Kepemimpinan Dua Belas Imam

Prioritas: aa, Kualitas: b
Dari wikishia

Kepemimpinan dua belas Imam (bahasa Arab: إمامة الأئمة الاثني عشر عليهم السلام) adalah tampuk kepemimpinan dan wewenang khusus dari Allah swt yang dimiliki oleh 12 manusia suci pengganti Nabi Muhammad saw. Menurut ajaran Syiah Imamiah, Allah swt mengangkat dua belas manusia suci keturunan tertentu Nabi saw (yang disebut Ahlulbait) sebagai Imam dan menganugerahi mereka wewenang mutlak atas umat manusia. Sebab itu, Syiah Imamiah juga disebut dengan Syiah Dua Belas Imam.

Urutan nama-nama dua belas Imam Syiah Imamiah adalah sebagai berikut: Ali, Hasan, Husain, Ali, Muhammad, Ja'far, Musa, Ali, Muhammad, Ali, Hasan – alaihimussalam- dan Muhammad –'ajjalallah farajahu al-Syarif-.

Ada banyak dalil sebagai bukti keimamahan para Imam Ahlulbait as. Namun secara garis besar, ada dua jenis dalil, riwayat dan kriteria khusus mereka.

Dalil Pertama: Riwayat tentang 12 Khalifah

Di antara dalil yang membuktikan Imamah dua belas Imam adalah hadis-hadis yang menjelaskan tentang para pengganti Nabi saw yang berjumlah 12 orang dan seluruhnya keturunan Quraisy. Di samping termuat dalam kitab Syiah, hadis-hadis tersebut juga terdapat di dalam kitab-kitab rujukan Ahlusunnah seperti Shahih Muslim, Shahih Ibnu Hibban, Sunan Tirmidzi, Sunan Ibnu Daud, Sunan Ibnu Majah, Musnad Ahmad bin Hanbal, Musnad bin Ja'd, Musnad Abu Ya'la, Kanzul 'Ummal dan lain sebagainya.

Dalam sebagian hadis, Nabi saw menyebut kedua belas orang tersebut dengan sebutan "itsna 'asyar khalifah" (dua belas khalifah). Seperti hadis yang berbunyi: «یکون من بعدی اثنا عشر خلیفة کلّهم من قریش» "Setelahku nanti akan ada dua belas khalifah, seluruhnya dari Quraisy". [1] «لا یزال هذا الدین عزیزاً منیعاً إلی اثنی عشر خلیفة کلّهم من قریش» "Agama (Islam) ini akan selalu kukuh dan tak terkalahkan sampai (berlalu) dua belas khalifah, seluruhnya dari Quraisy". [2] «لا یزال الدین قائماً حتی یکون اثنا عشر خلیفة من قریش» "Agama (Islam) akan selalu tegak kukuh hingga dua belas khalifah dari Quraisy. [3]

Dalam riwayat lain Nabi saw menjelaskan tentang para Imam setelahnya dengan sebutan "itsna 'asyar amiran" (dua belas pemimpin), seperti hadis: «یکون من بعدی اثنا عشر أمیراً... کلّهم من قریش» "Setelahku nanti akan ada dua belas pemimpin… seluruhnya dari Quraisy". [4]

Dalam hadis lain disebutkan bahwa jumlah pengganti Rasulullah saw itu seperti jumlah pemimpin Bani Israil, contohnya, «انّ عدة الخلفاء بعدی عدة نقباء موسی» "Sesungguhnya jumlah khalifah setelahku nanti jumlahnya (sama dengan) pemimpin (di zaman) Musa." [5] «الخلفاء بعدی اثنا عشر کعدد نقباء بنی اسرائیل»"Khalifah setelahku nanti ada dua belas, seperti para pemimpin Bani Israil". [6]

Riwayat-riwayat tersebut Hanya Relevan dengan Ahlulbait

Sebagian peneliti Ahlusunnah mengakui, maksud dari dua belas orang yang disebut dalam hadis Nabi saw adalah dua belas orang dari Ahlulbait as. Karena hadis-hadis tersebut tidak sesuai dengan orang lain, baik para khalifah setelah Nabi saw, karena jumlah mereka kurang dari dua belas, maupun para penguasa Bani Umayyah, karena jumlah mereka lebih dari dua belas. Di samping itu, para penguasa Bani Umayyah adalah orang-orang zalim. Begitupun jika diterapkan dengan para khalifah Bani Abbasi juga tidak cocok karena jumlah mereka lebih dari dua belas orang.

