Jannatul Baqi

Prioritas: aa, Kualitas: b
Dari wikishia
(Dialihkan dari Baqi')

Pemakaman Baqi yang dikenal juga dengan sebutan Jannat al-Baqi dan Baqi al-Garqad (bahasa Arab: جنة البقیع / بقیع الغَرقَد) adalah kompleks pemakaman Islam pertama dan tertua di kota Madinah yang didalamnya dimakamkan empat dari Imam-Imam Syiah dan menurut sebagian pendapat Sayidah Fatimah sa juga dimakamkan di pemakaman ini. Dipemakaman ini dimakamkan juga istri-istri Nabi saw, sebagian besar dari sahabat Nabi saw dan sejumlah tabi'in (generasi setelah sahabat). Pemakaman ini tercatat juga sebagai salah satu situs bersejarah umat Islam yang disucikan dan mereka menjadikan tempat suci ini sebagai tujuan ziarah. Dalam salah satu riwayat disebutkan, Nabi Muhammad saw pada akhir malam di masa-masa menjelang wafatnya pergi mengunjungi pemakaman Baqi, dan memohonkan ampun bagi siapapun yang dimakamkan ditempat tersebut. [1]

Dulunya, pada makam Aimmah as dan sebagian besar tokoh Islam yang berada di pemakaman ini dibuatkan kubah dan bangunan diatasnya. Namun pada tahun 1221 H/1806 M, dalam salah satu serangan kelompok Wahabi ke Madinah, kubah dan bangunan-bangunan di atas makam tersebut dihancurkan, namun atas perintah Abdul Hamid II, salah seorang khalifah dari Dinasti Utsmani, kubah dan bangunan di pemakaman tersebut dibangun kembali. Sampai kemudian pada tanggal 8 Syawal 1344 H/1926 M atas perintah Amir Muhammad sebagai hakim Madinah dan Abdul Aziz Al-Saud sebagai pendiri kerajaan Arab Saudi yang saat itu mendapatd dukungan penuh dari kelompok Wahabi, kembali menghancurkan bangunan dan kubah yang terdapat dalam pemakaman Baqi dan meratakannya dengan tanah. Sehingga yang tersisa hanyalah batu-batu tanpa nama dan identitas sebagai nisan pada makam-makam yang terdapat dalam pemakaman Baqi.

Baqi dalam Catatan Sejarah

Peta Jannatul Baqi, Madinah

Baqi dari akar kata baqa'a yang artinya sebuah areal tanah/lapangan yang berbeda dengan areal sekitarnya, dan juga bermakna pepohonan atau akar-akarnya yang dalam kondisi terpisah satu sama lain. [2]

Dalam literatur Islam klasik, penyebab nama pemakaman paling masyhur di kota Madinah ini dinamakan Baqi karena disekitar makam terdapat banyak pohon-pohon berduri yang tumbuh secara terpisah. [3]Baqī` Al Garqad. Baqī` berarti taman dan Al-Garqad adalah pohon jenis Lycium shawii (bahasa Arab:Alaosaj) spesies dari Boxthorn.

Setelah Nabi saw memiliki kedudukan politik dan sosial sebagai pemimpin umat di kota Madinah dan dengan semakin bertambahnya jumlah kaum muslimin, ia pun memikirkan akan pentingnya sebuah lokasi pemakaman yang dikhususkan bagi kaum muslimin yang meninggal dunia, dan setelah melalui proses pencarian lokasi dibeberapa titik strategis di Madinah, Nabi saw kemudian menetapkan areal pemakaman khusus bagi kaum muslimin berada di Baqi, yang letaknya tidak begitu jauh dari masjid Nabawi, setelah sebelumnya mendapat saran dari malaikat Jibril as. [4] Dengan dimakamkannya sejumlah sahabat diantaranya As'ad bin Zurarah di awal tahun hijriah [5]Ibnu Sa'ad, dan Utsman bin Madzh'un di bulan Dzulhijjah pada tahun kedua [6]yang selanjutnya dimakamkan pula orang-orang mulia seperti Fatimah binti Asad, ibu Imam Ali as, dan juga paman Nabi saw, Abbas bin Abdul Muthalib [7]membuat warga Madinah selanjutnya turut memakamkan anggota keluarga mereka yang meninggal dunia di Pemakaman Baqi. Sejumlah sahabat yang wafat dan dimakamkan dalam pemakaman keluarga, atau dimakamkan disisi rumahnya seperti Aqil bin Abi Thalib, [8]Muhammad bin Hanifah [9]dan Ibnu Aflah [10]yang karena letaknya terletak antara pemakaman Baqi dengan Masjid Nabawi dan pemakaman mengalami perluasan, maka pemakaman keluarga tersebut dengan sendirinya menjadi bagian dari pemakaman Baqi sebagaimana yang dikenal sekarang. Tidak ada informasi yang detail dan akurat akan waktu perluasan pemakaman Baqi yang pertama kalinya.

