Imam Ali Zainal Abidin as

Prioritas: aa, Kualitas: b
Dari wikishia
Ali bin Husain bin Abi Thalib as
'
Makam Imam Ali Zainal Abidin as di Baqi', Madinah
Lahir5 Sya'ban 38 H/658
Tempat lahirMadinah
Imamah35 tahun 61 H/681
Penguasa KontemporerYazid bin MuawiyahAbdullah bin ZubairMuawiyah bin YazidMarwan bin Hakam • Abdul Malik bin Marwan • Walid bin Abdul Malik
Waktu syahid20 Muharam 95 H/714 di
Tempat dimakamkanPemakaman Baqi'
Imam sebelumnyaImam Husain as
Imam setelahnyaImam Muhammad al-Baqir
AyahImam Husain as
IbuSyahr Banu putri Yazdgerd
SaudaraAli Akbar asAli Asghar • Ja'far
SaudariSukainah • Fatimah
PasanganUmmu Abdillah binti Hasan bin Ali bin Abi Thalib as
PutraMuhammad • Hasan • Husain • Akbar • Zaid • Umar • Husain Ashgar • Abdurahman • Sulaiman • Ali • Muhammad Ashgar
PutriKhadijah • Fathimah • 'Illiyah • Ummu Kultsum
LakabZainal AbidinSayid al-Sajidin • Dzu al-Tsafanat • Al-Sajjad
'Imam-Imam Syiah
Ali, al-Hasan, al-Husain, al-Sajjad, al-Baqir, al-Shadiq, al-Kazhim, al-Ridha, al-Jawad, al-Hadi, al-Askari, al-Mahdi

Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib as (bahasa Arab: علي بن الحسين بن علي بن أبي طالب) yang terkenal dengan sebutan Imam Sajjad dan Zainal Abidin adalah Imam Keempat Syiah (38-94 H/658-714). Ia menjadi imam selama 35 tahun. Ia hadir pada Peristiwa Karbala, akan tetapi ia tidak turut berperang karena sakit. Pasukan Umar bin Saad paska kesyahdian Imam Husain as membawanya ke Kufah dan Syam bersama rombongan tawanan Karbala. Pidato Imam Sajjad as di Syam menyebabkan masyarakat paham tentang kedudukan Ahlulbait.

Peristiwa Harrah, Kebangkitan Thawwabin (orang-orang yang taubat) dan Kebangkitan Mukhtar terjadi pada masa Imam Sajjad as. Kumpulan doa-doa dan munajat-munajatnya terbukukan dalam kitab Shahifah Sajjadiyah. Risalah al-Huquq yang merupakan panduan buku kecil mengenai tugas-tugas (takalif) para hamba di hadapan Tuhan dan makhluk adalah karyanya.

Menurut riwayat-riwayat Syiah, Imam Sajjad as mati syahid karena racun yang diberikan kepadanya atas perintah Walid bin Abdul Malik. Ia dimakamkan di komplek pekuburan Baqi di samping kubur Imam Hasan al-Mujtaba as, Imam Muhammad al-Baqir as dan Imam Ja'far al-Shadiq as.

Imam Sajjad as memiliki banyak keutamaan. Misalnya ibadah dan bantuannya kepada orang-orang fakir banyak dilaporkan. Di sisi Ahlusunah, beliau juga memiliki kedudukan tinggi dan mereka menyanjung keilmuan, ibadah dan wara'nya.

Jannatul Baqi Sebelum Penghacuran oleh Rezim Saudi

Biografi

Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib as yang masyhur dengan Imam Sajjad as atau Imam Ali Zainal Abidin as adalah Imam Keempat Syiah dan putra dari Imam Husain as. Berdasarkan pendapat yang masyhur ia lahir pada tahun 38 H.[1] Namun berdasarkan riwayat-riwayat lain, kelahiran imam ke-4 Syiah diyakini terjadi sekitar tahun 36 atau 37 H[2] atau 48 H.[3] Oleh karena itu, ia mengalami sebagian masa kehidupan Imam Ali as dan juga periode keimamahan Imam Hasan Mujtaba as dan Imam Husain as.[4] Terkait hari lahirnya Imam Sajjad as terjadi perbedaan pendapat. Sebagian peneliti menyebutkan hari Kamis 15 Jumadil Akhir sebagai hari lahirnya.[5] Irbili meyakini hari lahir beliau tanggal 5 Syakban.[6] Ada juga yang meyebutkan tanggal 9 Syakban.[7]

Nama dan nasab ibunya termasuk dari masalah-masalah yang kontroversial. Syekh al-Mufid menyebutkan nama ibu Imam Sajjad as adalah Syahzanan putri Yazdger, putra Syahriyar bin Kisri [8] dan Syekh al-Shaduq meyakini bahwa ia adalah putri Yazdgerd, putra seorang raja Iran, yang meninggal dunia saat melahirkan.[9].