Karena itu, hadis Nabi saw tersebut hanya relevan dan sesuai dengan dua belas Imam yang seluruhnya merupakan Ahlulbait Nabi saw. Sebab dari segi keilmuan, kemuliaan, wara', ketakwaan dan nasab, mereka lebih unggul dibanding siapapun. Hal itu didukung oleh hadis Tsaqalain dan hadis-hadis semisal yang menerangkan bahwa maksud Nabi saw dengan dua belas Imam adalah dua belas orang dari pihak Ahlulbait Nabi saw. [7]

Dalil Kedua: Riwayat yang Menyebutkan Nama-nama para Imam

Hadis-hadis Nabi saw yang menerangkan tentang dua belas orang pengganti Rasulullah saw yang seluruhnya dari pihak Ahlulbait mempunyai beberapa kelompok, di antaranya:

1. Hadis yang menyebutkan bahwa Amirul Mukminin Ali as adalah Imam pertama dan Imam Mahdi as adalah Imam terahir. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
"Imam setelahku ada dua belas orang. Yang pertama Ali dan yang terakhir al-Qaim (Imam Muhammad al-Mahdi). Mentaati mereka berarti mentaatiku, dan menentang mereka berarti menentangku. Barang siapa mengingkari mereka berarti mengingkariku." [8]
Dalam kesempatan lain Nabi saw bersabda:
"Imam setelahku ada dua belas orang. Yang pertama Ali dan yang terakhir al-Qaim. Mereka adalah penggantiku, washiku, kekasihku, hujjah Allah untuk umatku setelahku. Yang mengakui kepemimpinan mereka adalah mukmin, dan yang mengingkarinya adalah kafir." [9]
2. Hadis yang menyebutkan bahwa sembilan dari dua belas Imam setelah Nabi saw merupakan keturunan Imam Husain as, dan yang terakhir adalah al-Qaim (Imam Mahdi Af).
Abu Dzar meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda:«الأئمة من بعدی اثنا عشر، تسعة من صلب الحسین تاسعهم قائمهم، ثم قال: ألا انّ مثلهم فیکم مثل سفینة نوح من رکبها نجی ومن تخلف عنها هلک»
"Imam setelahku ada dua belas orang. Sembilan di antaranya adalah keturunan al-Husain, (keturunan) kesembilannya adalah al-Qaim-nya mereka (yang bangkit). Ketahuilah! Perumpamaan mereka bagi kalian bagaikan bahtera Nuh. Barang siapa menaikinya maka akan selamat, dan yang meninggalkannya akan celaka." [10]
3. Hadis yang menerangkan tentang beberapa nama Imam, misalnya:«(الأئمة بعدی اثنا عشر أوّلهم علی ورابعهم علی وثامنهم علی وعاشرهم علی وآخرهم مهدی (عج»
"Imam setelahku ada dua belas orang. Yang pertama Ali, yang kedelapan Ali, yang kesepuluh Ali dan yang terakhir al-Mahdi as." [11]
Atau hadis lainnya yang menjelaskan bahwa: «انّ الأئمة من بعدی اثنی عشر من اهل بیتی علی أوّلهم وأوسطهم محمد وآخرهم محمد ومهدی هذا الأُمّة الذی سیصلی خلفه عیسی بن مریم»
"Sesungguhnya Imam setelahku ada dua belas. Mereka berasal dari keluargaku. Yang pertama Ali, yang tengah Muhammad, dan yang terakhir Muhammad, ia adalah Mahdi-nya umat ini. Kelak, Isa putra Maryam akan salat di belakangnya." [12]
4. Hadis yang menyebutkan keseluruhan dua belas Imam beserta nama dan julukan masing-masing. [13]
Dalam Hadis Lauh juga disebutkan nama-nama dua belas Imam beserta kriteria masing-masing dari mereka. [14]

Dalil Ketiga: Kemaksuman (kesucian dari dosa) para Imam as

Dalil ketiga tentang Imamah para Imam as adalah kemaksuman mereka. Banyak hadis yang menerangkan kemaksuman para Imam Ahlulbait as. [15] Hadis-hadis tersebut pada hakikatnya adalah arahan bagi kita untuk menggunakan rasio menyangkut masalah Imamah para Imam Ahlulbait as. Sebab logisnya, Imam harus maksum. Sedangkan di antara umat manusia tidak ada maksum selain para Imam Ahlulbait as, Karena itu dapat dipastikan bahwa mereka adalah Imam.

