Karbala

Prioritas: aa, Kualitas: b
Dari wikishia
Foto Kota Karbala

Karbala (bahasa Arab: کربلاء) atau Karbala al-Mu'alla termasuk salah satu kota ziarah kaum Syiah di Irak. Kesyahidan Imam Husain as dan para sahabat setianya dalam peristiwa Karbala pada tahun 61 H dan haram Imam Husain as serta Abul Fadhl Abbas as di Karbala, telah menjadikan kota ini sebagai kota penting.

Sejarah Karbala kembali pada pra Islam dan pada masa Bab-ili (Babilon). Setelah penaklukan-penaklukan Islam, beberapa kabilah tinggal di sekitar Karbala dan dekat sungai Eufrat. Pasca kesyahidan Imam Husain dan para sahabatnya pada hari Asyura, 10 Muharram dan pemakaman jasad mereka di Karbala, umat Syiah datang ke Karbala untuk menziarahi pusara beliau as. Atensi orang-orang Syiah untuk menziarahi Imam Husain dan para syuhada Karbala lainnya merubah Karbala menjadi pemukiman bagi kaum Syiah. Dari abad kedua dan ketiga ke atas, pembangunan dan pengembangan pertama di Karbala dirintis. Pada masa Alu Buwaih banyak terjadi trobosan untuk pengembangan kota Karbala. Tetapi sebagian besar upaya pengembangan kota Karbala terjadi pada masa Safawi dan Qajar.

Bersamaan dengan perkembangan kota Karbala, sekolah-sekolah agama Karbala didirikan pada abad ketiga. Kegemilangan hauzah ilmiah (pusat studi Islam) Karbala di sepanjang sejarah diiringi dengan pasang surut. Seiring perkembangan ilmiah sejumlah hauzah Karbala, sejumlah keluarga Syiah menetap di Karbala untuk menimba ilmu, diantaranya adalah Alu Tha'mah, Alu-Naqib, Behbahani, Syahristani dan Syirazi.

Dalam dua abad terakhir, kota Karbala telah mengalami banyak insiden. Serangan kelompok Wahabi ke Karbala, invasi Najib Pasha, penguasa Ottoman ke kota ini, revolusi 1920 dan Intifada Syakbaniyah adalah beberapa peristiwa dari dua abad ini.

Kota Karbala di abad ke-20, pasca runtuhnya kekaisaran Ottoman dan pendudukan oleh Inggris menyaksikan pembentukan pelbagai kelompok politik, sosial dan budaya dan partai politik serta peningkatannya setelah kemerdekaan Irak. Jam'iyah al-Itthad wa al-Taraqqi (Komite Persatuan dan Kemajuan), al-Jam'iyah al-Wataniyah al-Islamiyah, cabang Partai al-Dakwah al-Islamiyah di Karbala dan cabang Majlis Tinggi Islam Irak termasuk partai-partai terpenting komunitas Syiah di Karbala.

Kaum Syiah dari pelbagai penjuru dunia datang ke kota ini untuk berziarah dalam pelbagai acara dan peristiwa. Puncaknya adalah pada masa berkabung Muharram dan Safar, khususnya dalam longmarch Arbain. Populasi peziarah Arbain pada tahun 2015 dan 2016 dilaporkan sekitar 20 juta peziarah.

Karbala dalam sepanjang sejarah disebut dengan pelbagai nama, diantaranya adalah: Ghadhiriyah, Nainawa, Thaff, 'Aqr, Hāir dan Nawawis.

Pengenalan

Gambar baru dari kota Karbala yang diambil dari udara. Kota Karbala setelah lengsernya rezim Ba'ath pada tahun 2003 mengalami kemajuan dan perkembangan.

Karbala adalah salah satu kota ziarah dan kota suci bagi kaum Syiah di Irak.[1] Kota ini terletak di pusat provinsi yang memiliki nama yang sama, di bagian selatan Irak dan sekitar 100 km Baghdad. [2]

Syahadah Imam Husain as dan para sahabatnya dalam peristiwa Karbala, adanya haram suci Imam Husain as, haram Abul Fadhl Abbas dan situs-situs ziarah lainnya menjadikan kota ini sebagai salah satu kota ziarah yang paling banyak dikunjungi kaum Syiah, terutama pada hari-hari berkabung Muharram dan acara Arbain Husaini. [3]

Setelah runtuhnya kekaisaran Ottoman pada tahun 1914 dan demikian juga setelah runtuhnya rezim Saddam pada tahun 2003, Karbala mendapatkan posisi politik khusus di Irak. Fatwa jihad Ayatullah Muhammad Taqi Syirazi, marja' Syiah di Karbala, melawan Inggris dan kepemimpinannya dalam gerakan 1920 masyarakat Irak sebagai protes atas kesinambungan kehadiran Inggris di negara itu, menjelaskan peran politik Karbala dalam sejarah kontemporer Irak. [4] Setelah jatuhnya Saddam juga posisi marja'iyah Syiah Irak dalam menghadapi perkembangan politik dan sosial negara ini dan dunia Islam diumumkan dalam salat Jumat di kota ini. Diantaranya adalah pengumuman fatwa jihad Ayatullah Sistani melawan ISIS termasuk tribun salat Jumat Karbala. [5][6]

Menurut sensus tahun 2015, populasi Karbala dilaporkan hampir 700 ribu orang. [7] Karbala telah memiliki banyak nama sepanjang sejarah. Di antaranya adalah: Ghadhiriyah, Nainawa, Thaff, 'Aqr, Hāir dan Nawawis. [8]

Sejarah

Beberapa sumber menyebut latar belakang sejarah Karbala kembali pada masa pra Islam di era Babilon. [Butuh Referensi]. Sejumlah keterangan juga mengungkapkan bahwa Karbala sebelum penaklukan-penaklukan Islam adalah sebuah pemakaman umat Kristen dan beberapa diantaranya juga telah memperkenalkannya sebagai pusat api Majusi (Zoroastrianisme). [Butuh Referensi] Sejak dahulu, di sekitar Karbala khususnya daerah-daerah yang berdekatan sungai Eufrat terdapat banyak desa. [9] Selain itu, ada beberapa riwayat yang menyebutkan tentang kehadiran para nabi atau setidaknya beberapa nabi pertama Ulul Azmi di Karbala seperti Nabi Nuh as, dan Ibrahim as. [10]