Julukan dan Gelar

Julukan-julukan yang diberikan kepala Ali bin Husain as adalah Abu al-Hasan, Abu al-Husain, Abu Muhammad dan Abu Abdillah.[10] Sementara gelar-gelarnya adalah Zainal Abidin, Sayid al-Sajidin, Sajjad, Hasyimi, 'Alawi, Madani, Qurasyi dan Ali Akbar.[11] Gelar lain yang diberikan kepadanya adalah Dzu al-Tsafinat, karena ia memiliki tanda di bagian tubuhnya yang sering dipakai sujud, hingga lututnya seperti lutut unta yang keras dan tebal sebagai akibat dari bekas ibadah dan salatnya yang banyak.[12] Imam Sajjad as pada zamannya terkenal dengan sebutan Ali al-Khair, Ali al-Ashgar dan Ali al-'Abid.[13]

Syahadah

Tanggal kesyahidan Imam Sajjad as tidak diketahui secara detail. Sebagian peneliti meyakini terjadi pada tahun 94 H[14] dan yang lain menyakinya tahun 95 H.[15] Mengenai hari kesyahidannya pun terjadi perselisihan pendapat; misalnya hari Sabtu[16] 12 Muharram[17] dan 25 Muharram.[18] Laporan-lopran lain juga terlihat dalam beberapa sumber seperti tanggal 18, 19 dan 22 Muharram.[19]

Imam Sajjad as syahid diracuni atas perintah Walid bin Abd al-Malik.[20] Ia dikuburkan di Pemakaman Baqi' di samping makam Imam Hasan al-Mujtaba as,[21] Imam Muhammad al-Baqir as dan Imam Ja'far al-Shadiq as.

Anak dan Istri

Dalam sumber data sejarah disebutkan anak Imam Sajjad as berjumlah 15 orang (11 laki-laki dan 4 perempuan).[22] Nama-nama anak dan istrinya menurut Syekh Mufid dan Syekh Thabarsi sebagai berikut:[23]

Isteri Nasab Anak
Ummu Abdillah putri Imam Hasan as Imam Muhammad al-Baqir as
--- Seorang Budak Abdullah, Hasan dan Husain Akbar
Jida Seorang Budak Zaid dan Umar
--- Seorang Budak Husain Asghar, Abdurrahman dan Sulaiman
--- Seorang Budak Ali dan Khadijah
--- Seorang Budak Muhammad Asghar

Imamah

Keimamahan Imam Sajjad as bermula dengan kesyahidan Imam Husain as pada peristiwa Asyura tahun 61 H/681 dan berlanjut hingga masa kesyahidannya, yakni tahun 94 atau 95 H. Dikatakan masa keimamahannya 34 tahun. [24]

Berdasarkan riwayat-riwayat yang tegas dalam sumber-sumber hadis Syiah, Imam Sajjad as merupakan pengganti dan washi Husain bin Ali as.[25] Dalam hadis-hadis yang dinukil dari Rasulullah saw tentang nama-nama para Imam Syiah, nama Imam Sajjad as juga disebutkan diantara nama-nama tersebut.[26] Para teolog Syiah seperti Syekh al-Mufid menyakini bahwa keutamaan ilmu Imam Sajjad as atas orang lain setelah ayahnya merupakan dalil pertama atas keimamahannya.[27]

Para penguasa pada masa Imam Sajjad as antara lain adalah: Yazid bin Muawiyah (61-64 H/681-684), Abdullah bin Zubair (61-73 H/681-694), yang menjadi penguasa Mekah secara mandiri, Muawiyah bin Yazid (berkuasa hanya beberapa bulan pada tahun 64 H/684),Marwan bin Hakam (berkuasa sembilan bulan pada tahun 65 H/685), Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705), dan Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715).[28]

Peristiwa Karbala dan Penawanan

Ketika terjadi peristiwa Karbala dan pada hari ketika Imam Husain as dan para sahabatnya syahid, Imam Ali bin Husain as sedang sakit parah. Sehingga ketika para musuh hendak membunuhnya,[29] sebagian dari mereka berkata, "Cukuplah baginya dengan sakit yang dideritanya ini."[30]

Akidah Syiah
‌Ma'rifatullah
TauhidTauhid DzatiTauhid SifatTauhid Af'alTauhid Ibadah
FurukTawasulSyafa'atTabarruk
Keadilan Ilahi
Kebaikan dan keburukanBada'Amrun bainal Amrain
Kenabian
KeterjagaanPenutup KenabianNabi Muhammad SawIlmu GaibMukjizatTiada penyimpangan Alquran
Imamah
Keyakinan-keyakinanKemestian Pelantikan ImamIsmah Para ImamWilayah TakwiniIlmu Gaib Para ImamKegaiban Imam Zaman asGhaibah SughraGhaibah KubraPenantian Imam MahdiKemunculan Imam Mahdi asRaj'ah
Para Imam
  1. Imam Ali
  2. Imam Hasan
  3. Imam Husain
  4. Imam Sajjad
  5. Imam Baqir
  6. Imam al-Shadiq
  7. Imam al-Kazhim
  8. Imam al-Ridha
  9. Imam al-Jawad
  10. Imam al-Hadi
  11. Imam al-Askari
  12. Imam al-Mahdi
Ma'ad
Alam BarzahMa'ad JasmaniKebangkitanShirathTathayur al-KutubMizanAkhirat
Permasalahan Terkemuka
AhlulbaitEmpat Belas Manusia SuciTaqiyyahMarja' Taklid


Kufah

Setelah Tragedi Karbala, seluruh keluarga Imam Husain as ditawan dan dibawa ke Kufah dan Syam. Ketika tawanan dibawa dari Karbala ke Kufah, leher Imam Sajjad as diberi belenggu dengan Jamah, yaitu semacam belenggu atau borgol yang mengunci dan mengikat tangan serta leher secara bersamaan. Karena sakit dan tidak bisa menjaga dirinya di atas punggung unta, kedua kaki Imam Sajjad as diikatkan ke perut unta.[31]

Sebagian sejarawan mengatakan Imam Sajjad as membacakan sebuah khutbah di Kufah. Namun, karena keadaan Kufah dan pengekangan serta ketidakramahan para prajurit pemerintah yang berkuasa, juga rasa takut penduduk Kufah terhadap mereka dan sikap tidak bersahabat, maka khutbah yang penuh informasi itu sulit diterima. Selain itu, disebutkan bahwa isi khutbah yang disampaikannya sama dengan khutbahnya di masjid Damaskus. Oleh karena itu, dengan bergulirnya masa ada kemungkinan para periwayat mencampuradukkan kejadian-kajadian tersebut[32]

