa Hujjah al-Khisham, jld. 4, hlm. 91-106
- ↑ Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, jld. 20, hlm. 407
- ↑ Kulaini, al-Kafi, jld. 8, hlm. 93; Kufi, Tafsir Furrat al-Kufi, hlm. 389; Bahrani, Ghayah al-Maram wa Hujjah al-Khisham, jld. 3, hlm. 235-244
- ↑ Ibnu Hanbal, Fadhail al-Shabah, jld. 2, hlm. 669; Thabrani, al-Mu'jam al-Kabir, jld. 11, hlm. 444; Zamakhsyari, al-Kasyaf, jld. 4, hlm. 219; Bahrani, Ghayah al-Maram wa Hujjah al-Khisham, jld. 3, hlm. 230-235
- ↑ Fakhr Razi, Tafsir al-Kabir, jld. 27, hlm. 595
- ↑ Thabarsi, Majma' al-Bayan, jld. 10, hlm. 836 & 837; Thabathabai, al-Mizan, jld. 20, hlm. 270 & 271
- ↑ Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, jld. 27, hlm. 375
- ↑ Syekh Shaduq, Ma'ani al-Akhbar, hlm. 108 & 109
- ↑ Kufi, Tafsir Furrat al-Kufi, hlm. 57 & 58; Kulaini, al-Kafi, jld. 8, hlm. 304 & 305
- ↑ Qummi, Tafsir al-Qummi, jld. 1, hlm. hlm. 369; Haskani, Syawahid al-Tanzil, jld. 1, hlm. 406-408
- ↑ Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, jld. 14, hlm. 475-476
- ↑ Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 195; Qummi, Tafsir al-Qummi, jld. 2, hlm. 103; Kufi, Tafsir Furrat al-Kufi, hlm. 282
- ↑ Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 479; Kufi, Tafsir Furrat al-Kufi, hlm. 581; Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 25, hlm. 97
- ↑ Kufi, Tafsir Furrat al-Kufi, hlm. 581
- ↑ Yusufi, Partui az Asrar-e Fazail-e Hazrat-e Fatemeh (s), hlm. 179
- ↑ Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 459; Syekh Shaduq, Man la Yahdhuruhu al-Faqih, jld. 4, hlm. 174 & 420; Syekh Thusi, Tahdzib al-Ahkam, jld. 3, hlm. 110, & jld. 6, hlm. 57; Ibnu Qulawaih, Kamil al-Ziyarat, hlm. 176, 229, 231 & 310; Hakim Neisyaburi, Fadhail Fatimah al-Zahra, hlm. 41-43
- ↑ Syekh Shaduq, Man la Yahdhuruhu al-Faqi, jld. 2, hlm. 573; Syekh Thusi, Tahdzib al-Ahkam, jld. 6, hlm. 10
- ↑ Ibnu Qulawaih, Kamil al-Ziyarat, hlm. 310; Bukhari, Shahih al-Bukhari, jld. 4, hlm. 203 & jld. 8, hlm. 64; Muslim Neisyaburi, Shahih Muslim, jld. 4, hlm. 1904 & 1905; Nasa'i, Sunan al-Kubra, jld. 7, hlm. 393, 455-457, jld. 6, hlm. 380, jld. 10, hlm. 429
- ↑ Syekh Thusi, al-Amali, hlm. 224; Syekh Shaduq, Ilal al-Syara'i, jld. 1, hlm. 186 & 187; Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Ali Abi Thalib, jld. 3, hlm. 332; Thabari Amili, Dalail al-Imamah, hlm. 135
- ↑ Bukhari, Shahih al-Bukhari, jld. 5, hlm. 21 & 29, jld. 7, hlm. 37; Muslim Neisyaburi, Shahih Muslim, jld. 4, hlm. 1902 & 1903; Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, jld. 5, hlm. 698; Nasa'i, Sunan al-Kubra, jld. 7, hlm. 394, 457 & 458
- ↑ Syekh Mufid, al-fushul al-Mukhtarah, hlm. 88; Sayid Murtadha, al-Syafi fi al-Imamah, jld. 4, hlm. 95; Thabarsi, I'lam al-Wara, jld. 1, hlm. 293
