Ziarah Asyura

Prioritas: a, Kualitas: b
Dari wikishia
Doa, Munajat dan Ziarah

Ziarah Asyura (bahasa Arab: زيارة عاشوراء ) adalah teks doa ziarah yang dibaca oleh orang-orang muslim Syiah ketika menziarahi Imam Husain as dan sahabat-sahabatnya (baik dari jauh maupun dari dekat) serta mengenang kembali peristiwa Asyura. Ziarah Asyura diriwayatkan dan dinukil langsung dari Imam Muhammad al-Baqir as dan memiliki kedudukan penting di kalangan Syiah.

Pahala Membaca Ziarah Asyura

Ada beberapa riwayat yang datang dari para Imam Maksum mengenai pembacaan ziarah Asyura. Dalam sebuah riwayat yang dinukil oleh Alqamah bin Muhammad Hadrami dari Imam al-Baqir as dijelaskan bahwa pahala membaca ziarah Asyura setelah menyampaikan salam kepada Imam Husain as dan melakukan salat 2 rakaat adalah penghapusan beribu-ribu keburukan dari orang mukmin dan pengangkatan beribu-ribu derajat. Begitu juga, orang yang membaca ziarah ini akan digolongkan bersama orang-orang yang gugur syahid dalam barisan Imam Husain as, bergabung dalam derajat mereka, mendapatkan pahala seluruh para nabi, para rasul dan pahala setiap orang yang berziarah kepada Imam Husain mulai dari hari syahadahnya.[1] Sebagaimana yang dinukil Alqamah dari Imam al-Baqir as (imam kelima Syiah), setelah beliau menukilkan ziarah ini berkata: "Hai Alqamah! Jika engkau mampu setiap hari menziarahi Husain as dengan ziarah ini, maka lakukanlah niscaya engkau akan mendapatkan pahala semua ziarah ini.[2]

Ziarah dari Jauh

Salah seorang dari perawi ziarah Asyura bernama Alqamah bertanya kepada Imam al-Baqir as: "Jiwaku menjadi tebusanmu, bagi orang yang tinggal di kota-kota yang jauh dari Karbala dan pada hari ini (hari Asyura) tidak bisa pergi ke pusara Imam serta ia ingin berziarah kepadanya dari jauh, apa pahalanya?" Imam as menjawab: "Aku jamin, orang yang menziarahi Imam Husain as pada hari ini (dengan ziarah Asyura dan ia menjaga norma dan adab-adabnya) dari jauh, maka semua pahala-pahala ziarah dari dekat akan dicatat baginya".[3]