Ibnu Ziyad memenjarakan Imam Sajjad as dan para tawanan Karbala. Dia mengirim surat ke Syam dan meminta perintah Yazid selanjutnya. Yazid membalas suratnya supaya para tawanan dan kepala para syuhada Karbala dibawa ke Syam. Ibnu Ziyad merantai Imam Sajjad as dan memasang belenggu di lehernya. Para tawanan Karbala pun dibawa ke Syam dengan pengawalan Muhaffar bin Tsa'labah.[33]

Syam

Imam Sajjad as memberikan khutbah di masjid Syam. Ia memperkenalkan dirinya, ayahnya dan kakeknya kepada masyarakat Syam. Ia juga mengatakan bahwa apa yang dikatakan oleh Yazid dan orang-orangnya adalah tidak benar. Ayahnya bukanlah orag asing, dan ia tidak hendak menyerang orang Islam serta menyebarkan fitnah di negri Islam. Ia bangkit untuk kebenaran dan atas undangan umat dengan menghilangkan bid'ah-bid'ah dalam agama, sehingga kesucian masa Rasulullah saw pun bisa disampaikan.[34]

Kembali ke Madinah

Menurut catatan Syekh al-Mufid, akhirnya keluarga Imam Husain as pada hari Arbain bergerak dari Syam menuju Madinah.[35] Imam Sajjad as hidup selama 34 tahun setelah Peristiwa Karbala. Selama itu pula ia berusaha terus menghidupkan dan menjaga ingatan terhadap para syuhada Karbala. Setiap minum air ia selalu mengingat ayahnya, dan senantiasa menangisi musibah yang menimpa Imam Husain as.[36]

Diriwayatkan dari Imam al-Shadiq as, "Imam Zainal Abidin as menangis untuk ayahnya selama 40 tahun. Ia setiap hari berpuasa dan setiap malamnya melakukan salat. Ketika berbuka puasa, pembantunya membawakan air dan makanan untuknya dan berkata, "Silakan Tuan!" Imam Zainal Abidin as berkata, "Putra Rasulullah saw terbunuh dalam keadaan lapar! Putra Rasulullah terbunuh dalam kondisi kehausan!" Kalimat ini diulang-ulangnya dan ia menangis sedemikian rupa sehingga air matanya bercampur dengan air minum dan makanannya. Hal ini terus menimpanya hingga ia meninggal dunia.”[37]

Perlawanan Pada Masa Imam Sajjad as.

Pada masa hidup Imam Sajjad as dan setelah peristiwa Karbala, banyak terjadi perlawanan-perlawanan, diantaranya:

Peristiwa Harrah

Beberapa lama setelah peristiwa Karbala, masyarakat Madinah melakukan perlawanan terhadap penguasa bani Umayah yang dikenal dengan perlawanan Harrah. Masyarakat Madinah melakukan baiat kepada Abdullah bin Hanzhalah (ayahnya terkenal dengan sebutan Ghasīl al-Malaikah). Mereka mengepung bani Umayah yang berjumlah 1000 orang di dalam rumah Marwan bin Hakam yang kemudian diusir dari Madinah.[38] Imam Sajjad as sejak awal tidak terlibat dalam perlawanan ini. Ia tidak melibatkan diri karena mengetahui akhir dari peristiwa yang akan terjadi.[39]

Dalam peristiwa Harrah, Marwan — salah satu yang memusuhi Ahlulbait as — pergi menemui Abdullah bin Umar dan memintanya untuk menjaga keluarga Marwan. Namun, Abdullah bin Umar menolaknya. Karena Marwan tidak bisa mengharapkan lagi bantuan darinya, ia kemudian meminta perlindungan kepada Imam Sajjad as. Dengan kebesarannya, Imam Sajjad as menerima permintaan Marwan tersebut. Imam Sajjad as mengirim keluarga Marwan beserta istri dan anak-anaknya ke Yanba' (sumber air dekat Madinah sebelah kanan Gunung Radhwa).[catatan 1]

Dalam peristiwa ini Imam Sajjad as mengurusi empat ratus keluarga dan menanggung biaya hidup mereka selama pasukan Muslim bin 'Uqbah —pemimpin pasukan Yazid dalam Peristiwa Harrah— berada di Madinah.[40]

Kebangkitan Kelompok Tawabin

Kebangkitan Tawwabin adalah salah satu bentuk perlawanan setelah peristiwa Karbala yang dipimpin oleh Sulaiman bin Surad al-Khuza'i beserta beberapa tokoh Syiah di Kufah.[41] Tujuan kelompok Tawwabin yaitu akan memberikan kepemimpinan umat kepada Ahlulbait as, dan pada waktu itu tidak ada lagi keturunan Fatimah selain Ali bin Husain (Imam Sajjad as). Namun, ketika itu tidak terdapat hubungan politik khusus antara kelompok Tawwabin dan Imam Sajjad as.[Butuh referensi]

Kebangkitan Mukhtar

Kebangkitan Mukhtar merupakan kebangkitan ketiga yang penting yang terjadi setelah peristiwa Karbala, dimana terdapat keraguan mengenai hubungan Imam Sajjad as dengan kelompok ini. Bukan hanya dari sisi politik, namun juga terdapat masalah dari sisi akidah (Mukhtar mengikuti Muhammad bin Hanafiyah). Disebutkan bahwa setelah meraih kemenangan, Mukhtar menarik Syiah Kufah untuk berpihak kepadanya. Mukhtar meminta pertolongan dari Imam Sajjad as, namun Imam tidak menampakkan kesukaannya.[42]