- ↑ Amini, Fatimah Zahra (s), hlm. 340
- ↑ Syekh Shaduq, al-Amali, hlm. 384; Sykeh Thusi, al-Amali, hlm. 427; Ibnu Maghazili, Manaqib al-Imam Ali bin Abi Thalib, hlm. 284 & 285; Thabari, Dzakhair al-'Uqba, jld. 1, hlm. 176
- ↑ Amini, Fatimah Zahra (s), hlm. 33
- ↑ Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 239-241; Shaffar, Bashair al-Darajat, hlm. 150-154
- ↑ Syekh Shaduq, Ilal al-Syara'i, jld. 1, hlm. 182; Thabari Amali, Dalail al-Imamah, hlm. 80
- ↑ Khomeini, Shahifeye Emam, jld. 20, hlm. 4-6
- ↑ Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Ali Abi Thalib, jld. 3, hlm. 329; Muttaqi Hindi, Kanz al-'Amal, jld. 12, hlm. 110
- ↑ Abu Naim Isfahani, Dalail al-Nubuwwah, hlm. 66
- ↑ Thabari Amali, Dalail al-Imamah, hlm. 146; Erbili, Kasyf al-Ghummah, jld. 1, hlm. 463; Ibnu Maghazili, Manaqib al-Imam Ali bin Abi Thalib, hlm. 296
- ↑ Abu Ya'la Maushili, Musnad Abi Ya'la Ya'la al-Maushili, jld. 8, hlm. 153; Minnawi, Iltihaf al-Sail, hlm. 28
- ↑ Syekh Thusi, al-Ghaibah, hlm. 285
- ↑ Syekh Shaduq, al-Khishal, jld. 1, hlm. 65
- ↑ Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 240-242
- ↑ Syekh Shaduq, al-Amali, hlm. 113; Thabari Amali, Bisyarah al-Musthafa, hlm. 198
- ↑ Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Ali Abi Thalib, jld. 3, hlm. 341; Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 43, hlm. 76 & 74
- ↑ Syekh Shaduq, Ilal al-Syara'i, jld. 1, hlm. 181; Thabari Amali, Dalail al-Imamah, hlm. 150; Erbili, Kasyf al-Ghummah, jld. 1, hlm. 464
- ↑ Mazandarani, Syarh al-Kafi, jld. 5, hlm. 270; Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, jld. 25, hlm. 178 & 179
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 43, hlm. 19
- ↑ Syekh Shaduq, al-Amali, hlm. 592; Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Ali Abi Thalib, jld. 2, hlm. 181; Erbili, Kasyf al-Ghummah, jld. 1, hlm. 472
- ↑ Amini, Fatimah Zahra, hlm. 342
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 15, hlm. 28, jld. 18, hlm. 400
- ↑ Mirjahani, Jannah al-'Ashimah, hlm. 283-284
- ↑ Amini, Fatimah Zahra, hlm. 128-134
- ↑ Ibnu Syadzan, Mi'ah Manqabah , hlm. 136; Hamawi Juwaini, Faraid al-Simthain, jld. 2, hlm. 64
- ↑ Tirmidzi, Sunan Tirmidzi, jld. 5, hlm. 698; Thabari Amali, al-Mustarsyid fi Imamah Ali bin Abi Thalib, hlm. 449; Ibnu Syhar Asyub, Manaqib Ali Abi Thalib, jld. 3, hlm. 331
- ↑ Syekh Shaduq, Ilal al-Syara'i, jld. 1, hlm. 179; Erbili, Kasyf al-Ghummah, jld. 1, hlm. 463 & 464
- ↑ Kufi, Tafsir Furrat al-Kufi, hlm. 298 & 299
- ↑ Amini, Fatimah Zahra, hlm. 217-230
- ↑ Amini, Fatimah Zahra, hlm. 349
- ↑ Syekh Shaduq, Ma'ani al-Akhbar, hlm. 108; Syekh Shaduq, al-Amali, hlm. 132; Haskani, Syawahid al-Tanzi, jld. 1, hlm. 76