Pasca penaklukan Irak dan Baina Nahrain oleh umat Islam, beberapa keterangan langka sebelum terjadinya peristiwa Asyura telah dicatat oleh para sejarawan. Menurut sebuah keterangan dikatakan bahwa Khalid bin Walid pada tahun 12 H dalam pertempuran al-Hirah dan setelah mendominasi al-Hirah (dekat Najaf yang sekarang) pernah mendirikan kemah di Karbala. [11] Beberapa riwayat juga mengisyaratkan tentang Imam Ali as yang telah melintasinya sepulang dari perang Shiffin dan di situ disebutkan bahwa beliau berhenti sejenak dan melakukan salat, beristirahat dan beliau meramalkan peristiwa Karbala dan peristiwa yang akan terjadi di masa depan untuk putranya al-Husain as, para sahabat dan keluarganya. [12]

Peristiwa terpenting yang menyebabkan Karbala menjadi terkenal dan diperhatikan oleh kaum Syiah adalah peristiwa Asyura. Dalam peristiwa ini, Imam Husain as setelah menyatakan akan ketidakberbaiatannya dengan Yazid, masyarakat Kufah mengundangnya untuk berbaiat dengan beliau, dengan mengirimkan beragam surat[13] dan akhirnya beliau memutuskan untuk berangkat dari Mekah menuju Kufah. [14] Setelah Al-Hurr bin Yazid Ar-Riyahi menghentikan kafilah Imam Husain as di jalan menuju Kufah, atas perintah Ubaidillah bin Ziyad, gubernur Kufah [15], kafilah Imam Husain terpaksa berkemah di Karbala. [16] Setelah kafilah Imam as tinggal beberapa hari di sana, pada tanggal 10 Muharram tahun 61 H terjadilah pertempuran antara pasukan Imam Husain as dan pasukan Umar bin Sa'ad, [17] Imam bersama para sahabatnya syahid pada hari itu dan orang-orang yang tersisa dari kafilah beliau, yang mayoritas adalah perempuan dan anak-anak dijadikan tawanan dan pertama-tama mereka diarak ke Kufah dan kemudian ke Damaskus, ibukota Suriah, di hadapan Yazid. [18]

Afirmasi dan penegasan para Imam akan ziarah makam Imam Husain as dan atensi orang-orang Syiah, telah menyiapkan ranah untuk membangun makam Imam Husain, perluasan dan pembangunan pemukiman untuk para peziarah dan penduduk yang berdekatan dengan makam Imam di Karbala pada masa bani Umayyah dan bani Abbasiyah. [19]

Munculnya kebangkitan Syiah pasca peristiwa Karbala juga memainkan peran dalam atensi kaum Syiah untuk makam Imam Husain. Kelompok Tawwabin dalam kebangkitannya, setelah dari Nukhailah, menuju Damaskus dan di pertengahan jalan, mereka menziarahi makam Imam Husain[20] dan mengumumkan kekomitmenan dirinya pada jalan beliau. [21] Dalam kebangkitan Mukhtar, ada juga atensi pada Karbala dan ziarah makam Imam Husain. Mukhtar Tsaqafi adalah orang pertama yang membangun sebuah bangunan di atas pusara Imam Husain, sebuah masjid dan sebuah desa kecil[22] yang terdiri dari sekumpulan rumah yang terbuat dari tanah, batang dan ranting pohon Kurma. [23]

Dengan meningkatnya jumlah peziarah Karbala dan tempat tinggal beberapa muslim di sekitar makam Imam Husain, bersamaan dengan lemahnya bani Umayyah dan pembentukan pemerintahan Abbasiyah, perkembangan Karbala menjadi lebih serius. Rumah-rumah baru di dekat makam Imam as dibangun dengan menggunakan bahan-bahan bangunan yang memadai. [24]

Tindakan-tindakan kaum Syiah ini dianggap sebagai sebuah ancaman bagi beberapa khalifah Abbasiyah. Karenanya, beberapa khalifah seperti Harun Ar-Rasyid, dan putranya Mutawakkil Abbasi pada masa pemerintahannya, memerintahkan untuk menghancurkan makam dan bangunan-bangunan yang ada di sekitarnya. [25] Namun, tampaknya tindakan-tindakan khalifah Abbasiyah tidak dapat mencegah Karbala menjadi pemukiman beberapa orang Syiah. Setelah Harun, pada masa putranya Makmun Abbasi, pusara Imam Husain dan bangunan-bangunan yang telah hancur, direkonstruksi dan dibangun secara relatif. [26] Setelah kehancuran pada masa Mutawakkil, pembangunan dan pengembangan mulai muncul lagi di kota Karbala dan di samping terjadi rekonstruksi haram dan kawasan-kawawan yang rusak, didirikan pula tempat-tempat baru, termasuk pasar Karbala. [27] Pada masa bani Abbasiyah, majelis-majelis ilmiah juga dibentuk oleh para sahabat Imam di Karbala, yang disebut sebagai periode pertama hauzah Karbala. [28] Proses arsitektur Karbala pada masa keluarga Bawaih memiliki bentuk baru[29], yang beberapa sumber menilainya sebagai masa kegemilangan arsitektur Karbala hingga periode itu. [30] Selain ziarah Imam Husain as, para penguasa Bawaih melakukan pembangunan baru haram Imam Husain dan mengembangkan kota Karbala. Pembangunan pertama dinding kota, pembangunan pemukiman baru dan pasar-pasar baru, sekolah-sekolah agama seperti sekolah Adhudiyyah dan masjid Raksul Husain, yang dibangun atas perintah Adud Daulah Ad-Dailami pada 372 H, menggambarkan perkembangan kota Karbala. [31]