Setelah rumah-rumah yang berada disekitar pemakaman Baqi mengalami kerusakan sekitar tahun 1373 H[11], areal tersebut yang memiliki luas sekitar 3500 m2 dan jalan kecil yang memisahkan keduanya yang dikenal dengan sebutan Zaqaq al-'Amāt dengan luas 824 m2 akhirnya disatukan dengan pemakaman Baqi, sehingga luasnya menjadi sekitar 15000 m2. [12]Kemudian pada tahun 1375 H/1956, sepetak tanah yang berbentuk segitiga yang terletak dibagian utara pemakaman Baqi dengan luas 1612 m2 juga ditambahkan menjadi bagian dari pemakaman. [13] Oleh Pemerintah Saudi, pemakaman Baqi kembali mengalami perluasan sehingga mencapai total luas 180.000 m2. [14] Pemakaman Baqi sekarang terletak dibagian timur masjid al-Nabi dan sekitar 100 m dari jantung kota Madinah. Pemakaman ini dibatasi oleh jalan Satin, Abdul Aziz dan Abu Dzar dan dimulai dari jalan Bab al-'Awali.

Keutamaan Pemakaman Baqi

Berita dan riwayat tidak sedikit menyebutkan bahwa pemakaman Baqi memiliki keutamaan dan fadilah yang besar di sisi Allah Swt. Sebagaimana riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw telah mendo'akan mereka yang dimakamkan di pemakaman Baqi agar mendapatkan ampunan Allah Swt. [15]

Diriwayatkan bahwa Nabi saw secara rutin setiap malam Jum'at berziarah ke pemakaman Baqi dan mendo'akan mereka yang dimakamkan di tempat tersebut. [16]

Tidak sedikit pula riwayat menyebutkan bahwa Nabi Muhammad saw menyampaikan khutbahnya [17]ataupun mengimami shalat seperti salat Istisqa [18]dan shalat Ied [19]di lokasi pemakaman Baqi. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa dimasa-masa terakhir usia Nabi saw, bersama dengan sejumlah sahabat, ia mengunjungi pemakaman Baqi dan berbicara ditujukan kepada para ahli kubur dengan mengabarkan akan dekatnya ia dengan kematian. [20] Berdasarkan riwayat dalam sebagian literatur disebutkan bahwa Sayidah Fatimah sa, putri Nabi saw sepeninggal ayahnya, setiap hari ia menuju ke pemakaman Baqi dalam keadaan menangis. Imam Ali as kemudian membuatkan tempat khusus baginya yang kemudian dikenal dengan sebutan Bait al-Ahzan yaitu rumah kesedihan. [21]Ditempat ini pula Sayidah Fatimah sa menunaikan shalat-shalatnya. [22] Baqi juga mendapatkan perhatian khusus dari Ahlulbait as. Riwayat-riwayat yang ada menyebutkan bahwa ziarah ke pemakaman Baqi adalah diantara amalan dan tradisi Ahlulbait as. [23]Banyak dari ulama Syiah [24]maupun Sunni [25]mengeluarkan fatwa bahwa berziarah ke pemakaman Baqi hukumnya sunnah dan amalan yang sangat dianjurkan.