Dalil Keempat: Keutamaan para Imam

Dengan melihat keutamaan spiritual yang dimiliki para Imam Ahlulbait as kita bisa mengetahui dan meyakini bahwa mereka adalah Imam penerus Rasulullah saw. Para Imam Syiah as memiliki berbagai kesempurnaan dan keutamaan spiritual yang lebih tinggi dibanding siapapun, seperti ilmu, kemaksuman dan sebagainya. Karena itu mereka layak memegang tampuk Imamah dan kepemimpinan mutlak bagi umat manusia. Dengan keberadaan Ahlulbait yang memiliki kriteria khusus tersebut, sangat tidak logis jika kita lebih mengutamakan orang lain sebagai pemimpin dibanding mereka. Menurut akal sehat hal itu adalah perbuatan buruk. [16]

Falsafah Imamah menuntut bahwa Imam sebagai penjaga risalah Nabi saw dan pemberi hidayah sekaligus pemimpin agama dan dunia itu harus lebih utama dan layak dari siapapun. Itu supaya orang lain mentaatinya dan menjadikannya sebagai teladan dalam segala hal. Karena itu, Imam mesti memiliki kepribadian luhur dan kesucian jiwa yang sempurna. Dan ternyata, dua belas Imam Ahlulbait adalah manusia-manusia yang memiliki kepribadian paling sempurna di setiap zamannya. Semua pihak mengakui keagungan mereka. Bahkan pihak-pihak yang pernah mendebat mereka pun merasa kecil di hadapan mereka karena luasnya ilmu dan agungnya spiritual mereka.

Dalil Kelima: Mukjizat dan Keramat

Di antara bukti Imamah dua belas Imam Syiah adalah mukjizat atau keramat yang mereka miliki. Keramat mereka nampak dengan berbagai bentuk, di antaranya:

  • Terkadang memberitahukan tentang kejadian di masa depan yang ternyata di kemudian hari benar-benar terjadi.
  • Terkadang memberitahukan tentang hal-hal gaib yang tidak dapat diketahui dengan cara wajar.
  • Terkadang menampakkan keilmuan di masa kecil yang dapat mencengangkan semua orang bahkan tidak ada yang dapat menandinginya.
  • Terkadang mempraktikkan kemampuan supernatural dengan izin Allah, misalnya:
  1. Membuat Hajar Aswad dapat berbicara, sebagaimana yang dilakukan Imam Ali Zainal Abidin as ketika memerintahkannya berbicara dan bersaksi atas kebenaran Imamah beliau. [17]
  2. Menyembuhkan mata buta Abu Bashir hingga dapat melihat sempurna oleh Imam Muhammad Baqir as. [18]
  3. Berbuahnya pohon kurma kering atas perintah Imam Hasan Mujtaba as. [19]

Dan ratusan contoh keramat lainnya yang tercantum dalam kitab-kitab hadis dan sejarah muktabar seperti Ushul Kafi, Manāqib Ibn Syahr Asyub, Isbāt al-Washiah Mas'udi, Dalāil al-Imāmah Thabari, dan lain sebaginya.

Munculnya mukjizat atau keramat dari para Imam maksum yang disertai dengan klaim imamah merupakan bukti bahwa mereka adalah Imam. Sebagaimana mukjizat yang dimiliki para Nabi juga bukti kebenaran klaim kenabian yang mereka sampaikan.