Kandungan Ziarah Asyura

  • Salam: Ziarah Asyura dimulai dengan salam kepada Imam Husain as kemudian berlanjut dengan salam kepada para sahabat setianya. Begitu juga, doa ziarah ini diakhiri dengan salam kepada Imam Husain as dan para sahabatnya.
  • Mengenang sejarah Syiah: Dalam ziarah Asyura, kisah keterzaliman Syiah dijelaskan dengan menggunakan kata ganti كُمْ (kalian) dan كَ (kamu). kata ganti (کُم) menggantikan Ahlulbait dan kata ganti (ک‌) untuk menjelaskan Abu Abdillah al-Husain as. Kalimat "اُمَّةً اَسَسَتْ اَساسَ الظُّلمِ وَ الجُورِ عَلَیکمْ اَهْلِ البَیت" , " ‌اُمَّةً دَفَعَتْکمْ عَنْ مَقامِکمْ و اَزالَتْکمْ عَنْ مَراتِبِکمُ الَّتی رَتَّبَکمُ اللَّهُ فیها", "المُمهِدِینَ لَهُمْ بِا لتَمکین مِنْ قِتالِکمْ‌" yang tertera pada awal ziarah dan kalimat "النّاصِبینَ لَکمُ الْحَرْبَ‌" yang tertera di pertengahan ziarah, yang bermakna "Umat yang telah membangun pondasi kezaliman dan penindasan kepadamu wahai Ahlulbait", "Umat yang telah menjauhkanmu dari kedudukan kalian dan telah menanggalkan derajat-derajatmu yang Allah berikan pada kalian", "umat yang menyiapkan sarana kepada para penguasa lalim untuk memerangimu", dan "Jauhkan kami dari mereka yang mendirikan perang atas kalian", sungguh semua makna tersebut mengingatkan kembali perlakuan tidak manusiawi dan kekerasan sebuah pasukan zalim anti Islam terhadap Ahlulbait setelah wafatnya Rasulullah saw. Hal ini juga tersirat jelas dalam ungkapan اُمةً اَسْرَجَتْ وَالجَمَتْ وَ تَنَقَّبَتْ لِقِتالِک‌ yang berarti “Umat yang mengencangkan pelana dan kendali kuda mereka dan memakai topeng mereka untuk membunuhmu”, kesemua hal ini mengisyaratkan pada peristiwa Asyura. Terdapat dua hal penting lain dalam bagian ziarah Asyura ini, pertama, Asyura adalah hari yang diperkenalkan sebagai hari raya bani Umayyah dan anak Hindun si pemakan jantung. Kedua, hari Asyura terkenal sebagai hari bahagia keluarga Ziyad dan keluarga Marwan karena pada hari itu mereka berhasil membunuh Imam Husain as.
  • Laknat: Pada Ziarah Asyura, kelompok penentang imamah yang memusuhi dan memerangi para Imam Syiah dan pemerintahan mereka mendapat laknatan. Ziarah Asyura menyebut bani Umayyah, keluarga Ziyad, dan keluarga Marwan sebagai kelompok yang lalim, dan menyebut Ubaidillah bin Ziyad, Umar bin Sa'ad dan Syimr sebagai pribadi-pribadi yang zalim. Sisi-sisi kesamaan pribadi-pribadi dan kelompok-kelompok ini adalah penzaliman, permusuhan dan peperangan mereka kepada Ahlulbait. Pada setiap ungkapan dari ziarah Asyura terdapat laknatan terhadap umat ini, pelepasan diri yang amat ditekankan dari mereka dan bahkan pelaknatan ini pada dua bagian terakhir ziarah ini digeneralkan untuk seluruh orang-orang lalim yang di sepanjang sejarah bersikap aniaya terhadap hak Muhammad dan keluarga Muhammad. Tujuan dari pelaknatan-pelaknatan ini adalah umat muslim dengan mengikuti perintah Allah harus selalu berlepas diri dari kelompok yang menzalimi hak Muhammad dan keluarganya (yaitu para penentang pemerintahan yang berasaskan imamah) dan menyesuaikan sepak terjangnya dengan sepak terjang Muhammad dan keluarganya.
  • Mahdiisme dan Pembalasan: Pada dua bagian ziarah Asyura tersirat permohonan pada Allah swt untuk membalas kesyahidan Imam Husain as lewat Imam Zaman as atau pemimpin yang mendapat petunjuk dan memihak pada kebenaran. Lafal-lafal ini menerangkan kemunculan Imam Mahdi as dan pembalasan kesyahidan itu akan dilakukan oleh beliau serta menunjukkan hakikat Mahdiisme yang menjadi dasar ideologi pergerakan dan pemikiran Syiah di masa penantian beliau.
  • Doa: Bagian penting doa lain dari ziarah Asyura adalah :

‌اللهم اَجْعَلْ مَحیای مَحیا محمدٍ و ال مُحمد وَ مَماتی مَماتَ مُحمدٍ وَ ال مُحمدٍ‌

Artinya : "Ya Allah hidupkanlah aku dengan ketaatan pada agama Muhammad dan matikanlah aku dalam ketaatan terhadap agama Muhammad". Pemahaman yang bisa dipetik dari doa ini adalah keinginan untuk mencapai keberuntungan hidup di dunia dan akhirat. Bagian akhir dari ziarah ini:

ثَبِّتْ لی قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَک مَعَ الْحُسَینِ وَ اَصْحابِ الْحُسَینِ الَّذینَ بَذَلُوا مُهَجَهُمْ دُونَ الْحُسَینِ علیه‌السلام‌

juga memohon pada Allah swt untuk menegakkan dan menguatkan langkah kita bersama Imam Husain as dan para sahabat beliau yang telah mengorbankan darah mereka, hal ini seperti telah disampaikan dalam bagian sebelumnya.

Sanad Ziarah Asyura

Teks terlama ziarah Asyura ini tercantum dalam kitab Kamil al-Ziyarat [4]. Ibnu Qulawaih dalam kitab ini meriwayatkan teks ziarah Asyura dari Imam al-Baqir as. Abu al-Ma'ali Muhammad Kalbasi salah satu dari para mujtahid abad ke-13 Hijriah, yang menyusun penjelasan terhadap ziarah Asyura menulis: Syekh al-Thusi dalam kitabnya Mishbah al-Mutahajjid [5] juga menukil ziarah ini dengan jalur sanad lain dari Imam al-Baqir as. [6] Sementara sebagian dari para sejarawan kontemporer meyakini bahwa Syekh al-Thusi juga menukilnya dari kitab Kamil al-Ziyarat[7].