- ↑ Thayib, Athyab al-Bayan, jld. 13, hlm. 223
- ↑ Tabyin-e Maqam-e Manba-e Hazrat-e Fatemeh Zahra (s), Dalil-e Hujjat Budan-e Fatemeh Zahra bar Aimeh Site javadi.esra.ir
- ↑ Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 294
- ↑ Nasa'i, al-Sunan al-Kubra, jld. 7, hlm. 310, hadis no. 2408; Ibnu Hanbal, Fadhail Amir al-Mukminin Ali bin Abi Thalib, hlm. 180
- ↑ Thusi, al-Amali, hlm. 368; Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 287
- ↑ Ibnu hanbal, Fadhail Amir al-Mukminin Ali bin Abi Thalib, hlm. 184; Muslim, Shahih Muslim, jld. 4, hlm. 1883, hadis no. 2424; Thabari, al-Mustarsyid, hlm. 598
- ↑ Ibnu hanbal, Fadhail Amir al-Mukminin Ali bin Abi Thalib, hlm. 184; Muslim, Shahih Muslim, jld. 4, hlm. 1883, hadis no. 2424; Thabari, al-Mustarsyid, hlm. 598
- ↑ Hakim Neisyaburi, Mustadrak ala Shahihain, jld. 2, hlm. 373, hadis no. 3312
- ↑ Hakim Neisyaburi, Mustadrak ala Shahihain, jld. 2, hlm. 373, hadis no. 3312; Nu'mani, al-Ghaibah, hlm. 44; Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 23, hlm. 120-126, jld. 29, hlm. 341
- ↑ Syekh Shaduq, Ilal al-Syara'i, jld. 1, hlm. 123; Syekh Thusi, al-Amali, hlm. 259 & 379; Thabari, Dzakhair al-'Uqaba, jld. hlm. 77 & 78
- ↑ Shaffar, Bashair al-Darajat, hlm. 74: Deilami, Ghurar al-Akhbar, hlm. 26 & 35
- ↑ Baharani Isfahani, Awalim al-Ulum, hlm. 161
- ↑ Tehrani, Ma'ad Syenasi, jld. 10, hlm. 64-65
- ↑ Sebagai contoh, silakan lihat ke: Thayib, Athyab al-Bayan, jld. 13, hlm. 225: Amini, Fatimah Zahra, hlm. 133, 157, & 351; Anshari Zanjazi, Mausu'ah al-Kubra, jld. 19, hlm. 357 & 358; Rahmani Hamadani, Fatimah al-Zahra Bahjah Qalb al-Musthafa, jld. 1, hlm. 85-89
- ↑ Thayib, Athyab al-Bayan, jld. 13, hlm. 225
- ↑ Anshari Zanjazi, Mausu'ah al-Kubra, jld. 19, hlm. 357 & 358
- ↑ Amini, Fatimah Zahra, hlm. 133
- ↑ Amini, Fatimah Zahra, hlm. 157
- ↑ Amini, Fatimah Zahra, hlm. 351
- ↑ Agha Buzurg Tehrani, al-Dzari'ah, jld. 22, hlm. 332
- ↑ Agha Buzurg Tehrani, al-Dzari'ah, jld. 11, hlm. 294
- ↑ Agha Buzurg Tehrani, al-Dzari'ah, jld. 1, hlm. 430
- ↑ Agha Buzurg Tehrani, al-Dzari'ah, jld. 3, hlm. 15
- ↑ Ma'muri, Ketab Syenasi-e Fatemeh, hlm. 567 & 568
- ↑ Ma'muri, Ketab Syenasi-e Fatemeh, hlm. 567 & 568
- ↑ Ma'muri, Ketab Syenasi-e Fatemeh, hlm. 567 & 568
- ↑ Ma'muri, Ketab Syenasi-e Fatemeh, hlm. 567 & 568
- ↑ Ma'muri, Ketab Syenasi-e Fatemeh, hlm. 567 7& 568
- ↑ Ma'muri, Ketab Syenasi-e Fatemeh, hlm. 567 & 568
- ↑ Ma'muri, Ketab Syenasi-e Fatemeh, hlm. 567 & 568
- ↑ Ma'muri, Ketab Syenasi-e Fatemeh, hlm. 567 & 568
- ↑ Ma'muri, Ketab Syenasi-e Fatemeh, hlm. 566 & 567
- ↑ Ma'muri, Ketab Syenasi-e Fatemeh, hlm. 566 & 567
- ↑ Ma'muri, Ketab Syenasi-e Fatemeh, hlm. 566 & 567
Daftar Pustaka
