Lompat ke isi

Konsep:Ayat Shadiqin

Dari wikishia
Ayat Shadiqin
Informasi Ayat
NamaAyat Shadiqin
SurahSurah At-Taubah
Ayat119
Juz11
Informasi Konten
TentangAkidah
DeskripsiDalil Imamah, Ahlulbait


Ayat Shadiqin (bahasa Arab: آیه صادقین Surah At-Taubah ayat 119 memerintahkan orang-orang mukmin untuk bersama orang-orang yang benar (Shadiqin) dan mengikuti mereka. Para mufassir Muslim memberikan berbagai penafsiran mengenai misdaq (penerapan) dan karakteristik "Shadiqin" dengan bersandar pada ayat-ayat Al-Qur'an lainnya; di antaranya Syekh Thusi dengan bersandar pada ayat 23 Surah Al-Ahzab, menganggap shadiqin dalam ayat ini adalah orang-orang yang menepati janji mereka kepada Allah dengan jujur.

Terdapat riwayat-riwayat dalam kitab-kitab hadis Syiah dan Ahlusunah yang menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib sendirian, atau bersama para sahabat atau Ahlulbaitnya, atau Nabi Muhammad saw dan Ahlulbaitnya, adalah misdaq dari shadiqin. Banyak riwayat juga menafsirkan shadiqin sebagai Ahlulbait.

Allamah Hilli menganggap ayat ini sebagai salah satu dalil Imamah Imam Ali as dan membatasi misdaq ayat ini hanya pada para maksum. Menurut Makarim Syirazi, makna ayat ini adalah "bersamalah kalian dengan Muhammad dan Ahlulbaitnya". Fakhrur Razi juga menjadikan ayat ini sebagai dalil tentang kemaksuman (ishmah) orang-orang yang benar (Shadiqin). Namun, menurutnya, contoh konkret dari Shadiqin adalah seluruh umat.

﴾يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ﴿
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tetaplah bersama orang-orang yang benar!



Surat At-Taubah:119


Makna dan Contoh Konkrit Shadiqin

Kata "Shadiqin" adalah bentuk jamak dari "Shadiq".[1] Menurut Sayid Muhammad Husain Thabathaba'i dalam Tafsir Al-Mizan, orang yang keyakinannya sesuai dengan kenyataan, atau lahir dan batinnya selaras dan sejalan, adalah orang yang jujur (shadiq).[2] Zamakhshari, salah satu mufassir Ahlusunah, juga berpendapat bahwa shadiqin adalah orang-orang yang jujur dalam agama Allah, baik dari segi akidah, ucapan, maupun perbuatan.[3]

Buraid ber2kata: Aku bertanya kepada Imam Baqir as tentang firman Allah Azza wa Jalla yang berbunyi "Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (Shadiqin)". Beliau bersabda: "Yang dimaksud adalah kami."

Kulaini, Al-Kafi, 1401 H, jld. 1, hlm. 208.

Namun, para mufassir Muslim berbeda pendapat mengenai misdaq dan karakteristik "shadiqin". Thabrisi dalam Tafsir Majma' al-Bayan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan shadiqin adalah orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang disebutkan dalam ayat 177 Surah Al-Baqarah[4] (yang menjelaskan tentang kebajikan sejati).

Syekh Thusi menganggap contoh konkrit Shadiqin adalah orang-orang yang disifati dalam ayat 23 Surah Al-Ahzab; yaitu orang-orang yang menepati janji mereka kepada Allah dengan jujur.[5]

Di antara mufassir Ahlusunah, Al-Qurtubi berpendapat bahwa shadiqin adalah kaum Muhajirin yang disebut sebagai orang-orang yang benar (shadiqin) dalam ayat 8 Surah Al-Hasyr.[6]

Dalam riwayat-riwayat yang dinukil dalam kitab-kitab Syiah dan Ahlusunah, terdapat riwayat yang menyatakan bahwa Ali as, atau Ali dan para sahabatnya, atau Ali dan Ahlulbaitnya,[7] atau Nabi Muhammad saw dan Ahlulbaitnya adalah misdaq (contoh konkrit) shadiqin dalam ayat ini.[8] Pada saat yang sama, banyak riwayat Syiah menafsirkan shadiqin sebagai Ahlulbait as.[9]

Dalil atas Ishmah dan Imamah

Menurut beberapa ulama Syiah, Ayat Shadiqin menunjukkan Imamah dan kemaksuman Imam Ali as. Allamah Hilli, dalam menjelaskan perkataan Nasiruddin Thusi (Muhaqqiq) yang menganggap ayat «وَکونُوا مَعَ الصّادِقین» (dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar) sebagai salah satu dalil Imamah Ali as, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan shadiqin adalah orang-orang yang kejujurannya diketahui secara pasti, dan hal ini hanya terwujud pada seorang maksum; karena kejujuran orang yang tidak maksum tidak dapat diketahui secara pasti, dan berdasarkan konsensus kaum Muslim, di antara sahabat Nabi saw, tidak ada yang maksum selain Ali as.[10]

Selain itu, Makarim Syirazi, seorang Marja taklid dan mufassir Syiah, mengatakan bahwa makna ayat ini adalah "bersamalah kalian dengan Muhammad dan Ahlulbaitnya"; karena jika seseorang tidak maksum, bagaimana mungkin perintah untuk mengikuti, menyertai, dan bersamanya dikeluarkan tanpa syarat?[11]

Di antara ulama Ahlusunah, Fakhrur Razi menganggap ayat ini sebagai dalil Ishmah shadiqin dan mengatakan bahwa dari ungkapan ini diketahui bahwa orang-orang mukmin tidaklah maksum, dan agar aman dari kesalahan, mereka harus mengikuti orang-orang yang jauh dari kesalahan, yaitu shadiqin.[12] Namun, ia menganggap misdaq shadiqin adalah "seluruh umat" (ijma').[13]

Monograf

  • La Akunu ma'a al-Shadiqin, karya Muhammad al-Tijani al-Samawi, cetakan pertama, 1374 HS, Muassasah Anshariyan.
  • Kunu ma'a al-Shadiqin, karya Sayid Murtadha al-Husaini al-Syirazi.