Di antara teks ziarah Asyura yang dinukil oleh Ibnu Qulawaih dan Syekh al-Thusi terdapat perbedaan. Begitu juga dalam isi kandungan ziarah Asyura terdapat bukti-bukti bahwa ziarah ini dijelaskan pada akhir-akhir pemerintahan bani Umayyah.[8]

Terkait Ungkapan Laknat di Petikan Akhir dari Teks Ziarah

Sebagian dari ulama hadis dan para sejarawan kontemporer meragukan penisbatan beberapa kalimat ziarah Asyura kepada para maksum. Sayid Murtadha Askari dan Syekh Muhammad Hadi Yusufi Gharawi meyakini kalimat:

اَللَّهُمَّ خُصَّ أَنْتَ أَوَّلَ ظَالِمٍ بِاللَّعْنِ مِنِّی وَ ابْدَأْ بِهِ أَوَّلاً ثُمَّ (الْعَنِ) الثَّانِی وَ الثَّالِثَ وَ الرَّابِعَ اللَّهُمَّ الْعَنْ یزِیدَ خَامِساً وَ الْعَنْ عُبَیدَ اللَّهِ بْنَ زِیادٍ وَ ابْنَ مَرْجَانَةَ وَ عُمَرَ بْنَ سَعْدٍ وَ شِمْراً وَ آلَ أَبِی سُفْیانَ وَ آلَ زِیادٍ وَ آلَ مَرْوَانَ إِلَی یوْمِ الْقِیامَةِ

tidak dinukil dari para maksum dan mereka juga meyakini bahwa di dalam kitab Kamil al-Ziyarat karya Ibnu Qulawaih -sebagai kitab pertama yang menukil teks ziarah Asyura- ungkapan semacam itu tidak ditemukan.[9]

Meski demikian, menurut Ayatullah Sayid Musawi Syubairi Zanjani, para ulama imamiyah sepakat secara ijma' mengenai kevalidan sanad ziarah Asyura dan mereka semua yakin bahwa ziarah Asyura itu sendiri adalah satu perkara yang bersifat pasti dan diterima.[10] Dia juga meyakini bahwa selain terdapat legitimasi-legitimasi abstrak (gaib) dalam ziarah Asyura, sanad yang dinukil dalam kitab Mishbah al-Mutahajjid adalah sanad shahih. Dia menjelaskan kesahihah sanadanya dengan dua cara.[11]


Karya-karya Tulis Tentang Ziarah Asyura

Nama-nama sebagian buku-buku penjelas dan syarah doa ziarah Asyura adalah sebagai berikut:

Kitab dengan Cetakan Persia

  1. Barresiye Asnade Ziyārate Asyura, Ja'far Subhani, tulisan ini dimuat dalam sekumpulan makalah beliau dengan nama Simae Farzanegan, Jld 2, hlm. 495-506.
  2. Ad-Dur al-Mantsur fi Syarhi Ziyarah al-Asyur, Mirza Ahmad bin Abdurrahim, terkenal dengan Mirza Agha Tabrizi, Tabriz:1380 H, 252 halaman, Riq'i.
  3. Ad-Durratul Baydha' Fi Syarhi Ziyarah Asyura, Haj Sayyid Azizullah Imamat Kashani, Kashan: Majma' Mutawasilin be Al Muhammad, 1420 H, 559 halaman, Waziri.

Kitab dengan Cetakan Arab

  1. Dzakhirah al-'Ibad li Yaum al-Ma'ad, Penulis: Anonim, Syekh Nasrullah Syabestari di dalam kitab al-Lu'Lu' al-Nadhid menulis: Kitab ini sudah dicetak. [12]
  2. Risalah (Syarah Tāya'at) di dalam doa ziarah Asyura, Sayid Mir Muhammad Baqir Husaini Astarabadi Mirdamad (W. 1041 Hijriah), Risalah ini ditulis dalam rangka menjelaskan kata "Tāba'at)" di dalam Ziarah Asyura dan ingin menetapkan kesahihan "Tāya'at". Tulisan ini di dalam buku Syifa' al-Shudr, Jld 2, hlm. 339, disebutkan dengan sedikit kritik. [13]
  3. Risalah fi Ziarah al-Asyura wa Kaifiyatiha, Sayid Muhammad Baqir Isfahani (Hujjatul Islam Syifti) (1160-1260) Risalah ini dicetak dalam buku Syifa al-Shudur, Jld 1, hlm 73. [14]

Kitab dengan penulisan Persia

  1. Syarah Jumleh (ya tsarallah wabna tsarih), Syekh Ali Akbar bin Muhammad Amin Lari (13 H), risalah ini sangat lengkap dan pada tahun 1284 H, ditulis ulang dan dicetak dengan nomor 4086 di perpustakaan Ayatullah Mar'asyi.
  2. Syarh Ziarat Asyura, Mirza Muhammad Ali Mudarres Chahardahi Najafi (1334 H), kitab ini berisi penjelasan ringkas dan naskah manuskripnya ini bernomor 12370 tersedia di perpustakaan Astan Quds Redzawi. [15]
  3. Syarh Ziarat Asyura, Syekh Abbas Hairi Tehrani (1298-1360 H), naskahnya ada di tangan anaknya Haj Syekh Mahdi Haeri Tehrani. [16]