Kota Karbala, dengan atensi raja-raja Safawi dan Qajar atas atabah Aliyah Irak dari abad ke-10 - 13 H dan menetapnya orang-orang Iran, telah memasuki tahap baru arsitektur dan pembangunan Karbala. Pada tahapan ini, selain terjadi perbaikan dan pengembangan haram Imam Husain as, haram Abul Fadhl Abbas as dan situs ziarah lainnya di Karbala, orang-orang Iran yang tinggal di Karbala juga banyak memiliki peran dalam memakmurkan perdagangan dan pendirian Husainiyah, hauzah, perpustakaan dan masjid. Wisatawan dan ahli geografi seperti Carsten Niebuhr, John Asher, dalam mengunjungi kota Karbala, telah mencatat perkembangan kota Karbala pada masa Ottoman dalam catatan perjalanannya. [32] John Peters, seorang wisatawan dan arkeolog asal Amerika Serikat, dalam kunjungannya ke Karbala pada tahun 1890 juga menulis, bagian baru Karbala yang dibuat di luar pagar kuno kota, memiliki jalan-jalan yang luas dan rapi, seperti kota-kota Eropa. [33]

Situs-situs Ziarah

Panorama Haram Abul Fadhl Abbas dan Haram Imam Husain as di kota Karbala.

Keberadaan haram Imam Husain as dan haram Abul Fadhl Abbas telah menjadikan kota Karbala berada dalam list kota-kota ziarah terpenting bagi kaum Syiah. [34] Haram Imam Husain adalah tempat pemakaman Imam Husain as dan sejumlah kaum bani Hasyim serta para sahabat Imam, yang syahid dalam peristiwa Karbala. [35] Ziarah haram suci Imam Husain as selalu menjadi salah satu amalan yang sangat diperhatikan oleh kaum Syiah. Anjuran untuk menziarahi Imam Husain pada hari-hari khusus seperti Asyura[36], Arbain[37] dan Syakban[38], menyebabkan padatnya peziarah pada hari-hari ini. [39] Dalam fikih Syiah, haram dan tanah turbah Imam Husain as memiliki hukum tersendiri. [40]

Haram Imam Husain berulang kali dihancurkan oleh musuh-musuh Syiah, termasuk khalifah Abbasiyah dan kelompok Wahabi. Penghancuran pertama haram Imam Husain terjadi pada masa al-Mutawakkil[41] dan yang terakhir pada tahun 1411 H, oleh pemerintah Ba'ath Irak dalam perisitwa Intifada Syakbaniyah. [42]

Haram Abul Fadhl Abbas as juga terletak di 378 meter timur laut dari haram Imam Husain as. Para peziarah Karbala juga menziarahi makam Abul Fadhl Abbas, selain menziarahi makam Imam Husain as. [43] Pada hari Tasyu'a, orang-orang Syiah berkabung di haram Abul Fadhl Abbas. Dalam kalender berkabung Syiah, hari Tasyu'a diidentikkan dengan Abul Fadhl Abbas as. [44]

Selain keberadaan haram suci Imam Husain as dan Abul Fadhl Abbas as, Karbala memiliki situs ziarah lainnya, yang sebagian besar berhubungan dengan peristiwa Karbala. Diantaranya adalah Tempat kemah, Tall Zainabiyah dan makam Hurr bin Yazid ar-Riyahi. Di dekat haram Imam Husain, terdapat maqam Imam Shadiq as dan maqam Imam Zaman as yang dalam literatur Syiah, memiliki kemuliaan dan menjadi tempat ziarah mereka. [45]

Maqam Imam Zaman di Karbala.

Peristiwa Politik dan Sosial dari Dua Abad Terakhir

Dalam dua abad terakhir, Karbala telah menyaksikan banyak peristiwa politik dan sosial-budaya.

Serangan Kelompok Wahabi

Pada tanggal 18 Dzulhijjah tahun 1216 H, kelompok Wahabi yang dipimpin oleh Abdul Aziz bin Saud dari Hijaz tiba di Irak dan menyerang Karbala. Mereka memasuki kota melalui tempat kemah dan melakukan pembunuhan, menjarah harta milik orang-orang dan barang-barang berharga haram Imam Husain. Pada hari ini, sesuai dengan tradisi yang sudah ada pada Hari Raya Ghadir, banyak dari penduduk Karbala pergi ke haram Imam Ali di Najaf. Karenanya, kota Karbala kosong dan tidak ada perlawanan. Sumber-sumber sejarah melaporkan, jumlah korban insiden tersebut dari 1.000 hingga 4.000 orang. Haram Imam Husain mengalami kerusakan serius dalam insiden ini. [46]

Serangan Najib Pasha

Setelah masyarakat Karbala tidak menerima kepemimpinan Ottoman pada tahun 1285 H, penguasa Ottoman, Najib Pasha di Irak memberi tempo beberapa hari kepada penduduk Karbala untuk menerima kepemimpinan Ottoman dan menyerah kepada mereka. Setelah kegagalan mediasi Sayid Kazim Rasyti yang merupakan salah seorang ulama yang tinggal di Karbala dan pemimpin kedua Shaikhiyah[catatan 1] untuk menghalau serangan Ottoman ke dalam kota dan tidak menyerahnya masyarakat Karbala, Najib Pasha memerintahkan untuk menyerang Karbala. Tentara Ottoman diberi wewenang untuk menyerang semua tempat kecuali haram Imam Husain, Abul Fadhl Abbas dan kediaman Sayid Kazim Rasyti. Beberapa penduduk Karbala telah berlindung di haram Abul Fadhl Abbas untuk menghindari bahaya. Kendati demikian, tempat ini tidak luput dari serbuan tentara Ottoman. Menurut beberapa laporan, sekitar 10.000 orang tewas dalam insiden itu. Kejadian ini dikenal dengan peristiwa Ghadir ad-Dam (Ghadir Berdarah). [47]

Perjuangan Anti-Kolonialisme

Kota Karbala pada masa kekalahan kekaisaran Ottoman dan kehadiran Inggris di Irak pada tahun 1917, menjadi markas utama perjuangan untuk melawan Inggris. Gerakan Irak 1920, yang kemudian dikenal sebagai Tsaurah al-'Isyrin, dipimpin oleh Muhammad Taqi al-Syirazi, seorang Marja' Syiah di Karbala. Gerakan ini terjadi setelah Inggris tidak mau meninggalkan Irak dan memberikan kemerdekaan pada negara ini. [48]

Masuknya pasukan rezim Ba'ath Irak di pintu masuk Haram Abul Fadhl Abbas di kota Karbala setelah mencaplok kelompok Intifada saykbaniyah.