Keutamaan Imam Sajjad as

Ibadat

Malik bin Anas berkata, "Ali bin Husain melakukan salat siang malam sebanyak 1000 rakaat sampai meninggal dunia, sehingga ia dijuluki Zain al-'Abidin (perhiasan para ahli ibadah).[43]

Ibnu Abd Rabbah menulis, "Ketika Imam Sajjad as bersiap-siap hendak salat, ia menggigil hebat. Kemudian ia ditanya mengenai hal tersebut. Imam berkata, "Celakalah engkau, apakah engkau tidak mengetahui kepada siapa aku akan menghadap dan kepada siapa aku akan bermunajat?"[44]

Malik bin Anas berkata, "Ketika Ali bin Husain sudah mengenakan kain ihram, ia mengucapkan labbaika allahumma labbaik. Dan pada saat itu juga ia langsung pingsan dan terjatuh dari kendaraan tunggangannya."[45]

Membantu Orang-Orang Fakir

Imam Sajjad as sering kali membantu orang-orang fakir dan orang-orang yang membutuhkan. Imam as memberi mereka makanan dalam kegelapan malam dan secara sembunyi-sembunyi. terkait hal ini banyak sekali yang melaporkan, diantaranya: [46]

Abu Hamzah al-Tsumali berkata, "Ali bin Husain as memikul sejumlah makanan dan dalam kegelapan malam ia memberikannya kepada fakir miskin secara diam-diam. Ia berkata, "Sedekah yang diberikan dalam kegelapan malam akan memadamkan amarah Allah swt."[47]

Muhammad bin Ishaq berkata, "Orang-orang Madinah selama hidupnya tidak mengetahui dari mana kebutuhan hidup mereka terpenuhi. Namun setelah wafatnya Imam Sajjad as, makanan-makanan mereka pun terhenti.[48]

Akibat memikul karung, bekas pikulan tersebut nampak di pundaknya. Hal ini diketahui ketika tubuhnya yang suci dimandikan saat wafatnya.[49] Ibnu Sa'ad menulis, "Ketika orang-orang yang butuh datang menemui Imam Sajjad as, ia pun bangkit dan memenuhi kebutuhan mereka. Ia berkata, "Sebelum sedekah sampai ke tangan orang-orang yang membutuhkan, ia akan sampai kepada Allah swt."[50]

Pada suatu tahun, Imam Sajjad as hendak menunaikan ibadah haji. Saudarinya, Sukainah, menyiapkan bekal senilai seribu Dirham. Ketika sampai di Harrah, bekal tersebut dibawa ke hadapan Imam Sajjad as, dan Imam membagikannya kepada orang-orang yang membutuhkan.[51]

Imam Sajjad as memiliki seorang kemenakan yang miskin. Pada malam hari ketika kemenakannya tidak mengenalinya, ia pergi menjumpai kemenekannya tersebut dan memberinya beberapa Dinar. Kemenakannya bertanya, "Ali bin Husain as tidak memperhatikan familinya sendiri, semoga Allah mengingatkannya." Imam mendengar perkataan kemenakannya tersebut dan dengan sabar serta tenang ia tidak menjelaskan siapa dirinya yang sesunggguhnya. Ketika Imam Sajjad as meninggal, kemenakannya tersebut tidak lagi mendapati kebaikan orang yang selama ini menolongnya. Orang tersebut pada akhirnya mengetahui bahwa orang yang selama ini berbuat baik adalah Ali bin Husain as. Kemudian ia pergi ke kuburan Imam Sajjad as dan menangis di pusara Imam.[52]

Abu Na'im menulis, "Dua kali ia membagi dua hartanya dengan orang-orang tidak mampu. Ia berkata, "Allah menyukai orang berdosa yang bertaubat."[53] Abu Na'im juga menulis, "Masyarakat mengenalnya sebagai orang pelit. Namun ketika ia wafat, mereka mengetahui bahwa Ali bin Husain menjadi penanggung hidup seratus keluarga.[54] Ketika pengemis sering datang kepadanya, ia berkata, "Selamat datang orang yang bersedia membawa bekal saya ke akherat."[55]

Sikap Terhadap Para Hamba Sahaya

Diantara kerja keras Imam Sajjad as yang memiliki nilai agama dan politik adalah perhatiannya kepada budak sahaya. Budak sahaya—khususnya sejak zaman khalifah kedua (Umar bin Khattab), terlebih pada masa bani Umayah—menjadi bagian sosial yang sangat tertekan. Kaum budak juga berada pada tingkatan masyarakat yang paling rendah pada masa awal Islam. Imam Sajjad as seperti halnya Imam Ali as dengan perilaku Islaminya menyebabkan para budak sahaya Irak yang telah bebas tertarik kepadanya. Ia berusaha keras sehingga kehidupan sosial para budak ini meningkat.