- Tabyin-e Maqam-e Manba-e Hazrat-e Fatemeh Zahra (s), Dalil-e Hujjat Budan-e Fatemeh Zahra bar Aimeh Site javadi.esra.ir. Diakses 8 Dey 1399 S, dilihat 2 Bahman 1400 S
- Abu Nu'aim Isfahani, Ahmad bin Abdullah. Dalail al-Nubuwah. Riset: Muhammad Rawas Qal'ehji dan Abdul Bar Abas. Beirut: Dar al-Nafais, cet. 2, 1406 HS
- Abu Ya'la Maushili, Ahmad bin Ali. Musnad Abi Ya'la al-maushili. Riset: Husain Salim Asad. Damaskus: Dar al-Ma'mun li Turats, cet. 1, 1404 HS
- Agha Buzurg Tehrani, Muhammad Muhsin. al-Dzari'ah ila Tashanif al-Syiah. Beirut: dar al-Adhwa, 1403 HS
- Al-Tafsir al-Mansub ila al-Imam al-Hasan al-Askari. Qom: Madrasah al-Imam al-Mahdi, cet. 1, 1409 HS
- Amini, Abdul Husain. Fatimah Zahra (s). Teheran: Esteqlal, 1386 S
- Anshari Zanjani, Ismail. Mausu'ah al-Kubra an Fatimah al-Zahra. Qom: Penerbit Daliluna, tanpa tahun
- Ashgar Pur, Hasan. Dar Amadi bar Manaqibnegari Ahlebait Dalam majalah Ulum-e Hadis, vol. 45 & 46, 1386 S
- Bahrani Isfahani, Abdullah bin Nurullah. Awalim al-Ulum wa al-Ma'arif wa al-Ahwal min al-Ayat wa al-Akhbar wa al-Aqwal (Mustadrak Sayidah al-Nisa ila al-Imam al-jawad). Qom: Yayasan al-Imam al-Mahdi, cet. 1, 1413 HS
- Bahrani, Sayid Hasyim. Gayah al-maram wa Hujjah al-Khisham fi Ta'yin al-Imam. Riset: Sayid Ali 'Asyur. Beirut: yayasan Tarikh al-Islami, cet. 1, 1422 HS
- Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih al-bukhari. Riset: Muhammad Zuhair bin Nashir al-Nashir. Beirut: Dar al-Thauq al-Najah, cet. 1, 1422 HS
- Deylami, Hasan bin Muhammad. Gurar al-Akhbar wa Durar al-Atsar fi manaqib Abi al-Aimmah al-Athar. Riset: Ismail Dhigam. Qom: Dalil-e ma, cet. 1, 1427 HS
- Fakr Razi, Muhammad bin Umar. al-Tafsir al-Kabir (Mafatih al-Ghaib). Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, cet. 3, 1420 HS
- Ghurawi Isfahani, Muhammad Husain. Divan Kampani. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiah, tanpa tahun
- Hakim Neisyaburi, Muhammad bin Abdullah. al-Mustadrak ala al-Shahihain. Riset: Muhammad Musthafa Abdul Qadir Atha. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, cet. 1, 1411 HS
- Himawi Juwaini. Faraid al-Simthain fi Fadhail al-Murtadha wa al-batul wa al-Sibhtain wa al-Aimmah min Dzuriyatihim (as). Beirut: Yayasan Mahmudi, cet. 1, 1400 HS
- Ibnu Hajar Asqalani, Ahmad bin Ali. Tahdzib al-Tahdzib. Beirut: Dar Shadir, tanpa tahun
- Ibnu Hanbal, Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. Fadhail al-Shahabah. Riset: Washiyullah Muhammad Abas. Beirut: yayasan al-Risalah, cet. 1, 1403 HS
- Ibnu Maghazili, Ali bin Muhammad Syafi'i. Manaqib al-Imam Ali bin Abi Thalib. Beirut: Dar al-Adhwa, cet. 2, 1424 HS
- Ibnu Qulawaih, Ja'far bin Muhammad. Kamil al-Ziyarat. Riset dan editor: Abdul Husain Amini. Najaf: Dar al-Murtadhawiyah, cet. 1, 1356 S