Catatan Kaki

  1. Musnad Ahmad, jld. 5, hlm. 92. Musnad Ibnu Ja'd, hlm. 390. Shahih Ibnu Hibban, jld. 5 hlm. 44.
  2. Shahih Muslim, jld. 6, hlm. 4. Musnad Abu Daud, hlm. 105. Ibnu Abi Ashim, al-Ahad wa al-Mutsana, jld. 3, hlm. 126.
  3. Musnad Ahmad, jld. 5, hlm. 86. Musnad Abu Ya'la, jld. 13, hlm. 456.
  4. Shahih Bukhari, jld. 8, hlm. 127. Musnad Ahmad, jld. 5, hlm. 94. Sunan Tirmidzi, jld. 3, hlm. 340.
  5. Suyuthi, al-Jami' al-Shagir, jld. 1, hlm. 350. Muttaqi Hindi, Kanzul 'Ummal, jld. 6, hlm. 89.
  6. Qanduzi, Yanābi' al-Mawaddah, jld. 2, hlm. 315. Shaduq, Amāli, hlm. 387. Sayid Hasyim Bahrani, Ghāyah al-Murām, jld. 2, hlm. 271.
  7. Qanduzi, Yanābi' al-Mawaddah, jld. 3, hlm. 292-293.
  8. Shaduq, al-I'tiqādāt Fi Din al-Imāmiah, hlm. 104. Hamu, 'Uyun Akhbār al-Ridha as, jld. 2, hlm. 62.
  9. Shaduq, Man Lā Yahdhuruh al-Faqih, jld. 4, hlm. 180.
  10. Sayid Hasyim Bahrani, Ghāyah al-Marām, jld. 3, hlm. 22.
  11. Sabzewari, Ma'ārij al-Yaqin, hlm. 62.
  12. Sayid Hasyim Bahrani, Ghāyah al-Marām, jld. 2, hlm. 238.
  13. Shaduq, Kamāl al-Din Wa Tamām al-Ni'mah, hlm. 258. Thabarsi, al-Ihtijāj, jld. 1, hlm. 87. Khazaz Qummi, Kifāyah al-Atsār, hlm. 145.
  14. Kulaini, al-Kāfi, jld. 1, hlm. 8. Ibnu Babuwaih Qummi, al-Imāmah Wa al-Tabshirah, hlm. 104. Mufid, al-Ikhtishāsh, hlm. 210.
  15. Shaduq, Kamāl al-Din, hlm. 280. Hamu, 'Uyun Akhbār al-Ridha as, jld. 2, hlm. 66. Sayid Hasyim Bahrani, Ghāyah al-Marām, jld. 1, hlm. 195. Khazaz Qommi, Kifāyah al-Atsār, hlm. 135. Muhammad Baqir Majlisi, Bihār al-Anwār, jld. 36, hlm. 331.
  16. Hilli, Kasyfu al-Murād, hlm. 539.
  17. Halabi, Taqrib al-Ma'ārif Fi al-Kalām, hlm. 119-123.
  18. Thabrasi, I'lām al-Wara, jld. 1, hlm. 503.
  19. Thabrasi, I'lām al-Wara, jld. 1, hlm. 503.