Imam Sajjad as meskipun tidak membutuhkan budak sahaya, namun ia melakukan pembelian budak sahaya. Akan tetapi pembelian ini hanya untuk membebaskan mereka. Para budak yang melihat niat Imam demikian, mereka datang kepada Imam supaya dibelinya. Imam Sajjad as pada setiap keadaaan selalu membebaskan mereka. Sehingga di Madinah terdapat banyak laki-laki dan perempuan, dimana mereka semuanya adalah budak-budak yang dibebaskan oleh Imam Sajjad as.[56]

Terjemahan Bahasa Indonesia Shahifah Sajjadiyah

Karya Peninggalan

Syekh al-Mufid menulis, "Para ulama Ahlusunah mengutip banyak ilmu dari Imam Sajjad as. Diantara karya peninggalannya yang masyhur menurut para ulama adalah nasihat-nasihat, doa-doa, riwayat tentang keutamaan Al-Qur'an, halal haram, peperangan dan hari-hari sejarah.[57]Sebuah hal menarik bahwa sekitar 300 hadis dari Imam Sajjad as dimuat dalam kutub Arba'ah.[58]

Shahifah Sajjadiyah

Shahifah Sajjadiyah adalah kumpulan doa-doa Imam Sajjad as. Sebuah cerminan dari kehidupan sosial pada masanya—khususnya di Madinah—terlihat dalam Shahifah Sajjadiyah. Diantaranya, menghindari perilaku dan perkataan buruk masyarakat masa itu dan minta perlindungan kepada Allah swt dari apa yang dilihat dan didengar dan menjelaskan jalan kebenaran dalam naungan pendidikan agama dan Al-Qur'an, serta pensucian jiwa dari kotoran. Sepertinya Imam Sajjad as dengan bahasa doanya sebisa mungkin hendak mengeluarkan masyarakat dari belenggu setan menuju naungan Allah swt.[59] Shahifah ini sudah tersebar dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.

Risalah Huquq

Risalah al-Huquq adalah salah satu karya yang dinisbatkan kepada Imam Sajjad as. Dalam risalah ini terdapat 51 hak (atau 50, menurut beberapa cetakan).[60] Risalah ini pun telah dicetak dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Sebagian hak yang terdapat di dalamnya adalah:

  1. Hak Allah
  2. Hak Jiwa
  3. Hak Lidah
  4. Hak Salat
  5. Hak Sedekah
  6. Hak Guru
  7. Hak Rakyat
  8. Hak Perempuan
  9. Hak Ibu
  10. Hak Ayah
  11. Hak Anak
  12. Hak Saudara
  13. Hak Budak
  14. Hak Teman
  15. Hak Tetangga
  16. Hak Peminjam Utang
  17. Hak Orang yang Marah Kepada Anda
  18. Hak Orang yang Membahagiakan Anda
  19. Hak Orang yang Berbuat Buruk
  20. Hak Ahli Dzimmah

Doa Sahar yang Masyhur dengan Doa Abu Hamzah

Doa Imam Sajjad ini dibaca pada waktu-waktu sahur bulan Ramadhan dan Abu Hamzah al-Tsumali menukilnya dari beliau. Doa ini mengandung pahaman-pahaman tinggi, ungkapan-ungkapan lugas dan fasih.

Zaiarah Aminullah

Ziarah Aminullah adalah doa ziarah yang dibaca oleh Imam Sajjad as ketika berziarah ke pusara Imam Ali as.[61] Ziarah ini termasuk zaiarah yang diakui keabsahannya dan dapat dibaca di semua tempat (Kuburan Imam-imam yang lain). [62]

Sahabat dan Murid

Syekh Thusi menghitung setidaknya ada 170 orang sahabat Imam Sajjad as. [63] Paling pentingny sahabat dan murid Imam as antara lain:

  • Abu Hamzah Tsumali: perawi, muhaddis dan mufassir Imamiyah abad ke-2 H yang merupakan sahabat Imam Sajjad as, Imam Baqir as, Imam Shadiq as dan Imam Kazhim as.
  • Abu Khalid Kabuli: yang bergelar Kunkur, adalah termasuk rijal Syiah abad ke-1 H dan sahabat Imam Sajjad as dan Imam Baqir as.
  • Aban bin Taghlib:[64] sastrawan, qari', Fakih, mufassir dan termasuk muhaddis ternama Imamiyah yang mengalami masa Imam Sajjad as, Imam Baqir as dan Imam Ja'far Shadiq as.
  • Jabir bin Abdullah Anshari: seorang sahabat Nabi saw yang ikut serta dalam sejumlah besar peperangan dan sariyah. Jabir adalah perawi hadis Lauh yang mengandung nama para Imam Syiah dari lisan Nabi saw. Jabir termasuk sahabat Imam Ali as dan para Imam hingga Imam Baqir as.[65]
  • Sulaim bin Qais Hilali: termasuk sahabat khusus empat pertama imam-imam Syiah yang juga mengalami masa Imam Baqir as. Dia merupakan ulama Syiah paling senior, sahabat besar para Imam dan mendapat kepercayaan khusus mereka serta sangat dicintai oleh mereka.
  • Hasan bin Muhammad bin Hanafiyah: termasuk dari para muhaddis abad ke-1 dan putra dari Muhammad bin Hanafiyah serta cucu Ali bin Abi Thalib as.
  • Sa'id bin Musayyib bin Hazin al-Qurasyi al-Makhzumi: termasuk dari tabiin dan tujuh fukaha Madinah pada zaman Imam Sajjad as.[66]
  • Yahya bin Ummi Thuwail. [67]
  • Sa'id bin Jubair: mufassir dan termasuk tabiin dan sahabat Imam Sajjad as.[68]
  • Muhammad bin Jubair bin Muth'im.[69]

Perkataan Ahlusunah Tentang Imam Sajjad as

Ulama Ahlusunah meyakini Imam Sajjad as memiliki ilmu dan kedudukan yang tinggi dan memujinya. Diantara mereka adalah Muhammad bin Muslim Zuhri, dari tabiin, Fakih dan ahli hadis Ahlusunah abad ke-1 dan ke-2 H berkata mengenainya, "Aku tidak melihat orang dari bani Hasyim yang lebih unggul darinya dan juga aku tidak melihat seseorang yang lebih Fakih darinya."[70] Dinukil pula dari Abu Hatim al-A'raj bahwa, "Saya tidak melihat seorang Hasyimi lebih unggul dari Ali bin Husain as".[71]