Kitab dengan penulisan Arab

  1. Tahqiq fi Ziyārah al-Asyura, Hasan bin Ibrahim Husaini Sauji (13 H), Naskah tulisannya (kitabat:1286 H.), Kitab ini tersedia di perpustakaan masjid 'Azam Qom. [17]
  2. Tadzkirah al-Zāirin, Sayid Abu Muhammad Hasan bin Muhammad Thabathabai Sarui (w 1351 H), [18] terdaftar di perpustakaan Majlis, jld 12, hal. 83.
  3. Jannat Surur Fi Tahkik Kaifiyat Ziyārat al-Asyur, Syekh Ali Syariat Madari Astarabadi Tehrani (w 1315 H), Naskah asli terdapat di sekumpulan perpustakaan Ayatullah Mar'asyi dengan nomor 3090 (dari halaman 115-156). [19] Daftar perpustakaan Mar'asyi, Jilid 8, hal. 314-315.

Kitab Cetakan Bahasa Urdu

  1. Zad al-Mukminin, Sayid Muhammad Taqi Naqawi Hindi, Lakhnow, cetakan Nuwl Keshwar. [20]
  2. Ziarat Asyura, Sayid Hamid Husain Khan Nawwab. [21]
  3. Ziarat Asyuraki Ta'limat, Jawad Muhadditsi, penerjemah: Ja'far Ali Najm, Qom: Intisyarat ‘Ismat, 1421 H, 80 halaman, Riq'i.

Catatan Kaki

  1. Ibnu Qulawaih, Kāmil al-Ziyārāt, hlm. 581
  2. Ath-Thusi, Misbahul Mutahajjid,jld.2, hlm. 529
  3. Ibnu Qulawaih, Kāmil al-Ziyārāt, jld. 175
  4. Ibnu Qulawaih, Kamil al-Ziyarat, hal. 581
  5. Thusi, Misbah al-Mutahajjid, hal. 536
  6. Kalbasi, Syarh Ziyārate Asyura, hal. 210
  7. Ceramah Syekh Yusufi Gharawi tentang posisi Allamah Askari berkaitan dengan Ziarah Asyura
  8. Lihat: Dar Boreye Ishalate Ziyārat Asyura (Keaslian ziarah Asyura), karya Hasan Anshari.
  9. Wawancara dengan Ayatullah Muhammad Hadi Yusufi Gharawi, kantor berita Syafaqna
  10. Syubairi Zanjani, Istiftaat No.4383
  11. Syubairi Zanjani, Jur'ih-i az Darya, hlm. 251-252
  12. al-Lu'Lu' al-Nadhid, hal. 38; al-Dzari'ah, jld 10, hal. 16
  13. al-Dzari'ah, jld 13, hal.132
  14. al-Dzari'ah, jld 13, hlm.79
  15. al-Dzari'ah, jld 13, hal. 308
  16. Nuqaba' al-Basyar, jld 4, hal. 990
  17. Majalah Peyome Hauze, 31 S, hal. 108
  18. Kitab ini, adalah penjelasan ringkas Ziarah Asyura dan naskah manuskripnya bernomor 4373/7 tersedia di perpustakaan Majelis Syura Islami. Kemudian penulis, setelah ini menulis sebuah kitab ziarah berjudul Sidaq al-Haursecara lebih lengkap.
  19. al-Dzari'ah, jld 5, hal. 158
  20. Zari'ah, jilid 12, hal. 11
  21. Imamiah Musnafin, jilid 1, hal. 452

Daftar Pustaka

  • Anshari Qummi. Makoleh kitab Senosi Ziarate Asyura. Ulum Hadist, nomor 23, musim semi 1423 H.
  • Ath-Thusi, Muhammad Husain ath-Thusi. Misbahu alMutahajjid. Beirut: Yayasan A'lami li al-mathbu'at, 1418 H.
  • Ibnu Qulawaih, Ja'far bin Muhammad bin Ja'far bin Musa bin Qulawaih Qummi. Kāmil al-Ziyārāt. Penerjemah: Sayyid Muhammad Jawad Dihni. Teheran: Penerbit Payom-e Haq, 1419 H.
  • Kalbasi, Abu al-Ma'ali. Syarhe Ziarate Asyura. Qom: Syariat, 1428 H.
  • Khaje Sarwi, Ghulam Reza. Samaneh Hawiyate Islami: boz khani Ziarate Asyura. Universitas Islam, Wizeh Nomeh Imam Husain as, musim dingin 1423 H.