Daftar Pustaka

  • Abu al-Ja'd Jauhari Bagdadi, Ali bin al-Ja'di, Musnad, Beirut, Muassasah Nadir.
  • Ahmad bin Hanbal, Musnad, Dar Shadir, Beirut, tanpa tahun.
  • Arabi, Muhyiddin Muhammad bin Ali (638 H), al-Futuhāt al-Makkiah, Dar Shadir, Beirut.
  • Bahrani, Sayid Hasyim, Ghāyah al-Marām Wa Hujjah al-Khishām Fi Ta‎'yin al-Imām 'An Thariq al-Khāsh Wa al-'Ām, penelitian Sayid Ali asyur, tanpa tahun.
  • Bukhari, Muhammad bin Ismail, Shahih, penelitian DR. Musthafa Raib al-Bagha', Dar al-Ihya' al-Turats al-Arab, Beirut.
  • Dhahhak, Ibnu Abi Ashim, al-Ahad Wa al-Mutsanna, penelitian Faisal Ahmad al-Jawabirah, Dar al-Dirasah, 1411 H/1991 M.
  • Dzahabi, Syamsu al-Din Muhammad bin Ahamad bin Utsman (748 H), Tadzkirah al-Huffaz, Dar al-Ihya' al-Turats al-Arabi, Beirut.
  • Dzahabi, Syamsuddin Muhammad bin Ahamad bin Utsman, Siar A'lām Nubalā', Muassasah al-Risalah, Beirut, 1413 H/1993 M.
  • Dzahabi, Tārikh al-Islām, penelitian Umar Abdussalam Turmari, Dar al-Kitab al-Arabi, Beirut, 1407 H/1987 M.
  • Halabi, Abu al-Shalah Taqi al-Din bin Ubaidillah (374 H), Taqrib al-Ma'ārif Fi al-Kalām, penelitian Reza Ustadi, 1363 Hs/1404 H.
  • Hilli, Hasan bin Yusuf, 'Kashf al-Murād Fi Syarh Tajrid al-I'tiqād, penelitian Ayatullah Hasan Zadeh Amuli, Muassasah al-Nashr al-Islami al-Tabi'ah Li Jami'ah al-Mudarisin, Qom, 1425 H.
  • Ibnu Asakir, Ali bin al-Husain (571 H), Tārikh Madinah Dimashq, penelitian Ali Syubairi, Dar al-Fikr, Beirut, 1415 H.
  • Ibnu Babuwaih Qummi, Abu al-Hasan bin Ali bin al-Husain (329 H), al-Imāmah Wa al-Tabsharah Min al-Hirah, penelitian Ali Akbar Gaffari, Dar al-Kutub al-Islamiah, Tehran, 1363 Hs.
  • Ibnu Habban (739 H), Shahih, Muassasah al-Risalah, 1414 H/1993 M.
  • Ibnu Shabag, Ali bin Muhammad bin Ahmad (855 H), al-Fushul al-Muhimmah Fi Ma'rifah Ahwāl al-Aimmah as, cetakan al-Adl, Najaf.
  • Khazaz Qommi Razi, Abu al-Qasim Ali bin Muhammad, Kifāyah al-Atsār Fi al-Nash 'Ala al-Aimmah al-Itsna 'Asyar, penelitian Sayid Abdul Latif Husaini Kuh Kamari, terbitan Bidar, Qom, 1401 H.
  • Kulaini, Abu Ja'far Muhammad bin Ya'qub (329 H), al-Kāfi, Dar al-Kitab al-Islamiah, Tehran, 1363 Hs.
  • Majlisi, Muhammad Baqir, Bihār al-Anwār, penelitian Yahya Abidi dan Abdurrahim Rabbani, Muassasah al-Wafa', Beirut, 1403 H/1983 M.
  • Mufid, Muhammad bin al-Nu'man al-Abkari (413 H), al-Ikhtishāsh, Dar al-Mufid, Beirut, 1414 H/1993 M.
  • Muslim bin Hajjaj Neisyaburi, Shahih, Dar Ihya' al-Turats al-Arabi, Beirut.
  • Muttaqi Hindi, Ali bin Husamuddin, Kanzul 'Ummāl Fi Sunan al-Aqwāl Wa al-Af'āl, penelitian Syaikh Kubra Hayati, Muassasah al-Risalah, Beirut, 1409 H/1989 M.
  • Qanduzi, Sulaiman bin Ibrahim bin Muhammad (1294 H), Yanābi' al-Mawaddah, Muassasah al-A'lami Li al-Mathbu'at, Beirut.
  • Sabzavari, Muhammad bin Muhammad (abad ke-7), Ma'ārij al-Yaqin Fi Ushul al-Din, penelitian 'Ala Aali Ja'far, Muassasah Aali al-Bait As Li Ihya al-Turats, Qom, 1410 H/1993 M.
  • Shaduq, Muhammad bin Ali bin Babawaih Qummi, Kamāl al-Din Wa Tamām al-Ni'mah, penelitian Ali Akbar Gaffari, Muassasah al-Nashr al-Islami al-Tabi'ah Li Jami'ah al-Mudarisin, Qom, 1416 H.
  • Shaduq, Muhammad bin Ali bin Babuwaih Qummi (381 H), al-Amāli, penelitian dan terbitan Muassasah al-Bi'sah, Qom, 1417 H.
  • Shaduq, Muhammad bin Ali bin Babuwaih Qummi, Man Lā Yahdhuruh al-Faqih, revisi Ali Akbar Gaffari, terbitan Jamiah Mudarrisin, Qom, 1404 H/1363 Hs.
  • Shaduq, Muhammad bin Ali bin Babuwaih Qummi, 'Uyun Akhbār al-Ridha as, penelitian Syaikh Husain al-A'lami, Muassasah al-A'lami, Beirut, 1404 H/1984 M.
  • Shaduq, Muhammad bin Ali, al-I'tiqād Fi Din al-Imāmiah, Dar al-Mufid Li al-Thaba'ah Wa al-Nasyr, Beirut.
  • Suyuthi, Jalaluddin (911 H), al-Jāmi' al-Shagir Fi Ahadits al-Basyir al-Nadzir, Dar al-Fikr, Beirut, 1401 H/1981 M.
  • Syafi'i Syabrawi, Abdullah bin Muhammad (1172 H), al-Ittihaf, Mesir.
  • Syafi'i, Kamaluddin Muhammad bin Thalhah (652 H), Mathālib al-Su-ul Fi Manāqib Āli al-Rasul saw, penelitian Majid Ahmad al-Athiah.
  • Tamimi, Ahmad bin Ali, Musnad Abu Ya'la, Dimashq, Dar al-Makmun Li al-Turats.
  • Thabarsi, Abu Ali Fadl bin Husain, I'lām al-Wara Bi I'lām al-Huda, Muassasah Ali al-Bait As Li Ihya' al-Turats, Qom, 1417 H.
  • Thabarsi, Abu Manshur Ahmad bin Ali bin Abu Thalib (548 H), al-Ihtijāj, penelitian Sayid Muhammad Baqir Khurasani, Dar al-Nu'man, Najaf al-Asyraf, 1386/1966 M
  • Tirmidzi, Muhammad bin Isa bin Surah, al-Jāmi' al-Shahih, penelitian Muhammad Fuad, Dar al-Ihya' al-Turats al-Arab, Beirut.