Syafi'i pendiri mazhab Syafi'i berkata, "Ia adalah orang yang paling Fakih diantara penduduk Madinah."[72]

Jahizh teolog dan satrawan Mu'tazilah abad ke-2 H dan ke-3 H berkata, "Aku tidak melihat seseorang yang meragukan keutamaannya dan mempermasalahkan tentang keunggulannya."[73]

Said bin Musayyib dari tabiin dan salah seorang dari tujuh Fukaha Madinah berkata, "Saya tidak melihat seseorang lebih wara' darinya".[74]

Didahului oleh:
Imam Husain as
Imam ke-4 Syiah Imamiyah
61 H-95 H
Diteruskan oleh:
Imam Muhammad al-Baqir as

catatan

  1. Thabari menyebutkan bahwa Imam Sajjad as dan Marwan adalah teman lama. Namun, perkataan ini tidak berdalil, karena Marwan sama sekali tidak pernah memperlihatkan kebaikannya kepada bani Hasyim. Oleh karena itu, tidak tepat jika Imam Sajjad as disebutkan berteman dengan Marwan. Thabari hendak menutupi jiwa kepahlawanan dan kemuliaan yang tinggi dari keluarga bani Hasyim dengan hanya menyebutnya sebagai pertemanan pribadi. Syahidi, Zendegani-e Ali bin al-Husain as, hlm. 83.