- Ibnu Syadzan, Muhammad bin Ahmad. Mi'ah Manqibah min Manaqib Amir al-Mukminin wa al-Aimmah. Qom: madrasah al-Imam al-Mahdi, cet. 1, 1407 HS
- Ibnu Syahr Asyub, Muhammad bin Ali. Manaqib Ali Abi Thalib. Qom: Allameh, cet. 1, 1379 HS
- Irbili, Ali bin Isa. Kasyf al-Gummah fi Ma'rifah al-Aimmah. Tabriz: Bani Hasyim, cet. 1, 1381 HS
- Khomeini, Sayid Ruhullah. Shahifeye Emam. Teheran: Yayasan Takdzim wa Nashr Asar-e Emam Khomeini, cet. 5, 1389 S
- Kufi, Furat bin Ibrahim. Tafsir Furat al-Kufi. Riset: Muhammad Kazhim. Teheran: Kementrian Kebudayaan dan Bimbingan Islam, cet. 1, 1410 HS
- Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. al-Kafi. Riset dan editor: Ali Akbar Ghafari dan Muhammad Akhundi. Teheran: Dar al-Kitab al-Islamiah, cet. 4, 1407 HS
- Majlisi, Muhammad Baqir. Bihar al-Anwar al-Jamiah li Durar Akhbar al-Aimmah al-Athar. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, cet. 2, 1403 HS
- Makarim Syirazi, Nashir. Tafsir Nemuneh. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiah, cet. 10, 1371 S
- Ma'muri, Ali. Ketab Syenasi Fatemeh. Dalam buku pelajaran Fathimi, jld. 2. Teheran: Lembaga penelitian kebudayaan dan pemikiran Islami, cet. 1, 1393 S
- Manawi, Abdul Rauf. Ittihaf al-Sail bima li Fatimah min al-Manaqib wa al-Fadhail. Riset: Abdul Latif 'Asyur. Kairo: Penerbit Maktabah al-Quran, tanpa tahun
- Mirjahani Thabathabai, Sayid Muhsin Hasan. Jannah al-'Ashimah dar Tarikh-e Veladat va Halat-e Hazrat-e Fatemeh. Riset: Sayid Mahdi Rajai. Masyhad: Bait al-Zahra, cet. 1, 1384 S
- Muslim Neisyaburi, Muslim bin Hajjaj. Shahih Muslim. Riset: Muhammad Fuad Abdul Baqi. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, tanpa tahun
- Mutaqi Hindi, 'Alaud-din Ali bin Hisyam al-Din. Kanz al-'Amal fi Sunan al-Aqwal wa al-A'mal. Riset: Bakri Hayani dan Shafwah al-Shaqa. Yayasan al-Risalah, cet. 5, 1401 HS
- Nasa'i, Ahmad bin Syuaib. al-Sunan al-Kubra. Riset: Hasan Abdul Mun'im Syalabi. Beirut: Yayasan al-Risalah, cet. 1, 1421 HS
- Qummi, Ali bin Ibrahim. Tafsir al-Qumi. Riset: Thayib Musawi Jazairi. Qom: Qom: Dar al-Kitab, cet. 3, 1363 S
- Rafi'i Muhammadi, Nashir & Muhammad Husain Shalih Abadi. Manaqib wa Karamat Fatimah. dalam buku pelajaran Fathimi, jld. 2. Teheran: Lembaga penelitian kebudayaan dan pemikiran islami, cet. 1, 1393 S
- Rahmani Hamedani, Ahmad. Fatimah al-Zahra Bahjah Qalb al-Musthafa. Beirut: Yayasan al-Nu'man, 1413 HS
- Sayid Murtadha, Ali bin Husain. al-Syafi fi al-Imamah. Teheran: Yayasan al-Shadiq, cet. 2, 1410 HS
- Shaffar, Muhammad bin Hasan. Bashair al-Darajat fi fadhail Ali Muhamad (s). Riset: Muhsin Kucehbagi. Qom: Perpustakaan Ayatullah Marasyi Najafi, cet. 2, 1404 HS
- Syekh Mufid, Muhammad bin Muhammad bin Nu'man. al-Fushul al-Mukhtarah. Qom: Kongres Syekh Mufid, cet. 1, 1413 HS