Intifada Syakbaniyah

Karbala adalah markas utama gerakan kebangkitan masyarakat Irak terhadap rezim Ba'ath yang dipimpin oleh Saddam Husain pada bulan Syakban tahun 1411 H / 1369 HS. Kota ini jatuh ke tangan pasukan rakyat bersama dengan 13 provinsi Irak lainnya dalam Intifada Syakbaniyah [49], tetapi pada akhirnya kebangkitan itu ditindas oleh pasukan di bawah kendali Saddam. Selama penindasan kebangkitan, haram Imam Husain dirusak oleh tentara Ba'ath. Menurut beberapa sumber, antara tiga ratus sampai lima ratus ribu orang di seluruh Irak terbunuh selama penindasan kebangkitan dan sekitar dua juta orang terlantar. [50]

Bentrokan dengan Angkatan Darat AS setelah Jatuhnya Saddam

Kehadiran pasukan koalisi AS di Karbala setelah melakukan penyerangan terhadap [Irak] pada tahun 2003; dalam gambar ini, seorang tentara Amerika berdiri di samping mobil bom bunuh diri di sebuah jalan yang berujung ke haram Abul Fadhl Abbas.

Pada masa serangan AS ke Irak pada tahun 2003 M, Karbala menyaksikan konflik militer yang tersebar antara penduduk Karbala dan pasukan AS di jalan-jalan yang berujung ke haram Imam Husain dan Abul Fadhl Abbas. Demikian juga, pada tahun 2004 menyusul konflik militer kelompok Syiah yang berafiliasi kepada gerakan Shadr yang disebut "Jaish al-Mahdi" dengan tentara-tentara Amerika di Najaf, Basrah dan kota Sadr Baghdad, maka untuk mengusir kemungkinan serangan pendukung Shadr di Karbala, tentara-tentara Amerika memasuki kota Karbala dengan perlengkapan lapis baja. Selain menyerang kantor Shadr, mereka juga memblokir jalan-jalan di sekitar haram. Alasan utama konflik adalah melawan pendudukan militer Amerika di Irak. [51] Syiah pro-Jaish al-Mahdi di Karbala bentrok lagi dengan tentara Amerika pada tahun 2007 dengan perbedaan bahwa pihak utama bentrokan dengan Jaish al-Mahdi adalah polisi Irak dan Amerika sebagai kekuatan di balik polisi Irak, mereka memasuki medan konflik di kota Karbala. [52]

Serangan Teroris di Karbala

Setelah jatuhnya rezim Ba'ath di Irak, kelompok teroris dan takfiri yang berafiliasi dengan Alqaeda, bekerja sama dengan sekelompok mantan anggota partai Ba'ath, melakukan banyak operasi teroris di Karbala. [53] Serangan teroris yang terjadi di kota-kota Irak lainnya juga mengakibatkan kerugian finansial dan menelan banyak korban. Sebagian besar aksi teroris terjadi di Karbala pada hari-hari berkabung Imam Husain dan acara longmarch Arbain. [54]

Partai dan Organisasi Politik dan Sosial

Dalam dua abad terakhir, kota Karbala memiliki peran penting dalam perkembangan politik dan sosial di Irak karena menetapnya sejumlah marja taklid Syiah dan kegemilangan hauzah ilmiah Karbala. Aktivitas organisasi politik sosial di Karbala dibarengi dengan perkembangan politik di Irak dan kadang-kadang di Iran. Respon para ulama yang tinggal di Najaf dan Karbala terhadap gerakan konstitusional Iran adalah salah satunya. Peristiwa Konstitusionalis juga mempengaruhi Karbala, sebagaimana mempengaruhi ulama dan hauzah Najaf, dengan perbedaan bahwa masyarakat Karbala memiliki sikap negatif terhadap konstitusi ini.[55]

Pada abad ke-20 dan khususnya selama periode pendudukan Irak oleh Inggris, Karbala menyaksikan pembentukan sejumlah partai, pelbagai gerakan atau pembentukan cabang partai-partai Irak yang aktif. Marjaiyah Syiah di Karbala dan hauzah ilmiah kota memiliki kerjasama politik, intelektual dan budaya dengan beberapa gerakan aktif di Karbala. Kemerdekaan Irak dan keluarnya Inggris dari negara ini adalah tujuan utama gerakan Irak di separuh pertama abad kedua puluh. Di antaranya adalah Jamiyyah al-Itthad wa al-Taraqi (Komite Persatuan dan Kemajuan), dan al-Jamiyyah al-Wataniyyah al-Islamiyyah. [56] Al-Jamiyyah al-Wataniyyah didirikan oleh Muhammad Ridha Syirazi, putra Muhammad Taqi Syirazi, otoritas Syiah di Karbala, dan sekelompok ulama Syiah di Karbala dengan tujuan memerangi kehadiran Inggris pada tahun 1917. Mengikuti fatwa jihad Mirza Syirazi, organisasi ini memainkan peran penting dalam pembentukan revolusi 1920 Irak. [57]