Yang Dimakamkan di Pemakaman Baqi

Yang pertama kali dari kalangan Muhajirin dimakamkan di pemakaman Baqi adalah Utsman bin Madzh'un, sahabat dekat Nabi yang wafat di tahun kedua Hijriah. Namun menurut Ibnu Abdu al-Barra [26]dari kalangan Anshar terdapat perbedaan pendapat. Menurutnya yang pertama dari kalangan Anshar dimakamkan di pemakaman Baqi adalah As'ad bin Zurarah, salah seorang sahabat Nabi saw yang turut hadir dalam baiat 'Aqabah pertama dan 'Aqabah kedua, dan wafat sebelum peristiwa perang Badar.

Sementara sahabat Nabi saw yang terakhir dimakamkan di Baqi adalah Sahal bin Sa'ad Sa'adi, wafat tahun 88 H/707 atau 91 H/710. [27] Baqi bukanlah pemakaman khusus satu kabilah saja, melainkan semua kabilah yang ada di Madinah, memiliki tempat di pemakaman Baqi. Pada masa-masa selanjutnya, makam imam-imam Syiah yang ada di Baqi mendapat perhatian dan perawatan khusus dari umat Syiah, termasuk juga oleh penganut mazhab lain. Namun, sangat disayangkan, hari ini, dengan kekuasaan penuh yang dimiliki Kerajaan Arab Saudi atas pemakaman Baqi, makam-makam Imam Syiah, keluarga dan sahabat-sahabat Nabi saw yang terdapat dalam pemakaman Baqi tidak mendapatkan perhatian sepenuhnya, bahkan bangunan dan kubah yang sebelumnya menghiasi pemakaman Baqi dirubuhkan dan diratakan dengan tanah.

Baqi, Pemakaman Imam-imam Syiah

Empat dari Imam-imam Syiah yang dua belas terdapat di pemakaman Baqi, yaitu Imam Hasan as, Imam Sajjad as, Imam Baqir as dan Imam Shadiq as. Kemungkinan besar, jenazah putri Nabi, Sayidah Fatimah az-Zahra juga terdapat di pemakaman ini, walaupun tidak ada kejelasan mengenai letak dan posisinya. Mas'udi untuk mengenang wafatnya Imam Shadiq as, menuliskan nama Sayidah Fatimah Az-Zahra dan keempat imam lainnya diatas batu marmer. [28]

Makam Sejumlah Sahabat Nabi saw

Keturunan Nabi saw lainnya, diantaranya Ibrahim beserta istri-istri Nabi (Ummahat al-Mu'minin] dan juga kerabat dekat lainya, kecuali Imam Husain as, semuanya dimakamkan di pemakaman Baqi. Sementara dari kalangan sahabat dan tabi'in yang dimakamkan di pemakaman ini diantaranya: Ja'far bin Abi Thalib, Aqil bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Malik bin Anas, Nafi' Maula bin Umar, Halimah Sa'diyah, Abbas bin Abdul Muthalib, Fatimah binti Asad, dan lainnya. Dengan adanya makam Ahlulbait dan sahabat-sahabat mulia Nabi, pemakaman Baqi menjadi salah satu situs bersejarah Islam yang disucikan dan menjadi tujuan ziarah kaum muslimin seluruh dunia.

Nabi Muhammad saw diantara salah satu malam-malam terakhir usianya, mendatangi pemakaman Baqi, berziarah, mendo'akan dan memohonkan ampun bagi mereka yang dimakamkan di tempat tersebut. [29]

Pembuatan Kubah dan Haram di Baqi

Untuk sejumlah makam keluarga Nabi yang dimuliakan, secara khusus dimuatkan bangunan dan kubah yang megah. Misalnya kubah makam Imam Hasan as dan Abbas bin Abdul Muthalib yang menurut penuturan Ibnu Jabir ukurannya sangat besar dan indah. Ibnu Batutah [30]pada pertengahan awal abad ke delapan Hijriah memberikan kesaksian akan pemakaman Baqi yang dilihatnya, bahwa makam Malik bin Anas memiliki kubah kecil, makam Ibrahim dibuatkan kubah berwarna putih, makam-makam istri Nabi, Abbas dan Imam Hasan memiliki kubah yang tinggi dan kuat, begitupun dengan makam Khalifah ketiga yang dibuat megah dan memiliki kubah yang besar. Shafadi [31]juga menuliskan dalam catatannya, bahwa makam empat Imam Syiah dan Abbas paman Nabi memiliki kubah.