- Syekh Shaduq, Muhammad Ali Babawaih. al-Amali. Teheran: Ketabci, cet. 6, 1376 S
- Syekh Shaduq, Muhammad Ali Babawaih. al-Khishal. Riset: Ali Akbar Ghafari. Qom: Jamiah Mudarrisin, cet. 1, 1362 S
- Syekh Shaduq, Muhammad Ali Babawaih. Ilal al-Syara'i. Qom: Toko buku Dawari, cet. 1, 1385 S
- Syekh Shaduq, Muhammad Ali Babawaih. Ma'ani al-Akhbar. Editor: Ali Akbar Ghafari. Qom: Kantor penerbit Islami, cet. 1, 1403 HS
- Syekh Shaduq, Muhammad Ali Babawaih. Man la Yahdhuruhu al-Faqih. Riset: Ali Akbar Gahfari. Qom: Kantor penerbit Islami, cet. 2, 1413 HS
- Syekh Thusi, Muhammad bin Hasan. al-Amali. Qom: dar al-Tsaqafah, cet. 1, 1414 HS
- Syekh Thusi, Muhammad bin Hasan. Kitab al-Ghaibah. Riset dan editor: Abdullah Tehrani dan Ali Ahmad Nashih. Qom: Dar al-Ma'arif al-Islamiah, cet. 1, 1411 HS
- Syekh Thusi, Muhammad bin Hasan. Tahdzib al-Ahkam. Riset: Hasan Musawi Khurasan: Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiah, cet. 4, 1407 HS
- Thabari Amali Kabir, Muhammad bin Jarir. al-Mustarsyid fi Imamah Ali bin Abi Thalib. Editor: Ahmad Mahmudi. Qom: Kusyanpur, cet. 1, 1415 HS
- Thabari Amali Shagir. Muhammad bin Jarir bin Rustam.Dalail al-Imamah. Qom: Bi'sat, cet. 1, 1413 HS
- Thabari, muhammad bin Jarir bin Rustam. Tafsir Thabari: Jami' al-bayan fi Tafsir al-Quran. Beirut: Dar al-Ma'rifah, cet. 1, 1412 HS
- Thabari, Muhib al-Din. Dzakhair al-'Uqba fi Manaqib dzawi al-Kurba. Qom: Dar al-Kitab al-Islami, cet. 1, 1428 HS
- Thabarsi, Fadhl bin Hasan. I'lam al-Wara bi A'lam al-Huda. Qom: Alulbait, cet. 1, 1417 HS
- Thabarsi, Fadhl bin Hasan. Majma' al-Bayan fi Tafsir al-Quran. Riset: Fadhlullah Yazdi Thabathabai dan Hasyim Rasuli. Teheran: Nashir Khusru, cet. 3, 1372 S
- Thabathabai, Sayid Muhammad Husain. al-Mizan fi Tafsir al-Quran. Beirut: Yayasan al-A'lami, 1390 HS
- Thabrani, Sulaiman bin Ahmad. al-Mu'jam al-Kabir. Riset: Hamdi bin Abdul Majid al-Salafi. Kairo: Perpustakaan Ibnu Taimiyah, cet. 2, tanpa tahun
- Thayib, Sayid Abdul Husain. Atyab al-Bayan fi Tafsir al-Quran. Teheran: Penerbit Islam, cet. 2, 1369 S
- Tirmidzi, Muhammad bin Isa. Sunan al-Tirmidzi. Riset dan editor: Ahmad Muhammad Syakir dan Muhammad Fawaid Abdul Baqi. Mesir: Perpustakaan dan Perusahaan Percetakan Musthafa Al-Babi Al-Halabi, cet. 2, hlm. 1395 HS
- Wahidi, Ali bin Ahmad. Asbab al-Nuzul al-Quran. Riset: Kamal Bisyuni Zaglul. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, cet. 1, 1411 HS
- Yusufi, Muhammad Husain. Partui az Asrar-e Fazhail-e Hazrat-e Fatemeh. Teheran: Penerbit Tak, cet. 2, 1396 S
- Zamakhsyari, Mahmud bin Umar. al-Kasyaf an Haqaiq Ghawamid al-Tanzil wa Uyun al-Aqawil fi Wujuh al-Ta'wil. Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, cet. 3, 1407 HS