Dengan pembentukan pelbagai kelompok komunis, di bawah bayang-bayang kemerdekaan Irak, cabang partai-partai komunis seperti Hizb al-Shuyu'i di kota-kota Karbala dan Najaf aktif dan merekrut pelbagai kaum muda. [58] Hauzah dan marja'iyat di Najaf dan Karbala mulai berfikir untuk menciptakan sebuah organisasi guna menghadapi ancaman besar-besaran komunisme untuk Islam. [59] Organisasi ini bernama Hizb al-Dakwah al-Islamiyyah, didirikan pada tahun 1956. Salah satu pertemuan pertama partai al-Dakwah diadakan di Karbala. [60] Beberapa pemimpin politik partai, seperti Ibrahim Jafari dan Nouri Maliki, berasal dari Karbala. [61] Setelah partai al-Dakwah, pada tahun 1962, Organisasi Aksi Islam berafiliasi dengan keluarga Syirazi didirikan di Karbala. [62]

Selama pemerintahan Ba'ath di bawah pimpinan Saddam Husain, beberapa ulama dan rohaniawan Syiah Irak mendirikan Dewan Tinggi Islam Irak. [63] Pasca lengsernya rezim Saddam, banyak gerakan Syiah terbentuk di Irak, yang mayoritasnya adalah cabang di Karbala dan aktif dalam politik dan kebudayaan. Di antaranya adalah Organisasi Badar Irak dan Gerakan Shadr.

Ritual

Peristiwa Karbala dan kebangkitan Imam Husain memiliki pengaruh budaya dalam masyarakat Syiah. Kota Karbala adalah sumber dari banyak fenomena budaya yang terpengaruh dari peristiwa Asyura. Diantaranya adalah munculnya ritual-ritual Syiah di Karbala, seperti acara berkabung Tuwairij, ziarah Arbain dan longmarch Arbain, pembangunan Husainiyah, pembuatan turbah salat dan tasbih dari turbah Karbala dan Takziah.

Tuwairij

Salah satu ritual Syiah Karbala adalah pembentukan sekelompok pengkabung Tuwairij. Tuwairij adalah nama sebuah kota yang terletak 10 km dari Karbala, yang disebut sebagai acara orang-orang Syiah Karbala pada hari Asyura. Orang-orang Syiah Karbala pergi ke haram Imam Husain dan Abul Fadhl Abbas pada sore Asyura dari kota Tuwairij dengan berjalan kaki. Ketika mereka tiba di dekat haram suci Imam Husain, para pengkabung dengan berlari-lari kecil mereka menepuk dada dan kepala dari rute Bainal Haramain menuju dalam haram. Tradisi ini mengingatkan kita pada keterlambatan sampainya warga kota ini di sore Asyura ke Karbala. [64]

Ziarah Arbain

Salah satu acara keagamaan kaum Syiah adalah ziarah Arbain di Karbala. Kaum Syiah abad pertama, menurut anjuran para imam maksum, memiliki atensi khusus pada ziarah Arbain. [65] Banyak Syiah di Irak dan beberapa Syiah di Iran dan belahan dunia lainnya untuk mengunjungi Arbain Husaini datang dari Najaf dengan berjalan kaki menuju Karbala. Ritual ini terkenal dengan longmarch Arbain. Hari Arbain membentuk sekelompok besar pengkabung yang datang dari kota-kota Irak, jauh dan dekat atau dari belahan dunia lain di Karbala. [66]

Turbah Karbala

Turbah Karbala atau turbah Imam Husain, biasanya tanah atau debu yang diambil dari makam Imam Husain as, dimuliakan oleh kaum Syiah karena keutamaan yang telah dinukilkan dalam riwayat. [67] Kaum Syiah menggunakan tanah Karbala untuk membuat turbah salat dan tasbih. [68] Telah direkomendasikan dalam sumber-sumber fikih, disunahkan bersujud di atas turbah Karbala saat salat. [69]

Pembangunan Husainiyah untuk Tempat Tinggal Para Peziarah

Sebuah bangunan yang dikaitkan dengan Husainiyah klasik orang-orang Isfahan yang terletak di Jalan al-Qiblah di Karbala; di sebelah bangunan terlihat perempuan-perempuan dengan mengenakan pakaian cadur Iran. Gambar ini diambil pada tahun 1956.

Pembangunan husainiyah untuk permukiman para peziarah Karbala adalah salah satu tindakan yang telah terjadi pada abad-abad yang lalu. Sejarah pembangunan Husainiyah pertama di Karbala kembali pada abad ke-11 H. Seiring dengan rekonstruksi sebagian atabah Irak pada masa Qajar, gubernur Ottoman di Irak pada 1127 H membangun sebuah husainiyah untuk kesejahteraan para peziarah di Karbala.[70] Kemudian pada 1368 H, sekelompok pengusaha asal Iran membeli tempat ini dari organisasi wakaf Irak dan bersama dengan sekelompok pengusaha Irak dan Kuwait membangun kembali husainiyah ini. Setelah renovasi, husainiyah ini diberi nama Husainiyah Tehrani dan selanjutnya diubah menjadi Husainiyah Haidariyah.[71] Sebelum tanggal ini, belum ada laporan tentang keberadaan situs yang dikenal sebagai husainiyah. Setelah tanggal ini, sebagian besar husainiyah kenamaan Karbala dibangun setelah dekade kedua dan ketiga abad keempat belas. [72] Beberapa husainiyah bersejarah ini dibangun oleh para ulama dan pedagang Iran, beberapa di antaranya oleh orang-orang Syiah India.[73] Setelah lengsernya pemerintahan Ba'ath, pendirian husainiyah dan tempat peristirahatan semakin meningkat, dan pembangunan hotel juga tidak dapat mengurangi proses pembangunan husainiyah.[74]

Takziah

Seni takziah adalah pertunjukan keagamaan di kota-kota Irak, termasuk Karbala. Takziah, dengan bentuk sekarang ini, setelah penyebarannya pada masa Qajar di Iran, memasuki Irak sekitar abad ke-20. [75] Acara ini di Karbala dan Najaf, selain takziah, juga dikenal dengan nama Tasyabiyah atau Masrah al-Husaini. [76] Penyelenggaraan seni takziah, seperti halnya acara-acara Syiah lainnya, dibatasi dengan mendominasinya Partai Ba'ath pada 1970-an dan pada akhirnya dilarang. [77] Setelah runtuhnya rezim Saddam Husain pada tahun 2003, acara takziah dihidupkan kembali di pelbagai penjuru Irak.