Catatan Kaki

  1. Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 466; Syekh Mufid, all-Irsyad, jld. 2, hlm. 137; Thabrisi, I'lam al-Wara, hlm. 256; Irbili, Kasyf al-Gummah, jld. 2, hlm. 73.
  2. Thabrisi, I'lam al-wara, hlm. 256; Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Al Abi Thalib, jld. 4, hlm. 175.
  3. Syahidi,Zendegani-e Ali bin al-Husain as, hlm. 32.
  4. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 137; Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Al Abi Thalib, jld. 4, hlm. 175
  5. Thabrisi, I'lam al-Wara, hlm. 256; Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Al Abi Thalib, jld. 4, hlm. 175
  6. Irbili, Kasyf al-Ghummah, jld. 2, hlm. 73
  7. Thabrisi, I'lam al-Wara, hlm. 256; Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Al Abi Thalib, jld. 4, hlm. 175
  8. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 137
  9. Syekh Shaduq, Uyun Akhbar al-Ridha, jld. 2, hlm. 128
  10. Tabrisi, I'lam al-Wara, hlm. 256; Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Al Abi Thalib, jld. 4, hlm 175; Dzahabi, Siyar A'lam al-Nubala', jld. 4, hlm. 386.
  11. Tabrisi, I'lam al-Wara, hlm. 256; Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Al Abi Thalib, jld. 4, hlm 175; Dzahabi, Siyar A'lam al-Nubala', jld. 4, hlm. 386; Dzahabi, al-'Ibar, jld. 1, hlm. 83; Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 13, hlm. 236; Ibnu Tughra, al-Nujum al-Zahirah, jld. 1, hlm. 229; Ibnu al-Khallakan, Wafayat al-A'yan, jld. 3, hlm. 266; Ibnu Hajar Asqalani, Tahdzib al-Tahdzib, jld. 7, hlm. 231; Kusrawi, Mausu'ah Rjal Kutub al-Syi'ah, jld. 3, hlm. 64.
  12. Ibnu Khallaqan, Wafayat al-A’yan, jld. 3, hlm. 274; Qalqasyandi, Shubh al-A’sya, jld 1, hlm. 516
  13. Ibnu Sa’d, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 5, hlm. 222.
  14. Al-Syabrawi, al-Ithaf bi Hubbi al-Asyraf, hlm. 276; Irbili, Kasyf al-Gummah, jld. 2, hlm. 82.
  15. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 137; Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 466; Mas'udi, Muruj al-Dzahab, jld. 3, hlm. 160
  16. Amin, A'yan al-Syiah, jld. 1, hlm. 629
  17. Syabrawi, al-Ithaf bi Hubbi al-Asyraf, hlm. 276
  18. Syekh Abbas Qummi, Muntaha al-Amal, jld. 2, hlm. 1167
  19. Amin, A'yan al-Syiah, jld. 1, hlm. 629
  20. Syabrawi, al-Ithaf bi Hubbi al-Asyraf, hlm. 276-277
  21. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 138.
  22. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 155; Thabrisi, I'lam al-Wara, hlm. 262.
  23. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 155; Syekh Thabarsi, I'lam al-Wara, hlm. 262
  24. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 138; Thabarsi, I'lam al-Wara, hlm. 256; Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Al Abi Thalib, jld. 4, hlm. 175
  25. Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hl. 188-189.
  26. Syekh Mufid, al-Ikhtishash, hlm. 211; Thabarsi, I'lam al-Wara, hlm. 396, 397
  27. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 138.
  28. Thabarsi, I'lam al-Wara, hlm. 256, 257; Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 46, hlm. 13.
  29. Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 113.
  30. Thabrisi, I'lam al-Wara, jld. 1, hlm. 469
  31. Syahidi, Zendegani-ye Ali bin al-Husain as, hlm. 51-52.
  32. Syahidi, Zendegani-e Ali bin al-Husain as, hlm. 56-57.
  33. Syahidi, Zendegani-e Ali bin al-Husain as, hlm. 58-59.
  34. Syahidi, Zendegani-e Ali bin al-Husain as, hlm. 75.
  35. Muntazhar al-Qaim, Tarikh Imamat, hlm. 159, dinukil dari Syekh Mufid, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 126
  36. Sayid Ibnu Thawus, al-Luhuf, hlm. 290; Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 45, hlm. 149; Syekh Abbas Qummi, Nafs al-Mahmum, jld. 1, hlm, 794
  37. Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 45, hlm. 149; Syekh Abbas Qummi, Nafs al-Mahmum, jld. 1, hlm, 794
  38. Syahidi, Zendegani-e Ali bin al-Husain as, hlm. 82-83.
  39. Syahidi, Zendegani-e Ali bin al-Husain as, hlm. 86.
  40. Syahidi, Zendegani-e Ali bin al-Husain as, hlm. 86.
  41. Lihat: Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 45, hlm. 355
  42. Thusi, Ikhtiyar Ma'rifat al-Rijal, hlm. 126.
  43. Dzahabi, al-'Ibar, jld. 1, hlm. 83, Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
  44. Ibnu Abd Rabbah, Aqdu al-Farid, jld. 3, hlm. 114; Dzahabi, Siyar A'lam al-Nubala, jld. 4, hlm. 392.
  45. Dzahabi, Siyar A'lam al-Nubala, jld. 4, hlm. 392.
  46. Syahidi, Zendegani-e Ali bin al-Husain as, hlm. 147,148,
  47. Dzahabi, Siyar A'lam al-Nubala', jld. 4, hlm. 393.
  48. Dzahabi, Siyar A'lam al-Nubala, jld. 4, hlm. 393.
  49. Hilyat al-Auliya, jld. 3, hlm. 136; Kasyf al-Ghummah, jld. 2, hlm. 77; Manaqib, jld. 4, hlm. 154; Shifat al-Shafwah, jld. 2, hlm. 154; al-Khishal, hlm. 616; ‘Ilal al-Syarayi', hlm. 231; Biharul Anwar, hm. 90; Dikutip dalam Syahidi, Zendegani-ye Ali bin al-Husain as, hlm. 147-148.
  50. Thabaqat, jld. 5, hlm. 160; Syahidi, Zendegani-e Ali bin al-Husain as, hlm. 148.
  51. Kasyf al-Ghummah, jld. 2, hlm. 78; Shifat al-Shafwah, jld. 2, hlm. 54; Syahidi, Zendegani-ye Ali bin al-Husain as, hlm. 148.
  52. Kasyf al-Ghummah, jld. 2, hlm. 107; Hilyat al-Auliya, hlm. 3, hlm. 140; Dikutip dalam Syahidi, Zendegani-ye Ali bin al-Husain as, hlm. 148.
  53. Thabari, Bagian 3, hlm. 3482; Thabaqat, jld. 5, hlm. 162; Dikutip dalam Syahidi, Zendegani-ye Ali bin al-Husain as, hlm. 148.
  54. Shifat al-Shafwah, jld. 2, hlm. 54; Hilyat al-Auliya, hlm. 3, hlm. 136; Thabaqat, jld. 5, hlm. 164; Dikutip dalam Syahidi, Zendegani-ye Ali bin al-Husain as, hlm. 148.
  55. Kasyf al-Ghummah, jld. 2, hlm. 77; Manaqib, jld. 4, hlm. 154; Hilyat al-Auliya, hlm. 3, hlm. 136; Bihar, hlm. 137; Dikutip dalam Syahidi, Zendegani-ye Ali bin al-Husain as, hlm. 148.
  56. Sayid al-Ahl, Zain al-'Abidin, hlm. 7, 47.
  57. Al-Mufid, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 153.
  58. Muntazhir al-Qaim, Tarikh Imamat, hlm. 172, 1432 H
  59. Syahidi, Zendegani-e Ali bin al-Husain as, hlm. 105.
  60. Syahidi, Zendegani-ye Ali bin al-Husain as, hlm. 169-170.
  61. Ibnu Masyhadi, al-Mazar al-Kabir, hlm. 285; Ibnu Qulawaih, Kamil al-Ziarat, hlm. 39
  62. Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 97, hlm. 269
  63. Thusi, Rijal al-Thusi, hlm. 109, 122
  64. Ibnu Syahr Asyub, manaqib Al Abi Thalib, jld. 4, hlm. 177
  65. Syekh Thusi, Rijal al-Thusi, jld. 1, hlm. 111
  66. Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Al Abi Thalib, jld. 4, hlm. 176,
  67. Syekh Mufid, al-Ikhtishash, hlm. 8
  68. Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Al Abi Thalib, jld. 4, hlm. 176
  69. Syekh Mufid, al-Ikhtishash, hlm. 8; Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Al Abi Thalib, jld. 4, hlm. 176
  70. Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, jld. 9, hlm. 124; al-Dzahabi, Tadzkirat al-Huffazh, jld. 1, hlm. 75; Amini, Takmilat al-Ghadir, jld. 2, hlm.406.
  71. Dzahabi, al-'Ibar, jld. 1, hlm. 83
  72. Ibnu Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah, jld. 15, hlm. 274.
  73. Ibnu 'Anbah, 'Umdat al-Thalib fi Ansab Aali Abi Thalib, hlm. 194; Syahidi, Zendegani-e Ali bin al-Husain as, hlm. 108.
  74. Dzahabi, al-'Ibar, jld. 1, hlm. 83