Lihat Juga

Catatan Kaki

  1. Jurjani, Al-Ta'rifat, 1419 H, hlm. 95.
  2. Thabathaba'i, Al-Mizan, 1393 H, jld. 9, hlm. 402.
  3. Zamakhsyari, Al-Kasysyaf, 1407 H, jld. 2, hlm. 220.
  4. Thabrisi, Majma' al-Bayan, 1379 HS, jld. 3, hlm. 81.
  5. Thusi, Al-Tibyan, 1401 H, jld. 5, hlm. 318.
  6. Qurtubi, Al-Jami' li Ahkam Al-Qur'an, 1423 H, jld. 8, hlm. 288.
  7. Suyuti, Al-Durr al-Mantsur, 1421 H, jld. 4, hlm. 287; Amidi, Ghayah al-Maram, 1391 H, jld. 3, hlm. 50-51; Amini, Al-Ghadir, 1421 H, jld. 2, hlm. 306.
  8. Haskani, Syawahid al-Tanzil, 1411 H, jld. 1, hlm. 262.
  9. Kulaini, Al-Kafi, 1401 H, jld. 1, hlm. 208; Amidi, Ghayah al-Maram, 1391 H, jld. 3, hlm. 52.
  10. Hilli, Kasyf al-Murad, 1419 H, hlm. 503.
  11. «Delalat-e Ayeh (Kunu ma'a al-Shadiqin) bar Wujud-e Ma'shum, dar Har 'Ashri» (Petunjuk Ayat Kunu ma'a al-Shadiqin atas Keberadaan Maksum di Setiap Masa), Situs Aayin-e Rahmat.
  12. Fakhrur Razi, Mafatih al-Ghaib, 1420 H, jld. 16, hlm. 166.
  13. Fakhrur Razi, Mafatih al-Ghaib, 1420 H, jld. 16, hlm. 166.

Daftar Pustaka

  • Amidi, Sayid Hasyim bin Sulaiman. Ghayah al-Maram wa Hujjah al-Khisham. Beirut, Muassasah al-Tarikh al-Arabi, 1391 H.
  • Amini, Abdul Husain. Al-Ghadir fi al-Kitab wa al-Sunnah wa al-Adab. Qom, Markaz al-Ghadir, 1421 H.
  • Fakhrur Razi, Muhammad bin Umar. Mafatih al-Ghaib (Al-Tafsir al-Kabir). Beirut, Dar Ihya al-Turats al-Arabi, Cetakan Ketiga, 1420 H.
  • Haskani, Ubaidullah bin Ahmad. Syawahid al-Tanzil li Qawaid al-Tafdhil. Teheran, Muassasah al-Thab' wa al-Nasyr, 1411 H.
  • Hilli, Hasan bin Yusuf. Kasyf al-Murad fi Syarh Tajrid al-I'tiqad. Qom, Muassasah al-Nasyr al-Islami, 1419 H.
  • Jurjani, Ali bin Muhammad. Al-Ta'rifat. Beirut, Dar al-Fikr, 1419 H.
  • Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. Al-Kafi. Beirut, Dar al-Ta'aruf, 1401 H.
  • «Dalalat-e Ayeh Kunu ma'a al-Shadiqin bar Wujud-e Ma'shum, dar Har 'Ashri» (Petunjuk Ayat Kunu ma'a al-Shadiqin atas Keberadaan Maksum di Setiap Masa). Situs Aayin-e Rahmat, Diakses: 22 Mordad 1403 HS.
  • Qurtubi, Muhammad bin Ahmad. Al-Jami' li Ahkam Al-Qur'an. Tahqiq: Abdurrazzaq al-Mahdi. Beirut, Dar al-Kitab al-Arabi, 1423 H.
  • Suyuti, Jalaluddin. Al-Durr al-Manthur fi al-Tafsir bi al-Ma'tsur. Beirut, Dar Ihya al-Turats al-Arabi, 1421 H.
  • Thabathaba'i, Sayid Muhammad Husain. Al-Mizan fi Tafsir Al-Qur'an. Beirut, Muassasah al-A'lami, 1393 H.
  • Thabarsi, Fadhl bin Hasan. Majma' al-Bayan fi Tafsir Al-Qur'an. Beirut, Dar Ihya al-Turats al-Arabi, 1379 HS.
  • Thusi, Muhammad bin Hasan. Al-Tibyan fi Tafsir Al-Qur'an. Qom, Maktab al-I'lam al-Islami, 1401 H.
  • Zamakhshari, Mahmud bin Umar. Al-Kasysyaf 'an Haqaiq Ghawamidh al-Tanzil. Tashih: Mushthafa Husain Ahmad. Beirut, Dar al-Kitab al-Arabi, 1407 H.

Templat:Ayat Keyakinan dalam Al-Qur'an