Para Penyair Karbala

Berdasarkan sumber-sumber sastra dan sejarah Irak, para penyair Karbala telah memainkan peran penting dalam kebangkitan sastra dan politik Irak. Sebagian dari aktivitas sastra, politik dan sosial mereka nampak dengan kehadiran mereka dalam asosiasi sastra dan puisi di Karbala dan kota-kota lain di Irak. Jam'iyyah al-Nadwah al-Syabab al-Arabi, Nadwah al-Khamis al-Arabi, al-Muntada al-Tsaqfi dan Jamiyyah al-Syu'ara al-Sya'biyyin adalah contoh dari himpunan sastra di Karbala. [78] Beberapa asosiasi ini masih tetap melanjutkan aktivitasnya. [79] </ref> Pembacaan ritual puisi di Karbala bersamaan dengan gaya-gaya syair lainnya di Karbala amatlah marak. Gaya puisi ini, dengan dukungan makam suci Husaini dan makam Abul Fadhl Abbas, populer di kalangan para penyair muda Irak.

Hauzah dan Pusat Ilmiah

Sejarah pembentukan awal hauzah Karbala kembali pada abad-abad pertama Hijriah dengan kehadiran para sahabat dari beberapa Imam Maksum as dan para perawi Syiah. Selama periode ini mereka mendidik para murid di Karbala. Abdullah bin Ja'far al-Himyari, salah seorang kerabat Imam Hadi as dan Imam Hasan al-Askari as berhasil mendidik murid yang banyak di kota ini. [80] Setelah masa kegaiban, beberapa fakih seperti Najasyi, Sayid Ibnu Thawus, Syahid Awal dan Ibnu Fahd al-Hilli menimba ilmu di hauzah Karbala. [81]

Hauzah Ilmiah di Karbala terbentuk pada abad ke-9 H. Pembesar pertama hauzah ini adalah Sayid Izzuddin Husain bin Musa'id Hairi dan Faidhullah Barmaki.[82] Di hauzah ilmiah Karbala, ada dua aliran aktif, ajaran Akhbari dan Ushuli, namun ajaran Akhbari tidak memiliki banyak dukungan. [83] Dengan munculnya Safawi, ajaran Akhbari dihidupkan kembali oleh Muhammad Amin al-Astarabadi. Setelah jatuhnya pasukan Safawi, penganiayaan terhadap masyarakat Afganistan bermazhab Sunni dan tekanan Nadir Shah, memaksa para ulama Iran untuk beremigrasi ke Irak, khususnya Karbala. Selama periode ini, ajaran Akhbari di Karbala mencapai puncaknya dan sejumlah besar ulama Iran berideologikan Akhbari. Dengan ini semua, ajaran Akhbari mengalami penurunan karena alasan tertentu. [84]

Hauzah Karbala pada abad ketiga belas, karena migrasi ulama Iran ke Najaf atau kembali ke Iran, tidak memiliki kemakmuran seperti sebelumnya, sampai Muhammad Taqi Syirazi bermigrasi dari Samarra ke Kazhimain dan akhirnya bermigrasi ke Karbala. Kepemimpinannya dalam perjuangan melawan pendudukan Inggris di Irak dan partisipasi beberapa ulama dan pelajar hauzah Karbala dalam gerakan anti-Inggris, memberikan kehidupan baru di hauzah Karbala. [85]

Pada abad-abad yang berbeda, beberapa sekolah ilmiah didirikan di Karbala. Banyak dari sekolah-sekolah ini didirikan oleh para ulama Iran yang tinggal di Irak. Di antaranya adalah sekolah Sayid Mujahid, sekolah Sadr A'zam Nuri dan sekolah Khu'i. [86] Selain beberapa hauzah ilmiah, juga dibangun banyak perpustakaan di Karbala dan beberapa diantaranya memiliki kedudukan istimewa bagi para peneliti Syiah dikarenakan naskah-naskah tulisan tangan. [87] Beberapa sejarawan telah mendaftarkan 78 perpustakaan di Karbala yang sebagian darinya dibangun oleh para ulama yang tinggal di Karbala. [88] Selain sekolah-sekolah agama, universitas Karbala, universitas Ahlulbait dan pusat penelitian berafiliasi dengan haram suci Imam Husain dan Abul Fadhl Abbas, yang setelah jatuh rezim Ba'ath, telah melakukan pelbagai aktivitas dan riset ilmiah tentang Syiah.[89]

Klan dan Tokoh

Kota Karbala sejak abad-abad pertama dan pembentukannya hingga periode kontemporer memiliki banyak klan di dalamnya. Beberapa klan ini telah menetap di Karbala sejak abad-abad pertama. Diantaranya adalah Al Tha'mah dan Al Naqib. Al Tha'mah yang keturunannya sampai pada Ibrahim Mujab, adalah Alawi pertama yang tinggal di Karbala, termasuk klan tertua, yang tinggal di Karbala pada abad ke-3 H.[90] Al Naqib juga dinisbatkan dengan Imam Kazhim as dan tinggal di Karbala pada abad ke-5 H.[91]

Yang paling terkenal adalah beberapa klan cendikiawan yang tinggal di kota untuk menimba ilmu-ilmu agama dari pelbagai belahan Irak, Iran, negara-negara Arab dan India. Beberapa klan ulama setelah mendapatkan ijtihad dan atau melewati pelajaran-pelajaran dasar di sekolah-sekolah ilmiah kembali ke negara masing-masing. [92] Klan Behbahani, Sadr Syirazi, Shahristani, Kashmir, Rashti, Mar'asyi hanya sebagian dari klan kenamaan di Karbala.[93]