Farhad Mirza, salah seorang sultan dari Dinasti Qajar, pada tahun 1293 H/1876 [33] dan Muhammad Husain Khan Farahani pada tahun 1303 S [32]memberikan gambaran mengenai pemakaman Baqi sebagai berikut: Makam empat Imam as, Abbas dan makam yang dinisbatkan kepada Sayidah Fatimah sa memiliki kubah yang ditutupi dengan kain yang merupakan hadiah dari Sultan Ahmad Utsmani pada tahun 1131 H/1719. Makam-makam itu juga memiliki batu-batu nisan yang berbentuk tugu, yang juga terdapat pada makam istri-istri Nabi saw. Namun Burckhardt [33]dalam catatannya menuliskan kekuasan Wahabi yang mengambil alih Baqi melakukan pelecehan terhadap pemakaman tersebut. Termasuk pemakaman di luar pemakaman Baqi seperti makam Hamzah bin Abdul Muththalib di bukit Uhud.

Perusakan Kubah di Pemakaman Baqi

Kubah dan bangunan-bangunan yang terdapat di pemakaman Baqi pada tahun 1221 H/1806 untuk pertama kalinya dirobohkan oleh Wahabi, yang kemudian atas perintah Sultan Abdul Hamid II dari Dinasti Utsmani, pemakaman Baqi direnovasi kembali. Namun untuk kedua kalinya, kembali dirobohkan oleh Amir Muhammad Gubernur Madinah saat itu pada tahun 1344 H/1926 atas perintah ayahnya Abdul Aziz Al Saud.

Sebelum peristiwa perobohan dan penghancuran pemakaman Baqi, untuk mencegah protes dari kaum muslimin sedunia khususnya dari umat Syiah, hakim kerajaan Saudi saat itu Abdullah bin Sulaiman meminta fatwa dari ulama Madinah mengenai hukum mendirikan bangunan di atas kuburan. Namun dalam pengeluaran fatwa itu, ulama Madinah mengalami tekanan dan ancaman dari rezim Saudi, sehingga fatwa yang kemudian keluar adalah haram hukumnya mendirikan bangunan di atas kuburan. Pasca keluarnya fatwa tersebut, pemerintah Saudi kemudian melakukan penghancuran pemamakan Baqi secara bertahap. Meski mendapat protes dan kecaman keras dari umat Islam sedunia, pemerintah Saudi tidak bergeming dan terus melakukan pembongkaran, sehingga pemakaman Baqi dalam kondisinya yang seperti sekarang, rata dengan tanah dan kosong dari satupun bangunan dan kubah.

Sikap Kaum Muslimin atas Penghancuran Pemakaman Baqi

Berdasarkan tulisan Sayid Muhsin Amin, [34]tindakan Arab Saudi yang melakukan pengrusakan terhadap Pemakaman Baqi mendapat kecaman keras dan protes dari ulama-ulama Islam berbagai mazhab di seluruh dunia. Bahkan Iran mengirimkan delegasi khusus menemui pemerintah Arab Saudi untuk menghentikan rencana tersebut. Namun pemerintah Saudi tetap pada keyakinannya, bahwa kebijakannya tersebut sesuai dengan aturan agama yang didasarkan oleh pemahaman Wahabi yang saat itu berkembang di Saudi dan menjadi pemahaman resmi Negara feodal tersebut.