Daftar Pustaka

  • Amin, Sayid Muhsin. A'yan al-Syiah. Beirut: Dar al-Ta'aruf, 1403 H.
  • Amini, Abd al-Husain. Takmilat al-Ghadir: Tsamarat al-Asfar ila al-Aqthar. Riset: Markaz al-Amir li Ihya al-Turats al-Islami. Beirut: Markaz al-Ghadir li al-Diratsat wa al-Nashr wa al-Tauzi', 1429 H/2008.
  • Dzahabi, Syams al-Din Muhammad bin Ahmad. Tadzkirat al-Hufazh. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-'Arabi, tanpa tahun.
  • Dzahabi, Syams al-Din Muhammad bin Ahmad. Siyar A'lam al-Nubala'. Riset: Syu'aib Arnaud. Beirut: Muasasah al-Risalah, 1414 H.
  • Dzahabi, Syams al-Din Muhammad bin Ahmad. Al-'Ibar fi Khabar min Ghubar. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, tanpa tahun.
  • Ibnu Abd Rabbah, Ahmad bin Muhamamd. Al-'Aqd al-Farid. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, tanpa tahun.
  • Ibnu Abi al-Hadid. Syarh Nahj al-Balaghah. Riset: Muhammad Abu al-Fadhl Ibrahim. Beirut: Dar Ihya al-Kutub al-'Arabiyah, 1962 M.
  • Ibnu 'Anbah, Ahmad bin Ali.. 'Umdat al-Thalib fi Ansab Al Abi Thalib. Diedit oleh: Muhammad Hasan Al al-Thaliqani. Najaf: Mansyurat al-Mathba'at al-Haidariyah, 1380 H.
  • Ibnu Katsir. Al-Bidayah wa al-Nihayah. Riset: Ali Syiiri. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-'Arabi, 1408 H/1988.
  • Ibnu Masyhadi, Muhammad bin Jakfar. Al-Mazar al-Kabir. Qom: Muasasah al-Nasyr al-Islami, 1378 S.
  • Ibnu Qulawaih, Jakfar bin Muhammad. Kamil al-Ziyarat. Najaf: Mathbu'at al-Mubarakah al-Murtadhawiyah, 1356 H.
  • Ibnu Syahr Asyub, Muhammad bin Ali. Manaqib Al Abi Thalib. Qom: penerbit Allamah, cet. I, 1379 H.
  • Imam Sajjad. Shahifah Sajjadiyah. Terjemah Asadullah Mubassyari. Teheran: Penerbit Ney, 1991.
  • Irbili, Ali bin Isa. Kasyf al-Ghummah fi Ma'rifah al-Aimmah. Peneliti dan editor: Sayid Hasyim Rasuli Mahallati. Tabriz: Bani Hasyim, cet. I, 1381 H.
  • Kasyi, Muhammad bin Umar. Rijal al-Kasyi-Ikhtiyar Ma'rifah al-Rijal. Riset dan Editor: Syekh Thusi dan Hasan Musthafawi. Masyhad: Muasasah Nasyr Danesygah Masyhad, 1409 H.
  • Kulaini, Muhammad biin Ya'kub. Al-Kafi. Editor: Ali Akbar Ghifari dan Muhammad Akhundi. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1407 H.
  • Majlisi, Muhammad Bagir. Bihar al-Anwar. Beirut: Dar Ihya' al-Turats al-Arabi, 1413 H.
  • Mufid, Muhammad bin Muhammad al-Nu'man. Al-Irsyad fi Ma'rifat Hujajillah 'Ala al-'Ibad. Riset: Muassasah Al al-Bait as li Ihya al-Turats. Qom: Almu’tamir al-'Alami li Alfiyat al-Syeikh al-Mufid, 1413 H.
  • Muntadzhar al-Qaim, Asgar. Tarikh Imamat. Qom: Daftar Nasyr Ma'arif, 1390 S.
  • Qommi, Syekh Abbas. Muntaha al-Amal fi Tawarikh al-Nabi wa al-Al. Qom: Dalil-e Ma, 1379 S.
  • Sayid al-Ahl, Adb al-Aziz. Zain al-'Abidin. Kairo: Maktabah Wahhabah, 1961.
  • Syahidi, Sayid Ja'far. Zendegani-e Ali bin al-Husain as. Teheran: Daftar Nasyr Farhanggi Islami, 1380 S.
  • Syabrawi, Abdullah bin Muhammad. Al-Ithaf bi Hubbi al-Asyraf. Editor: Sami Ghariri. Qom: Dar al-Kitab al-Islami, 1423 H.
  • Syekh Mufid, Muhammad bin Muhammad.Masar al-Syiah fi Mukhtashar Tawarikh al-Syari'ah. Qom: Al-Mu'tamar al-Alami li al-Fiyah al-Syekh al-Mufid, 1413 H.
  • Syekh Mufid, Muhammad bin Muhammad. Al-Ikhtishash. Qom: Al-Mu'tamar al-Alami li al-Fiyah al-Syekh al-Mufid, 1413 H.
  • Syekh Shaduq, Muhammad bin Ali. 'Uyun Akhbar al-Ridha as. Teheran: Nasyr Jahan, 1387 S.
  • Tahabarsi, Fadhl bin Hasan. I'lam al-Wara bi A'lam al-Huda. Qom: Muasasah Ali al-Bait li Ihya' al-Turats, 1376 S.
  • Tahabarsi, Fadhl bin Hasan. I'lam al-Wara bi A'lam al-Huda. Teheran: Islamiyah, 1390 H.
  • Thusi, Muhammad bin Hasan. Mishbah al-Mujtahid wa Silah al-Muta'abid. Beirut: Muasasah Fikih al-Syiah, 1411 H.
  • Thusi, Muhammad bin Hasan.Rijal al-Thusi. Qom: Muasasah Nasyr Islami, 1373 H.