Di era saat ini, beberapa tokoh politik Syiah di Irak dan Iran berasal dari Karbala. Ibrahim Ja'fari dan Nuri Maliki adalah politisi Syiah di Irak dan Ali Akbar Salehi, seorang politikus Iran, kelahiran Karbala.[94]

Perdagangan dan Pertanian

Salah satu pekerjaan utama penduduk Karbala di era kontemporer adalah pertanian dan perdagangan. Pertumbuhan nasionalisme Arab pada dekade-dekade awal di Irak, yang menguntungkan kepentingan Ahlusunah, bersama dengan fatwa larangan untuk melayani monarki Irak oleh otoritas Syiah Irak, menyebabkan orang-orang Syiah Karbala seperti orang-orang Syiah di Baghdad dan kota-kota lain di negara itu, sibuk dengan urusan non-pemerintah seperti pertanian dan perdagangan. [95] Selain itu, keberadaan air yang melimpah, terutama keberadaan jalur air yang dikenal dengan Husainiyah, yang bertanggung jawab untuk mentransfer air dari sungai Eufrat ke Karbala, memberikan ranah yang baik untuk pengembangan dan perluasan pertanian di Karbala. [96]

MoU Konsesi dengan Kota-kota Iran

Peningkatan volume pertukaran perdagangan antara Iran dan Irak menyebabkan terbentuknya MoU konsesi antara salah satu kota Iran dan Karbala. Kota-kota seperti Qom, Masyhad dan Qazvin menawarkan diri untuk MoU ini. Dengan memilih kota Qazvin, konsesi Karbala dan Qazvin akhirnya terbentuk. Di bawah MoU tersebut, kedua belah pihak setuju untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memperkuat hubungan komersial, pariwisata kesehatan, perluasan dan pembangunan perkotaan.[97]