Dengan berkembangnya paham Wahabi yang mengharamkan makam dibuatkan bangunan khusus dan kubah, sehingga menjadi pembenaran akan pengrusakan pemakaman Baqi ulama-ulama Islam menentang pemahaman tersebut. Diantara ulama yang menulis buku khusus menentang pemahaman Wahabi tersebut adalah:

  • Kasyf al-Irtiyāb karya Sayid Muhsin Amin Amili
  • Da'wa al-Huda ila al-Dara' fi al-Af'al wa al-Taqwa, karya Muhammad Jawad Balaghi
  • Mu'jam Mā al-Fah 'Ulama al-Islām Radan 'ala al-Wahabiah [35]

Pemakaman Baqi Pasca Pengrusakan

Pemakaman Baqi saat ini kosong dari bangunan apapun, tidak ada satupun kubah yang terlihat. Setiap makam hanya ditandai dengan nisan dari batu biasa yang tidak bertuliskan apapun, bahkan tidak ada nama atau tanda yang memberi informasi mengenai siapa yang dimakamkan ditempat tersebut.

Pada tahun 1333 S, dengan desakan dari ulama-ulama Islam dunia dan tekanan politik dari Negara-negara Islam, atas perintah Saud bin Abdul Aziz, pemakaman Baqi mengalami renovasi, dengan membuat jalan khusus bagi para peziarah yang dibuat dari semen. Kemudian pada pemerintahan Faishal bin Abdul Aziz pemakaman Baqi kemudian dibuatkan dinding di sekelilingnya.

Galeri

Catatan Kaki

  1. Halabi, Sirah Halabi, jld. 3, hlm. 343.
  2. Farahidi, jld. 1, hlm. 183; Sahib bin 'Ubad, jld. 1, hlm. 195.
  3. Farahidi, jld. 1. hlm. 183; Ibnu Atsir, jld. 1, hlm. 146.
  4. Hatim Umar Thaha, hlm. 21.
  5. Jld. 3, hlm. 611; Ibnu Abd al-Barra, jld. 4, hlm. 1601.
  6. Ibnu Sa'ad, jld. 1, hlm. 115.
  7. Ibnu Syabah, jld. 1, hlm. 127.
  8. Lih. Ibnu Syabah, jld. 1, hlm. 1111; Ibnu Najar, hlm. 153; Mas'udi, jld. 3, hlm. 297.
  9. Ibnu Sa'ad, jld. 5, hlm. 83.
  10. Thabari, jld. 7, hlm. 587; Abu al-Farakh Isfahani, hlm. 265.
  11. Amini, hlm. 36.
  12. Hatim Umar Thaha, hlm. 21-22.
  13. Ali Hafidz, hlm. 173.
  14. Abdul Aziz Ka'ka, jld. 3, hlm. 461.
  15. Mufid, jld. 1, hlm. 181; Samhudi, jld. , hlm. 77.
  16. Ibnu Qaulawih, hlm. 529.
  17. Furat al-Kufi, hlm. 200.
  18. Muttaqi Hindi, jld. 8, hlm. 436.
  19. Kulaini, jld. 3, hlm. 460; Thusi, jld. 3, hlm. 129; Samhudi, jld. 3, hlm. 6.
  20. Dailami, jld. 1, hlm. 33.
  21. Ibnu Jabir, hlm. 155.
  22. Shaduq, jld. 2, hlm. 577.
  23. Ibnu Katsir, jld. 8, hlm. 228.
  24. Ibnu Baraj, jld. 1, hlm. 283; Muhaqqiq Hilli, jil. 1, hlm. 210.
  25. Syarbaini, jld. 1, hlm. 512; Bahuti, jld. 2, hlm. 601; Ibnu al-Haj, jld. 1, hlm. 265.
  26. Al-Isti'yāb fi Ma'rifah al-Ashāb, jld. 1, hlm. 81.
  27. Ibnu Atsir, Asad al-Ghābah, jld. 2, hlm. 320; Ibnu Qutaibah, hlm. 341; Ibnu Abdu al-Barra, al-Isti'āb, jld. 2, hlm. 665.
  28. Muruj al-Dzahab, jld. 3, hlm. 297.
  29. Halabi, Sirah Halabi, jld. 3, hlm. 343.
  30. Safar Nameh, Ibnu Batutah, jld. 1, hlm. 128.
  31. Al-Wafi bi al-Wafiyāt, jld. 4, hlm. 103, jld. 11, hlm. 127.
  32. Safar Nemeh, Farhad Mirza Mu'tamad al-Daulah, hlm. 170-173, 190.
  33. Hlm. 222 sampai 226.
  34. Kasyf al-Irtiyāb, hlm. 60.
  35. Majalah Tratina, tahun ke-4, Syawal 1409 H, nmr. 17.