catatan

  1. Sekelompok orang Syiah yang mengikuti akidah Syaikh Ahmad Ihsai

Catatan Kaki

  1. Rahnemaye Safar be Karbala Mu'alla.
  2. "Karbala".
  3. "Karbala".
  4. Alu Tha'mah, Turats Karbala, hlm. 84-186.
  5. .
  6. I'lam Jihad Ulama-ye Syiah wa Sunni (pengumuman jihad ulama Syiah dan Ahlusunah).
  7. «Major Cities».
  8. Alu Tha'mah, Turats Karbala, hlm. 31-36.
  9. Alu Tha'mah, Turats Karbala, hlm. 20-21.
  10. Allamah Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 44, hlm. 301.
  11. Khalili, Mausu'ah al-'Atabat al-Muqaddasah, jld. 8, hlm. 197.
  12. Dinawari, Akhbar al-Thiwal, hlm. 298.
  13. Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 3, hlm. 157-158; Syaikh Mufid, al-Irsyad, 1399 H, jld. 2, hlm. 36-37.
  14. Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, jld. 5, hlm. 381.
  15. Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, jld. 5, hlm. 401.
  16. Maqram, Maqtal al-Husain as, hlm. 192.
  17. Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, jld. 5, hlm. 417; Syaikh Mufid, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 91.
  18. Syaikh Mufid, al-Irsyad, hlm. 509-523.
  19. Alu Tha'mah, Turats Karbala, hlm. 31 dan 32.
  20. Ibn Atsir, al-Kamil fi al-Tarikh, jld. 4, hlm. 178.
  21. Thabari, Tarikh Thabari, jld. 4, hlm. 456-457.
  22. Al-Sadr, Nuzhah Ahlul Haramain fi Imarat al-Masyhadain, hlm. 21, 23, 26.
  23. Al-Anshari, Imarat Karbala, hlm. 95.
  24. Kelidar, Tarikh Karbala al-Mu'alla, hlm. 19; Al-Anshari, Imarat Karbala, hlm. 96.
  25. Alu Tha'mah, Turats Karbala, hlm. 32 dan 33.
  26. Jam'i az Newisandegan, Negahi-e Nu be Jaryane Asyura, hlm. 420-421.
  27. Al-Anshari, Imarah Karbala, hlm. 96 dan 97.
  28. Sayid Kibari, Hauzehhaye Ilmiah Syiah dar Gostare-e Jahan, hlm. 256.
  29. Amin, Dairah al-Ma'arif al-Islamiyyah al-Syi'iyah, jld. 11, hlm. 356.
  30. Anshari, Imarah Karbala, hlm. 99.
  31. Musawi Zanjani, Jaulah fi Amakin al-Muqaddasah, hlm. 83.
  32. Anshari, Imarah Karbala, hlm. 61-70.
  33. . John punnett: Nippuar or Explorations and Avcentures on the Euphrates 1880 - 1890, page: 331, Volume II - second compaign 1897.peters
  34. Ashlani, Shahr-hae Muqaddas Syiah.
  35. Isfahani, Maqatil al-Thalibin, Dar al-Ma'rifah, hlm. 118.
  36. Ibnu Qulawaih, Kamil al-Ziyarat, hlm. 173.
  37. Syaikh Mufid, Kitab al-Mazār, hlm. 53.
  38. Ibnu Qulawaih, Kamil al-Ziyārāt, hlm. 181.
  39. «Bertepatan dengan Asyura Husaini, 3 juta peziarah di Karbala al-Mualla».؛«jumlah peziarah Imam Husain mencapai lebih dari 26 juta orang.».
  40. Semisalnya, silahkan rujuk: Falah Zadeh, Ahkāme Fiqhi Safar Ziarati Atabāt, hlm. 14, 17, 18, dan 36.
  41. Alu Tha'mah, Karbala wa Haramhaye Mutahhar, hlm. 94 dan 95.
  42. «Rewayati az Ruzhaye Jesarate Saddam be Karbala (Narasi hari-hari penindasan Saddam ke Karbala)».
  43. «Karbala biduni Haram wa Ziarat Hazrate Abal Fadzl; Karbala Nemisyawad;».؛ Abul Fadhl Abbas/ «Ziarat Haram Hazrate Abbas as)».
  44. «Haram Abul Fadhl Abbas pada hari Tasyu'a.».
  45. Qummi, Amākin Ziyārati Siyahati dar Irak, hlm. 45-54.
  46. Alu Tha'mah, Turats Karbala, hlm. 116-121.
  47. Alu Tha'mah, Turats Karbala, hlm. 125-132; «laporan seorang pembunuh; kisah dokumenter tentang pembunuhan masal 10 ribu orang Syiah dalam serangan ke Karbala.».
  48. Zamizam, Karbala wa al-Harakah al- Wathaniyyah fi al-Qurn al-Isyrin, hlm. 63-95.
  49. Tabraeyan, Intifadhah Syakbaniyah, hlm. 230.
  50. «Apa peristiwa Intifada Syakbaniyah?»
  51. «Kehadiran tank-tank Amerika di Karbala.».
  52. «Konflik pasukan Amerika dengan militan pasukan Al Mahdi di Karbala.».
  53. «Amerika bagaimana mengkafirkan Al-Qaeda? Bagaimana petinggi informasi rezim Ba'ath menciptakan ISIS?»
  54. «Catatan seorang asal Iran dari Asyura Berdarah di Karbala.».
  55. «Raftar Shenasi Siyasi Hauzah Karbala dar Qarne Akhir.».
  56. Zamizam, Karbala wa al-Harakah al- Wathaniyyah fi al-Qurn al-Isyrin, hlm. 10-16.
  57. Zamizam, Karbala wa al-Harakah al- Wathaniyyah fi al-Qurn al-Isyrin, hlm. 63-95
  58. Zamizam, Karbala wa al-Harakah al- Wathaniyyah fi al-Qurn al-Isyrin, hlm. 29-30.
  59. Abu Zaid Amili, Muhammad Bagir al-Sadr, al-Sirah wa al-Masirah fi Haqaiq wa Watsaiq, jld. 1, hlm. 240-242.
  60. Mukmin, Sanawat al-Jumar, Masirah al-Harakah al-Islamiyyah fi al-Irak, hlm. 35, 169, 200, 255, dan 256.
  61. Zamizam, Karbala wa al-Harakah al- Wathaniyyah fi al-Qurn al-Isyrin, hlm. 33.
  62. Zamizam, Karbala wa al-Harakah al- Wathaniyyah fi al-Qurn al-Isyrin, hlm. 37-39
  63. Zamizam, Karbala wa al-Harakah al- Wathaniyyah fi al-Qurn al-Isyrin, hlm. 45-46.
  64. «Apa kisah kelompok Tuwairij?»
  65. Syaikh Thusi, Tahdzib al-Ahkam, jld. 6, hlm. 52.
  66. «Kenapa longmarch Arbain memiliki ganjaran.».
  67. Allamah Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 98, hlm. 128 dan 132.
  68. «Pembuatan turbah, tasbih, cincin akik di kota-kota religi.».
  69. «Keutamaan turbah Imam Husain (as) dan tata cara pemakaiannya.».
  70. Nuwaini, Adhwa ala Ma'alim Muhafadzah Karbala, hlm.83
  71. Al-Husainiah al-Haidariyyah (sebelumnya al-Thehraniyyah)
  72. Alu Tha'mah, Turats Karbala, 1435 H, hlm.391-393
  73. «Al-Husainiyyat»
  74. «Rute Najaf – Karbala, jalan Husainiyah;»; «Husainiah Qazwini di Karbala dibangun.»
  75. «Masrah al-Ta'ziah, salah satu ritual Asyura.».
  76. Lathif, Fushulun min Tarikh al-Masrah al-Iraqi; Karbala wa Tasyabuh al-Maqtal wa al-Ta'azi al-Husainiah fi Asyura»
  77. «الطاغیة صدام و محاربة الشعائر الحسینیة» Penyelewengan Saddam dan penghancuran syiar-syiar Husaini.
  78. Alu Tha'mah, Turats Karbala, hlm. 456-460.
  79. «Newisandeh-i keh Karbala ra Mesle Kafe Dastash Mishenasat (seoang penulis yang mengenal Karbala seperti telapak tangannya).».
  80. Sayid Kibari, Hauzah-haye Ilmiah Syiah dar Gostare-e Jahan, hlm. 256.
  81. Sayid Kibari, Hauzah-haye Ilmiah Syiah dar Gostare-e Jahan, hlm. 258-261.
  82. Paketchi, Hauzah Ilmiah, hlm. 475]
  83. «Barresi Jam'iyyat Shenakhti Ulama-e Najaf wa Karbala.».
  84. «Barresi Jam'iyyat Shenakhti Ulama-e Najaf wa Karbala.».
  85. «Raftar Shenasi Siyasi Hauzah Karbala dar Qarne Akhir;».؛«Barresi Jam'iyyat Shenakhti Ulama-e Najaf wa Karbala.».
  86. Anshari, Mi'mari Karbala dar Gozare Tarikh, hlm. 161-169.
  87. Alu Tha'mah, Turats Karbala, hlm. 414.
  88. Alu Tha'mah, Turats Karbala, hlm. 414-440.
  89. «Fakultas Ilmu Islam Universitas Ahlulbait Karbala;».؛«Markas Karbala lil Dirasat wa al-Buhuts;».؛ « Fakultas Ilmi Islam Karbala.»
  90. Alu Tha'mah, Turats Karbala, hlm. 306-308
  91. Alu Tha'mah, Turats Karbala, hlm. 313-315
  92. «Barresi Jam'iyyat Shenakhti Ulama-e Najaf wa Karbala»
  93. Alu Tha'mah, Turats Karbala, hlm. 295-363
  94. «Beografi Doktor Ali Akbar Salehi;».؛«Mengenal Nouri Maliki»;«Beografi Ibrahim Ja'fari, Menteri Luar Negeri Irak»
  95. Nadiri Dust, Syi'ayane Irak, hlm. 101-103.
  96. Nadiri Dust, Syi'ayane Irak, hlm. 59.
  97. «Konsul Jenderal Iran di Karbala; laksanakan isi konsesi Qazwin dan Karbala.».

Daftar Pustaka