Daftar Pustaka

  • Abdul Haq bin Saif al-Din Abd al-Haq Dahlawi, Jadzab al-Qulūb ila Diyār al-Mahbūb, Canifur, 1311/1893, hlm. 149-183.
  • Abdul Quddus Anshari, Atsar al-Madinah al-Munawwarah, Damaskus, 1353/1934.
  • Abdul Salam Nadawi, Tārikh al-Haramain al-Syarifain, Fandi Baha al-Din, 1342/1932, hlm. 209, 218.
  • Abu Bakar bin Husain Maraghi, riset: al-Nushrah, Madinah, 1374/1955, hlm. 123-129.
  • Ahmad bin Abdul Hamid Abbasi, 'Umdah al-Akhbār fi Madinah al-Mukhtār, Damaskus, 1371/1951, hlm. 93-102.
  • Ali bin Abdullah Samhudi, Wafā al-Wafā, Kairo, 1326/1908, hlm. 78-104.
  • Ali bin Husain Mas'udi, Muruj al-Dzahab wa Ma'ādin al-Jauhar, cet. Muhammad Muhyi al-Din Abd al-Hamid, Kairo, 1384-1385/1964-1965.
  • Ali bin Ibrahim Halabi, al-Sirah al-Halabiyah, Beirut, tanpa tahun.
  • Caetani, Annali dell' Islam, Milano 1905-1926
  • Farhad Mirza Qajar, Safar Nameh Farhad Mirza Mu’tamad al-Daulah, cet. Ismail Nawab Shafa, Tehran, 1366 S.
  • Ibnu Abdu al-Barra, al-Isti'āb fi Mahrifah al-Shahāb, cet. Ali Muhammad Bajawi, Beirut 1412 H/1992 M.
  • Ibnu al-Atsir, 'Azaluddin abu al-Hasan Ali bin Muhammad, Asad al-Ghāba fi Ma'rifah al-Shahāba, Beirut, Dar al-Fikrm 1409 H/ 1989 M.
  • Ibnu Batutah, Safar Nameh Ibnu Batutah, terj Persia. Muhammad Ali Mauhid, Tehran, 1361 S.
  • Ibnu Jabir, Rihlah Ibnu Jabir, terbitan Dakhviah, Leidin, 1907, hlm. 195 dst.
  • Ibnu Najar, Akhbār Madinah al-Rasūl, Mekah, 1366/1948, hlm. 127-130.
  • Ibnu Qutaibah; Abu Muhammad Abdullah bin Muslim, al-Ma'ārif, riset: Tsarwat 'Akasyah, Kairo, al-Haiyat al-Mashriah al-'Ama li al-Kitab, 1992 M.
  • Khalil bin Aibak Shafadi, Kitāb al-Wāfi bi al-Wafiyāt, Wisbadan, 1381-1408/1962-1988.
  • Leone Pilgrimage to el-Medinah and Meccah, London 1855
  • Muhammad bin Ahmad Mathari, al-Ta'rif Bimāanasti al-Hujra mon Mu'ālim dar al-Hujrah, Damaskus, 1372/1952, hlm. 36-40.
  • Muhammad Husain bin Mahdi Farahani, Safar Nameh Mirza Mugamamd Husain Husaini Farahani, cet. Mas'ud Ghulzari, Tehran, 1362 S.
  • Muhammad Labib Batnuni, al-Rihlah al-Hijāziyah, Kairo, 1329, hlm. 256-257.
  • Muhsin Amin, Kasf al-Irtiyāb, Tehran, 1347.
  • R. F. Burton,Burckhardt, Travels in Arabia, London 1829
  • Yusuf Abd al-Razak, Ma'ālim Dar al-Hijrah, Kairo, tanpa tahun, hlm. 297-299.